Teori Keberagaman Budaya
Teori Keberagaman Budaya
menentukan
bagaimana
unsur-unsur
realitas
obyektif
diberikan
signifikasi
http://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2008/11/11/teori-kebudayaan-dan-ilmu-pengetahuanbudaya/
setingkat undang-undang. Jika pun upaya regulasi dengan peraturan menteri mendesak
diperlukan sebagai sebuah regulasi yang bottom up, sebagai respon
memenuhi kesepakatan-kesepakatan pemerintah secara bilateral maupun internasional, serta
memandang efektivitas dan efisiensi,maka ketentuan UU Penyiaran tetaplah harus diupayakan
sebaik-baiknya. M. Riyanto selaku Ketua Komisioner KPI kepada peneliti juga mengungkapkan
bahwa seharusnya kebijakan migrasi penyiaran dari analog ke digital ini perlu untuk dikaji
secara komprehensip oleh pemerintah karena digitalisasi ini bukan hanya alih teknologi tapi juga
mengubah keseluruhan sistem dari industri penyiaran sehingga perlu dikaji dari sisi legal,
ekonomi bisnis, teknologi dan juga implikasinya ke konten penyiaran. Pemerintah sebaiknya
tidak tergesa-gesa dalam melaksanakan kebijakan migrasi penyiaran ini. Pihak KPI juga sudah
memberikan pandangan hukum dan saran untuk melakukan penundaan pelaksanaan migrasi
penyiaran sampai revisi UU Penyiaran disahkan oleh DPR RI.
Sumber : http://eprints.undip.ac.id/40969/4/Bab_III.pdf
B. Penyiaran Televisi
Munculnya media penyiaran televisi di segenap antero dunia membuka cakrawala
baru dalam dunia komunikasi massa. Meski sebelumnya telah ditemukan mesin cetak
maupun pesawat radio, namun dari aspek karakteristiknya penemuan pesawat televisi
lebih memberi efek yang cukup spektakuler di tengah-tengah masyarakat dunia.
Kehadiran media televisi tidak dapat melupakan nama Fransworth (USA) sebagai
seorang yang pertama sekali menemukan tabung vakum untuk menangkap gambar
bergerak dan dapat ditampilkan secara elektronik di layar pada tahun 1920. Kemudian
pada tahun 1927 Philo Fransworth berhasil menyebarluaskan gambar bergerak melalui
peralatan transmissi sehingga era audio-visual berkembang sampai sekarang.
Di Indonesia media televisi pertama sekali mengudara saat dilangsungkannya
upacara hari ulang tahun kemerdekaan RI ke-17 pada 17 agustus 1962 dalam siaran
percobaan oleh TVRI. Barulah kemudian secara definitif TVRI menyiarkan secara
langsung pembukaan Asian Games ke-4 pada tahun yang sama, sekaligus dinyatakan
bahwa tanggal 24 agustus 1962 sebagai siaran yang secara resmi pertama sekali media
tetevisi mengudara di bumi Indonesia. Kemajuan media elektronik di Indonesia
mengalami pergerakan yang cukup pesat, seiring dengan perkembangan dalam bidang
media massa elektronik dunia termasuk era teknologi satelit dengan beragam varian yang
populer disebut sebagai news media, menjadikan Indonesia tidak bisa dipisahkan dari
konstelasi media informasi global sekaligus sebagai bahagian dari komunitas masyarakat
informasi dunia.
Mengingat betapa pentingnya media penyiaran televisi sebagai sebuah sarana
informasi elektronik yang sekaligus memiliki multilinier efek, maka masing-masing
negara memiliki rambu-rambu tersendiri yang secara khusus mengatur tentang aktivitas
media ini, baik dari aspek legalitas kelembagaan, isi siaran, maupun etika
pengelolaannya. Di Indonesia sendiri dilakukan pengaturannya melalui produk hukum
positif dengan diterbitkannya undang-undang maupun Peraturan Pemerintah dan
Peraturan Menteri ditambah dengan pembentukan lembaga pengawasan independen.
Dalam perjalanannya, siaran televisi selama beberapa dekade dimonopoli oleh TVRI
sebagai media informasi pemerintah. Barulah sejak tahun 1989 bermunculan lembaga
penyiaran swasta yang diawali oleh RCTI dan diikuti oleh lembaga penyiaran televisi
swasta lainnya. Pada tahun 2002, dengan terbitnya undang-undang penyiaran maka
lembaga televisi yang ada melakukan penyesuaian dengan status yang beragam, TVRI
menjadi lembaga penyiaran publik dan semua televisi swasta wajib menjadi lembaga
siaran berjaringan
Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27445/3/Chapter%20II.pdf