Hampa yang aku rasakan kemarin membuatku sadar betapa kosongnya hatiku akan cinta.
Tak ada labuhan yang kutuju. Tak ada tempat persinggahan buat mengisi kekosongan
hariku. Aku terlalu sibuk dengan keegoisanku. Aku terlalu naf akan efektifitas hidupku.
Hahaku bosan dengan semua ini. Aku ingin lari yang jauh, jauh meninggalkan semua
ini. Hiks..hiks tapi aku tak bisa lari. Kakiku seakan-akan terikat oleh kesuksesan
pikiranku. Keparat dengan semua ini.
Akhirnya aku tekadkan untuk mencari apa yang aku butuhkan. Aku sekarang tak butuh
lagi logika. Aku sudah muak dengan doktrin pikiranku. Seperti hari-hari biasa setiap sore
seusai jam kerja aku selalu menyempatkan untuk mengitari taman yang terletak di
belakang kantorku. Setelah beberapa lama membiarkan kakiku berjalan, aku memutuskan
untuk menghelakan nafas di sebuah kursi besi yang usang. Tak beberapa lama tampak
sepasang merpati putih seakan bercengkrama mesra. Hati kecilku berkata andaikan aku
mempunyai pasangan hidup seperti merpati itu aku pasti akan bahagia. Andaikan aku
memiliki cinta. Dengan cinta itu pasti akan menjawab segala gundah gulana ku ini.
Ternyata sore ini terlalu panas, aku berjalan menuju danau yang tak jauh dari
persinggahanku berniat membasuh mukaku. Kuharapkan kesejukan yang akan kurasakan.
Entah mengapa aku tertegun melihat rupaku yang berbayang di permukaan air danau.
Apakah ada cinta untuk seseorang berwajah jelek sepertiku. Aku urungkan niatku untuk
membasuh muka dan bergegas kembali ke Apartement, tempat tinggalku setahun
belakangan ini. Hatiku panas melebihi panas yang kurasakan pada kulitku ini. Kurasa
Tuhan tidak adil telah menciptakan wajahku seperti ini.
Sesampainya dikamarku aku hentakan badanku ke Springbed empuk milikku. Pikiranku
kubiarkan melayang. Baru beberapa menit ,pikiranku tersadarkan oleh dayuan suara
adzan. Aneh baru kali ini aku memperhatikan suara itu. Hah sudahlah, akhirnya
kuputuskan untuk mandi menghilangkan keringat yang menempel di tubuhku ini.
.
Krakck ( suara pecahan kaca yang jatuh kelantai)
Aku keluar dengan tetesan darah yang keluar dari tangan kananku. Ntah apa yang aku
rasakan hingga membuatku memecahkan kaca yang menempel di sudut kamar mandi.
Bersambung.