Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sinar x merupakan salah satu jenis radiasi pengion yang
banyak digunakan dalam dunia kedokteran. Sifat sinar-x yang mampu
menembus objek bermanfaat untuk mengetahui kelainan fisik dan
fungsi suatu organ yang tidak dapat dilihat dari luar. Kemampuan
sinar-x menembus objek dapat dipengaruhi oleh kerapatan jaringan,
ketebalan objek serta nomor atom objek yang difoto.Untuk organ yang
memiliki ketebalan jaringan dan kerapatan jaringan yang hampir
sama,
dalam
pemeriksaan
dengan
sinar-x
akan
sulit
cystography
yaitu
AP(Antero
Posterior)
kasus
yang
berjudul
TEKNIK
PEMERIKSAAN
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana teknik pemeriksaan cystography dengan indikasi
cystysis di Instalasi Radiologi RSUD Kardinah?
2. Mengapa pemeriksaan cystography dengan indikasi cystysis
pada proyeksi AP arah sinar tidak disudutkan?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan cystography dengan
indikasi cystisis.
2. Untuk mengetahui alasan tidak dilakukannya penyudutan arah
sinar pada pemeriksaan cystografi dengan indikasi cystisis.
3. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktek Kerja
Lapangan II (PKL II) di RSUD Kardinah pada tanggal 9 Juni
2014 s.d. 19 Juli 2014.
D.
Sistematika Penulisan
Untuk memepermudah memahami tulisan ini, maka penuls
menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, tujuan penulisan, rumusan masalah dan
sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi landasan teori meliputi anatomi
dan fisiologi,
patologi
beserta
BAB IV PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
medulla
yang
bersebelahan
untuk
urat,
kreatinin,
dan
produk
penguraian
adalah
lanjutan
dari
renal
pelvis
yang
ginjal
sepanjang
bagian
belakang
dari
rongga
Uretropelvic
Pelvic Brim,
yaitu
ureter
yang
bermula
dari
sisi
pelvis
yang
Uretrovesica
l junction, yaitu ujung ureter dan masuk ke dalam vesika
urinaria.
Fungsi ureter :
a) Membawa urine dari ginjal (renal pelvis ginjal) ke
kandumg kemih secara gerakan ritmik atau
peristaltik.
b) Lapisan otot ureter memiliki aktivitas peristaltik
intrinsik yang dapat mengalirkan urine dari
kandung kemih keluar tubuh.
c. Kandung Kemih
Gambar 5
vesica
urinary dari
sisi lateral
10
2)
3)
Lapisan
ini
uretra,
kandung
kemih
berfungsi
sampai orifisium
14
kapiler
gromelural
lebih
permeabel,
15
Patologi Cystisis
Sistitis merupakan inflamasi kandung kemih. Inflamasi
tersebut dapat disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyebar dari
uretra atau karena respons alergik atau akibat iritasi mekanis
kandung kemih.
1. Patogenesis Sistitis:
Infeksi saluran kemih disebabkan mikroorganisme saluran cerna
(enterobacteriaceae) yang berkembang biak di daerah introitus
vaginae dan urethra anterior dan masuk kedalam kandung kemih
selama miksi. Infeksi saluran kemih lebih sering terjadi pada wanita
dari pada laki-laki, karena mempunyai hubungan dengan faktor
prepitasi dengan faktor lokal.
a. Faktor Prepitasi
1) Urethra lebih pendek.
2) Trauma pada daerah urethra anterior selama partus dan
senggama.
3) Kontaminasi transperineal dari rektum (anus).
4) Pengaruh progestoran selama kehamilan dan pemakaian
kontrasepsi menyebabkan hidroureter dan hidropelvis.
b. Faktor Lokal
1) Jumlah minum dan miksi.
2) Mekanisme pertahanan epitel kandung kemih.
3) Mekanisme humeral kandung kemih.
4) Wanita tidak punya cairan prostat yang besifat bakteriostatik.
5) iralensi mikroorganisme.
2. Etimology (Sebab) Cystisis
1) Bakteri dari vagina bisa berpindah dari urethra ke kandung
kemih. Wanita sering menderita infeksi kandung kemih setelah
melakukan hubungan seksual, kemungkinan karena urethra
16
timbulnya
gelembung-gelembung
udara
17
C.
adalah
pemeriksaan
dan
tidak
mempunyai
kemampuan
untuk
miksi
karena
kegagalan
urine
dari
fesika
menit
sebelum
dilakukan
pemeriksaan
pasien
pemrotetan
dengan
beberapa
proyeksi.
d. Proyeksi Pemotretan
1) Proyeksi AP (Antero Posterior)
a) Posisi pasien
Supine diatas meja pemeriksaan.
Midsagitalplane berada pada pertengahan meja.
Tangan ekstensi berada pada samping tubuh.
b) Posisi Objek
Midsagitalplane pada pertengahan kaset atau meja.
Pastikan tidak ada rotasi pada pelvis
c) Pengaturan sinar
Sinar menyudut 100 sampai 15 caudad.
Central point (CP) 5 cm diatas symphysis pubis..
d) Ekspose
Ekspirasi tahan nafas
19
Gambar 7 Proyeksi AP (Antero Posterior)
e) Kriteria Radiograf
Nampak ureter bagian distal, kandung kemih, dan
proximal urethra.
Kandung kemih tidak superposisi dengan tulang pubis.
Kandung kemih terisi kontras.
2) Proyeksi Obliq (RPO dan LPO)
a) Posisi Pasien
Pasien supine diatas meja pemeriksaan
b) Posisi objek
Daerah pelvis dan urethra ditempatkan diatas kaset,
kemudian pasien dimiringkan 30-40, sehingga super
posisi dengan soft tissue otot paha.
20
Lutut
yang
ada
disebelah
atas
difleksikan
untuk
kenyamanan pasien.
c) Pengaturan sinar
Sinar tegak lurus, 2,5 cm dibawah spina iliaca superior
inferior (SIAS).
d) Eksposi
Ekspirasi tahan nafas.
otot paha.
Kontras mengisi kandung kemih
3) Proyeksi Lateral
a) Posisi Pasien
21
Tidur miring pada salh satu sisi
b) Posisi Objek
Knee fleksi
posterior
symphysis phubis
d) Eksposi
BAB III
PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Profil Kasus
22
: Siemens
: Ergophos 4
: 19.1.05
: 1987
: Kv min
: 42
: Kv max
: 125
: mAs min
:8
: mAs max : 1200
b. Kaset konvesional ukuran 24x30 sebanyak 3 buah.
c. Marker
d. Spuit
23
e. Klem
f. Kateter
g. Media kontras water soluble iodin(urografin) dan Nacl (1:4)
dengan total volume 150 ml
3. Teknik Pemeriksaan
a. Plain foto/foto polos proyeksi AP
1) Posisi pasien
Supine atau tidur telentang diatas meja pemeriksaan. MSP
2)
3)
4)
5)
6)
24
yang
sudah
terpasang,
balon
dikempeskan
3)
4)
5)
6)
pertengahan meja
Posisi objek
a) MSP berada pada pertenhan meja pemeriksaan
b) Tangan ekstensi pada samping tubuh
c) Daerah pelvis masuk dalam kaset
Pengaturan sinar
a) CR tegak lurus pada pertengahan kaset
b) CP 5cm ditas symphysis phubis
c) FFD 100cm
Ukuran kaset
: 24x30cm
Factor eksposi
: Kv 70 Mas 30
Kriteria Radiograf
a) Tampak daerah pelvis
b) Tampak kontras mengisi kandung kemih dengan gambaran
melebar
c) Tampak urethra dan kontras yang mengisi kateter
25
26
27
7)
Gambar.16.
radiograf
proyeksi AP
post miksi (PM)
C. Hasil Pemeriksaan
Dari hasil pebacaan radiograf oleh dokter radiolog pada
pemeriksaan cystography yang dilakukan diistalasi radiologi RSUD
Kardinah terhadap pasien Tn.M adalah sebagai berikut:
1. Tampak kontras mengisi vesica urinaria
2. Dinding irregular, trabeculated (-)
3. Filling defect (-)
Kesan : Cystisis
D. Pembahasan
Setelah penulis
melakukan
pengamatan
terhadap
jalannnya
28
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dalam laporan ini dapat diambil kesimpulan bahwa ;
30
yang
diperoleh
sudah
dapat
digunakan
untuk
31
DAFTAR PUSTAKA
Bontrager, Kenneth L. 2001. Textbook of Radiographic Positioning and
Related Anatomy. Missouri : Mosby, Inc.
Rasaad, S. dkk. 1990 Radiologi Diagnostik. Jakarta : Buku Penerbit FKUI.
Pearce, Evelyn. C. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta
: Penerbit PT. Gramedia.
LAMPIRAN
32