Anda di halaman 1dari 2

Kegelisahan Hati

Selasa, 19 April 2005


Hari ini entah sudah berapa lama kujalani hidupku, yang kutahu kini aku telah tampak
dewasa. Beberapa helai rambut putih telah tumbuh subur di kepalaku. Entah apa yang
kurasakan saat ini, sepertinya ada yang salah pada diriku. Tidak seperti hari-hari lain, hari
ini perasaanku mudah mengalir terbawa oleh suasana yang misterius. Pikiranku kini
melunak terhadap teror hatiku. Seakan-akan aku sedang berada dalam kabut kehampaan.
Bingung ingin pergi kemana. Tak ada tujuan yang ingin kutuju.
Pikiran yang selama ini aku sanjung dan ku agung-agungkan hanya meninggalkan jejak
kepedihan. Aku muak dengan doktrin pikiranku. Aku bosan dengan semua yang telah aku
rencanakan. Aku ingin bebas, lepas dari semua keterikatan yang membelenggu. Lari
meninggalkan kejenuhan aktifitas. Ya..aku bosan dengan ritme hidupku. Apa yang telah
aku dapatkan tak lebih hanya sebagai fatamorgana. Sekedar pemuas lahir yang melintas
seketika. Aku ingin yang lebih. Aku ingin merasakan sesuatu yang dapat menjawab
segala gundah gulana ku. Tapi seperti apa..? dan bagaimana aku menemukannya..
Sial..sial apa yang harus kulakukan.?
Kamis, 21 April 2005
.
Kalut yang kurasakan beberapa hari yang lalu, membuatku tak sabar mencari celah yang
membuat semua ini. Kondisi ini terlalu menyiksaku, hingga rasa keju yang kumakan pun
ikut terkontaminasi. Hari ini selera makan ku hilang. Hilang bersama kehampaan.
Waktu yang dulu menjadi maskot hidupku kini tersia, detik demi detik berlalu, menit, jam
hingga separuh hari aku habiskan dengan merenung pada kursi kerja ini. Mata ku
terhunus pada belantara langit biru yang menggelegarkan kesejukan. Burung-burung
gereja bebas berterbangan membawa keceriaan. Hari yang indah namun tak selaras
dengan kondisi hatiku. Hatiku gelap menunggu jawaban yang ingin kutemui.
Entah telah berapa kali dering telepon ku berbunyi. Hingga aku menyadari bahwa hari ini
ada janji yang telah aku buat dengan seorang klien. Anggota badanku serentak bergerak
mengharuskan diriku bangun dari kursi yang mungkin telah bosan karena kududuki. Aku
bergegas menuju kamar mandi mempersiapkan segala keperluan yang aku butuhkan.
Setengah jam dua puluh menit akhirnya waktu yang kubutuhan.....

Hampa yang aku rasakan kemarin membuatku sadar betapa kosongnya hatiku akan cinta.
Tak ada labuhan yang kutuju. Tak ada tempat persinggahan buat mengisi kekosongan
hariku. Aku terlalu sibuk dengan keegoisanku. Aku terlalu naf akan efektifitas hidupku.
Hahaku bosan dengan semua ini. Aku ingin lari yang jauh, jauh meninggalkan semua
ini. Hiks..hiks tapi aku tak bisa lari. Kakiku seakan-akan terikat oleh kesuksesan
pikiranku. Keparat dengan semua ini.

Akhirnya aku tekadkan untuk mencari apa yang aku butuhkan. Aku sekarang tak butuh
lagi logika. Aku sudah muak dengan doktrin pikiranku. Seperti hari-hari biasa setiap sore
seusai jam kerja aku selalu menyempatkan untuk mengitari taman yang terletak di
belakang kantorku. Setelah beberapa lama membiarkan kakiku berjalan, aku memutuskan
untuk menghelakan nafas di sebuah kursi besi yang usang. Tak beberapa lama tampak
sepasang merpati putih seakan bercengkrama mesra. Hati kecilku berkata andaikan aku
mempunyai pasangan hidup seperti merpati itu aku pasti akan bahagia. Andaikan aku
memiliki cinta. Dengan cinta itu pasti akan menjawab segala gundah gulana ku ini.
Ternyata sore ini terlalu panas, aku berjalan menuju danau yang tak jauh dari
persinggahanku berniat membasuh mukaku. Kuharapkan kesejukan yang akan kurasakan.
Entah mengapa aku tertegun melihat rupaku yang berbayang di permukaan air danau.
Apakah ada cinta untuk seseorang berwajah jelek sepertiku. Aku urungkan niatku untuk
membasuh muka dan bergegas kembali ke Apartement, tempat tinggalku setahun
belakangan ini. Hatiku panas melebihi panas yang kurasakan pada kulitku ini. Kurasa
Tuhan tidak adil telah menciptakan wajahku seperti ini.
Sesampainya dikamarku aku hentakan badanku ke Springbed empuk milikku. Pikiranku
kubiarkan melayang. Baru beberapa menit ,pikiranku tersadarkan oleh dayuan suara
adzan. Aneh baru kali ini aku memperhatikan suara itu. Hah sudahlah, akhirnya
kuputuskan untuk mandi menghilangkan keringat yang menempel di tubuhku ini.
.
Krakck ( suara pecahan kaca yang jatuh kelantai)
Aku keluar dengan tetesan darah yang keluar dari tangan kananku. Ntah apa yang aku
rasakan hingga membuatku memecahkan kaca yang menempel di sudut kamar mandi.

Bersambung.

Anda mungkin juga menyukai