LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN .........................................................................
A. Latar Belakang..........................................................................
B. Tujuan .......................................................................................
1. Tujuan Umum .....................................................................
2. Tujuan Khusus ....................................................................
C. Manfaat Penulisan Laporan ......................................................
1
1
4
4
4
5
BAB II
6
6
6
7
7
8
10
11
11
BAB III
31
31
32
35
36
37
38
41
46
47
47
48
50
51
51
BAB V
52
52
53
PENUTUP .....................................................................................
A. Kesimpulan ...............................................................................
B. Penutup .....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
melihat derajat kesehatan masyarakat, sehingga menjadi salah satu target
yang telah ditentukan yang harus dicapai dalam tujuan pembangunan
Millenium Development Goals (MDGs) yaitu tujuan ke-5, meningkatkan
kesehatan ibu dengan mengurangi. Berdasarkan kesepakatan MDGs pada
tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu menurun sebesar tiga per
empat dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu Indonesia
mempunyai komitmen untuk menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi
102/100.000.Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kematian perinatal
(AKP) yang masih tinggi telah lama mengundang perhatian pemerintah.
Menurut hasil berbagai survei, AKI di Indonesia tahun 2014 berkisar
antara 300 dan 400 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan
AKI di negara maju hanya sekitar 10 per 100.000 kelahiran hidup. AKI
yang tinggi di Indonesia menunjukkan masih buruknya tingkat kesehatan
ibu dan bayi baru lahir.
Penyebab langsung kematian Ibu sebesar 90% terjadi pada saat
persalinan dan segera setelah persalinan. Penyebab langsung kematian Ibu
adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%).
Dalam Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer di Indonesia
disebut bahwa dalam Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia
Sehat 2015, Making Pregnancy Safer mempunyai visi dan misi untuk
mencapai Indonesia sehat 2015. Visi Making Pregnancy Safer adalah
semua perempuan di Indonesia dapat menjalani kehamilan dan persalinan
dengan
aman
dan
bayi
dilahirkan
hidup
sehat.
Sedangkan
misi Making Pregnancy Safer menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan
bayi baru lahir di Indonesia (Depkes RI, 2011)
plasenta
dapat
menyebabkan
perdarahan,
perdarahan
khususnya
dalam
pertolongan
persalinan,
peningkatan
Neonatal
Emergensi
Komprehensif,
ketersediaan
dan
Pada kejadian retensio plasenta atau palsenta tidak keluar dalam waktu
30 menit tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan manual plasenta
yaitu tindakan untuk mengeluarkan atau melepas plasenta secara manual.
Jumlah
Persentase
1.
Partus Atrem
92
35,1%
2.
PEB
63
24%
3.
Retensio Plasenta
58
22,1%
4.
KPSW
27
10,3%
5.
IUFD
3,43%
6.
Prematur
3,1%
7.
Perdarahan
2%
Jumlah
262
100%
membuat
KEPERAWATAN
karya
PADA
tulis
NY.
ilmiah
yang
berjudul
DENGAN
POST
ASUHAN
MANUAL
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan pengalaman nyata dan konkrit
tentang asuhan
tindakan
asuahan
keperawatan
dalam
rangaka
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta
hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. (Prawirohardjo,
2009)
Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi
waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak,
artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan
tindakan plasenta manual dengan segera. (Manuaba, 2006 )
Istilah
retensio
plasenta
dipergunakan
jika
plasenta
belum
B. Etiologi
Penyebab retensio plasenta adalah :
1. Fungsional:
a. His kurang kuat (penyebab terpenting)
b. Plasenta sukar terlepas karena :
Tempatnya : Insersi di sudut tuba, bentuknya : Plasenta
membranacea, palsenta anularis dan ukurannya: Plasenta yang
sangat kecil. (Sastrawinata, 2005)
2. Patologi anatomi:
a. Plasenta akreta
b.
Plasenta inkreta
C. Patofisiologi
Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan
tetapi progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi, pada masa retraksi
itu lembek namun serabut-serabutnya secara perlahan memendek kembali.
Peristiwa retraksi menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang berjalan
dicelah-celah serabut otot-otot polos rahim terjepit oleh serabut otot rahim
itu sendiri. Bila serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum terlepas
seluruhnya dan bekuan darah dalam rongga rahim bisa menghalangi proses
retraksi
yang
normal
dan
menyebabkan
banyak
darah
hilang
(Prawirohardjo, 2009).
D. Manifestasi Klinis
Gejala yang selalu ada : Plasenta belum lahir setelah 30 menit,
perdarahan segera, kontraksi uterus baik.
Gejala yang kadang-kadang timbul : Tali puasat putus akibat traksi
yang berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.
(Prawirohardjo, 2009)
1. Fisiologi Plasenta
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15
sampai 20 cm dan tebal lebih kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500
gram. Tali pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah
(insertio sentralis). Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada
kehamilan kurang lebih 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi
seluruh kavum uteri. Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya
berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu vili korialis yang
berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal
dari desidua basalis. Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal
dari spiral arteries yang berada di desidua basalis. Pada sistole darah
disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur ke
dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari
c.
d.
E. Komplikasi
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya :
1. Perdarahan
Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit
antibiotika
profilaksis
(ampisilin
2 gr IV/oral
metronidazoll gr supositoria/oral).
g. Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok
neurogenik. (Prawirohardjo, 2009)
10
F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan menurut Prawirohardjo, 2009 di antaranya :
1. Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan
kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid
(sodium klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila
memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi
oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan
hasil pemeriksaan darah.
2. Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer
laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.
3. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil
lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.
4. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta.
Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan
kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir,
setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi
ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali
pusat putus.
5. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat
dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa
plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan
kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati
karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada
abortus.
6. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan
pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
7. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk
pencegahan infeksi sekunder.
11
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang retensio plasenta menurut Manuaba, 2007 di
antaranya :
1. Hitung darah lengkap : Untuk menentukan tingkat hemoglobin ddan
trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada tanda yang di sertai
dengan infeksi, laukosit biasanya meningkat.
2. Menentukan
adanya
gangguan
koagulasi
dengan
menghitung
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses
keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data atau
informasi tentang klien yang dibutuhkan dan dianalisa untuk
menentukan diagnosa keperawatan. Adapun dalam pengkajian yang
harus dilakukan adalah :
12
a. Pengumpulan data
Pengkajian merupakan tahap awal untuk mengumpulkan informasi
tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan
masalah-masalah serta kebutuhan dan kesehatan klien meliputi :
1) Identitas
a) Klien : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan akhir,
pekerjaan, suku bangsa, alamat, no medrek, tanggal masuk,
tanggal pengkajian, diagnosa medis.
b) Identitas penanggung jawab : Nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan, agama, alamat, hubungan dengan
klien.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling dirasakan klien saat itu.
Pada klien post manual plasenta mengeluh pusing karena
perdarahan
akibat
dari
komplikasi
retensio
plasenta.
(Manuaba, 2007)
13
mempengaruhi
penyakit
sekarang
dan
dapat
14
b) Riwayat Obstetri
(1) Riwayat kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
Meliputi umur kehamilan, tanggal melahirkan, jenis
persalinan, tempat persalinan, berat anak waktu lahir,
masalah yang terjadi dan keadaan anak.
(2) Riwayat Kehamilan Sekarang
Usia kehamilan, keluhan selama hamil, gerakan anak
pertama dirasakan oleh klien. Apakah klien mendapatkan
imunisasi TT, perubahan berat badan selama hamil, tempat
pemeriksaan kehamilan dan frekuensi memeriksakan
kehamilannya.
(3) Riwayat Persalinan Sekarang
Merupakan persalinan yang keberapa bagi klien, tanggal
melahirkan, jenis pesalinan, apakah terjadi perdarahan,
banyaknya perdarahan, jenis kelamin bayi, berat badan
bayi, dan APGAR skor, serta keadaan masa nifas.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Kesadaran
Klien dapat terjadi penurunan kesdaran/tidak akibat
perdarahan.
b) Keadaan umum
Dikaji tentang keadaan klien secara keseluruhan, pada
klien post manual plasenta biasanya ditemukan keadaan
yang lemah.
c) Tanda vital
Dikaji tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan manual plasenta.
15
keluhan
yang
dirasakan
oleh
klien,
(6) Mulut
Dikaji keluhan yang dirasakan, mukosa mulut dan
keadaan
bibir,
keadaan
gigi,
lidah,
fungsi
plasenta
tidak
ditemukan
pembesaran
16
17
(14) Ambulasi
Pada klien dengan post manual plasenta biasanya
dalam waktu 2 hari sudah bisa turun dari tempat tidur
dan melakukan aktivitas ringan seperti makan dan
minum.
tentang
eksplorasi
pengetahuan
klien,
cara
c) Konsep diri
(1) Gambaran diri
Apakah klien merasakan perubahan dirinya dan
tubuhnya selama periode post partum, apakah
perubahan yang disadari tersebut mempengaruhi
perilaku
dan
adaptasinya
terhadap
pengasuhan
bayinya.
(2) Ideal diri
Apakah yang diharpkan klien setelah kelahiaran bayi
tersebut, apakah upaya klien untuk meningkatkan
kemandirian dalam perawatan diri sendiri dan bayi.
(3) Peran
18
peran
dengan
penambahan
anggota
d) Hubungan komunikasi
Kejelasan klien dalam kebiasaan berbicara, bahasa
utama yang digunakan oleh klien.
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa
keperawatan
ditetapkan
berdasarkan
analisa
dan
19
20
c. Interverensi
Rencana keperawatan merupakan mata rantai antara penetapan kebutuhan pasien dan pelaksanaan tindakan keperawatan.
Dengan demikian rencana asuahan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana
tindakan yang dilakukan terhadap pasien sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan
(Doenges, 2001).
No. Diagnosa
1.
Tujuan dan
Keperawatan
Kriterua Hasil
Kekurangan
TU :
volume
Inteverensi
berhubungan
Rasional
dapat terpenuhi
persalinan/kelahiran,
faktor-faktor
dengan kehilangan
perhatiakan
penyebab
atau
vaskuler
KH :
berlebihan.
Mempertahankan
perawatan
yang
tepat
memberikan
kesempatan
mencegah
dan
dan
untuk
membatasi
terjadinya komplikasi.
keseimbangan
cairan, b.Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi b.Perkiraan kehilangan darah, arteial
dengan indikator :
a.
Memiliki
cairan
atau
asupan
oral
dan
intravena
yang adekuat
pembalut,
jaringan
dokter.
simpan
untuk
bekuan
dan
bekuan
membantu
membuat
dievaluasi
oleh
ini
menunjukan
21
b. TTV
c.
dalam
rentang normal.
sianosis
Hb dan Hematokrit
dalam
dasar
kuku,
membran
batas
normal.
dari hipoksia.
d.Kaji lokasi uterus dan derajat d.Derajat
a. Keseimbangan
kontraksilitas
uterus.
Dengan
kontraktilitas
Peningkatan
yang seimbang.
dengan
miometrium
b. Memiliki
asupan
satu
tangan
sambil
uterus
kontraktilitas
dapat
menurunkan
simpisis pubis.
tangan
yang
diatas
mencegah
adekuat.
simphisis
kemungkinan
pubis
inversi
parameter
hemodinamik, e. Memberikan
pengukuran
lebih
kebutuhan penggantian.
ada.
f. Mulai Infus 1 atau 2 I.V. dari cairan
22
isotonik
atau
elektrolit
dengan f. Perlu
untuk
infus
cepat
atau
produk
darah
kriopresipitat,
trombosit)
(plasma,
sesuai
indikasi.
g.Meningkatkan,kontraktilitas,
Oksitosin, magnesium sulfat,
memudahkan
selama
relaksasi
pemeriksaan
uterus
manual,
dalam
menentukan
Perubahan perfusi TU :
jaringan
Tidak
terjadi
berhubungan
perfusi jaringan
perubahan
dan a. Nilai
bandingan
membantu
23
dengan
hipovolemia
arteri
dan
Hb/Ht
hipofisis
keterlibatan
sensorium
adalah
vasokontriksi
suhu kulit.
pada
pembuluh
darah
perifer
payudara
setiap
hari, e. Kerusakan
atau
keterlibatan
dan
perubahan
pada
payudara.
ukuran
akhirnya
menurunkan
jaringan
payudara.
f. Pantau GDA dan kadar pH
yangb
terbentuknya
diakibatkan
asam
dari
laktat dari
24
metabolism anaerobic.
g.Berikan
terapi
oksigen
sesuai g. Memaksimalkan
kebutuhan.
ketersediaan
3.
Ansietas
TU :
berhubungan
Ansietas terkontrol
dengan
situasi,
pada
kesehatan.
krisis
ancaman KH :
perasaan
tentang
kesalahan konsep.\
ansietas
berkurang
mungkin
ansietasnya.
vital
iritabilitas.
b. Tampak rileks
mungkin
karena
respon
faktor psikologis.
ansietas.
kejadian
penyebab ansietas
a. Melaporkan
menentukan
dalam
dan mendukung.
membantu
mempertahankan
emosional
dalam
klien
kontrol
berespon
25
terhadap
perubahan
status
fisiologis.
Membantu
dalam
menurunkan
tranmisi
ansietas
antar pribadi.
d. Berikan
informasi
tentang d. Informasi
akurat
dapat
menurunkan
ansietas
dan
intervensi.
e. Bantu
klien
dalam e. Pengungkapan
memberikan
konsep,
dan
meningkatkan
panjang
hemoragi.
4.
Risiko
tinggi TU :
dari
episode
diantisipasi
bila
komplikasi
permanen.
26
terjadi
kelebihan
berhubungan
dengan
KH :
penggantian
berlebihan
gejala-gejala
kelebihan
beban
ronki.
dapat terjadi.
dalam
batas
manual
atau
elektrinik.
masukan/haluaran.
Ukur
Catat
berat
cairan stabil.
jenis urin.
c. Kaji status neurologis, perhatikan c. Perubahan perilaku mungkin tanda
intravaskuler
perubahan
perilaku
dan
peningkatan iritabilitas.
d. Pantau kadar Ht
5.
Risiko
tinggi TU :
infeksi
a. Demonstrasikan mencuci
berhubungan
dengan
invasif.
tindakan KH :
a. Suhu
tangan a. Mencegah
kontaminasi
silang/penyebaran
diri
infeksius.
organisme
tidak
berturur-turut,
takikardia,
atau
27
melebihi
nilai
normal
b. Tidak
leukositosis
c. Lokhea bebas dari
keterlibatan
nyeri pelvis.
kemungkinan
bau
ini
menandakan
sistemik,
menimbulkan
uterus
memperlambat
kadar
Hb/Ht.
memperlambat
pemulihan
dan
28
g.Kolaborasi
pemberian
antibiotik
6.
Nyeri
berhubungan
akut TU :
dengan trauma
dan
durasi
terhadap
nyeri.
nyeri
dalam
Kaji
klien
banding dan
perineal
yang
tindakan.
pemilihan
diagnosa
metode
KH :
tekan abdomen.
memperberat
a. Mengidentifikasi
individual
kemungkinan
ketidaknyamanan.
penyebab
persepsi
melakukan
klien
teknik
untuk c. Pendidikan
relaksasi
fisiologis
dengan
dan
metoda
psikologis
dari
tepat.
dan
persepsi
ketidaknyamanan
klien.
d. Berikan
tindakan
kenyamanan
29
serta
sensasi
nyeri,
panas
meningkatkan relaksasi
30
d. Inplementasi
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan perawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara
optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. (Doenges, 2004)
e. Evaluasi
Penilaian terhadap tindakan keperawatan yang diberikan / dilakukan dan
mengetahui apakah tujuan asuhan keperawatan dapat tarcapai sesuai yang
telah ditetapkan. Pada tahap ini ada dau macam evaluasi yang dapat
dilaksanakan oleh perawat, yaitu evaluasi formatif yang bertujuan untuk
menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan
meniali secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis keperawatan
apakah rencana diteruskan, diteruskan dengan perubahan intervensi atau
dihentikan. Dan penulis memakai evaluasi sumatif. (Suprajitno, 2004).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Klien bernama Ny. E berumur 33 tahun, jenis kelamin Perempuan, beragama
Islam, pendidikan SMA, alamat Montasik Ds. Cot Seunong, nomor rekam medik
3157, klien masuk ke rumah sakit pada tanggal 30 November 2014 jam 16.30 WIB
di ruang Kebidanan Rumah sakit TK.II Kesdam IM dengan diagnosa medis
Retensio Plasenta, penulis melakukan pengkajian pada tanggal 1 Desember 2014
sampai dengan 3 Desember 2014. Sebagai penanggung jawab Tn. M selaku Suami
Pasien, umur 38 tahun, agama Islam, pekerjaan PNS DKA, pendidikan SMA,
alamat Montasik Ds. Cot Seunong.
Keluhan utama pasien merasa pusing, riwayat kesehatan sekarang pasien
mengatakan sebelum masuk rumah sakit TK. II Kesdam IM 4 jam klien telah
melahirkan di rumah di tolong oleh bidan, klien mengatakan plasenta nya belum
keluar disertai perdarahan banyak dan klien merasakan mules. Pada saat dikaji
tanggal 1 Desember 2014, klien mengeluh pusing, pusing dirasakan bertambah
apabila klien banyak beraktivitas, dan berkurang apabila diistirahatkan. Pusing
dirasakan seperti berkunang-kunang. Pusing dirasakan 5 menit.
Riwayat kesehtan masalalu menurut penuturan pasien sebelumnya klien belum
pernah mengalami hal yang klien alami saat ini. Dan klien tidak mempunyai
penyakit yang dapat memperberat atau diperberat oleh kehamilan ataupun penyakit
menular maupun penyakit keturunan. Riwayat kesehatan keluarga menurut
penuturan pasien didalam keluarga tidak ada yang mengalami hal yang sama
seperti klien sekarang, dan tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit menular.
Riwayat Obaterti, G : 3 P : 3 A : 0, Riwayat persalinan sekarang pasien bersalin
tanggal 30 November 2014 dengan Spontan, lamanya berlangsung kala 1 3 jam,
kala 2 2 jam, dan kala 3 pasien mengalami permasalahan sehingga di rujuk ke
31
32
rumah sakit TK. II Kesdam IM, Anak yang di lahirkan berjenis kelamin laki- laki,
BB bayi 31 gram, Tinggi badan 48 cm, APGAR Score 6
Pemeriksaan fisik ibu pada tanggal 1 Desember 2014 Oleh pengkaji di dapat
kan hasil kadaan ibu tampak lemas, kesadaran compos mentis, TTV TD : 110/ 70
mmHg, N : 72 x/I, RR : 20 x/I, T: 36,50 C pemeriksaan Headto Toe yang di dapat
kan adalah :
B. Genogram
PS
Keterangan :
: Laki- Laki meninggal
: Laki- Laki
PS
: Pasien Perempuan
: Perempuan Meninggal
: Perempuan
33
1.Integumen
a. Kulit
Warna kuning langsat, tekstur lembab oleh keringat, turgor kulit baik
terbukti saat di cubit cepat kembali < 2 detik, dan keadan bersih.
b. Kuku
Tekstur keras, bentuk cembung, CRT ketika ditekan kembali ke keadaan
semula > 2 detik, keadaan kuku panjang dan tampak kotor.
2.Kepala
Warna rambut hitam dan keriting, tekstur halus, penyebaran merata, lubrikasi
tidak terdapat pecah-pecah pada rambut, tidak terdapat lesi, oedema maupun
massa, dan keadaan bersih.
3.Muka
Warna Kuning langsat, wajah tampak pucat dan keadaan bersih.
4.Mata
Pada saat diinspeksi letak mata simetris antara mata kanan dan mata kiri,
sklera putih, konjungtiva anemis, pupil mengecil saat dirangsang cahaya,
pergerakan bola mata baik, fungsi penglihatan baik, ditandai dengan klien dapat
membaca papan nama mahasiswa pada jarak 50 cm.
5. Hidung
Pada saat diinspeksi lubang hidung tampak simetris antara kiri dan kanan,
fungsi penciuman baik, ditandai dengan klien dapat membedakan bau minyak
wangi dan alkohol dengan mata ditutup, keadaan bersih, tidak terdapat secret.
6.Telinga
Pada saat diinspeksi kedua daun telinga tampak simetris, fungsi pendengaran
baik terbukti dapat menjawab semua pertanyaan tanpa diulang, tidak terdapat
benjolan dan keadaan bersih, tidak terdapat serumen pada liang telinga.
34
7.Mulut
Pada saat diinspeksi bentuk bibir simetris, bibir pucat dan mukosa kering .
Jumlah gigi 32 buah, warna putih, keadaan bersih. Lidah tampak warna putih,
permukaan agak kasar dan halus sepanjang tepi lateral, fungsi pengecapan baik
terbukti dapat membedakan rasa pahit dan manis.
8. Leher
Tampak simetris terhadap bahu dan kepala, tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening dan kelenjar thyroid, tidak ada peningkatan JVP, dapat digerakan
kesegala arah dan keadaan bersih.
9. Dada
Dada kiri dan dada kanan tampak simetris saat inspirasi dan ekspirasi, bunyi
pernafasan vesikuler, frekuensi 20 x/menit, irama jantung reguler, tekanan darah
110/70 mmhg, nadi 72 x / menit, tidak terdapat retraksi intercostalis, dan
keadaan bersih.
10. Payudara
Kedua payudara tampak simetris, payudara tampak bengkak, konsistensi
keras, putting susu kanan dan kiri menonjol, tampak hyperpigmentasi aerola,
ASI (+) dan keadaan payudara tampak bersih.
11. Abdomen
Pada saat di inspeksi bentuk perut cembung, terdapat striae dan linea alba,
tinggi fundus uteri 3 cm bawah pusat, saat diauskultasi terdapat bising usus (+),
dan keadaan perut bersih.
12. Genetalia
Vulva tidak terdapat oedema maupun varices pada labia, tampak keluaran
lochea serosa 5 cc, perineum tampak utuh.
13. Anus
Tidak terdapat hemoroid.
35
14. Ekstremitas
a. Atas
Tangan kanan terpasang infus, kedua tangan dapat digerakan ke segala arah
pergerakan. Dengan kekuatan otot 5 (0-5).
b.Bawah
Kedua kaki dapat digerakan ke segala arah pergerakan, dengan kekuatan otot
5 (0-5).
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Nama : Ny. E
Hasil Laboratoriu, Tanggal
: 30 November 2014
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Hemoglobin
8,4 gr/dl
12- 16 gr/dl
Hematokrit
24%
35- 47 %
Leukosit
12.200/ mm3
4000-10.000/ mm3
Trobosit
336.000/ mm3
150.000-450.000/mm3
Eritrosit
2. Penatalaksanan Medis
a. Infus Ringer laktat
20 tetes/menit
b. Cefotaxime
2x1 gr (Bolus)
c. Metronidazole
36
D. Analisa Data
No Data
Etiologi
DS :
Perdarahan
Klien mengatakan
Masalah
akibat
mengalami perdarahan
menyebabkan
DO :
melalui
mengganggu
- Hb 8,4 gr/dl
sirkulasi
kehilangan
vaskuler
proses
mengakibatkan
- Konjungtiva anemis
DS :
Klien menegluh
menyebabkan
terjadinya
penggumpalan
sehingga
DO :
Payudarah
tampak payudara
bengkak
-
saat
di
(engorgement)
kondisinya keras
DS :
persalinan konstipasi
BAB
menyebabkan
peristaltik
DO :
usus
menurun,
terganggu.
sehingga
37
38
F. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa
Tujaun Dan
Keperawatan
1.
Interverensi
Kritereia Hasil
Kekurangan volume TU :
bandingkan
dengan
hasil
kehilangan jam,
setelah
Rasional
dilakukan
keperawatan
normal
dengan
pasien
dapat
terjadi
peningkatan
dari
kehilangan
cairan
mengakibatkan
KH :
a. Tidak
terjadi
diagnosa
perdarahan
c. Hb 10 gr/dl
d. Konjungtiva merah
muda
lembab
banding
menentukan
b. Pusing berkurang
e. Mukosa
membuat
kebutuhan
penggantian.
c. Penggantian
atas
kehilangan
dapat
memperbaiki
bibir
dan
konsentrasi
pemeriksaan d.Peningkatan
menunjukan
39
laboratorium misalnya
hemokonsentrasi
: Hb dan Ht
2.
Nyeri
akut TU :
jam,
setelah
termasuk lokalisasi
dilakukan
dapat teratasi.
b. lakukan dan ajarkan
KH :
klien
mengetahui
dirasakan
dan
lokalisasinya
dapat
memudahkan
intervensi
selanjutnya.
untuk b. Merangsang
kelenjar-
a. Nyeri berkurang
melakukan
b. Pembengkakan
perawatan payudara.
c. payudara berkurang
Mengurangi
c. Penkes
tentang
perawatan payudara
pembengkakan
pada
payudara
c. Diharapkan
pengetahuan
40
3.
Gangguan
eliminasi
pola TU :
BAB
konstipasi
setelah
tonus gangguan
a. Kaji/auskultasi
bising usus
dilakukan
keperawatan b. Anjurkan
pola
eliminasi
dapat teratasi
klien b. Melancarkan
Klien
distensi abdomen
dapat BAB
sudah
dan
mengkonsumsi
BAB
41
G. Catatan Keperawatan
NO. Diagnosa
Tanggal dan
Keperawatan
1.
Catatan Perkembangan
Mengobservasi TTV :
S :Pasien mengatakan
Waktu
Kekurangan
cairan
Implementasi
berhubungan Senin
a. TD : 110/70
dengan
b. N : 72 x/m
vaskuler
berlebihan,
c. R : 20 x/m
pusing
O:
a. Klien tampak pucat
ditandai dengan
masih
d. S : 35 C
b. Hb 8,4 gr/dl
c. Mukosa bibir kering
d. Konjungtiva anemis
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2.
Nyeri
berhubungan
pembengkakan
payudara,
13.00 WIB
ditandai
dilakukan
dikedua
payudara
dan
terasa
menjalar
ke
O:
pengompresan
42
dengan
punggung.
dipalpasi masih
keras
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
3.
Gangguan
eliminasi
BAB
: Senin
konstipasi
14.00 WIB
berhubungan
bising
mengauskultasi
usus:
bising
usus 6x/menit
dengan
belum BAB
O : Perut kembung
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
usus menurun
No.
1.
Diagnosa
Tanggal dan
Keperawatan
Waktu
Kekurangan
cairan
berhubungan Selasa
Implementasi
Mengobservasi TTV :
a. TD : 110/70
dengan
b. N : 72 x/m
vaskuler
berlebihan,
c. R : 20 x/m
Catatan Perkembangan
43
d. S : 35 0 C
ditandai dengan
b.
Konjungtiva anemis
2.
Nyeri
berhubungan
pembengkakan
payudara,
dengan
14.30 WIB
ditandai
payudara
terasa
menjalar
dan O :
ke
a. Payudara
punggung.
tampak
tidak
terlalu membengkak
b. Payudara
sudah
tidak
keras
perawatan
44
payudara
3.
Gangguan
eliminasi
: Selasa
konstipasi
berhubungan
14.30 WIB
dengan
berhubungan
a. Anjurkan
ibu
untuk
No.
45
Implementasi
Catatan Perkembangan
Mengobservasi TTV :
Waktu
1.
Kekurangan
cairan
berhubungan Rabu
a. TD : 110/70
pusing
O:
dengan
b. N : 72 x/m
vaskuler
berlebihan,
c. R : 20 x/m
d. S : 35 0 C
b. Konjungtiva anemis
ditandai dengan
2.
dengan
payudara,
dengan
pembengkakan Rabu
ditandai 09.00 WIB
payudara
dan
menjalar ke punggung.
terasa O :
a. Payudara
tampak
tidak
membengkak
b. Ketika
dipalpasi
tidak keras
A : Masalah teratasi
P : Inteverensi di hentikan
sudah
46
H. Evaluasai
Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada pasien selama 3 x 24 jam,
didapatkan bahwa Klien mengatakan sudah tidak pusing, Klien mengatakan
payudara nya sudah tidak nyeri Klien mengatakan sudah BAB.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas lebih rinci tentang pembahasan pada
bab II dan III mengenai kesenjangan pada persamaan Asuhan Keperawatan yang
penulis laksanakan pada Ny. E dengan post partum spontan post manual plasenta
atas indikasi retensio plasenta di ruang Kalimaya RS TK.II Kesdam IM Banda
Aceh 2014, penulis sesuaikan dengan tahap-tahap proses keperawatan yaitu
pengkajian, diagnose keperawatan, implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
Tahap ini merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Pengkajian
dilakukan melalui pendekatan yang meliputi kegiatan pengumpulan data dan
informasi tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien baik aktual
maupun potensial, dimana penulis mengkaji klien secara menyeluruh yang
meliputi aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pengkajian dilakukan
melalaui wawancara, observasi yang ditemukan atau didapat dari pernyataan
yang dikeluarkan oleh klien, keluarga klien juga dari pernyataan dari perawat
ruangan dan data-data yang diperoleh dari buku status klien.
Penulis menemukan data subjektif dari klien yaitu keluhan yang dirasakan
klien saat ini adalah pusing, hal ini diakibatkan karena perdarahan yang
merupakan komplikasi dari tindakan manual plasenta . Pada pemeriksaan fisik
data yang didapatkan dari klien yaitu, klien tampak lemah, klien tampak pucat,
mukosa bibir kering, konjungtiva anemis. Pada pemeriksaan laboratorium
ditemukan hasil yaitu Hb 8,4 gr/dl, terjadi penurunan diakibatkan oleh
kehilangan vaskuler berlebihan. Ht 24 %, Jika ada penurunan pada hematokrit
maka ini merupakan indikator dari adanya anemia, dan kehilangan banyak
darah. Menurut teori jika hematokrit menurun < 30% hal ini menunjukan
bahwa klien mengalami anemia sedang hingga berat. dan leukosit
47
48
12.200/mm3, leukositosis
infeksi
ini
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual atau potensial (Hidayat, 2004).
Adapun diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tinjauan kasus pada klien
post manual plasenta atas indikasi retensio plasenta adalah :
1.
2.
3.
post manual plasenta atas indikasi retnsio plasenta menurut Doenges, 2001
adalah :
1.
2.
3.
49
4.
5.
6.
dengan
perdarahan,
Nyeri
akut
berhubungan
dengan
berlebihan
dari
kehilangan
cairan,
perpindahan
cairan
intravaskuler diagnosa ini tidak penulis angkat karena tidak ada data yang
menunjang ke arah itu. Risiko tinggi terhadap nyeri berhubungan dengan
trauma/distensi jaringan diagnosa ini tidak penulis angkat karena tidak ada
data yang menunjang ke arah ini.
dapatkan pada tinjauan teoritis adalah Nyeri akut berhubungan dengan
pembengkakan payudara diagnosa ini penulis angkat karena ibu belum
mendapatkan
rangsangan
isapan
dari
bayi
sehingga
menyebabkan
50
C. Rencana Keperawatan
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan yang meliputi tujuan perawatan, menetapkan pemecahan
masalah dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengatasi masalah
pasien.
Setelah penulis menemukan diagnosa keperawatan yang muncul pada
kasus Ny. E, maka penulis merumuskan rencana asuhan keperawatan sesuai
prioritas masalah yang dialami pasien.
a. Diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
vaskuler berlebihan, tujuannya agar tidak terjadi dengan kriteria :
Mempertahankan keseimbangan cairan, dengan indikator : Memiliki
asupan cairan oral dan atau intravena yang adekuat, TTV dalam rentang
normal, Hb dan Hematokrit dalam batas normal, menunjukan status nutrisi,
dengan indikator : keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang,
memiliki asupan cairan oral dan atau intravena yang adekuat. Dan rencana
tindakan yang diberikan adalah obsevasi tanda-tanda vital, kaji dan catat
tipe dan sisi perdarahan, berikan cairan sesuai indikasi dan awasi
pemeriksaan laboratorium seperti Hb dan Ht(Doengoes, 2000).
b.
51
c.
D. Implementasi Keperawatan
d.
b.
c.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk memanatau kemajuan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Dalam menilai hasil proses keperawatan yang dilakukan pada tiap diagnosa
yang ditemukan pada klien semuanya dapat teratasi.
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan uraian-uraian dari bab sebelumnya maka penulis menarik
beberapa kesimpulan dan memberikan rekomendasi sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa pengertian retensio plasenta menurut buku obstetri adalah belum
lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam. Dan tindakan pertama
yang dilakukan yaitu dengan cara manual plasenta, dimana tindakan ini
dilakukan untuk mengeluarkan atau melepas plasenta secara manual
(mengggunakan tangan) dari tempat implantasinya.
Asuhan keperawatan pada pasien post manual plasenta adalah suatu
tindakan yang diberikan pada ibu post partum mulai dari pengkajian data,
menentukan
diagnosa
yang
muncul,
membuat
rencana
tindakan
52
53
B. Penutup
Dalam rangka meningkatkan pelayanan keperawatan dan ilmu tentang
keperawatan khususnya tentang asuhan keperawatan maternitas dengan post
manual plasenta, maka rekomendasi dari penulis adalah sebagai berikut :
1. Bagi perawat
diharapkan memandang pasien sebagai makhluk yang unik dan dalam
memberikan perawatan harus dilakukan secara komprehensif meliputi
aspek bio-psikososial dan spiritualnya, dan menambah pengetahuan serta
keterampilan dalam melakukan perawatan pada klien.
2.
3.
54
DAFTAR PUSTAKA
Soenarso, Perawatan Ibu dan Dnak Di Rumah Sakit dan Puskesmas, Depkes RI Jakarta.
Ferrer, Helen, Perawatan Maternitas, Jakarta : EGC, 1999
Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta: EGC.
Edy. (2011). Askep Retensio Plasenta, http://wbciart.blogspot.com/2011/12/ askepretensio-Plasenta.html, diperoleh pada tanggal 1 Desember 2014.
Prawirohardjo (2005) Pendahuluan kti Partus Normal indikasi Retensio Plasenta,
http://bluesteam47.blogspot.com /2005/06/pendahuluan-kti-Partus-normal-indikasiretensio-plasenta.html, diperoleh tanggal 1 Desember 2014
Manuaba, 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.
Sastrawinata.2008.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC