Anda di halaman 1dari 68

Bab I

Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor risiko mayor PJK (Penyakit
jantung koroner). PJK adalah pembunuh nomor satu di dunia saat ini.1 Penyebab utama
penyakit ini adalah aterosklerosis koroner.1 Aterosklerosis timbul secara perlahan akibat
disfungsi endotel, inflamasi vaskuler, dan tertumpuknya kolesterol pada dinding
pembuluh darah.2 Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi di mana kadar kolesterol
darah melebihi 250 mg/dl (Mahan & Escott-Stump 2008). World Health Organization
(WHO) memperkirakan hiperkolesterolemia berkaitan dengan lebih dari separuh
kejadian penyakit jantung koroner dan lebih dari empat juta kematian tiap tahunnya.3
American Heart Association (AHA) memperkirakan lebih dari 100 juta penduduk
Amerika memiliki kadar kolesterol total >200 mg/dl, yang termasuk kategori cukup
tinggi, dan lebih dari 34 juta penduduk dewasa Amerika memiliki kadar kolesterol >240
mg/dl, yang termasuk tinggi dan membutuhkan terapi.3
Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004,
prevalensi hiperkolesterolemia pada kelompok usia 25-34 tahun adalah 9,3% dan
meningkat sesuai dengan pertambahan usia hingga 15,5% pada kelompok usia 55-64
tahun. Hiperkolesterolemia umumnya lebih banyak ditemukan pada wanita (14,5%)
dibandingkan pria (8,6% ).13 Riskesdas menggambarkan proporsi penduduk 15 tahun
dengan kadar kolesterol total di atas nilai normal merujuk nilai yang ditentukan pada
NCEP-ATP III adalah sebesar 35,9%, yang merupakan gabungan penduduk kategori
borderline ( nilai kolesterol total 200-239 mg/dl) dan tinggi (nilai kolesterol total 240
mg/dl).25
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Asli Madupa total kolesterol tinggi
merupakan masalah utama di negara sedang berkembang khususnya di daerah perkotaan.
Di Indonesia, SKRT 2001 ditemukan prevalensi total kolesterol >200mg/dL di Pulau
Jawa-Bali untuk perkotaan (8,9%) lebih tinggi dari pedesaan (5,2%) dan SKRT 2004
ditemukan untuk seluruh Indonesia di perkotaan 14,8% dibandingkan pedesaan.31
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Davies dkk pada tahun 2003
menemukan bahwa komsumsi teh menyebabkan stress oksidatif terhadap kolesterol yang
menyebabkan penurunan kolesterol yang dilakukan laki-laki dan perempuan berusia
diatas 35 tahun dan juga didapatkan bahwa konsumsi teh hitam mengakibatkan
1

penurunan kolesterol total sebesar 3,8 dan 6,5% dibandingkan dengan Plasebo dan
Plasebo yang ditambah caffein.6 Secara tradisional digunakan sebagai pengobatan
berdasarkan pengalaman dimana aktivitas fisiologis dari komponen-komponen di dalam
teh telah digambarkan pada negara-negara Asia terutama Jepang dan Cina dan bahkan
ilmu kedokteran modern mulai mengakui kegunaan teh dengan katekinnya dalam
menangani penyakit-penyakit modern salah satunya adalah kelebihan kolesterol.7 Ratarata konsumsi teh penduduk dunia adalah 120 mL/hari per kapita. Indonesia merupakan
penghasil teh ke enam di dunia dengan tingkat konsumsi teh orang Indonesia mencapai
0,8 kg/kapita/tahun.4,5 Direktur Komoditi Teh PTPN VIII Agus Supriadi mengatakan
bahwa terjadi peningkatan konsumsi teh dalam negeri mulai dirasakan BUMN
perkebunan itu dari pertumbuhan pembelian dalam negeri.
Empat dari 13 studi epidemiologi melaporkan adanya hubungan antara minum teh
dengan kadar kolesterol (McKay dan Blumberg, 2002, Tewari dkk, 2000, Langley
Evans , 2000, Serafini dkk 1996, Vinson dkk, 1995).11
Penelitian ini dilakukan karena disadari tingginya angka kejadian kolesterol serta
terdapatnya kebiasaan minum teh pada masyarakat. Pemilihan puskesmas sebagai tempat
penelitian karena puskesmas merupakan instansi kesehatan masyarakat yang dekat
dengan masyarakat, memiliki rekam medik, dan memiliki jumlah pengunjung yang
cukup banyak. Penelitian ini dilakukan karena belum adanya data tentang sebaran
kolesterol total pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan dan belum
pernah dilakukannya penelitian tentang pola konsumsi minum teh pada peminum teh
dengan kolesterol total pada pengunjung puskesmas kelurahan Kedoya Selatan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Masih tingginya angka kejadian hiperkolesterolemia di Indonesia

Prevalensi hiperkolesterolemia di Pulau Jawa-Bali 8,9% menurut SKRT 2001 dan


prevalensi penduduk berdasarkan usia > 15 tahun menurut Riskesdas dengan kadar
kolesterol total di atas nilai normal sebesar 35,9%

Semakin meningkatnya konsumsi minum teh orang Indonesia

Belum pernah dilakukannya penelitian terhadap hubungan antara kebiasaan minum


teh dengan kadar kolesterol total pada pengunjung Puskemas Kelurahan Kedoya
Selatan.
Apakah terdapat hubungan antara pola konsumsi minum teh pada peminum
teh dengan kadar kolesterol total pada pengunjung Puskemas Kelurahan Kedoya
Selatan.

1.3. Hipotesis penelitian


Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara pola konsumsi minun teh
pada peminum teh dengan kadar kolesterol total.

1.4. Tujuan Penelitian


1.4.1. Tujuan Umum
1.4.1.1 Untuk mengetahui hubungan antara pola konsumsi minum teh pada
peminum teh dengan kadar kolesterol total pada pengunjung Puskesmas
Kedoya Selatan periode 9 September-18 September 2014.

1.4.2. Tujuan Khusus


1.4.2.1 Diketahuinya distribusi pola konsumsi minum teh pada peminum teh pada
pengunjung puskesmas pada pengunjung Puskesmas Kedoya Selatan
periode 9 September-18 September 2014.
1.4.2.2 Diketahuinya distribusi kadar kolesterol total pada pengunjung puskesmas
yang memiliki kebiasaan minum teh pada pengunjung Puskesmas periode
9 September-18 September 2014.
1.4.2.3 Diketahuinya distribusi pola makan, jenis kelamin, aktivitas, indeks masa
tubuh, pendidikan, usia pada pengunjung Puskesmas Kedoya Selatan
periode 9 September-18 September 2014.
1.4.2.4 Diketahuinya hubungan antara pola minum teh pada peminum teh dengan
kadar kolesterol total pada pengunjung Puskesmas Kedoya Selatan
periode 9 September-18 September 2014.
1.4.2.5 Diketahuinya hubungan pola makan, jenis kelamin, aktivitas, indeks masa
tubuh, pendidikan, usia dengan kolesterol total pada pengunjung
Puskesmas Kedoya Selatan periode 9 September-18 September 2014.
3

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Bagi Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat

mengenai

hubungan

pola

konsumsi minum teh pada peminum teh terhadap kadar kolesterol total
serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi sehingga dapat mencegah
penyakit serta komorbid yang berkaitan.

Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai faktor-faktor yang


mempengaruhi kadar kolesterol total sehingga dapat menyusun suatu
rencana strategis untuk tatalaksana.

1.5.2 Bagi Institusi

Melaksanakan salah satu tridarma perguruan tinggi, yaitu fungsi atau


tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan
pendidikan, penelitian dan pengabdian bagi masyarakat.

Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana sebagai Universitas riset


dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan dan meningkatkan
peran pendidik dalam menyampaikan mengenai hubungan kebiasaan
minum teh dengan kadar kolesterol total dan faktor - faktor lain yang
berhubungan sehingga dapat menggiatkan mahasiswa dan koasisten untuk
meneliti di waktu yang akan datang.

Meningkatkan kerjasama dan hubungan yang baik antara mahasiswa dan


staf pengajar.

1.5.3

Bagi Peneliti

Menerapkan pengalaman belajar dan pengetahuan selama kuliah dengan


keadaan masyarakat yang sebenarnya dan menambah pengetahuan
peneliti tentang hubungan pola konsumsi minum teh pada peminum teh
dan faktor lainnya terhadap kadar kolesterol total.

Meningkatkan minat dan semangat dalam penelitian.

Meningkatkan kemampuan berpikir secara kritis dalam penyelesaian


masalah yang ada di masyarakat.

Sebagai pemenuhan nilai penelitian dalam program kepaniteraan klinik


Ilmu Kedokteran Komunitas penulis di Fakultas Kedokteran Universirtas
Kristen Krida Wacana.
4

1.6. Sasaran Penelitian


Sasaran penelitian ini adalah pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya
Selatan periode 9 September 2014 19 September 2014.

Bab II
Tinjauan Pustaka

2.1. Teh
2.1.1 Pola minum Teh
Kebiasaan minum teh sudah menjadi budaya bagi penduduk dunia terutama
Indonesia. Selain air putih, teh merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi
oleh manusia. Rata-rata konsumsi teh penduduk dunia adalah 120 mL/hari per kapita.4
Direktur Komoditi Teh PTPN VIII Agus Supriadi mengatakan bahwa terjadi peningkatan
konsumsi teh dalam negeri mulai dirasakan BUMN perkebunan itu dari pertumbuhan
pembelian dalam negeri. Menurutnya, saat ini tingkat konsumsi teh Indonesia baru di
kisaran 0,2-0,3 kg per kapita per tahun, atau jauh di bawah negara tetangga Malaysia
yang mencapai 1,5 kg per kapita per tahun.
Menurut data Head of Researcher Brand Research, teh merupakan salah satu
minuman yang paling populer di dunia. Indonesia merupakan negara penghasil teh
terbesar keenam di dunia dengan tingkat konsumsi teh orang Indonesia mencapai 0.8
kg/kapita/tahun.5
Jenis teh yang dikonsumsi di dunia adalah 78% teh hitam, 20% teh hijau, dan 2%
teh oolong.Teh hitam banyak dikonsumsi oleh penduduk Eropa, Amerika Utara, dan
Afrika Utara (kecuali Moroko), sementara teh hijau banyak dikonsumsi oleh penduduk
Asia, termasuk Indonesia, sedangkan teh oolong banyak dikonsumsi oleh penduduk Cina
dan Taiwan.6,8
Teh merupakan salah satu minuman yang sangat populer di dunia. Teh sudah
diminum sejak 10 abad yang lalu terutama karena alasan kesehatan.10

Tanaman teh

berasal dari keluarga Camellia, yang aslinya terdapat di China, Tibet dan India. Ada dua
jenis varietas utama tanaman teh. Varietas berdaun kecil, dikenal sebagai Camellia
sinensis yang hidup di derah pegunungan tinggi China dan Jepang. Dan varietas berdaun
lebar, dikenal sebagai Camellia assamica, sangat baik tumbuh didaerah beriklim tropis
dan lembab, salah satunya Indonesia.4
Di Indonesia yang paling umum ditanam adalah varietas camellia assamica.
Namun beberapa perkebunan juga memiliki varietas camellia sinensis yang telah
disilang, supaya bisa tumbuh di iklim tropis. 4

2.1.1.1 Frekuensi Minum Teh


Para peneliti menemukan bahwa mereka yang minum teh lebih dari enam cangkir
sehari (yang jumlah mencapai 20% dari responden) memiliki risiko penyakit jantung
50% lebih rendah daripada mereka yang tidak minum teh. Secara umum orang yang
menderita penyakit jantung cenderung sedikit mengkonsumsi teh dibandingkan dengan
mereka yang lebi sehat, yakni 3,5 cangkir berbanding 4,5 cangkir perhari.4
Di negara-negara Asia asupan harian khas teh hijau sekitar tiga cangkir, yang
menyediakan 240-320 mg polifenol. Baik teh hijau, teh hitam, es atau panas, tanpa
kafein atau dengan kafein.11
Penelitian yang dilakukan oleh Davies dkk yang berjudul konsumsi teh hitam
menurunkan

kadar

kolesterol

total

dan

LDL

pada

pasien

dewasa

dengan

hiperkolesterolemia sedang dengan desain penelitian eksperimental dengan pemberian


teh 5x/hari pada 7 laki-laki dan 8 perempuan disertai dengan kontrol diet didapatkan
bahwa setelah 3 minggu pemberian terdapat penurunan total kolesterol sebesar 6,5%
dibandingkan dengan plasebo serta plasebo dengan kafein. Data ini sesuai dengan
temuan Stensvold dkk dari studi kohort besar yang mencatat penurunan konsentrasi total
kolesterol dengan meningkatkan konsumsi teh. Pengamatan serupa juga telah dicatat
sama dengan jika mengkonsumsi teh hijau.6
Pada penelitian yang dilakukan oleh Emma dkk yang meneliti tentang perilaku
minum teh dan kadar hemoglobin (Hb) pada siswa-siswi SMK Negeri 1 Jorlang Hataran
didapatkan bahwa tingkat konsumsi teh sedang sebanyak 59 orang (73,80%) dan tingkat
konsumsi berat 19 orang (23,70%) yang dilihat dari frekuensi minum teh, jenis teh yang
diminum, dan waktu minum teh.8
Pada suatu penelitian, para peneliti mengumpulkan data tentang kebiasaan minum
teh melalui catatan asupan makanan (food record) 1x 24 jam selama 7 hari, dan
responden dikategorikan minum teh dengan beberapa kriteria :8

Tiap hari

: jika responden selalu minum teh selama 7 hari

kadang-kadang

: jika responden minum teh namun tidak tiap hari

tidak pernah

: jika responden tidak pernah minum teh selama 7 hari

2.1.1.2 Jenis Teh


Ada enam jenis teh yang sebenarnya berasal dari tanaman teh (Camellia) yang
sama. Yang membedakan adalah cara memproses daun teh setelah dipanen. Jenis-jenis
7

teh tersebut adalah teh putih, teh hijau, teh oolong, teh hitam, teh pu erh, dan teh kuning.9
Proses pembuatan teh diatur untuk mencegah atau membiarkan polifenol yang terdapat
dalam teh untuk teroksidasi secara alami oleh polyphenol oxidase yang terdapat pada
daun teh.
Namun ada tiga jenis utama minuman teh yang sering diminum dan populer yaitu
teh hijau, teh hitam dan teh oolong.6,8
Semakin besar tingkat fermentasi daun-daun teh, maka kandungan polifenol- nya
akan semakin sedikit dan kadar kafeinnya akan semakin banyak.4 Sebagai hasil, teh hijau
yang diproses untuk mencegah fermentasi dan oksidasi, mengandung kadar yang lebih
tinggi akan polifenol yang merupakan antioksidan jika dibandingkan dengan teh hitam,
sementara itu teh hitam memiliki kadar kafein 2-3 kali lebih banyak daripada teh hijau. 4
Tanaman teh yang dibudidayakan di Indonesia hampir 100% adalah varietas
assamica. Pucuk teh yang dihasilkan 80% diolah menjadi teh hitam, sedangkan sisanya
diolah menjadi teh hitam.5

2.1.2 Kandungan Teh.


Teh adalah minuman yang kaya akan antioksidan. Cao dkk dalam penelitiannya
menemukan bahwa reh hijau dan teh hitam mempunyai kadar antioksidan yang lebih
tinggi dibandingkan sayuran bawang seperti bawang putih, bayam, dan kale.
Daun teh yang baru dipetik mengandung air 75 % dari berat daun dan sisanya
berupa padatan dan terdiri dari bahan-bahan organik dan anorganik. Bahan organik yang
penting dalam pengolahan antara lain polifenol, karbohidrat dan turunannya, ikatan
nitrogen, pigmen, enzim dan vitamin.4 Bahan-bahan kimia dalam daun teh
dikelompokkan menjadi 4 kelompok besar, yaitu:

Substansi fenol : tanin / katekin, flavanol ( querecetin, kaemferol dan myricetin ).


Kemampuan katekin teh hijau menangkap radikal bebal 100 kali lebih efektif
daripada vitamin C dan 25 kali lebih efektif daripada vitamin E.

Substansi bukan fenol : karbohidrat (sukrosa, glukosa, fruktosa), substansi pektin


(pektin dan asam pektat), alkaloid (kafein, teobromin, teofilin), protein, substansi
resin, vitamin (vitamin C, K, A, B1, B2, asam nikotinat dan asam pantotenat), serta
substansi mineral.

Substansi aromatis : fraksi karboksilat, fenolat, karbonil, netral bebas karbonil


(sebagian besar terdiri atas alkohol).
8

Enzim : Invertase, amilase, glukosidase, oximetilase, protease, dan peroksidase.


Keempat kelompok tersebut bersama-sama mendukung terjadinya sifat-sifat yang
baik pada teh.
Diantara beberapa senyawa kimia yang paling besar perananya dalam cita rasa dan

berbagai khasiat istemewa teh adalah katekin.4


Senyawa katekin ini termaksud dalam golongan polifenol. Katekin dalam teh
merupakan komponen utama non serat yang mendominasi 16-30% berat kering teh.
Semakin tinggi kandungan katekin dalam produk teh yang dikonsumsi, semakin
maksimal cita rasa, penampilan, sifat, dan khasiatnya.7
Teh varietas Assamican memiliki kelebihan dalam hal kandungan katekinnya
yang lebih besar. Kandungan katekin pada pucuk tanaman teh (camellia sinensis)
varietas assamica lebih banyak dibandingkan varietas sinensis.7

2.1.3 Hubungan kebiasaan minum teh dan kadar kolesterol total.


Sejak abad ke-10, secara tradisional teh digunakan sebagai pengobatan
berdasarkan pengalaman dimana aktivitas fisiologis dari komponen-komponen di dalam
teh telah digambarkan pada negara-negara Asia terutama Jepang dan Cina dan bahkan
ilmu kedokteran modern mulai mengakui kegunaan teh dengan katekinnya dalam
menangani penyakit-penyakit modern salah satunya adalah kelebihan kolesterol.
(Hertley,dkk).10
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Davies dkk pada tahun 2003
menemukan bahwa komsumsi teh menyebabkan stress oksidatif terhadap kolesterol yang
menyebabkan penurunan kolesterol yang dilakukan laki-laki dan perempuan berusia
diatas 35 tahun.6
Teh memiliki banyak manfaat bagi tubuh karena mengandung polifenol: flavonoid
yang mampu melindungi tubuh dari radikal bebas dan kenaikan efek antioksidan.10
Mekanisme tersebut akan menurunkan pemecahan dan atau meningkatkan sintesis serta
pelepasan endothelialderived nitric oxide, sehingga terjadi dilatasi vaskular. Efek
vasodilatasi inilah yang kemudian dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit
kardiovaskular.Flvonoids,

yang juga merupakan senyawa polifenolyang ditemukan

secara

berbagai

alamidalam

bahantanaman,memiliki

sifatantioksidanin

vitrodanexvivodan efekpenurun kolesterolpada manusia dan hewan. Teh hitam


merupakan sumber utama flavonoid.(Davies,dkk).6
9

Kandungan teh yang paling utama adalah polifenol katekin yaitu epigallocatechin3-gallate

(EGCG).

Epigallocatechin

(EGC),

epicatechin-3-gallate

(ECG)

dan

epicatechin (EC) Katekin (EGCG) mempunyai efek hipokolesterolemik.4,7 EGCG


bekerja dengan menekan absorpsi kolesterol di dalam usus.4,7 EGCG merupakan yang
terbanyak yaitu 50 80% dari jumlah total katekin. Pada teh hijau mengandung 80-90%
katekin, sedangkan teh hitam hanya mengandung 20-30% katekin.6
EGCG merupakan senyawa polifenol yang memiliki 15 atom karbon dalam inti
dasarnya yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu 2 cincin aromatik yang
dihubungkan oleh satuan 3 karbon yang dapat atau tidak dapat mem-bentuk cincin.
Ketiga cincin tersebut diberi tanda A, B, dan C, atom carbonnya diberi nomor menurut
sistem penomoran yang menggunakan angka biasa untuk cincin A dan C serta angka
beraksen untuk cincin B .9

Gambar.1 Kerangka dasar flavonoid 9


Penggolongan flavonoid berdasarkan pada subtituen cincin heterosiklik yang
mengandung oksigen dan perbedaan distribusi gugus hidroksil. Perbedaan di bagian
rantai C3 akan menentukan senyawa flavonoid yaitu flavon, flavonal, flavanon,
isoflavon, auron, dan chalkon. Identifikasi adanya flavon dan flavonol dapat digunakan
uap amoniak. Flavon dan flavanol berwarna kuning sedangkan chalkon dan auron akan
berubah warna dari kuning menjadi merah.6
10

Fujitsa dkk, misalnya, melakukan randomised double-blind placebo-controlled


study untuk menyelidiki manfaat meminum ekstrak teh hitam di 47 pasien Jepang
dengan borderline hiperkolesterolemia. Mereka menemukan bahwa teh hitam secara
signifikan menurunkan low-density lipoprotein (LDL) kolesterol dan jumlah darah kadar
kolesterol total.10
Penelitian lain yang dilakukan oleh Vinson dan Dabbagh (1998), Yang dan Koo
(1997), Matsumoto dkk (1998), Yang dan Landau (2000) menemukan bahwa teh baik teh
hijau, teh hitam dan teh yang mengandung polifenol terbukti mampu menurunkan kadar
kolesterol pada hewan (tikus dan hamster) yang diberikan diet tinggi lemak dan
kolesterol. Namun mayoritas penelitian epidemiologi dan percobaan klinis tidak
menunjukkan adanya efek menurunkan kolesterol oleh teh. Hanya 4 dari 13 studi
epidemiologi melaporkan adanya hubungan antara minum teh dengan kadar kolesterol
(McKay dan Blumberg, 2002, Tewari dkk, 2000, Langley Evans , 2000, Serafini dkk
1996, Vinson dkk, 1995).11
Dalam

suatu

percobaan

klinis

yang

melibatkan

240

orang

dengan

hiperkolesterolemia sedang yang ditemukan mengkonsumsi suplemen ekstrak teh hijau


didapatkan adanya efektifitas dalam menurunkan kadar kolesterol total dan LDL serta
meningkatkan HDL (Maron dkk 2003).11
Selain menurunkan kadar kolesterol total, teh juga diketahui mempunyai banyak
manfaat kesehatan, antara lain menurunkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler
(Hertog, 1997) dan menghambat perkembangan kanker (Yang C dkk, 2000), mempunyai
efek untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut karena kandungan natural florida yang
dimilikinya dapat mencegah terjadinya karies pada gigi (Jones C dkk 1999), mengurangi
risiko terjadinya patah tulang pada usila karena densitas tulang pada mereka yang minum
teh lebih baik daripada mereka yang tidak minum teh (Hegarty dkk 2000). Hindmarch
dkk 2000 melaporkan bahwa konsumsi teh dapat meningkatkan kondisi kognitif dan
psikomotor pada orang dewasa. Curhan dkk 1998 melaporkan bahwa adanya hubungan
yang negatif antara konsumsi teh dengan kejadian batu ginjal pada wanita usia 40-65 th.
Setelah dikontrol oleh variabel pengganggu, konsumsi teh sebanyak 240 ml per hari
dapat menurunkan risiko terjadinya batu ginjal sebesar 8%.8

11

2.2 Kolesterol
2.2.1 Kolesterol
Kolesterol adalah prazat dari hormon-hormon steroid dan asam-asam empedu
yang merupakan unsur penting membran sel. Kebanyakan sel dalam tubuh dalam tubuh
dapat mensintesis kolesterol, sebagian besar kolesterol disitensis dalam hati. Dari sudut
bikimia senyawa ini mempunyai makna penting karena prekusor sejumlah besar senyawa
steroid yang sama pentingnya. Sebagai contoh, asam empedu, , hormon, korteks adrenal,,
hormon seks, vitamin D, glikosida jantung, sitosterol dalam dunia tumbuhan dan
beberapa alkaloid (Murray, 2003). Kritchevsky (2006) menyatakan bahwa kolesterol
mewakili sekitar 0,2% dari total berat tubuh. Otak dan sistem saraf pusat, jaringan ikat,
otot dan kulit meliputi sekitar 75% kolesterol tubuh.
Lebih dari separuh jumlah kolesterol tubuh berasal dari sintesis (sekitar
700mg/hari), dan sisanya berasal dari makanan sehari-hari. Pada manusia hati
menghasilkan kurang lebih 10% dari total sintesis, sementara usus sekita 10% lainnya.
Almatsier( 2001) menyatakan bahwa konsumsi kolesterol yang dianjurkan adalah <
300mg/ hari.kolesterol memiliki peranan utama dalam proses patologis arteroskelrosis
pada pembuluh arteri yang penting sehingga mengakibatkan penyakit kardiovaskuler,
cerebrovasculer, dan vaskuler perifer (Murray 2003) kadar kolesterol darah merupakan
indikator yang paling baik untuk menentukan apakah seseorang akan menderita penyakit
jantung atau tidak.12

2.2.2 Patofisiologi hiperkolesterolemia


Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya hiperkolesterolemia. Bisa disebabkan
oleh faktor genetik seperti pada hiperkolesterolemia familial dan hiperkolesterolemia
poligenik, juga bisa disebabkan faktor sekunder akibat dari penyakit lain seperti diabetes
melitus, sindroma nefrotik serta faktor kebiasaan diet lemak jenuh (saturated fat),
kegemukan dan kurang olahraga.12

2.2.3 Hiperkolesterolemia Poligenik


Tipe ini merupakan hiperkolesterolemia yang paling sering ditemukan, merupakan
interaksi antara kelainan genetik yang multiple, nutrisi dan faktor lingkungan lainnya

12

serta memiliki lebih dari satu dasar metabolik. Penyakit ini biasanya tidak disertai
dengan xantoma.12

2.2.4 Hiperkolesterolemia Familial


Penyakit yang diturunkan ini terjadi akibat adanya defek gen pada reseptor LDL
permukaan membran sel tubuh. Ketidakadaan reseptor ini menyebabkan hati tidak bisa
mengabsorpsi LDL. Karena mengganggap LDL tidak ada, hati kemudian memproduksi
VLDL yang banyak ke dalam plasma. Pada pasien dengan Hiperkolesterolemia familial
ditemukan kadar kolesterol total mencapai 600 sampai 1000 mg/dL atau 4 sampai 6 kali
dari orang normal. Banyak pasien ini meninggal sebelum berumur 20 tahun akibat infark
miokard.16

2.2.5 Kebiasaan Diet Lemak Jenuh, Kurang Olahraga dan Kegemukan


Pada tubuh manusia, reseptor LDL menangkap LDL yang tidak teroksidasi dan
disimpan di dalam sel tubuh. Jika sudah berlebih, LDL tidak masuk ke dalam sel
kemudian dimetabolisme di hepar untuk menjadi asam empedu dan diekskresikan keluar.
Pada proses patologi, oksidan LDL ditangkap oleh makrofag dan kemudian menjadi sel
busa dan menumpuk di dalam tubuh, tidak diekskresi dan apabila menumpuk didalam
pembuluh darah menimbulkan plak ateroma dan lama-kelamaan menjadi aterosklerosis.
Penelitian pada binatang yang ditingkatkan kadar serumnya menunjukkan LDL memicu
aterogenesis. Ada bentuk kelainan gen pada manusia yang menyebabkan peningkatan
LDL secara berat yang menimbulkan penyakit kardiovaskuler pada usia muda. Low
Density Lipoprotein menimbulkan penumpukan kolesterol pada dinding arteri serta
dapat menyebabkan rangsangan inflamasi pada lesi aterogenik.

Peningkatan LDL

berhubungan dengan semua tingkatan aterogenik yaitu disfungsi endotel, pembentukan


dan pertumbuhan plak, ketidakstabilan plak dan trombosis. Peningkatan LDL plasma
menyebabkan retensi partikel LDL pada dinding arteri meningkat, oksidasi LDL dan
pengeluaran zat-zat mediator inflamasi . Pada akhirnya akan terbentuk sel busa dari LDL
yang teroksidasi dan menyebabkan terbentuknya plak aterosklerosis.17
Lebih dari separuh jumlah kolesterol tubuh berasal dari sintesis (sekitar
700mg/hari), dan sisanya berasal dari makanan sehari-hari. Pada manusia hati
menghasilkan kurang lebih 10% dari total sintesis, sementara usus sekita 10% lainnya.
Almatsier (2001) menyatakan bahwa konsumsi kolesterol yang dianjurkan adalah
13

< 300mg/ hari.kolesterol memiliki peranan utama dalam proses patologis arteroskelrosis
pada pembuluh arteri yang penting sehingga mengakibatkan penyakit kardiovaskuler,
cerebrovasculer, dan vaskuler perifer (Murray 2003) kadar kolesterol darah merupakan
indikator yang paling baik untuk menentukan apakah seseorang akan menderita penyakit
jantung atau tidak.
Menurut survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2004, prevalensi
hiperkolesterolemia pada usia 25-34 tahun sebesar 9,3%, usia 55-64 tahun sebesar
15,5%, jenis kelamin wanita 14,5%, laki-laki sebesar 8,6%,.13

Pemeriksaan kadar

kolesterol total pada tabel 1. Menggambarkan proporsi penduduk 15 tahunh dengan


kadar kolesterol total di atas nilai normal merujuk nilai yang ditentukan pada NCEP-ATP
III adalah sebesar 35,9%, yang merupakan gabungan penduduk kategori borderline (nilai
kolesterol total 200-239 mg/dl) dan tinggi (nilai kolesterol total 240 mg/dl). Penilaian
berdasarkan jenis kelamin dan tempat tinggal didapatkan bahwa proporsi penduduk
dengan kadar kolesterol diatas normal pada perempuan lebih tinggi dibandingkan pada
laki-laki dan daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan daerah pedesaan.(Riskesdas,
2013). 25
Tabel. 1
Proporsi kolesterol total abnormal penduduk umur 15 tahun menurut karakteristik,
Indonesia 2013
Karakteristik

Kolesteroltotal abnormal (%)

Jenis kelamin
Laki-laki

30,0

Perempuan

39,6

Tempat tinggal
Perkotaan

39,5

Perdesaan

32,1

Indonesia

35,9
Sumber: Riset Kesehatan Dasar 2013

2.2.6 Klasifikasi
Banyak kontroversi mengenai nilai optimal dari kolesterol darah dan beberapa batas
kadar kolesterol agar penyakit kardiovaskuler tidak terjadi. Dalam suatu laporan nilai optimal
14

yaitu dalam batas 130mg%-190mg%. Batas normal tersebut jauh dibawah kadar rata-rata
untuk kebanyakan orang dewasa, lebih dari separuh pria dewasa di Amerika Serikat memilki
nilai kolesterol yang lebih besar dari 200mg% (Hull, 1993)

Tabel 2.
Klasifikasi Kolesterol Total berdasarkan ATP III
(Adult Treatment Panel III)
Total Kolesterol Total

Klasifikasi

< 200

Normal

200-239

Batas tinggi

240

Tinggi

Sumber : Modern Nutrition in Health and Disease, 2006

2.2.7 Alat dan cara ukur


Pada penelitian ini nilai kadar kolesterol total diperiksa menggunakan Easy
Touch 3in1 (alat untuk pemeriksaan kadar gula darah, asam urat dan kolesterol dalam
darah digital), namun pada penelitian ini, hanya kolesterol dalam darah yang dilakukan
pemeriksaan. Cara ukur yaitu dengan membersihkan ujung jari dengan menggunakan
tissue alkohol, tembakan jarum pada jari dan tekan jari supaya darah keluar, darah
disentuh pada strip, tunggu sebentar hingga hasil akan keluar beberapa detik pada
layar.17,18

2.3 Faktor-Faktor Lain yang Berhubungan dengan Kolesterol


2.3.1 Indeks Masa Tubuh
Indeks massa tubuh dihitung sebagai berat badan dalam kilogram dibagi tinggi
badan dalam meter dikuadratkan dan tidak terikat pada jeis kelamin. IMT secara
signifikan berhubungan dengan kadar lemak tubuh total sehingga dapat denga mudah
mewakili kadar lemak tubuh. Saat ini IMT secara internasional diterima sebagai alat
untuk mengindentifikasi kelebihan berat badan dan obesitas.19
15

Hubungan kuat terjadi antara perubahan serum kolesterol dengan perubahan berat
badan sejak dewasa muda hingga usia pertengahan. Terjadinya penambahan beratbadan
pada dewasa kebanyakan antara usia 20-50 tahun, pada waktu yang bersamaan, serum
kolesterol juga meningkat.
Setiap peningkatan 1kg /m2 IMT berhubungan dengan peningkatan kolesterol total
plasma sebesar 7,7 mg/dl dan penurunan tingkat HDL sebesar 0.8 mg/dl. Studi-studi
tentang

metabolisme

telah

mendokumentasikan

bahwa

obesitas

menghasilkan

peningkatan angka sintesis kolesterol endogen, yaitu 20 mg setiap hari untuk setiap
kilogram kelebihan berat badan dan peningkatan VLDL serta angka produksi trigliserida.
Morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan kelebihan berat badan atau
obesitas telah dikenal profesi medis selama lebih dari 2000 tahun. Tubuh yang kelebihan
berat telah menjadi masalah utama dalam negara-negara industry dan maju, di mana
telah mencapai proporsi epidemi.Individu dari masyarakat yang kurang beruntung juga
tidak terbebas dan berada pada risiko besar obesitas dan komplikasinya. Prevalensi
obesitas penduduk > 15 tahun berdasarkan IMT adalah 10,3% dimana laki-laki 13,9%
dan perempuan 23,8%.
Sejumlah studi epidemiologi besar telah membuktikan bahwa mortalitas meningkat
sejalan

obesitas.Penderita

kardiovaskular.Metabolisme

obesitas
lemak

rentan
juga

terhadap

banyak

terpengaruh

secara

factor
negatif

resiko
oleh

obesitas.Prevalensi faktor risiko ini meningkat secara substansial sejalan dengan


meningkatnya IMT.
Kegemukan dan obesitas juga diketahui menjadi faktor risiko independen untuk
risiko terjadinya penyakit kardiovaskular.21 Korelasi positif antara IMT dengan glukosa,
lipid dan tekanan darah telah dilaporkan. Tingginya IMT pada masa kanak juga terkait
dengan peningkatan resiko penyakit jantung koroner pada masa dewasa. Terdapat
korelasi positif antara IMT dengan profil lipid dan tekanan darah.
Orang yang memiliki berat badan berlebih seringkali mempunyai kolesterol darah
yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Berat
badan dapat dikurangi dengan diet yang mengandung sedikit kalori dan memperbanyak
aktifitas. Dengan mengurangi makanan yang berlemak maka kalori dengan sendirinya
akan berkurang. Lemak mengandung jumlah kalori dua kali lipat dibanding protein dan
karbohidrat, sehingga disarankan untuk

memilih makanan tinggi karbohidrat

16

dibandingkan tinggi lemak.Sebab itu menjaga berat badan normal diusahakan agar kalori
yang masuk tidak melebihi kebutuhan tubuh. (Anwar B, 2003).20

2.3.2 Pola Makan


Pola makan adalah pengulangan susunan makanan yang dapat dilihat ketika
makanan itu dimakan. Terutama sekali berkenaan dengan jenis dan proporsinya, dan atau
kombinasi makanan yang dimakan oleh individu, masyarakat, atau sekelompok
populasi.21
Trigliserida sebagai jenis lemak yang paling banyak terkandung di dalam
makanan memiliki keterkaitan terhadap jenis lemak lainnya yaitu kolesterol.Trigliserida
diangkut di dalam tubuh terutama sebagai kilomikron dari usus menuju hepar, kemudian
mengalami metabolisme di hepar dan dalam jumlah besar sebagai VLDL diangkut dari
hepar menuju seluruh tubuh.Simpanan trigliserida yang berlebihan dapat menjadi bahan
pembentukan VLDL dan LDL di hepar. Semakin tinggi jumlah makanan berlemak yang
dikonsumsi akan menyebabkan semakin banyak trigliserida yang berada di dalam tubuh.
Selain sebagai sumber energi, trigliserida juga dapat dikonversi menjadi kolesterol dan
fosfolipid apabila diperlukan dan apabila kadarnya di dalam tubuh berlebihan.Kecepatan
pembentukan kolesterol dipengaruhi oleh konsentrasi kolesterol yang ada dalam
tubuh.Meningkatnya pembentukan LDL, serta bertambahnya jumlah kolesterol dari hasil
konversi trigliserida mengakibatkan lebih banyak kolesterol yang diangkut oleh LDL ke
dalam pembuluh darah.Pada tubuh manusia, reseptor LDL menangkap LDL yang tidak
teroksidasi dan disimpan di dalam sel tubuh. Jika sudah berlebih, LDL tidak masuk ke
dalam sel kemudian dimetabolisme di hepar untuk menjadi asam empedu dan
diekskresikan keluar
Konsumsi makanan sehari-hari dapat dilihat berdasarkan umur, berat badan,
tinggi badan, dan jenis kelamin. Ukuran dan frekuensi asupan makanan juga
memmpengaruhi peningkatan berat badan dan lemak tubuh. Penilaian konsumsi
makanan dapat menggunakan beberapa metode, berikut beberapa metode yang sering
digunakan :
1. food recall 24 jam
Cara menilai konsumsi makanan dengan metode food recall 24 jam adalah
meminta responden untuk menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24
jam sebelum wawancara dilakukan. Untuk lebih mudah dalam melihat ukuran atau porsi
17

makanan biasanya peneliti menggunakan alat bantu berupa food model dan alat ukur
rumah tangga (URT).
Dalam melakukan recall biasanya menggunakan patokan waktu makan agar
dapat membantu responden mengingat makanan yang dikonsumsinya. Patokan waktu
yang digunakan seperti setelah bangun tidur, pada saat sekolah, pulang sekolah, sore
sampai malam hari menjelang tidur. Dengan melakukan beberapa hari maka biasanya
dapat menggambarkan tentang konsumsi sesungguhnya dari orang yang diperiksa.
2. food frequency questionnaire ( FFQ)
Pada metode ini bertujuan untuk mendapatkan data kualitatif yang memberikan
informasi tentang pola daftar pertanyaan berisi tentang 2 komponen, yaitu daftar
makanan dan frekuensi makan dalam periode waktu tertentu seperti hari, minggu, bulan
dan tahun. Kelebihan metode ini adalah daftar pertanyaan dapat diisi sendiri oleh
responden, biaya relatif murah, lebih representatif untuk pola makan dan kebiasaan.
Sedangkan kelemahannya adalah tidak ada porsi makanan, tidak bisa menilai konsumsi
zat gizi sebenarnya. FFQ sering digunakan untuk studi epidemiologi yang berkaitan
dengan kebiasaan makan dan penyakit (Rahmawati N. Aktivitas fisik dan hubungannya
dengan obesitas. Universitas Indonesia. Jakarta. 2009.)
Pada tabel 3 yang dipublikasi oleh LIPI, kita dapat melihat jenis makanan yang
mengandung kolesterol (mg/10 gr).30 Oleh karena itu kita dapat menghitung jumlah
kolesterol total yang kita makan dalam sehari .Almatsier( 2001) menyatakan bahwa
konsumsi kolesterol yang dianjurkan adalah < 300mg/ hari. Sehingga kita dapat
mengetahui apakah kita telah mengkonsumsi kolesterol sesuai dengan batas kebutuhan
total kolesterol perhari.
Tabel 3. Jumlah Kolesterol pada Makanan
Jenis Makanan
Kolesterol (mg/10 gr)
Kategori
Putih telur ayam
0
Sehat
Teripang
0
Sehat
Susu sapi non fat
0
Sehat
Daging ayam/daging bebek
50
Sehat
pilihan tanpa kulit
Ikan air tawar
55
Sehat
Daging sapi/daging babi
60
Sehat
pilihan tanpa lemak
Daging kelinci
65
Sehat
Daging kambing tanpa lemak 70
Sehat
18

Daging sapi (ham/smoke


98
Sekali-sekali
beef)
Iga sapi
100
Sekali-sekali
Iga babi
105
Sekali-sekali
Daging sapi
105
Sekali-sekali
Burung dara
120
Sekali-sekali
Ikan bawal
120
Sekali-sekali
Gajih sapi
130
Hati-hati
Gajih kambing
130
Hati-hati
Daging babi lemak
130
Hati-hati
Keju
140
Hati-hati
Sosis daging
150
Hati-hati
Kepiting
150
Hati-hati
Udang
160
Hati-hati
Kerang
160
Hati-hati
Siput
160
Hati-hati
Belut
185
Hati-hati
Santan
185
Berbahaya
Gajih babi
200
Berbahaya
Susu sapi
250
Berbahaya
Susu sapi cream
280
Berbahaya
Coklat
290
Berbahaya
Margarin/mentega
300
Berbahaya
Jeroan sapi
380
Berbahaya
Jeroan babi
420
Berbahaya
Kerang putih/tiram
450
Berbahaya
Jeroan kambing
610
Berbahaya
Cumi-cumi
1170
Pantang
Kuning telur ayam
2000
Pantang
Otak sapi
2300
Pantang
Otak babi
3100
Pantang
Telur burung puyuh
3640
Pantang
Sumber : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Pola makan berhubungan secara langsung pada kadar kolesterol. Suatu jurnal
penelitian menunjukan kadar kolesterol total dan LDL-C dapat diubah secara substansial
oleh perubahan diet atau pola makan.22 Contoh bahan makanan yang mengandung
kolesterol yaitu produk-produk hewani, susu sapi, daging, serta telur. Namun faktor lain
juga dapat mempengaruhi hal ini. Masih belum jelas berapa banyak variasi antar orang
19

dalam populasi tertentu disebabkan perbedaan diet mereka dan berapa banyak yang
disebabkan faktor lain.
Dalam laporan studi prevalensi sebelumnya dari Lipid Research Clinic(LRC) ,
telah ditentukan hubungan diet dengan high density lipoprotein (HDL-C). Ditemukan
bahwa semakin banyak konsumsi alkohol atau semakin berkurang karbohidrat (pati atau
sukrosa) yang dikonsumsi, semakin tinggi tingkat HDL-C.23
Tidak ada hubungan yang signifikan yang ditemukan antara HDLC dan diet
kolesterol, lemak polyunsaturated asam (PFA), atau asam lemak jenuh (SFA).
Analisis ini memperluas eksplorasi hubungan diet dan lemak untuk LDL-C dan
trigliserida. Karena hipotesis diet lemak klasik dan sebagian besar data penduduk yang
tersedia merujul pada kolesterol total, maka data kolesterol total disertakan. Data pada
VLDL-C, sebuah fraksi lipoprotein yang sangat berkorelasi dengan jumlah plasma
trigliserida, juga disertakan. Laporan ini melengkapi eksplorasi sistematis dari data LRC
dalam hubungan diet untuk semua jenis lipid dan fraksi lipoprotein.
Distribusi tingkat lipid dan lipoprotein di 10 populasi North American Lipid
Researc Center dan distribusi variabel diet telah disusun dan diterbitkan.Dengan
menggunakan data studi prevalensi LRC ditemukan hubungan statistik yang signifikan
bermakna antara diet dengan LDL-C, kolesterol total, trigliserida, dan VLDL-C.

2.3.3 Aktivitas Fisik


Hiperkolesterolemia

dapat

meningkatkan

risiko

terkena

penyakit

kardiavaskular. Prevalensi hiperkolesterolemia di indonesia rentang umur 25-65 tahun


menurut survey konsumsi rumah tangga (SKRT) 2004 adalah sebesar 1.5 % dan
prevalensi batas tinggi (kadar kolesterol darah 200-249mg/dl)adalah sebesar 11,2%)
kelompok batas tinggi dapat menjadi hiperkolesterolemia apabila tidak menjaga pola
hidup sehat dan seimbang.13 Kadar kolesterol darah dipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya adalah aktivitas fisik.
Aktivitas fisik merupakan bentuk multidimensional yang kompleks dari
perilaku manusia daripada perilaku secara teoritis yang meliputi semua gerak tubuh
mulai dari gerakan kecil hingga turut serta dalam lari marathon. Aktivitas fisik biasanya
mengacu pada gerakan beberapa otot besar seperti menggerakkan lengan dan
tungkai.Aktivitas fisik umumnya diartikan sebagai gerak tubuh yang ditimbulkan oleh
20

otot-otot skeletal dan mengakibatkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik merupakan


bentuk perilaku, sedangkan pengeluaran energi merupakan hasil dari perilaku tersebut.26
Davidson (2012) mengatakan bahwa kadar kolsterol dipengaruhi oleh asupan
lemak, karbohidrat, dan protein, menurut Mahan dan Escot-Stump (2008) asupan serat,
asupan kolesterol, dari pangan dan aktivitas fisik juga dapat mempengaruhi kadar
kolesterol darah. Aktivitas fisik berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah. Aktivitas
fisik yang rendah akan mendorong keseimbangan energi ke arah positif sehingga
mengarah pada peyimpanan energi dan pada penambahan berat badan, akibatnya akan
berpengaruh pada peningkatan kadar kolesterol darah, begitu pula sebaliknya (sihadi
2006). Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara konsumsi pangan dan aktivitas fisik
dengan kadar kolesterol darah pri dan wanita deawsa di Bogor pada tahun 2013
didapatkan hasil bahwa tingkat aktivitas fisik dan jenis kelamin berpengaruh nyata
terhadap kadar kolesterol darah (P<0.05). hasil penelitian Shirazi (2008) menyatakan hal
yang sama yaitu olah raga teratur dapat menurunkan kadar kolesterol darahsecara
signifikan dan meningkatkan kadar HDL dalam darah.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Asli Madupa menunjukkan proporsi total
kolesterol tinggi sebesar 9,98 % terhadap aktivitas responden 76,1%.31
Frekuensi aktivitas fisik mengacu pada jumlah sesi aktivitas fisik per satuan
waktu.Durasi aktivitas fisik merupakan lamanya waktu yang dihabiskan ketika
melakukan aktivitas itu, Intensitas aktivitas fisik sering dinyatakan dengan istilah ringan,
sedang atau moderat, keras atau vigorous dan sangat keras atau stenuous. Kategori
intensitas ini dapat didefinisikan dengan pengertian absolut dan relatif. Pengelompokan
absolut yang sering dipakai untuk intensitas aktivitas fisik adalah klasifikasi MET
(metabolicenergy turnover). Satu MET sama dengan pengeluaran energi saat istirahat
yaitu sekitar 3,5 ml O2/kg per menit. Kisaran aktivitas spesifik yang luas telah
diklasifikasikan menurut nilai MET masing-masing.26

21

Tabel 4.Nilai MET (Metabolic Energy Turnover) dari sejumlah aktivitas pekerjaan
Pekerjaan

Nilai MET
(kkal/menit)

Konstruksi,umum diluar gedung

5.5

Tukang kayu,umum

3.5

Membawa barang berat

Duduk, pekerjaan kantor yang ringan, ibu rumah


tangga, pelajar, pertemuan,perakitan/perbaikan

1.5

yang ringan
Berdiri ringan (penjaga toko,penata rambut dll)

2.5

Berdiri sedang (mengangkat barang yang ringan)

3.5

Sumber : Royal et all. Phisical activity guidlines for americans. United States Departement of Health and Human Services pg. 54-57

Tabel 5.Nilai MET (Metabolic Energy Turnover) dari sejumlah aktivitas umum
Aktivitas

Nilai MET
(kkal/menit)

Membersihkan,umum

3.5

Mencuci piring (sambil berdiri)

2.3

Menyeterika

2,3

Memasak (sambil berdiri)

2,5

Menggosok lantai

5.5

Berbaring atau duduk diam (sambil menonton tv,mendengarkan


musik)

Merawat anak

2,5

Berkebun

5,0

Mengemudikan kendaraan

2,0

mengemudikan bus, kereta api

1,5

Mengemudikan sepeda motor

2,5

Berjalan, sedang (4,8 km/jam)

3,5

Bersepeda

4,0

Sumber : Royal et all. Phisical activity guidlines for americans. United States Departement of Health and Human Services pg. 54-57

22

Selama aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar metabolisme untuk


bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk
mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisasisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada berapa banyak otot
yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan. Seorang yang
gemuk menggunakan lebih banyak energi untuk melakukan suatu pekerjaan daripada
seorang yang kurus, karena orang gemuk membutuhkan usaha lebih besar untuk
menggerakkan berat badan tambahan (Almatsier, 2004). Aktivitas fisik dibagi menjadi
aktivitas ringan, sedang, dan berat. Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa rendahnya
dan menurunnya aktivitas fisik merupakan faktor yang paling bertanggung jawab
terjadinya obesitas. Dalam penelitian Hadi (2003) menunjukkan bahwa penurunan
aktivitas fisik dan atau peningkatan perilaku hidup sedentarian (kurang gerak)
mempunyai peranan penting dalam peningkatan berat badan dan terjadinya obesitas.
Aktivitas fisik yang rendah dapat menyebabkan kelebihan konsumsi. Rendahnya
aktivitas fisik yang disertai pola makan yang berlebih dapat menimbulkan keadaan gizi
berlebih. Terjadinya peningkatan sel lemak dalam rongga perut atau pinggul diakibatkan
oleh penimbunan energi dalam bentuk jaringan lemak karena mobilisasi energi menurun
(Harsojo, 1997). Energi yang dihasilkan dari metabolisme lemak dua kali lipat
dibandingkan dengan energi yang dihasilkan karbohidrat. Dari gambaran metabolisme di
atas dapat disimpulkan bahwa dalam rangka pemecahan kelebihan lemak dari badan
maka latihan yang dilakukan lebih lama akan menghasilkan nilai tambah (Dede
Kusmana, 2006).
Aktivitas fisik diukur dengan metode faktorial, yaitu merinci semua jenis dan
lamanya kegiatan yang dilakukan selama 24 jam (dalam menit) pada lembar kuesioner,
selanjutnya dicocokkan dengan daftar Nilai Perkiraan Keluaran Energi atau MET
(metabolic energy turnover) pada kegiatan tertentu. Besarnya aktivitas fisik yang
dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam Physical Activity Level (PAL)atau
tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (Kkal) per
kilogram berat badan selama 24 jam. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

PAL =

( PAR x w )
24 jam
23

Keterangan :
PAL = Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)
PAR = Physical activity rasio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis
kegiatan per satuan waktu tertentu)
W = Alokasi waktu tiap aktivitas (jam)

Tabel 6.Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL (FAO/WHO/UNU)


2001)
Kategori

Nilai PAL
(kkal)

aktivitas ringan

1,40-1,69

aktivitas sedang

1,70-1,99

aktivitas berat

2,00-2,40

2.3.4 Usia
Usia adalah lama hidup seseorang dihitung sejak tanggal bulan tahun kelahiran
sampai tanggal bulan tahun pemeriksaan dilakukan yang dinyatakan dalam tahun. Usia
dapat diukur menggunakan tanda pengenal pasien (KTP, akta kelahiran) dan kalender
untuk menghitung. Dimana cara mengukur usia yaitu dengan tanggal bulan tahun
pemeriksaan dikurangi dengan tanggal bulan tahun dari tanda pengenal.
Usia dibagi berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan manusia. Pembagiannya
yaitu neonatus( 0-1 bulan), infant/bayi (1 bulan 1 tahun), anak (1-12 tahun), remaja
(12-21 tahun), dewasa (21-40 tahun), presenium (40-59 tahun), senium/lansia (>59
tahun).
Presentase penduduk lansia di Indonesia saat ini mencapai 7%, dimana
disimpulkan bahwa Indonesia kini memasuki kelompok negara berstruktur usia tua.
Derajat kesehatan lansia cenderung rendah, dimana tingginya presentase penduduk lansia
yang

mengalami

keluhan

kesehatan

ditemukan

hampir

di

semua

provinsi

(Doewes,2011).27
Pada masa lanjut usia akan terjadi penurunan fisik dan angka kesakitan
cenderung meningkat. Penurunan kekuatan fisik membatasi kegiatan orang usia lanjut,
penyakit yang melemahkan membuat tidak berdaya (Atkinson, 2003).
24

Hasil penelitian Saint Lois University School of Medicine menyimpulkan


kolesterol berperan dalam proses aterosklerosis sehingga meningkatkan risiko serangan
jantung dan stroke. Hasil studi Jung San Huang (2007) menyatakn secara bermakna
kolesterol membatasi aktivitas protein protektif TGF-beta (transforming growth factor
beta) sehingga terbentuknya plak aterosklerosis.
Hasil penelitian Helmizar dkk (2010) memperlihatkan pada usia <40 tahun kadar
rata-rata kolesterol total 206 + 52,8 sedangkan pada usia >40 tahun mencapai 232 + 50,4.
Hal tersebut memperlihatkan bahwa semakin tinggi usia maka semakin tinggi pula kadar
kolesterol total. Pada penelitian yang dilakukan di kabupaten Minahasa Selatan juga
didapatkan hasil pada orang yang berumur diatas 40 tahun beresiko memiliki kadar
kolesterol yang tinggi sebesar 2,24 kali lipat disbanding pada orang yang berumur
dibawah 40 tahun (Milsa 2013).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Adhiyani (2013) pada 101 lansia
menunjukkan adanya 16 orang dengan kolesterol total meningkat pada usia 55-64 tahun,
11 orang pada usia 65-74 tahun, dan 2 orang pada usia >74 tahun. Hal tersebut selaras
dengan penelitian Bintanah dan Muryati (2008) di RSU Kraton Kabupaten Pekalongan
dimana didapatkan hiperkolesterolemia terjadi pada kisaran umur 55-64 tahun.
Kadar kolesterol total tinggi tersebut diperlihatkan secara deskriptif pada
penelitian yang dilakukan oleh Adhiyani (2008) dimana dari 101 sampel didapatkan 73
lansia gemar mengkonsumsi makanan berlemak dengan 21 lansia mengalami
peningkatan kadar kolesterol total. Terdapat 28 lansia tidak gemar makan makana
berlemak, 8 diantaranya mengalami peningkatan kadar kolesterol total.

2.3.5 Jenis Kelamin


Jenis kelamin adalah pembagian pembagian jenis seksual yang ditentukan secara
biologis dan anatomis yang dinyatakan dalam jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin
perempuan. Jenis kelamin dapat diukur dengan melihat tanda pengenal pasien (KTP atau
akta kelahiran).
Penelitian yang dilakukan oleh Milsa (2013) memberikan hasil bahwa jenis
kelamin tidak memiliki hubungan dengan kolesterol total. Hal ini berbanding terbalik
dengan penelitian yang dilakukan Wiyono dkk 2004 menyebutkan bahwa perempuan
memiliki risiko kadar kolesterol lebih tinggi dari laki laki.28

25

Penelitian yang dilakukan oleh Adhiyani (2008) yang dilakukan pada 101 lansia
didapatkan 28 perempuan dengan kadar kolesterol total meningkat dan 2 laki-laki dengan
kadar kolesterol total meningkat. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh
Helmizar dkk (2010) mendapatkan dimana rata-rata kadar kolesterol total laki-laki 216,2
+ 49,2 sedangkan pada perempuan 227,1 + 49,8.
Perempuan memiliki risiko peningkatan kadar kolesterol total. Menurut Djohan
(2004)

hal

tersebut

terjadi

karena

perempuan

mengalami

menopause

yang

mengakibatkan kadar kolesterol meningkat lebih tinggi jika dibandingkan dengan kadar
kolesterol laki-laki. Pada umumnya aktivitas fisik laki-laki juga lebih tinggi sehingga
asupan kalori dengan penggunaan energi pada laki-laki lebih seimbang dibandingkan
dengan perempuan

2.3.6. Pendidikan
Menurut M.J. LangeveldPendidikan adalah upaya manusia dewasa membimbing
manusia yang belum dewasa kepada kedewasaan. Pendidikan ialah usaha menolong anak
untuk melaksanakan tugas-tugas hidupnya, agar bisa mandiri, akil-baliq, dan
bertanggung jawab secara susila. Pendidikan adalah usaha mencapai penentuan-dirisusila dan tanggung jawab. Sedangkan mengacu pada peraturan pemerintah Republik
Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikanmembagi pendidikan
formal dan nonformal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Menurut Agustinus dkk,
pendidikan adalah jenjang pendidikan formal dari institusi tertentu yang mencakup
tingkat SD

atau sederajatnya, SMP atau sederajatnya, SMA atau sederajatnya dan

akademi/ perguruan tinggi atau yang sederajatnya. Dimana tingkat pendidikan rendah
yaitu tidak tamat atau tamat SD/sederajat, tidak tamat atau tamat SMP/sederajat, atau
tidak tamat atau tamat SMA/sederajat. Pendidikan sedang jika tamat SMA/sederajatnya,
tidak tamat akademi atau perguruan tinggi. Pendidikan tinggi jika tamat akademi atau
perguruan tinggi.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa tingkat pendidikan tidak secara langsung
mempengaruhi kadar lipid darah, namun diduga mempengaruhii pemilihan jenis bahan
26

pangan yang dikonsumsi sehari-hari. Menurut Hardinsyah(1985) tingkat pendidikan akan


mempengaruhi tingkat konsumsi pangan seseorang dalam memilih bahan pangan demi
memenuhi kebutuhan hidupnya. Orang yang memiliki pendidikan yang tinggi cenderung
memilih bahan pangan yang lebih baik, baik kualitas maupun kuantitas yang tentunya
memperhatikan kesehatan sebagai alasan dalam pemilihan makanan.
Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan Helmizar dkk (2010) dengan
sampel sebanyak 215 orang didapatkan hampir 40% responden tamat SLTA/ sederajat.15
Dengan tingkat pendidikan rendah (105 orang) didapatkan rata-rata hasil kadar kolesterol
total 230,3 52,8 sedangkan dengan tingkat pendidikan tinggi (110 orang) didapatkan
rata-rata hasil kadar kolesterol total 220,2 + 46,4. Dari hasil penelitian tersebut
disimpulkan bahwa tingkat pendidikan tidak menunjukkan hubungan yang bermakna
dengan profil lipid responden. Pada penelitian yang dilakukan oleh Asli Madupa
menunjukkan proporsi total kolesterol tinggi sebesar 9,98 %

terhadap aktivitas

responden 63,34%.31
Tingkat pendidikan formal dapat diketahui dari ijazah seseorang yang
dikeluarkan oleh lembaga pendidikan resmi yang terkait, namun dalam banyak
penelitian, termaksud penelitian tersebut diatas tingkat pendidikan dapat diketahui dari
wawancara dan kuesioner yang dibuat oleh peneliti.

27

2.4 Kerangka Teori

28

2.5 Kerangka Konsep

POLA KONSUMSI
MINUM TEH PADA
PEMINUM TEH

POLA MAKAN
BMI
AKTIVITAS
JENIS KELAMIN
PENDIDIKAN
USIA

KADAR
KOLESTEROL
TOTAL

29

Bab III
Metode Penelitian

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan adalah descriptive dengan pendekatan cross
sectional untuk mengetahui hubungan pola konsumsi minum teh pada peminum teh dan
kadar kolesterol total dan faktor-faktor yang berhubungan pada pengunjung Puskesmas di
Kelurahan Kedoya Selatan periode 9 September 19 September 2014.
.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada periode 9 September 19 September 2014 di
Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan.

3.3 Populasi
Populasi target berupa semua pengunjung puskesmas yang merupakan peminum teh.
Populasi terjangkau berupa semua pengunjung puskesmas yang merupakan peminum teh
yang berkunjung di kelurahan Kedoya Selatan pada 3 bulan terkahir.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Kriteria inklusi adalah:

Pengunjung puskesmas yang merupakan peminum teh dan pernah berkunjung ke


Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan maksimal tiga bulan sebelum tanggal
pemeriksaan.

Usia pengunjung puskesmas 15 tahun, yang bersedia mengikuti penelitian

Kriteria eksklusi adalah :

Dalam pengobatan atau menggunakan obat yang mempengaruhi kadar kolesterol

3.5 Besar Sampel


Melalui rumus dibawah ini, didapatkan besar sampel penelitian sebagai berikut :
(

n2 = n1 + (10%. n1)
n1 = jumlah sampel minimal
30

n2 = jumlah sampel ditambah substitusi 10% (substitusi adalah persen responden yang
mungkin drop out)
z = nilai konversi pada tabel kurva normal, dengan nilai

= 5% didapatkan z pada kurva

normal = 1,96
p = proporsi dari variabel yang ingin diteliti: Kebiasaan minum teh: 73,8%,5 Usia 15 tahun:
35,9%,13 Jenis kelamin : wanita 14,5 %,13 pendidikan: 9,8%,31 aktivitas 9,98%,31 IMT
23,8%, Pola makan makanan berlemak 36%:29, .Karena yang paling dekat 50% adalah pola
makan, maka P yang dipakai adalah 36%.

q = 100% - p = 100% - 36% = 64%


L = Derajat kesalahan yang masih diterima adalah 10%
Berdasarkan rumus diatas, didapatkan angka :
n1 =

)
(

n1 = 88,60 setara dengan 89


untuk menjaga adanya kemungkinan responden yang drop out, maka dihitung :
n2 = 89 + (10% x 89)
n2 = 97,9 dibulatkan menjadi 98 responden
Jadi, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 98 orang.

3.6 Teknik Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan secara non-probality dengan
convenience sampling. Caranya adalah dengan peneliti mencari subjek yang pernah
berkunjung ke puskesmas baik yang berobat atau tidak, yang mana pencarian subjek
penelitian baik didalam puskesmas maupun langsung ke perumahan warga, dengan
menanyakan pada subjek apakah pernah berobat atau berkunjung ke puskesmas dalam 3
bulan terakhir.

3.7 Cara Kerja

Menghubungi lurah Kedoya Selatan, kepala puskesmas kelurahan Kedoya Selatan, bidan
puskesmas serta kader RW yang menjadi daerah penelitian untuk melaporkan tujuan
diadakannya penelitian tersebut.

Mengumpulkan bahan ilmiah dan merencanakan desain penelitian.


31

Mencari data populasi pengunjung puskesmas yang merupakan peminum teh yang
berusia 15 tahun di kelurahan Kedoya Selatan

Pemilihan sampel kemudian dilakukan secara non-probability dengan convenience


sampling.

Membuat kuesioner,tabel aktivitas kegiatan harian dan menyiapkan alat pengukur kadar
kolesterol sebagai instrumen pengukuran data.

Melakukan pengujian kuesioner dan formulir catatan kegiatan harian yang kedua pada
10 orang responden (10% dari jumlah subjek penelitian yang telah ditentukan) dan uji
pemeriksaan kadar kolesterol di Puskesmas Kelurahan Sumur Batu, Jakarta Pusat.

Melakukan koreksi kuesioner dan catatan kegiatan harian yang telah disebar pada 10
orang responden uji coba.

Menghubungi petugas-petugas puskesmas dan ibu-ibu kader agar membantu kegiatan


penelitian.

Melakukan pengumpulan data-data dengan menggunakan instrumen penelitian berupa


alat pengukur kadar kolesterol dengan alat digital yaitu Easy Touch 3in1 kuesioner, ,
dan tabel aktivitas harian di puskesmas kelurahan Kedoya Selatan.

Melakukan pengolahan, penyajian, analisis, dan interpretasi data dengan program SPSS.

Penulisan laporan penelitian.

Pelaporan penelitian.

Pengumpulan Data
Data primer dikumpulkan dengan mengukur kadar kolesterol dengan alat digital yaitu
Easy Touch 3in1 , kuesioner dan formulir catatan aktivitas harian.

3.8 Identifikasi Variabel


Dalam penelitian ini digunakan variabel terikat (dependen) dan variabel bebas
(independen). Variabel terikat berupa kadar kolesterol total pada pengunjung puskesmas
kelurahan Kedoya Selatan.Variabel bebas pola konsumsi minum teh pada peminum teh, pola
makan, usia ,aktivitas, pendidikan, jenis kelamin, indeks massa tubuh.

32

3.9 Manajemen dan Analisis Data


Terhadap data-data yang sudah dikumpulkan dilakukan pengolahan berupa proses
editing, verifikasi, dan koding. Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan menggunakan
program SPSS. Data yang didapat akan disajikan dalam bentuk tekstular dan tabuler.
Terhadap data yang telah disajikan, dilakukan analisis dengan cara uji statistik yang
sesuai. Kemudian data diinterpretasikan secara deskriptif dan analitik antar variabel-variabel
yang telah ditentukan.

3.10 Definisi Operasional


Subjek Penelitian
Pada penelitian ini, responden sekaligus berperan sebagai subjek penelitian.
Responden
Responden pada penelitian ini adalah semua pengunjung lebih dari 15 tahun yang
merupakan pengunjung puskesmas Kedoya Selatan pada 3 bulan terakhir memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi.
Pola Konsumsi Minum Teh pada Peminum Teh
Definisi

:Adalah gambaran kebiasaan minum teh yang dinilai berdasarkan


sudah berapa lama minum teh, frekuensi, jumlah cangkir, dan jenis teh
yang diminum.

Cara ukur

: wawancara

Alat ukur

: kuesioner

Kuesioner Pola Kebiasaan Minum Teh pada Peminum Teh


1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu meminum teh?

> 1 bulan (5)

< 1 bulan (1)

2. Jenis teh apa yang bapak/ibu minum dalam satu bulan terakhir?

Teh Hijau (5)


Teh hitam/merah (3)
33

3. Apakah Bapak/Ibu minum teh setiap hari dalam satu bulan terakhir?

Ya (5)
Tidak (3)
4. Berapa jumlah teh yang Bapak/Ibu minum dalam satu hari dalam satu bulan terakhir?

> 6 cangkir/hari (5)


< 6 cangkir/hari (3)
Skala

: ordinal.

a. Scor tertinggi : 20
b. Scor terendah : 12
c. Scor interval

:7

Pola Minum Teh yang Baik : 70% x 20 = 14 20


Pola Minum Teh yang Buruk : < 70% x 20 = < 14
Hasil ukur :

Pola Minum Teh yang Baik : jika responden minum teh > 1 bulan, frekuensi minum teh
setiap hari, jenis teh yang diminum teh hijau, jumlah teh
yang diminum > 6 cangkir/hari
Score

: > 14

Pola Minum Teh yang Tidak Baik: jika responden minum teh < 1 bulan, frekuensi
minum teh tidak setiap hari, jenis teh yang diminum
teh hitam, jumlah teh yang diminum < 6
cangkir/hari
Score

: < 14

Koding
Kode 1 : Pola Minum Teh yang Baik
Kode 2 : jika Pola Minum Teh yang Tidak baik

34

Kolesterol total
Definisi

:Kolesterol total adalah jumlah kolesterol yang ada dalam darah dimana
kolesterol bukanlah kolesterol puasa melainkan kolesterol sewaktu
yang diambil pada pagi hari dengan harapan pengunjung belum
makan makanan yang akan mengganggu hasil kadar kolesterol yang
diperiksa yang diambil menggunakan alat easy touch yang berfungsi
sebagai alat deteksi bukan untuk diagnosis.17-18

Cara ukur

Sebelum dilakukan pengukuran mintalah izin kepada responden peneliti akan


memeriksa kadar kolesterol dengan cara menusukan jarum kecil di ujung jari pasien.
Bersihkan ujung jari dengan menggunakan kapas alkohol dari arah dalam keluar.
Beritahukan jari responden akan ditusuk dengan jarum kecil agar responden tidak
terkejut.
Jari responden ditusuk secara cepat menggunakan jarum yang dipasang pada alat
pemeriksa.
Jari responden dipencet sampai mengeluarkan darah, darah yang pertama di hapus
menggunakan kapas, tetesan darah kedua diteteskan pada ujung strip alat pembaca
kolesterol easy touch.
Jari responden diberikan kapas alkohol dan meminta responden untuk menutup jari
yang ditusuk menggunakan jari lainnya.
Tunggu beberapa detik sampai hasil kolesterol total muncul pada layar alat periksa.
Catat hasil pengukuran.
Hasil ukur :
-

nilai kolesterol <200mg/dL normal,

nilai kolesterol 200- 239mg/dL dalam batas tinggi

nilai kolesterol 240 mg/dL tinggi.

Alat ukur

: Easy touch 3in1

Skala

: ordinal

Koding
Kode 1 : tinggi
Kode 2 : batas tinggi
Kode 3 : normal

35

Pendidikan Responden
Definisi

: jenjang pendidikan formal dari institusi tertentu yang mencakup tingkat SD


atau sederajatnya, SMP atau sederajatnya, SMA atau sederajatnya dan
akademi/ perguruan tinggi atau yang sederajatnya.

Tingkat pendidikan rendah :


-

Tidak tamat/tamat SD atau sederajatnya

Tidak tamat/tamat SMP atau sederajatnya

Tidak tamat/tamat SMA atau sederajatnya

Tingkat pendidikan sedang :


-

Tamat SMA atau sederajatnya

Tidak tamat akademi atau perguruan tinggi atau sederajatnya

Tingkat pendidikan tinggi :


-

Tamat akademi atau perguruan tinggi atau sederajatnya

Cara Ukur

: Wawancara

Alat Ukur

: Kuesioner

Skala

: Ordinal

Hasil ukur

Tinggi
Sedang
Rendah
Koding :
Kode 1 = Rendah
Kode 2 = sedang
Kode 3 = Tinggi

Usia
Definisi

:Usia adalah lama hidup seseorang dihitung sejak tanggal bulan tahun
kelahiran sampai tanggal bulan tahun pemeriksaan dilakukan yang
dinyatakan dalam tahun.

Alat ukur

: kalender dan tanda pengenal korban (KTP, akta kelahiran)

Cara ukur

: tanggal bulan tahun pemeriksaan dikurangi dengan tanggal bulan


tahun dari tanda pengenal.
36

Skala ukur

: ordinal

Hasil ukur:
15-35 tahun (dewasa awal)
36-55 tahun (dewasa madya)
56-65 tahun (dewasa tua)
Koding
Kode 1: 15-35 tahun (dewasa awal)
Kode 2: 36-55 tahun (dewasa madya)
Kode 3: 56-65 tahun (dewasa tua)

Jenis kelamin
Definisi

: Jenis kelamin adalah pembagian pembagian jenis seksual yang


ditentukan secara biologis dan anatomis yang dinyatakan dalam jenis
kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan.

Skala ukur

: nominal

Alat ukur

: tanda pengenal (KTP atau akta kelahiran)

Cara ukur

: dilihat dari tanda pengenal apakah laki-laki atau perempuan

Hasil ukur: laki-laki atau perempuan


Koding

Kode 1

: laki-laki

Kode 2

: perempuan

Aktivitas fisik
Definisi

:Aktivitas fisik adalah penjumlahan pengeluaran energi dalam satuan


kilokalori (Physical Activity

Level) yang diperoleh dari catatan

kegiatan responden berupa aktivitas yang melibatkan gerak tubuh


serta aktivitas dalam batasan pekerjaan dikalikan dengan durasi
aktivitas dalam jangka waktu 24 jam terakhir.26
Data yang diperoleh dari wawancara menggunakan formulir catatan kegiatan harian
dalam 24 jam dan dimasukan menggunakan rumus :
1. Menghitung nilai MET(Metabolic Equivalents) dari catatan aktivitas harian yang
umum dilakukan dalam satu hari. MET setiap kegiatan yang dilakukan dikalikan
frekuensi dengan durasi.
37

2. Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam
Physical Activity Level (PAL) atau tingkat aktivitas fisik.
PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
PAL =

( PAR x w )
24 jam

Keterangan :
PAL = Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)
PAR = Physical activity rasio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis
kegiatan per satuan waktu tertentu/MET)
W = Alokasi waktu tiap aktivitas (jam)

Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL (FAO/WHO/UNU 2001)


Kategori

Nilai PAL
(kkal)

aktivitas ringan

1,40-1,69

aktivitas sedang

1,70-1,99

aktivitas berat

2,00-2,40

Aktivitas fisik dikategorikan menjadi:


a. Ringan
b. Sedang
c. Berat
Cara ukur: Wawancara
Alat ukur: Formulir catatan kegiatan harian dalam 24 jam terakhir.
Skala: ordinal
Koding:
Kode 1= aktivitas ringan
Kode 2 = aktivitas sedang
Kode 3 = aktivitas berat

38

Indeks Massa Tubuh


Definisi

:Indeks massa tubuh adalah rasio lemak tubuh yang dihitung dengan
cara berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan.19

Alat ukur

Cara ukur

: Timbangan dan Microtoise

1. Mengukur berat badan dengan menggunakan timbangan


2. Mengukur tinggi badan dengan menggunakan microtoa
3. Menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan menggunakan rumus metrik:
Berat badan (Kg)
IMT = -----------------------------------------[Tinggi badan (m)]2
Hasil Ukur

Tabel 2. Klasifikasi Berat Badan untuk Orang Asia (WHO 2000)


Klasifikasi
IMT (kg/m2)
Risiko Morbiditas
Kurus
< 18,5
Rendah
Normal
18,5 22,9
Sedang
Kegemukan
> 23
- Pra-obes
23 24,9
Meningkat
- Obes I
25 29,9
Sedang
- Obes II
>30
Berat
The Asia Pacific perspective : Redefining obesity and its treatment. World Health Organization Collaborating Centre for the Epidemiology
of Diabetes Mellitus and Health Promotion for Noncommunicable Disease. Melbourne 2000

Skala

: Ordinal

Koding :

Kode 1 : Gemuk

Kode 2: Normal

Kode 3: Kurus

Pola Makan
Definisi

:Pola makan adalah gambaran kebiasaan makan seseorang yang dinilai


berdasarkan asupan makanan, pemilihan bahan makanan, dan cara
pengolahan bahan makanan.
Dalam penelitian ini variable yang ingin diteliti dari pola makan
ditekankan pada kadar kolesterol dalam setiap makanan. Makanan
39

yang mengandung kolesterol adalah jumlah dari kadar kolesterol total


dalam seluruh makanan yang dikonsumsi oleh responden dalam 24 jam
terakhir, yang ditentukan dengan hasil penjumlahan kadar kolesterol
yang

dikonsumsi

dalam

satuan

miligram

(Total

Konsumsi

kolesterol)*** berdasarkan tabel LIPI yang terlampir, kemudian


dikategorikan menjadi :30
a. Tinggi
Apabila Total Konsumsi kolesterol responden dalam satu hari
(24 jam) > dari batas kebutuhan kolesterol total per hari, yaitu >
300 mg/hari
b. Tidak tinggi
Apabila Total Konsumsi kolesterol responden dalam satu hari
(24 jam) sesuai batas kebutuhan kolesterol total per hari, yaitu <
300 mg/hari.
Keterangan:
*** Total Konsumsi Kolesterol (24 jam) dihitung dengan cara menjumlahkan
seluruh kadar kolesterol yang terkandung dalam setiap makanan yang
dikonsumsi responden dalam 24 jam terakhir (pagi, siang dan malam).
Cara ukur

: wawancara

Alat ukur

: kuesioner

Skala

: Ordinal

Koding
1. Kode 1

: tinggi

2. Kode 2

: tidak

3.11 Etika Penelitian


Data sampel yang mengisi kuesioner pada penelitian ini akan dirahasiakan dan setiap
responden mempunyai hak untuk menolak diikutsertakan dalam penelitian.

3.12 Subjek Penelitian


Subjek penelitian adalah semua pengunjung puskesmas yang berusia 15 tahun yang
merupakan peminum teh di Kelurahan Kedoya Selatan pada 3 bulan terakhir.

40

Bab IV
Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kelurahan Kedoya Selatan mengenai


hubungan pola konsumsi minum teh pada peminum teh dengan kadar kolesterol total dan
faktor-faktor yang berhubungan Periode 9 September 19 September 2014 dengan jumlah
sampel adalah 100 responden yang diperoleh dengan cara convenience sampling diperoleh
hasil sebagai berikut:

4.1. Sebaran Pola Konsumsi Minum Teh pada Peminum Teh Pengunjung Puskesmas
Kelurahan Kedoya Selatan periode 9 September 19 September 2014
4.1.1 Sebaran Pola Konsumsi Minum Teh pada Peminum Teh Pengunjung Puskesmas
Kelurahan Kedoya Selatan periode 9 September 19 September 2014

Tabel 1. Sebaran Pola Konsumsi Minum Teh pada Peminum Teh Pengunjung Puskesmas
Kelurahan Kedoya Selatan periode 9 September 19 September 2014

Kategori

Frekuensi

Persentase

Pola Baik

72

72.0

Pola Buruk

28

28.0

Total

100

100.0

4.2. Sebaran Kadar Kolesterol Total Pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya


Selatan periode 9 September 19 September 2014
Tabel 2. Sebaran Kadar Kolesterol Total Pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan
periode 9 September 19 September 2014
Kategori

Frekuensi

Persentase

Tinggi

13

13.0

Batas Tinggi

45

45.0

Normal

42

42.0

Total

100

100
41

4.3 Sebaran Usia, Pekerjaan, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pola Makan, IMT, Aktivitas
Fisik, dan Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap Kadar Kolesterol Total
Pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan periode 9 September 19
September 2014

Tabel 3. Sebaran Usia Pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan periode 9


September 19 September 2014
Kategori
15-35
36-55
>56

Usia
Total

Jumlah

Persen

43
44
13
100

43.0
44.0
13.0
100,0

Tabel 4. Sebaran Jenis Kelamin pada Pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan
Periode 9 September 19 September 2014.
Kategori
laki-laki
perempuan

Jenis Kelamin

Total

Jumlah

Persen

47
53

47.0
53.0

100

100

Tabel 5. Sebaran Pendidikan Pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan periode


9 September 19 September 2014
Kategori
rendah
sedang
Tinggi

Pendidikan
Total

Jumlah

Persen

26
45
29
100

26.0
45.0
29.0
100

42

Tabel 6. Sebaran Pola Makan Pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan


periode 9 September 19 September 2014
Kategori
Pola Makan
Kolesterol

Jumlah

Persen

46
54

46.0
54.0

100

100

tinggi kolesterol
rendah kolesterol
Total

Tabel 7. Sebaran Aktivitas Fisik Pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan


periode 9 September 19 September 2014
Kategori

Jumlah

Persen

60
33
7

60.0
33.0
7

100

100

Ringan
sedang
Berat

Aktivitas
Fisik
Total

Tabel 8. Sebaran Indek Massa Tubuh (IMT) Pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya
Selatan periode 9 September 19 September 2014
Kategori

Jumlah

Persen

Kegemukan

53

53.0

Normal
Kurus

42
5

42.0
5

100

100

IMT

Total

43

4.3. Hubungan Antar Pola Konsumsi Minum Teh pada Peminum Teh dengan Kadar
Kolesterol Total Pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan periode 9
September 19 September 2014
Tabel 9. Hubungan Pola Konsumsi Minum Teh pada Peminum Teh dengan Kadar Kolesterol
Total Pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan periode 9 September 19
September 2014

df Jenis Uji

Kadar Kolesterol Total


Kategori

Batas
Tinggi

Tinggi
Pola Konsumsi Pola Baik
Minum Teh Pola Buruk
Total

Hasil Uji

Normal Total
72 2

31

34

14

28

13

45

42

100

Chi- 0.139
Square

Ho gagal
ditolak

4.4. Hubungan antara Usia, Jenis Kelamin, IMT, Aktivitas Fisik, Pola Makan, dan
Pendidikan terhadap Kadar Kolesterol Total Pengunjung Puskesmas Kelurahan
Kedoya Selatan periode 9 September 19 September 2014

Tabel 10. Hubungan antara Usia terhadap Kadar Kolesterol Total Pengunjung Puskesmas
Kelurahan Kedoya Selatan periode 9 September 19 September 2014
Kadar Kolesterol Total
Kategori
Tinggi

Batas
Tinggi

Normal

Total

15-35

16

23

43

36-55

20

16

44

>56

13

Total

13

45

42

100

Df

Jenis Uji

Hasil Uji

Chi-Square

0.152

Ho gagal ditolak

Usia

44

Tabel 11. Hubungan antara Jenis Kelamin, terhadap Kadar Kolesterol Total Pengunjung
Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan periode 9 September 19 September 2014
Kadar Kolesterol Total
Kategori
Tinggi
Jenis
Kelamin

Batas
Tinggi

Normal

Total

Laki-Laki

15

22

41

Perempuan

22

18

49

Perempuan

22

18

49

Df

Jenis Uji

Hasil Uji

Chi-Square

0.228

Ho gagal ditolak

Tabel 12. Hubungan antara IMT terhadap Kadar Kolesterol Total Pengunjung Puskesmas
Kelurahan Kedoya Selatan periode 9 September 19 September 2014
Kadar Kolesterol Total
Kategori
Tinggi
IMT

Batas
Tinggi

Normal

Total

Kegemukan

10

28

15

53

Normal*

14

26

42

Kurus *

Df

Jenis Uji

Hasil Uji

Chi-Square

0.009

Ho ditolak

*Digabung untuk memenuhi syarat Chi Square

Tabel 13. Hubungan antara Pola Makan

terhadap Kadar Kolesterol Total Pengunjung

Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan periode 9 September 19 September 2014


Kadar Kolesterol Total
Kategori
Tinggi
Pola Makan

Batas
Tinggi

Normal

Total

Tinggi Kolesterol

16

24

46

Rendah Kolesterol

29

18

54

Total

13

45

42

100

Df

Jenis Uji

Hasil Uji

Chi-Square

0.130

Ho gagal ditolak

45

Tabel 14. Hubungan antara Aktivitas Fisik terhadap Kadar Kolesterol Total Pengunjung
Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan periode 9 September 19 September 2014
Kadar Kolesterol Total
Kategori
Tinggi
Aktivitas
Fisik

Batas
Tinggi

Normal

Df

Jenis Uji

Hasil Uji

Chi-Square

0.786

Ho gagal ditolak

Total

Ringan

28

23

60

Sedang*

15

14

33

Berat*

Total

13

45

42

100

*Digabung untuk memenuhi syarat Chi Square

Tabel 15. Hubungan antara Pendidikan terhadap Kadar Kolesterol Total Pengunjung
Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan periode 9 September - 19 September 2014
Kadar Kolesterol Total
Kategori
Tinggi
Pendidikan

Batas
Tinggi

Normal

Df

Jenis Uji

Hasil Uji

Total

Rendah

11

12

26

Sedang*

19

18

45

Tinggi*

15

12

29

Total

13

45

42

100

Chi-Square

0.447

Ho gagal ditolak

*Digabung untuk memenuhi syarat Chi Square

46

Bab V
Pembahasan

5.1. Sebaran Pola Konsumsi Minum Teh pada Peminum Teh


Berdasarkan pada tabel 1, didapatkan sebaran pola konsumsi minum teh pada
peminum teh yang baik sebanyak 72 responden (72%). Hal tersebut menggambarkan
bahwa pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan memiliki pola konsumsi
minum teh yang baik.

5.2 Sebaran Kolesterol Total


Berdasarkan pada tabel 2, yang merupakan hasil penelitian yang dilakukan
pada pengunjung Puskesmas Kedoya Selatan yang menjadi responden dalam penelitian
ini, ditemukan paling banyak pengunjung yaitu 45 orang subjek (45%) dari 100 orang
subjek memiliki kadar kolesterol total sebesar 200-239 mg/dl. Hal ini menunjukkan
bahwa banyak pasien pengunjung puskesmas kelurahan Kedoya Selatan yang memiliki
kadar kolesterol total dalam batas tinggi.

5. 3 Sebaran Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pola Makan, Aktivitas Fisik, dan Indeks
Massa Tubuh (IMT)
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa usia terbanyak responden yang
meminum teh yaitu antara 36-55 tahun berjumlah 44 responden (44%). Hasil penelitian
ini berbeda dengan hasil penelitian lain dimana responden berusia 25-35 tahun berjumlah
35,9%, responden berusia 36-45 tahun berjumlah 30,4%, dan responden berusia 46-65
tahun berjumlah 33,7%.23
Berdasarkan tabel 4, sebaran jenis kelamin didapatkan paling banyak yaitu
perempuan berjumlah 53 responden (53%). Hasil penelitian ini serupa dengan hasil
penelitian lain dimana perempuan berjumlah lebih besar, yaitu 52,8%.24
Berdasarkan tabel 5, sebaran pendidikan, didapatkan responden dengan pendidikan
terbanyak adalah pendidikan sedang berjumlah 45 responden (45%). Hal ini serupa
dengan penelitian lain dimana responden dengan pendidikan sedang berjumlah 40%.15
Berdasarkan tabel 6, sebaran pola makan, didapatkan responden dengan pola
rendah kolesterol paling banyak yaitu 54 responden (54%). Hasil penelitian ini berbeda

47

dengan penelitian lain dimana pada penelitian lain didapatkan 72,27% pola makan tinggi
kolesterol dan 22,77% pola makan rendah kolesterol.27
Berdasarkan tabel 7, Sebaran aktivitas fisik didapatkan responden dengan aktivitas
fisik ringan paling banyak, yaitu sebanyak 60 responden (60%),. Hasil penelitian ini
berbeda dengan penelitian lain dimana jumlah responden dengan aktivitas

ringan

sebesar 26,4%, akivitas sedang 40,3%, dan aktivitas berat 33,3%.27


Berdasarkan tabel 8, Sebaran indeks massa tubuh (IMT) didapatkkan responden
dengan IMT kegemukan paling banyak, yaitu berjumlah 53 responden (53%) . Hal ini
berbeda dengan penelitian lain dimana didapatkan prevalensi kurus sebesar12,2%,
normal 65,8%, dan kegemukan sebesar 22%.24

5.4 Hubungan antara Pola Konsumsi Minum Teh pada Peminum Teh dengan kadar
Kolesterol Total
Berdasarkan tabel 9 didapatkan bahwa hubungan antara pola konsumsi minum
teh dan kadar kolesterol total pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan
periode September 2014 didapatkan nilai p > 0,05 yaitu p=0,139 yang berarti Ho gagal
ditolak. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pola
konsumsi minum teh yang baik dengan kadar kolesterol total.
Menurut teori kandungan teh yang paling utama adalah polifenol katekin yaitu
epigallocatechin-3-gallate (EGCG). Epigallocatechin (EGC), epicatechin-3-gallate
(ECG) dan epicatechin (EC). Katekin (EGCG) mempunyai efek hipokolesterolemik.4,7
EGCG bekerja dengan menekan absorpsi kolesterol di dalam usus. EGCG merupakan
yang terbanyak yaitu 50 80% dari jumlah total katekin. Dimana teh hijau mengandung
80-90% katekin, sedangkan teh hitam hanya mengandung 20-30% katekin.4,7
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Davies dkk didapatkan bahwa konsumsi
teh hitam mengakibatkan penurunan kolesterol total sebesar 3,8 dan 6,5% dibandingkan
dengan Plasebo dan Plasebo yang ditambah caffein. Data ini sesuai dengan temuan
Stensvold dkk dari studi kohort besar yang mencatat penurunan konsentrasi total
kolesterol dengan meningkatkan konsumsi teh. Pengamatan serupa juga telah dicatat sama
dengan jika mengkonsumsi teh hijau.6
Namun mayoritas penelitian epidemiologi

dan percobaan klinis tidak

menunjukkan adanya efek menurunkan kolesterol oleh teh. Hanya 4 dari 13 studi
48

epidemiologi melaporkan adanya hubungan antara minum teh dengan kadar kolesterol
(McKay dan Blumberg, 2002, Tewari dkk, 2000, Langley Evans , 2000, Serafini dkk
1996, Vinson dkk, 1995).11

5.6 Hubungan antara Usia, Jenis Kelamin, IMT, Aktivitas Fisik, Pola Makan, dan
Pendidikan terhadap Kadar Kolesterol Total
Dari tabel 10-15 didapatkan bahwa hubungan antara usia dengan kadar
kolesterol total memiliki nilai p > 0,05 yang berarti tidak adanya hubungan yang bermakna
antara usia dengan kadar kolesterol total.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Milsa yang berjudul perbandingan kadar kolesterol total
pada masyarakat semi kota dan desa di kabupaten Minahasa Selatan. Dimana pada
penelitian tersebut hubungan usia dengan kadar kolesterol total memiliki nilai p < 0,05
yang berarti terdapat hubungan bermakna antara usia dengan kadar kolesterol, yaitu
semakin tinggi usia maka semakin tinggi pula kadar kolesterol.
Hubungan antara jenis kelamin dengan kadar kolesterol total memiliki nilai p
> 0,05 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kadar
kolesterol total. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Milsa
yang berjudul perbandingan kadar kolesterol total pada masyarakat semi kota dan desa di
kabupaten Minahasa Selatan.28 Pada penelitian tersebut, hubungan antara jenis kelamin
dan kadar kolesterol total memiliki nilai p > 0,05 yang berarti tidak adanya hubungan yang
bermakna antara jenis kelamin dengan kadar kolesterol.
Hubungan antara IMT dengan kadar kolesterol total memiliki nilai p < 0,05
yang berarti terdapat hubungan yang bermakna dengan kadar kolesterol total. Hasil
penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Sihadi yang berjudul risiko
kegemukan terhadap kadar kolesterol. Pada penelitian tersebut didapatkan hubungan
antara berat badan lebih dengan kadar kolesterol tinggi memiliki nilai p < 0,05 yang
berarti terdapat hubungan yang bermakna antara IMT dengan kadar kolesterol total.
Hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar kolesterol total memiliki nilai p
> 0,05 yang berarti tidak adanya hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan
kadar kolesterol total. Berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Waloya
dkk yang berjudul hubungan antara konsumsi pangan dan aktivitas fisik dengan kadar
kolesterol darah pria dan wanita dewasa di bogor. Pada penelitian tersebut, hubungan
49

aktivitas fisik dengan kadar kolesterol total memiliki nilai p < 0,05 yang berarti terdapat
hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kadar kolesterol total.24 Dimana
semakin tinggi aktivitas fisik maka semakin rendah kadar kolesterol total.
Hubungan antara pola makan dengan kadar kolesterol total memiliki nilai p >
0,05 yang berarti tidak adanya hubungan yang bermakna antara pola makan dengan kadar
kolesterol total. Berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Waloya dkk
yang berjudul hubungan antara konsumsi pangan dan aktivitas fisik dengan kadar
kolesterol darah pria dan wanita dewasa di bogor. Pada penelitian tersebut, hubungan pola
makan dengan kadar kolesterol total memiliki nilai p < 0,05 yang berarti terdapat
hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kadar kolesterol total. Dimana pola
makan tinggi kolesterol akan meningkatkan kadar kolesterol total.
Hubungan antara pendidikan dengan kadar kolesterol total memiliki nilai p >
0,05 yang berarti tidak adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kadar
kolesterol total. Selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Sihadi yang berjudul risiko
kegemukan terhadap kadar kolesterol. Pada penelitian tersebut hubungan antara
pendidikan dan kadar kolesterol memiliki nilai p > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan
antara pendidikan dengan kadar kolesterol total.

50

Bab VI
Kesimpulan dan Saran

6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian di atas, dapat diambil kesimpulan antara pola konsumsi
minum teh pada peminum teh dengan kadar kolesterol total pada pengunjung puskesmas
kelurahan Kedoya Selatan periode 9 September 19 September 2014 adalah sebagai
berikut:
Didapatkan sebaran pola konsumsi minum teh yang baik sebesar 73 responden
(73%) pada pengunjung Puskesmas kelurahan Kedoya Selatan periode 9 September
19 September 2014.
Didapatkan sebaran kolesterol dengan kadar kolesterol total < 200mg/dL sebanyak
13%, < 200 239 mg/dl sebanyak 45%, > 239 mg/dl sebanyak 42% pengunjung
Puskesmas kelurahan Kedoya Selatan periode 9 September 19 September 2014.
Didapatkan sebaran usia terbanyak yaitu antara 36-55 tahun berjumlah 44 responden
(44%), sebaran jenis kelamin didapatkan paling banyak yaitu perempuan berjumlah
53 responden (53%), sebaran pendidikan, didapatkan responden dengan pendidikan
terbanyak adalah pendidikan sedang berjumlah 45 responden (45%), sebaran pola
makan, didapatkan responden dengan pola rendah kolesterol paling banyak yaitu 54
responden (54%), sebaran aktivitas fisik didapatkan responden dengan aktivitas fisik
ringan paling banyak, yaitu sebanyak 60 responden (60%), sebaran indeks massa
tubuh (IMT) didapatkkan responden dengan IMT kegemukan paling banyak, yaitu
berjumlah 53 responden (53%) pada pengunjung Puskesmas kelurahan Kedoya
Selatan periode 9 September 19 September 2014.
Tidak ada hubungan bermakna antara pola konsumsi minum teh pada peminum teh
dengan kadar kolesterol total dari pengunjung Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan
periode 9 September 19 September 2014 dengan uji Chi-Square didapatkan hasil p
0,139 (p>0,05)
Tidak ada hubungan bermakna antara usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, pola makan,
dan pendidikan terhadap kadar kolesterol total dari pengunjung Puskesmas
Kelurahan Kedoya Selatan periode 9 September 19 September 2014.

51

Ada hubungan bermakna antara IMT dengan kadar kolesterol total dari pengunjung
Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan periode 9 September 19 September 2014,
dengan uji Chi-Sqare didapatkan hasil p 0,009 (p<0,05).

6.2 Saran
1) Bagi profesi agar dapat mengadakan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan
studi prospektif untuk menghindari bias recall dan menggunakan sampel yang lebih
besar agar didapatkan hasil yang lebih signifikan dan representatif pada tahun
berikutnya. Peneliti juga disarankan untuk meneliti tentang pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarakat terhadap kadar kolesterol dan penyakit yang dapat timbul akibat
hiperkolesterolemia.
2) Bagi Puskesmas Kelurahan Kedoya Selatan Kec. Kebon Jeruk, agar lebih
mensosialisasikan tentang hiperkeolesterolemia dan faktor-faktor yang berhubungan
serta pencegahan dan penanganannya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarkat demi menurunkan kadar kolesterol masyarakat di wilayah kelurahan
Kedoya Selatan. Antaranya adalah melakukan penyuluhan kepada masyarakat sekeliling
tentang masalah kesehatan ini. Selain itu, pemeriksaan kolesterol disarankan untuk
dimasukan dalam program pencegahan penyakit tidak menular yang dijalankan melalui
kegiatan posbindu dan posyandu lansia untuk mendeteksi faktor resiko dan gejala untuk
penyakit degeneratif yang disebabkan hiperkolesterolemia. Pemeriksaan kadar kolesterol
darah dianjurkan untuk dilakukan pada posbindu dan posyandu lansia setiap bulan bagi
mendeteksi individu dengan hiperkolesterolemia. Penelitian tentang 3 hal tersebut dapat
menjadi umpan balik kepada puskesmas tentang kepekaan masyarakat terhadap masalah
hiperkolesterolemia.
3) Bagi instansi pendidikan, agar memberikan dukungan dalam bentuk pelatihan dan
penyediaan alat-alat pengukuran dan pendanaan kepada mahasiswa dalam melakukan
suatu penelitian tentang masalah kesehatan yang terjadi di lingkungan masyarakat untuk
memudahkan mahasiswa dan meringankan beban biaya untuk suatu penelitian.

52

Daftar Pustaka
1. Debra AK. Medical nutrition therapy in cardiovascular disease.In: Mahan LK, Escott-Stump
S, Editors. Krauses food nutritionand diet therapy. 11th Ed. USA: Saunders; 2004. p. 86091.
2. Antman EM, Braunwald E. Acute myocardial infarction. In: Braunwald E, Editor. Heart
disease: a textbook of cardiovascular medicine. 8th ed. Philadelphia: WB Saunders; 2007. p.
1197- 322.
3. Smith DG. Epidemiology of dyslipidemia and economic burden on the healthcare system.
Am J Manag Care. 2007;13(Suppl):568-71.
4. Somantri Ratna, K Tanti. Kisah dan kasiat teh. PT Gramedia pustaka utama. Jakarta 2011.
Hal 1-17.
5. Bangun EB, Lubis Z, Siagian A. Perilaku minum teh dan kadar hemoglobin (Hb) pada siswasiswi sekolah menengah kejuruan negeri 1 jorlang hataran desa dolok marlawan kecamatan
jorlang kabupaten simalungun tahun 2012. FK USU. 2012
6. Davies MJ, Joseph T, Judd, Baer DJ, Clevidence BA, Paul DR, et all. Black tea
consumptionn reduces total and ldl cholesterol i mildly hypercholesterolemic adults.
American Society for Nutritional Sciences. 2003. Pg 3298-3302
7. Alamsyah Nur Andi. Taklukan Penyakit dengan teh hijau. PT Agromedia pusaka. Depok.
2006. Hal 1-47.
8. Besral, Meilianingsih L, Sahar J, 2007. Pengaruh Minum Teh terhadap Kejadian Anemia
pada Usila di Kota Bandung. Makara, Kesehatan, Vol. 11, No. 1: 38-43.
9. Herawati H, Nurawan A, 2007. Peningkatan Nilai Tambah Produk Teh Hijau Rakyat di
Kecamatan Cikalong Wetan-Kabupaten Bandung. Jurnal Pengkajian dan Pengembagan
Teknologi Pertanian Vol.10, No. 3, November 2007: 241-249.
10. Hartley L, Flowers N, Holmes J, Clarke A, Stranges S, Hooper L, Rees K. Green and black
tea for the primary prevention of cardiovascular disease (Review). UK : John Wiley and
Sons. 2013
11. Brannon CA. Green tea : new benefits from an old favorite? Nutrition Dimension Worlds
Leading Educator. 2011
12. Ganong, W.F. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 22. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
2005
53

13. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Status
kesehatan masyarakat Indonesia. In: Soemantri S, Budiarso LR, Sandjaja, editors. Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT); 2004. Volume 2. p. 34-6.
14. Rahajoe AU. Minuman yang bermanfaat untuk kardiovaskular. Jurnal Kardiologi Indonesia
Vol 28 No 2. 2007. Hal. 90-2
15. Helmizar, Jalal F, Liputo I. Hubungan tingkat konsumsi antioksidan dengan profil lipid darah
orang dewasa etnis minangkabau di kota padang. Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 60,
No. 8. 2010. Hal. 356 63
16. Maitra A, Kumar V. Penyakit Genetik dan Anak. Dalam: Robbins Buku Ajar Patologi. Edisi
Ke 7. Prasetyo A, Pendit BU, Priliono T, Alih Bahasa. Assroruddin M, Hartanto H,
Darmaniah N, Editor Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC; 2007. Hal. 238-296.
17. Suryaatmaja, Mdkk. Tabel konversi satua SI konvensional dan nilai rujukan dewasa- anak
parameter laboratorium klinik. Perhimpunan dokter spesialis patologi klinik Indonesia.
Jakarta. 2004
18. Wijayati Tuti. Alat pengukur kadar kolesterol. Sekolah tinggi farmasi Indonesia Yayasan
Haznah. 2012
19. Idapole SSJ.Hubungan indeks massa tubuh dengan kadar gula darah dan profil lipid.FKM UI.
2009
20. Faheem M, Qureshi S, Ali J, Hameed, Zahoor, Abbas F, et all. Does BMI affect cholesterol,
sugar, and blood preasure in general population?. Pakistan. 2010
21. Aurora GR, Sinambela A, Noviyanti CH. Peran konseling berkelanjutan pada penanganan
pasien hiperkolesterolemia. Fakultas kedokteran UI. Jakarta 2012
22. Sediaoetama AD.Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I. Jakarta: PenerbitDian
Rakyat.2008
23. Anwar B. Manfaat diet pada penanggulangan hiperkolesterolemi. Bagian Ilmu Gizi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatra Utara. 2003
24. Waloya T, Rimbawan, Andarwulan N. Hubungan antara konsumsi pangan dan aktivitas fisik
dengan kadar kolesterol darah pria dan wanita dewasa di bogor. IPB. Jurnal Gizi dan Pangan.
2013. Hal. 9-16
25. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan hasil riset kesehatan dasar (riskesdas).
CV Kiat Nusantara. Jakarta. 2013
26. Gibney MJ, Margetts BM, Kearney JM. 2005. Gizi kesehatan masyarakat. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
54

27. Adhiyani C. Hubungan usia dan konsumsi makanan berlemak dengan kolesterol total pada
lansia kelurahan serengan surakarta. Akademi Analis Kesehatan Nasional Surakarta. 2013.
Journal of Pharmacy Vol. 2 No. 1 : 12-18
28. Mintalangi ME. Perbandingan kadar kolesterol total pada masyarakat semi kota dan desa di
kabupaten minahasa selatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
Manado. 2013
29. Sulasti D, dkk. Pola asupan lemak,serat, dan antioksidan serta hubungannya dengan profil
lipid. Majalah kedokteran Indonesia. Volume 55 No 2. Februari 2005.
30. Gaya hidup sehat. UPT Balai informasi teknologi LIPI. 2009. Hal 1-10
31. Madupa A. Faktor- faktor yang berhubungan dengan tingkat total kolesterol orang dewasa
di perkotaan Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2006

55

LAMPIRAN

56

Lampiran 1. Kuesioner

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN POLA KONSUMSI MINUM TEH PADA


PEMINUM TEH DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DAN FAKTOR LAIN YANG
BERHUBUNGAN DI PUSKESMAS KELURAHAN KEDOYA SELATAN
PERIODE SEPTEMBER 2014

Diisi oleh pewawancara


No. Responden :
Tanggal wawancara :
Alamat :

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nama :
2. Tanggal Lahir

: Tanggal

Bulan

3. Jenis Kelamin

4. Pendidikan

:- SD

(tamat/tidak tamat)*

- SMP

(tamat/tidak tamat)*

- SMA/SLTA

(tamat/tidak tamat)*

Laki Laki

Tahun

Perempuan

- Akademi/Perguruan Tinggi (tamat/tidak tamat)*


- Tidak Bersekolah
* Dicoret yang tidak sesuai
5. Pekerjaan

pegawai kantor pekerja rumah tangga

tidak bekerja

buruh

Lain-Lain------------------------

6. Data Antropometri
Tinggi Badan :

cm

Berat Badan :

Kg

7. Kolesterol Darah Total :

mg/dl ( Diisi oleh petugas)

57

C. PERTANYAAN
Berilah tanda X atau pada jawaban yang sesuai.
1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu meminum teh?

> 1 bulan
< 1 bulan
2. Jenis teh apa yang bapak/ibu minum dalam satu bulan terakhir?

Teh Hijau
Teh hitam/merah
3. Apakah Bapak/Ibu minum teh setiap hari dalam satu bulan terakhir?

Ya
Tidak
4. Berapa jumlah teh yang Bapak/Ibu minum dalam satu hari dalam satu bulan terakhir?

> 6 cangkir/hari
2-6 cangkir/hari
Tulislah jawaban pada bagian Jawab.........
4. Makanan apakah yang sering menjadi sarapan bapak/ibu dalam 24 jam terakhir/kemarin?
Jawab..............................................................................................
5. Makanan apakah yang sering menjadi makan siang bapak/ibu dalam 24 jam
terakhir/kemarin?
Jawab..............................................................................................
6. Makanan apakah yang sering menjadi makan malam bapak/ibu dalam 24 jam
terakhir/kemarin?
Jawab..............................................................................................
7. Makanan apakah yang sering menjadi camilan bapak/ibu dalam 24 jam terakhir/kemarin?
Jawab .............................................................................................

58

FORMULIR CATATAN KEGIATAN HARIAN( 24 JAM TERAKHIR)


No :
Nama Responden :
Hari / tanggal :

Kegiatan

Durasi

Pagi

Siang

Malam

59

Lampiran 2. Daftar SPSS


pola_minumteh
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Pola Baik

72

72.0

72.0

72.0

Pola Buruk

28

28.0

28.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

Kebiasaan Minum Teh


Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

setiap hari

54

54.0

54.0

54.0

tidak setiap hari

46

46.0

46.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

Kadar Kolesterol Total


Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Tinggi

13

13.0

13.0

13.0

Batas Tinggi

45

45.0

45.0

58.0

Normal

42

42.0

42.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

Jenis Teh
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

teh hitam/merah

76

76.0

76.0

76.0

teh hijau

24

24.0

24.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

60

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

laki-laki

47

47.0

47.0

47.0

perempuan

53

53.0

53.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

Pendidikan
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Rendah

26

26.0

26.0

26.0

Sedang

45

45.0

45.0

71.0

Tinggi

29

29.0

29.0

100.0

Total

100

100.0

100.0

Aktivitas Fisik
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Ringan

60

60.0

60.0

60.0

Sedang

33

33.0

33.0

93.0

Berat

7.0

7.0

100.0

Total

100

100.0

100.0

Pola Makan Kolesterol


Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

tinggi kolesterol

46

46.0

46.0

46.0

rendah kolesterol

54

54.0

54.0

100.0

100

100.0

100.0

Total

61

Usia
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

15-35

43

43.0

43.0

43.0

36-55

44

44.0

44.0

87.0

>56

13

13.0

13.0

100.0

Total

100

100.0

100.0

pola_minumteh * koles1 Crosstabulation


koles1
1
pola_minumteh

Pola Baik

Count

Total

Total

31

34

72

9.4

32.4

30.2

72.0

14

28

Expected Count

3.6

12.6

11.8

28.0

Count

13

45

42

100

13.0

45.0

42.0

100.0

Expected Count
Pola Buruk

Count

Expected Count

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2Value

df

sided)

.135

Likelihood Ratio

3.946

.139

Linear-by-Linear Association

3.948

.047

Pearson Chi-Square

N of Valid Cases

4.011

100

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 3,64.

62

Crosstab
Kadar Kolesterol Total
Tinggi
Usia

15-35

Count

Total

Total

16

23

43

5.6

19.4

18.1

43.0

20

16

44

5.7

19.8

18.5

44.0

13

Expected Count

1.7

5.8

5.5

13.0

Count

13

45

42

100

13.0

45.0

42.0

100.0

Count
Expected Count

>56

Normal

Expected Count
36-55

Batas Tinggi

Count

Expected Count

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2Value

df

sided)

.152

Likelihood Ratio

6.632

.157

Linear-by-Linear Association

3.115

.078

Pearson Chi-Square

6.713

N of Valid Cases

100

a. 1 cells (11,1%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 1,69.

Crosstab
Kadar Kolesterol Total
Tinggi
IMT

Kegemukan

Normal

Total

Normal

Total

Count

10

28

15

53

Expected Count

6.9

23.8

22.3

53.0

14

26

42

5.5

18.9

17.6

42.0

Count

Expected Count

.6

2.2

2.1

5.0

Count

13

45

42

100

13.0

45.0

42.0

100.0

Count
Expected Count

Kurus

Batas Tinggi

Expected Count

63

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2Value
Pearson Chi-Square

Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases

sided)

.012

13.447

.009

4.836

.028

12.933

Likelihood Ratio

df

100

a. 3 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is ,65.

Crosstab
Kadar Kolesterol Total
Tinggi
Pola Makan Kolesterol

tinggi kolesterol

Count

Total

Normal

Total

16

24

46

6.0

20.7

19.3

46.0

29

18

54

Expected Count

7.0

24.3

22.7

54.0

Count

13

45

42

100

13.0

45.0

42.0

100.0

Expected Count
rendah kolesterol

Batas Tinggi

Count

Expected Count

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2Value

df

sided)

.130

Likelihood Ratio

4.106

.128

Linear-by-Linear Association

1.858

.173

Pearson Chi-Square

N of Valid Cases

4.076

100

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 5,98.

64

Crosstab
Kadar Kolesterol Total
Tinggi
Aktivitas Fisik

ringan

Batas Tinggi

Count

28

23

60

7.8

27.0

25.2

60.0

15

14

33

4.3

14.8

13.9

33.0

Count

Expected Count

.9

3.2

2.9

7.0

Count

13

45

42

100

13.0

45.0

42.0

100.0

Count
Expected Count

berat

Total

Total

Expected Count
sedang

Normal

Expected Count

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2Value

df

sided)

.523

Likelihood Ratio

3.927

.416

Linear-by-Linear Association

2.216

.137

Pearson Chi-Square

3.209

N of Valid Cases

100

a. 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is ,91.

Crosstab
Kadar Kolesterol Total
Tinggi
Pendidikan

rendah

Count

Total

Total

11

12

26

3.4

11.7

10.9

26.0

19

18

45

5.8

20.2

18.9

45.0

15

12

29

Expected Count

3.8

13.0

12.2

29.0

Count

13

45

42

100

13.0

45.0

42.0

100.0

Count
Expected Count

tinggi

Normal

Expected Count
sedang

Batas Tinggi

Count

Expected Count

65

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2Value

df

sided)

.694

2.306

.680

Linear-by-Linear Association

.001

.980

N of Valid Cases

100

Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio

2.227

a. 2 cells (22,2%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 3,38.

66

Lampiran 3. Lampiran Data Dasar


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan

usia
64
52
48
62
20
41
32
60
58
58
47
50
45
48
55
45
41
57
76
48
41
34
56
29
27
43
22
56
33
38
30
52
34
44
32
34
25
59
36
44
37
39
39
51
38
57
54
59
54
42
39
27
23
50
52
31
25
24
32
31
34
41
48
26
55
24
28
23
47
23
24
31
41
33
27
54
45
23
22
23
25
41
36
30
25
44
34
27
34
32

Pendidikan
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Rendah
Tinggi
Tinggi
Rendah
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Sedang
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Sedang
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi

Aktivitas Fisik
Sedang
Ringan
Ringan
Sedang
Ringan
Ringan
Sedang
Ringan
Berat
Ringan
Sedang
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Sedang
Ringan
Sedang
Ringan
Ringan
Ringan
Sedang
Berat
Sedang
Ringan
Ringan
Sedang
Ringan
Ringan
Berat
Sedang
Sedang
Sedang
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Berat
Ringan
Ringan
Ringan
Sedang
Sedang
Ringan
Ringan
Sedang
Ringan
Ringan
Ringan
Sedang
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Sedang
Ringan
Sedang
Ringan
Sedang
Ringan
Sedang
Ringan
Sedang
Ringan
Ringan
Berat
Ringan
Sedang
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Ringan
Sedang
Ringan
Ringan
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Ringan
Sedang
Ringan

IMT
Kegemukan
Normal
Kegemukan
Kegemukan
Normal
Kegemukan
Kegemukan
Kegemukan
Normal
Kegemukan
Kegemukan
Kegemukan
Kegemukan
Kegemukan
Normal
Kegemukan
Kegemukan
Kegemukan
Kegemukan
Kegemukan
Normal
Kegemukan
Normal
Kegemukan
Normal
Kegemukan
Kegemukan
Kegemukan
Normal
Kegemukan
Normal
Kurus
Kegemukan
Kurus
Kegemukan
Kegemukan
Normal
Normal
Kegemukan
Kegemukan
Kegemukan
Normal
Kegemukan
Kegemukan
Kegemukan
Normal
Kegemukan
Kegemukan
Kegemukan
Normal
Normal
Kegemukan
Normal
Kegemukan
Normal
Normal
Kegemukan
Kegemukan
Normal
Normal
Kurus
Normal
Kegemukan
Kurus
Normal
Kegemukan
Normal
Normal
Kegemukan
Kegemukan
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Kegemukan
Kegemukan
Kegemukan
Kegemukan
Kegemukan
Normal
Normal
Kegemukan
Normal
Normal
Normal
Normal
Kegemukan
Kegemukan
Kegemukan

Kebiasaan minum teh


Setiap hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Setiap hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Setiap hari
Tidak Setiap Hari
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Setiap hari
Setiap hari
Tidak Setiap Hari
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Setiap hari
Setiap hari
Tidak Setiap Hari
Setiap hari
Tidak Setiap Hari
Setiap hari
Setiap hari
Tidak Setiap Hari
Setiap hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Setiap hari
Tidak Setiap Hari
Setiap hari
Setiap hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Setiap hari
Setiap hari

Jenis Teh
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hijau
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hijau
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hijau
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hijau
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hijau
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hijau
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hijau
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hijau
Teh Hijau
Teh Hijau
Teh Hijau
Teh Hijau
Teh Hitam/Merah
Teh Hijau
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hijau
Teh Hijau
Teh Hijau
Teh Hijau
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hijau
Teh Hitam/Merah
Teh Hijau
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah

Pola Makan
Tinggi Kolesterol
Rendah Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Rendah Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Rendah Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Rendah Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Rendah Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Rendah Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Rendah Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Rendah Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Tinggi Kolesterol

kolesterol
227
190
207
225
166
178
176
264
200
189
157
218
204
300
287
186
233
215
238
230
159
247
199
205
237
201
191
234
167
224
241
223
186
189
280
191
210
221
225
188
245
212
263
234
220
230
235
207
247
186
183
224
193
242
221
161
237
177
197
161
243
184
196
201
175
211
172
182
255
221
165
213
155
210
172
231
215
235
220
178
196
201
280
165
192
210
211
180
234
171

Frekuensi Minum
2-6 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
2-6 cangkir
<2 cangkir
2-6 cangkir
2-6 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
2-6 cangkir
<2 cangkir
2-6 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
2-6 cangkir
2-6 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
2-6 cangkir
<2 cangkir
2-6 cangkir
<2 cangkir
2-6 cangkir
2-6 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
2-6 cangkir
2-6 cangkir
2-6 cangkir
2-6 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
2-6 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
2-6 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
>6 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
2-6 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
2-6 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
2-6 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
2-6 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
2-6 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
2-6 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
2-6 cangkir

67

No
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100

Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan

usia
44
33
23
55
55
54
32
46
61
26

Pendidikan
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Tinggi
Tinggi

Aktivitas Fisik
Ringan
Sedang
Ringan
Berat
Sedang
Sedang
Ringan
Sedang
Berat
Sedang

IMT
Normal
Normal
Kegemukan
Normal
Normal
Kegemukan
Normal
Normal
Normal
Normal

Kebiasaan minum teh


Setiap hari
Tidak Setiap Hari
Setiap hari
Setiap hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Tidak Setiap Hari
Setiap hari
Setiap hari
Tidak Setiap Hari

Jenis Teh
Teh Hitam/Merah
Teh Hijau
Teh Hitam/Merah
Teh Hitam/Merah
Teh Hijau
Teh Hitam/Merah
Teh Hijau
Teh Hijau
Teh Hitam/Merah
Teh Hijau

Pola Makan
Tinggi Kolesterol
Rendah Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Rendah Kolesterol
Rendah Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Rendah Kolesterol
Tinggi Kolesterol
Rendah Kolesterol

kolesterol
220
210
176
160
189
234
201
190
170
165

Frekuensi Minum
2-6 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir
2-6 cangkir
<2 cangkir
2-6 cangkir
2-6 cangkir
<2 cangkir
<2 cangkir

68

Anda mungkin juga menyukai