Anda di halaman 1dari 12

VARICELA

Varisela atau cacar air merupakan penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh
virus Varicella Zoster dengan gejala-gejala demam dan timbul bintik-bintik merah yang
kemudian mengandung cairan.
Varicella adalah suatu penyakit infeksi virus akut dan menular, yang disebabkan oleh
Varicella Zoster Virus (VZV) dan menyerang kulit serta mukosa, ditandai oleh adanya
vesikel-vesikel.
Varicella (Cacar Air) adalah penyakit infeksi yang umum yang biasanya terjadi pada
anak-anak dan merupakan akibat dari infeksi primer Virus Varicella Zoster. Varicella pada
anak mempunyai tanda yang khas berupa masa prodromal yang pendek bahkan tidak ada dan
dengan adanya bercak gatal disertai dengan papul, vesikel, pustula, dan pada akhirnya, crusta,
walaupun banyak juga lesi kulit yang tidak berkembang sampai vesikel.
June M. Thomson mendefinisikan varisela sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus
varisela-zoster (V-Z virus) yang sangat menular bersifat akut yang umumnya menganai anak,
yang ditandai oleh demam yang mendadak, malese, dan erupsi kulit berupa makulopapular
untuk beberapa jam yang kemudian berubah menjadi vesikel selama 3-4 hari dan dapat
meninggalkan keropeng
Sedangkan menurut Adhi Djuanda varisela yang mempunyai sinonim cacar air atau
chickenpox adalah infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan
mukosa yang secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama
dibagian sentral tubuh
2.2 Epidemiologi
Tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak-anak tetapi dapat juga menyerang
orang dewasa. Tranmisi penyakit ini secara aerogen. Masa penularan lebih kurang 7 hati
dihitung dari timbulnya gejala kulit.
2.3 Etiologi
Varicella disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV), termasuk kelompok Herpes
Virus dengan diameter kira-kira 150-200 nm. Inti virus disebut Capsid, terdiri dari protein
dan DNA dengan rantai ganda, yaitu rantai pendek (S) dan rantai panjang (L) dan membentuk

suatu garis dengan berat molekl 100 juta yang disusun dari 162 capsomir dan sangat
infeksius.
Varicella Zoster Virus (VZV) dapat ditemukan dalan cairan vesikel dan dalam darah
penderita Varicella sehingga mudah dibiakkan dalam media yang terdiri dari Fibroblast paru
embrio manusia.
Varicella Zoster Virus (VZV) dapat menyebabkan Varicella dan Herpes Zoster.
Kontak pertama dengan penyakit ini akan menyebabkan Varicella, sedangkan bila terjadi
serangan kembali, yang akan muncul adalah Herpes Zoster, sehingga Varicella sering disebut
sebagai infeksi primer virus ini.
2.4 Patofisiologi
Menyebar Hematogen.Virus Varicella Zoster juga menginfeksi sel satelit di sekitar
Neuron pada ganglion akar dorsal Sumsum Tulang Belakang. Dari sini virus bisa kembali
menimbulkan gejala dalam bentuk Herpes Zoster. Sekitar 250 500 benjolan akan timbul
menyebar diseluruh bagian tubuh, tidak terkecuali pada muka, kulit kepala, mulut bagian
dalam, mata , termasuk bagian tubuh yang paling intim. Namun dalam waktu kurang dari
seminggu , lesi teresebut akan mengering dan bersamaan dengan itu terasa gatal. Dalam
waktu 1 3 minggu bekas pada kulit yang mengering akan terlepas. Virus Varicella Zoster
penyebab penyakit cacar air ini berpindah dari satu orang ke orang lain melalui percikan
ludah yang berasal dari batuk atau bersin penderita dan diterbangkan melalui udara atau
kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi.
Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru dan tersebar kebagian tubuh
melalui kelenjar getah bening. Setelah melewati periode 14 hari virus ini akan menyebar
dengan pesatnya ke jaringan kulit. Memang sebaiknya penyakit ini dialami pada masa kanakkanak dan pada kalau sudah dewasa. Sebab seringkali orang tua membiarkan anak-anaknya
terkena cacar air lebih dini.
Varicella pada umumnya menyerang anak-anak ; dinegara-negara bermusin empat,
90% kasus varisela terjadi sebelum usia 15 tahun. Pada anak-anak , pada umumnya penyakit
ini tidak begitu berat.
Namun di negara-negara tropis, seperti di Indonesia, lebih banyak remaja dan orang
dewasa yang terserang Varisela. Lima puluh persen kasus varisela terjadi diatas usia 15 tahun.

Dengan demikian semakin bertambahnya usia pada remaja dan dewasa, gejala varisela
semakin bertambah berat.

2.5. Sign / Symtoms


Diawali dengan gejala melemahnya kondisi tubuh.

Pusing.

Demam dan kadang kadang diiringi batuk.

Dalam 24 jam timbul bintik-bintik yang berkembang menjadi lesi (mirip kulit yang
terangkat karena terbakar).
Terakhir

menjadi

benjolan

benjolan

kecil

berisi

cairan.

Sebelum munculnya erupsi pada kulit, penderita biasanya mengeluhkan adanya rasa tidak
enak badan, lesu, tidak nafsu makan dan sakit kepala. Satu atau dua hari kemudian, muncul
erupsi kulit yang khas.
Munculnya erupsi pada kulit diawali dengan bintik-bintik berwarna kemerahan
(makula), yang kemudian berubah menjadi papula (penonjolan kecil pada kulit), papula
kemudian berubah menjadi vesikel (gelembung kecil berisi cairan jernih) dan akhirnya cairan
dalam gelembung tersebut menjadi keruh (pustula). Bila tidak terjadi infeksi, biasanya pustel
akan mengering tanpa meninggalkan abses.
2.6. Tanda dan Gejala
Masa inkubasi Varicella bervariasi antara 10-21 hari, rata-rata 10-14 hari. Penyebaran
varicella terutama secara langsung melalui udara dengan perantaraan percikan liur. Pada
umumnya tertular dalam keluarga atau sekolah.
Perjalanan penyakit ini dibagi menjadi 2 stadium, yaitu:
Stadium Prodromal: 24 jam sebelum kelainan kulit timbul, terdapat gejala panas yang
tidak terlalu tinggi, perasaan lemah (malaise), sakit kepala, anoreksia, rasa berat pada
punggung dan kadang-kadang disertai batuk keringdiikuti eritema pada kulit dapat berbentuk
scarlatinaform atau morbiliform. Panas biasanya menghilang dalam 4 hari, bilamana panas
tubuh menetap perlu dicurigai adanya komplikasi atau gangguan imunitas.

Stadium erupsi: dimulai saat eritema berkembang dengan cepat (dalam beberapa jam)
berubah menjadi macula kecil, kemudian papula yang kemerahan lalu menjadi vesikel.
Vesikel ini biasannya kecil, berisi cairan jernih, tidak umbilicated dengan dasar eritematous,
mudah pecah serta mongering membentuk krusta, bentuk ini sangat khas dan lebih dikenal
sebagai tetesan embun/air mata.
Lesi kulit mulai nampak di daerah badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal
ke bagian perifer seperti muka dan ekstremitas. Dalam perjalanan penyakit ini akan
didapatkan tanda yang khas yaitu terlihat adanya bentuk papula, vesikel, krusta dalam waktu
yang bersamaan, dimana keadaan ini disebut polimorf. Jumlah lesi pada kulit dapat 250-500,
namun kadang-kadang dapat hanya 10 bahkan lebih sampai 1500. Lesi baru tetap timbul
selama 3-5 hari, lesi sering menjadi bentuk krusta pada hari ke-6 (hari ke-2 sampai ke-12)
dan sembuh lengkap pada hari ke-16 (hari ke-7 sampai ke-34)
Erupsi kelamaan atau terlambatnya berubah menjadi krusta dan penyembuhan,
biasanya dijumpai pada penderita dengan gangguan imunitas seluler. Bila terjadi infeksi
sekunder, sekitar lesi akan tampak kemerahan dan bengkak serta cairan vesikel yang jernih
berubah menjadi pus disertai limfadenopati umum. Vesikel tidak hanya terdapat pada kulit,
melainkan juga terdapat pada mukosa mulut, mata, dan faring.
Pada penderita varicella yang disertai dengan difisiensi imunitas (imun defisiensi)
sering menimbulkan gambaran klinik yang khas berupa perdarahan, bersifat progresif dan
menyebar menjadi infeksi sistemik. Demikian pula pada penderita yang sedang mendapat
imunosupresif. Hal ini disebabkan oleh terjadinya limfopenia.
Pada ibu hamil yang menderita varicella dapat menimbulkan beberapa masalah pada
bayi yang akan dilahirkan dan bergantung pada masa kehamilan ibu, antara lain:
Varisela neonatal
Varisela neonatal dapat merupakan penyakit serius, hal ini bergantung pada saat ibu kena
varisela dan persalinan.
Bila ibu hamil terinfeksi varisela 5 hari sebelum partus atau 2 hari setelah partus,
berarti bayi tersebut terinfeksi saat viremia kedua dari ibu, bayi terinfeksi
transplasental, tetapi tidak memperoleh kekebalan dari ibu karena belum cukupnya
waktu ibu untuk memproduksi antibody. Pada keadaan ini, bayi yang dilahirkan akan
mengalami varisela berat dan menyebar. Perlu diberikan profilaksis atau pengobatan
dengan varicella-zoster immune globulin (VZIG) dan asiklovir. Bila tidak diobati

dengan adekuat, angka kematian sebesar 30%. Penyebab kematian utama akibat

pneumonia berat dan hepatitis fulminan.


Bila ibu terinfeksi varisela lebih dari 5 hari antepartum, sehingga ibu mempunyai
waktu yang cukup untuk memproduksi antibody dan dapat diteruskan kepada bayi.
Bayi cukup bulan akan menderita varisela ringan karena pelemahan oleh antibody
transplasental dari ibu. Pengobatan dengan VZIG tidak perlu, tetapi asiklovir dapat

dipertimbangkan pemakaiannya, bergantung pada keadaan bayi.


Sindrom varisela congenital
Varisela congenital dijumpai pada bayi dengan ibu yang menderita varisela pada umur
kehamilan trimester I atau II dengan insidens 2%.
Manisfestasi klinik dapat berupa retardasi pertumbuhan intrauterine, mikrosefali,
atrofi kortikalis, hipoplasia ekstremitas, mikroftalmin, katarak, korioretinitis dan scarring
pada kulit. Beratnya gejala pada bayi tidak berhubungan dengan beratnya penyakit pada
ibu. Ibu hamil dengan zoster tidak berhubungan dengan kelainan pada bayi.
Zoster infantile
Penyakit ini sering muncul dalam umur bayi satu tahun pertama, hal ini disebabkan
karena infeksi varisela maternal setelah nasa gestasi ke-20. Penyakit ini sering
menyerangg pada saraf dermatom thoracis.
2.7. Patogenesis
Virus Varicella Zooster masuk dalam mukosa nafas atau orofaring, kemudian replikasi
virus menyebar melalui pembuluh darah dan limfe ( viremia pertama ) kemudian berkembang
biak di sel retikulo endhotellial setelah itu menyebar melalui pembuluh darah (viremia ke
dua) maka timbullah demam dan malaise.
Permulaan bentuk lesi pada kulit mungkin infeksi dari kapiler endothelial pada
lapisan papil dermis menyebar ke sel epitel pada epidermis, folikel kulit dan glandula sebacea
dan terjadi pembengkakan. Lesi pertama ditandai dengan adanya makula yang berkembang
cepat menjadi papula, vesikel da akhirnya menjadi crusta. Jarang lesi yang menetap dalam
bentuk makula dan papula saja. Vesikel ini akan berada pada lapisan sel dibawah kulit. Dan
membentuk atap pada stratum korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah lapisan
yang

lebih

dalam.

Degenarasi sel akan diikuti dengan terbentuknya sel raksasa berinti banyak, dimana
kebanyakan dari sel tersebut mengandung inclusion body intranuclear type A. Penularan

secara airborne droplet. Virus dapat menetap dan laten pada sel syaraf. Lalu dapat terjadi
reaktivitas maka dapat terjadi herpes Zooster.
2.8. Komplikasi
Komplikasi varisela pada anak biasanya jarang dan lebih sering pada orang dewasa.
1. Infeksi sekunder
Infeksi

sekunder

disebabkan

oleh

Stafilokok

menyebabkan selulitis, furunkel. Infeksi sekunder

atau

Streptokok

dan

pada kulit kebanyakan pada

kelompok umur di bawah 5 tahun. Dijumpai pada 5-10% anak. Adanya infeksi
sekunder bila manifestasi sistemik tidak menghilang dalam 3-4 hari atau bahkan
memburuk
2. Otak
Komplikasi ini lebih sering karena adanya gangguan imunitas. Acute
postinfectious cerebellar ataxia merupakan komplikasi pada otak yang paling
ditemukan (1:4000 kasus varisela). Ataxia timbul tiba-tiba biasanya pada 2-3 minggu
setelah varisela dan menetap selama 2 bulan. Klinis mulai dari yang ringan sampai
berat, sedang sensorium tetap normal walaupun ataxia berat. Prognosis keadaan ini
baik, walaupun beberapa anak dapat mengalami inkoordinasi atau dysarthria.
Ensefalitis dijumpai 1 dari 1000 kasus varisela dan memberikan gejala
ataksia serebelar dan biasanya timbul antara hari ke-3 sampai hari ke-8 setelah
timbulnya rash. Biasanya bersifat fatal.
3. Pneumonitis
Komplikasi ini lebih sering dijumpai pada penderita keganasan, neonatus,
imunodefisiensi, dan orang dewasa. Pernah dilaporkan seorang bayi 13 hari dengan
komplikasi pneumonitis dan meninggal pada umur 30 hari.
Gambaran klinis pneumonitis adalah panas yang tetap tinggi, batuk, sesak
napas, takipnu dan kadang-kadang sianosis serta hemoptoe. Pada pemeriksaan
radiologi didapatkan gambaran nodular yang radio-opak pada kedua paru.

4. Sindrom Reye
Komplikasi ini lebih jarang dijumpai. Dengan gejala sebagai berikut, yaitu
nausea dan vomitus, hepatomegali dan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
peningkatan SPGT dan SGOT serta ammonia.
5. Hepatitis
Dapat terjadi tetapi jarang.
6. Komplikasi lain
Seperti arthritis, trombositopenia purpura, miokarditis, keratitis. Penderita
perlu dikonsulkan ke spesialis bila dijumpai adanya gejala-gejala berikut:

Varisela yang progesif atau berat

Komplikasi yang dapat mengancam jiwa seperti pneumonia, ensefalitis

Infeksi bakteri sekunder yang berat terutama dari golongan grup A Streptococcus
yang dapat memicu terjadinya nekrosis kulit dengan cepat serta terjadi Toxic
Shock Syndrome

Penderita dengan komplikasi berat perlu dirawat di Rumah Sakit atau bila perlu
ICU

Indikasi rawat di ICU/NICU antara lain:


-

Penurunan kesadaran

Kejang

Sulit jalan

Gangguan pernapasan

Sianosis

Saturasi oksigen menurun

Semua neonatus lahir dari ibu yang menderita varisela kurang dari 5 hari sebelum
melahirkan atau 2 hari setelah melahirkan.

2.9.

Pengobatan
Karena umumnya bersifat ringan, kebanyakan penderita tidak memerlukan terapi

khusus selain istirahat dan pemberian asupan cairan yang cukup. Yang justru sering menjadi
masalah adalah rasa gatal yang menyertai erupsi. Bila tidak ditahan-tahan , jari kita tentu
ingin segera menggaruknya. Masalahnya,bila sampai tergaruk hebat, dapat timbul jaringan
parut pada bekas gelembung yang pecah. Tentu tidak menarik untuk dilihat.
* Umum
1. Isolasi untuk mencegah penularan.
2. Diet bergizi tinggi (Tinggi Kalori dan Protein).
3. Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat.
4. Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian antiseptik pada air
mandi.
5. Upayakan agar vesikel tidak pecah.
-

Jangan menggaruk vesikel.

Kuku jangan dibiarkan panjang.

Bila hendak mengeringkan badan, cukup tepal-tepalkan handuk pda kulit, jangan
digosok.

*Farmakologi:
Obat topical
Pengobatan local dapat diberikan Kalamin lotion atau bedak salisil 1%.
Antipiretik/analgetik
Biasanya dipakai aspirin, asetaminofen, ibuprofen.

Antihistamin
Golongan antihistamin yang dapat digunakan, yaitu Diphenhydramine,
tersedia dalam bentuk cair (12,5mg/5mL), kapsul (25mg/50mg) dan injeksi (10 dan
50 mg/mL). Dosis 5mg/kg/hari, dibagi dalam 3 kali pemberian.
Obat anti virus
Vidarabin (adenosine arabinoside)
Vidarabin adalah obat antivirus yang diperoleh dari fosforilase dalam sel dan
dalam bentuk trifosfat, menghambat polymerase DNA virus. Dosis: 10-20 mg/kg
BB/hari, diberikan sehari dalam infuse selama 12 jam, lama pemberian 5-7 hari. Pada
pemberian vidarabin, vesikel menghilang secara cepat dalam 5 hari.
Efek samping:
Gangguan neurologi berupa tremor, kejang
Gangguan hematologi berupa netropenia, trombositopia
Gangguan gastrointestinal berupa muntah serta peninggian SGPT dan SGOT.
Asiklovir = 9 (2 Hidroksi etoksi metal) Guanine
Asiklovir merupakan salah satu antivirus yang banyak digunakan akhir-akhir
ini. Asiklovir lebih baik dibandingkan dengan vidarabin. Obat ini bekerja dengan
menghambat polymerase DNA virus Herpes dan mengakhiri replikasi virus. Obat ini
dapat mengurangi bertambahnya lesi pada kulit dan lamanya panas, bila diberikan
dalam 24 jam mulai timbulnya rash.
Pada anak kecil yang tanpa komplikasi, penggunaan obat ini kurang
bermanfaat dan tidak direkomendasikan secara rutin sehingga Asiklovir lebih banyak
digunakan pada penderita dengan komplikasi atau penderita dengan gangguan
imunitas. Obat ini tidak mengurangi rasa gatal pada kulit, komplikasi atau penularan
sekunder.
Dosis: 5-10 mg/kg BB dibagi dalam 4-5 dosis/hari, dapat diberikan secara oral
atau iv/drip tiap 8 jam selama 5-7 hari. Dengan dosis jangan melebihi 3200 mg/hari.

Tersedia dalam bentuk kapsul (200 mg/400 mg/800 mg), cairan (400 mg/5 mL),
injeksi (500 mg/5 mL).
Efek samping:
Gangguan ginjal berupa renal insufisiensi, malaise dan gangguan pencernaan.
Diet yang adekuat

Berikan makanan penuh dan jangan dibatasi

Kadang-kadang penderita mengalami anoreksia, sebaiknya dimotivasi banyak


minum untuk mempertahankan status hidrasi. Cairan yang cukup sangat
diperlukan bila penderita diberikan Asiklovor, karena obat ini dapat berkristalisasi
dalam tubulus renalis bila penderita dalam keadaan dehidrasi.

2.10.

Pencegahan
Pencegahan terhadap infeksi varisela zoster virus dilakukan dengan cara imunisasi

pasif atau aktif.

Imunisasi aktif
Dilakukan dengan memberikan vaksin varisela yang dilemahkan (live attenuated)
yang berasal dari OKA Strain dengan efek imunogenisitas tinggi dan tingkat proteksi cukup
tinggi berkisar 71-100% serta mungkin lebih lama. Dapat diberikan pada anak sehat ataupun
penderita leukemia, imunodefisiensi. Untuk penderita pascakontak dapat diberikan vaksin ini
dalam waktu 72 jam dengan maksud sebagai preventif atau mengurangi gejala penyakit.
Dosis yang dianjurkan ialah 0,5 mL subkutan. Pemberian vaksin ini ternyata cukup
aman. Dapat diberikan bersamaan dengan MMR dengan daya proteksi yang sama dan efek
samping hanya berupa rash yang ringan.
Efek samping:

Efek samping biasanya tidak ada, tetapi bila ada biasanya bersifat ringan.

Imunisasi pasif
Dilakukan dengan memberikan Zoster Imun Globulin (ZIG) dan Zoster Imun Plasma
(ZIP).
Zoster Imun Globulin (ZIG) adalah suatu globulin-gama dengan titer antibody yang
tinggi dan yang didapatkan dari penderita yang telah sembuh dari infeksi herpes zoster. Dosis
Zoster Imuno Globulin (ZIG): 0,6 mL/kg BB intramuscular diberikan sebanyak 5mL dalam
72 jam setelah kontak. Indikasi pemberian Zoster Imunoglobulin ialah:

Neonatus yang lahir dari ibu menderita varisela 5 hari sebelum partus atau 2 hari
setelah melahirkan.

Penderita leukemia atau limfoma terinfeksi varisela yang sebelumnya belum


divaksinasi.

Penderita HIV atau gangguan imunitas lainnya.

Penderita sedang mendapat pengobatan imunosupresan seperti kortikosteroid.


Tapi pada anak dengan defisiensi imunologis, leukimea atau penyakit keganasan

lainnya, pemberian Zoster Imun Globulin (ZIG) tidak menyebabkan pencegahan yang
sempurna, lagi pula diperlukan Zoster Imun Globulin (ZIG) dengan titer yang tinggi dan
dalan jumlah yang lebih besar.
Zoster Imun Plasma (ZIP) adalah plasma yang berasal dari penderita yang baru
sembuh dari herpes zoster dan diberikan secara intravena sebanyak 3-14,3 mL/kg BB.
Pemberian Zoster Imun Plasma (ZIP) dalam 1-7 hari setelah kontak dengan penderita varisela
pada anak dengan defisiensi imunologis, leukemia, atau penyakit keganasan lainnya
mengakibatkan menurunnya insiden varisela dan merubah perjalanan penyakit varisela
menjadi ringan dan dapat mencegah varisela untuk kedua kalinya.

Anda mungkin juga menyukai