EPILEPTIKUS
Disusun oleh :
I Gusti Ayu Ary N.W
1310.221.086
Pembimbing :
Letkol (CKM) dr. Roedi Djatmiko Sp.An
I.
PENDAHULUAN
II.
PEMBAHASAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
An. P
4,5 tahun / 17 kg
Magelang, 29/11/2009
Agama
Islam
Alamat
Magelang Tengah
No. RM
028801
Tanggal Masuk RS
16 Agustus 2014
Bangsal
Flamboyan
Diagnose
epilepsy
B. ANAMNESA
KU
: Kejang sudah lebih dari 5x sehari dengan durasi <5 menit sejak hari ini.
KT
RPS
: Pasien baru datang dari igd dengan keluhan kejang, kejang sudah 5x
sejak semalam, kejang pertama pada jam 18.00 berlangsung <5 menit,
tidak didahului dengan demam, kejang ke 2 pukul 22.00 tdak di dahului
dengan demam, kejang ke 3 pada pukul 00.00 tidak di dahului dengan
demam, kejang ke 4 pada pukul 7 pagi dan di dahului dengan demam,
suhu 37,5c, dan kejang terakhir pukul 12.30. tiap kali kejang durasi <5
menit, dengan mata melirik keatas, tangan dan kaki kaku. Ibunya
mengatakan, bila suhu 37,5c anaknya akan kejang dan tiap kejang bagian
leher belakang anaknya akan bengkak. Perut kembung sejak kemarin
sebelum kejang, batuk sejak 2 hari yang lalu, BAK (+) BAB (+) Sesak (-)
RPD
: Riwayat kejng saat usia 5 bulan hanya di lengan sisi kanan saja. Pernah
cek EEG dan hasilnya Epilepsi (+)
RPO
: minum obat epilepsy namun sudah di hentikan sejak 1 tahun yang lalu
: lemas, GCS 15
VS
Tho
Abd
Ekstremitas
LAB
Wbc : 11,2 (H)
PCT
: 0,51 (H)
Kalfoxim 3x500 mg
Norages 3x 175 mg
DAILY FOLLOW UP
Tanggal
17 -08-2014
Subjek
Kejang (-)
Perut kembung (-)
Batuk (+)
Insomnia (+)
18-08-2014
Kejang (-)
Perut kembung (-)
Batuk (+)
Insomnia (+)
19-08-20014
Kejang (-)
Perut kembung (-)
Batuk (+)
Objek
Assement
Terapi
Ku/Kes:
Epileptikus -IVFD Kaen
lemas,GCS 15
3B
1350
ml/24 jam
VS:
TD : 100/70,
-Kalfoxim
N : 100x/m,
3x500 mg
RR : 30x/m,
-Norages 3x
S: 36,2c
175 mg
Tho : SDV
-Kalmetason
+/+ Rh -/- Wh
3x1/4 amp
-/-, S1>S2 Reg
-Valium 4,5
M(-) G (-)
mg (kp)
Abd : Datar.
-Sanmol 200
BU (+) supel,
mg + Stesolid
timpani,NT(-)
0,3 mg 3x1
- Bila kejang
Ekstremitas
Sianosis
(-)
lagi masukan
Akral Hangat
ICU
(+)
Ku/Kes:
Epileptikus -IVFD Kaen
lemas,GCS 15
3B
1350
ml/24
jam
VS:
TD : 100/70,
-Kalfoxim
N : 92x/m,
3x500 mg
RR : 26x/m,
-Norages 3x
S: 36c
175 mg
Tho : SDV
-Kalmetason
+/+ Rh -/- Wh
3x1/4 amp
-/-, S1>S2 Reg
-Valium 4,5
M(-) G (-)
mg (kp)
Abd : Datar.
-Sanmol 200
BU (+) supel,
mg + Stesolid
timpani,NT(-)
0,3 mg 3x1
- Bila kejang
Ekstremitas
Sianosis
(-)
lagi masukan
Akral Hangat
ICU
(+)
Ku/Kes:
Epileptikus -IVFD Kaen
lemas,GCS 15
3B
1350
ml/24 jam
VS:
TD : 100/70,
-Kalfoxim
N : 100x/m,
3x500 mg
Insomnia (+)
Nyeri kepala (+)
RR : 28x/m,
S: 36,c
-Norages
175 mg
3x
Tho : SDV
+/+ Rh -/- Wh
-/-, S1>S2 Reg
M(-) G (-)
Abd : Datar.
BU (+) supel,
timpani,NT(-)
Ekstremitas
Sianosis
(-)
Akral Hangat
(+)
-Kalmetason
3x1/4 amp
-Valium 4,5
mg (kp)
-Sanmol 200
mg + Stesolid
0,3 mg 3x1
- Bila kejang
lagi masukan
ICU
III.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
International League Against Epilepsy (ILAE) mendefinisikan
epilepsi sebagai kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor
predisposisi yang dapat mencetuskan bangunan epileptikm perubahan
neurologis, kognitif, psikologis dan adanya konsekuensi sosial yang
diakibatkannya. Definisi ini membutuhkan sedikitnya satu riwayat
bangkitan epileptik sebelumnya. Bangkitan epileptik didefinisikan sebagai
tanda dan/atau gejala yang timbul sepintas (transien) akibat aktivitas
neuron yang berlebihan atau sinkron yang terjadi di otak (Fisher et al,
2005).
dianggap
simtomatik tetapi
penyebabnya
belum
diketahui termasuk disini adalah sindrom West, sindrom LennoxGastaut dan epilepsi mioklonik. Gambaran klinik sesuai dengan
ensefalopati difus.
3. Simtomatik: disebabkan oleh kelainan/lesi pada susunan saraf pusat.
Misalnya; cedera kepala, infeksi SSP, kelainan kongenital, lesi desak
ruang, gangguan peredaran darah otak, toksik (alkohol, obat),
metabolik, kelainan neurodegeneratif.
Penyebab epilepsi dilihat dari umur, biasanya disebabkan paling
sering karena; pada bayi terjadi asfiksi atau hipoksia waktu lahir, trauma
intrakranial waktu lahir, gangguan metabolik, malformasi kongenital pada
otak, atau infeksi; pada anak dan remaja kebanyakan epilepsi idiopatik
dan pada usia dewasa penyebabnya lebih bervariasi oleh karena idiopatik,
cedera kepala, tumor (Ikawati, 2009).
C. Patofisiologi
Kejang adalah manifestasi klinis khas yang berlangsung secara
intermitten dapat berupa gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi,
motorik, sensorik, dan atau otonom yang disebabkan oleh lepasnya muatan
listrik yang berlebihan di neuron otak. Status epileptikus adalah kejang
yang terjadi lebih dari 30 menit atau kejang berulang lebih dari 30 menit
tanpa disertai pemulihan kesadaran.
Mekanisme dasar terjadinya kejang adalah peningkatan aktifitas
listrik yang berlebihan pada neuron-neuron dan mampu secara berurutan
merangsang sel neuron lain secara bersama-sama melepaskan muatan
listriknya. Hal tersebut diduga disebabkan oleh; 1] kemampuan membran
sel sebagai pacemaker neuron untuk melepaskan muatan listrik yang
berlebihan; 2] berkurangnya inhibisi oleh neurotransmitter asam gama
amino butirat [GABA]; atau 3] meningkatnya eksitasi sinaptik oleh
transmiter asam glutamat dan aspartat melalui jalur eksitasi yang berulang.
Status epileptikus terjadi oleh karena proses eksitasi yang berlebihan
berlangsung terus menerus, di samping akibat ilnhibisi yang tidak
sempurna
D. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Bangkitan kejang yang terjadi perlu diketahui mengenai pola
serangan, keadaan sebelum, selama, dan sesudah serangan, lama
serangan, frekuensi serangan, waktu serangan terdaji dan faktor-faktor
atau keadaan yang dapat memprovokasi atau menimbulkan serangan.
Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai pola
serangan, agar dapat diketahui fokus serta klasifikasinya. Ditanyakan
apakah ada gejala prodromal, aura, keadan selama serangan, dan
keadaan setelah terjadi serangan (Hasan, 2007).
E. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
a. Obat-obat yang menginaktivasi kanal Na+
Inaktivasi kanal Na dapat menurunkan kemampuan saraf unruk
menghantarkan muatan listrik. Contoh obatnya adalah, fenitoin,
katbamazepin, lamotrigin, okskarbazepin, dan valproat.
b. Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitor GABAnergik
1) Agonis reseptor GABA : meningkatkan transmisi inhibitor
dengan meningkatkan kerja reseptor GABA, contoh :
benzodiazepine, barbiturate.
2) Menghambat GABA transaminase : meningkatkan konsentrasi
GABA, contoh : Vigabatrin
3) Menghambat Gaba Transporter : untuk memperlama aksi
GABA, contoh : tiagabin
KEJANG
(A) Diazepam IV : 0,3-0,5 mg/Kg BB
atau Diazepam rektal : BB < 10 Kg = 5 mg
BB > 10 Kg = 10 mg
0 -5 menit
KEJANG (-)
KEJANG (+)
(A) Diulang interval 5 menit
5 10 menit
OAE
KEJANG (+)
Fenitoin bolus IV
KEJANG (-)
Fenitoin : 12 jam kemudian
5 7 mg/Kg BB
10 15 menit
15 20 mg/Kg BB
KEJANG (+)
Kecepatan : 25
mg/menit
Kejang (-)
Fenobarbital IV / IM
KEJANG (+)
12 jam kemudian
3 -4 mg/Kg BB
Fenobarbital IV /IM
10 -20 mg/Kg BB
ICU
Midazolam : 0,2 mg/Kg BB
Fenobarbital : 5 10 mg/Kg BB
2. Nonmedikamentosa
a. Hindari faktor pemicu (jika ada)
b. Tidak memasukan makanan dan minuman ketika kejang dan
beberapa saat setelah kejang
c. Pengawasan oleh keluarga
d. Awasi tanda vital
F. Prognosis
1. Umumnya baik, 70-80% pasien yang mengalami epilepsi akan
sembuh, dan kurang daril 50%-nya akan bisa lepas obat.
2. 20-30% mungkin akan berkembang menjadi epilepsi kronis, pada
keadaan ini pengobatan menjadi semakin sulit, dan 5% diantaranya
akan tergantung pada orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat epilepsi diantarnya adalah
sebagai berikut :
1. Gangguan kognitif, terdapat bukti jelas bahwa kejang dapat
menyebabkan defisit fungsi kognitif yang dapat bertahan sampai satu
jam atau lebih setelah kejang.
2. Penurunan daya ingat
3. Pemusatan perhatian, hal ini sering terjadi pada penderita epilepsi.
Penurunan atensi lebih sering terjadi pada anak dengan epilepsi
dibandingkan populasi umum
4. Gangguan psikiatri telah menjadi pusat perhatian sejak lama pada
pusat penanganan epilepsy kelas 3. Studi pada populasi menggunakan
kriteria DSM IV.
IV.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Ilmu
Penyakit
Saraf
Universitas
Diponegoro:
Semarang
(Dipublikasikan)
Ikawati,
Zullies.
2009.
Epilepsi:Lecture
Notes.
(Online)
Diakses
di:
zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp.../epilepsy.pdf
Pada
tanggal
10
Desember 2012.
Harsono, Kustiowati E, Gunadharma S. 2008. Pendahuluan, definisi, klasifikasi,
etiologi, dan terapi. Dalam: Pedoman Tata Laksana Epilepsi. Jakarta:
PERDOSSI hal.1-13