Anda di halaman 1dari 1

Isolasi dan patogen Beauveria bassiana dalam kontrol kumbang penggerek pisang

Sampel tanah dikoleksi dari pusat produksi pisang di Baso (bukit tinggi), sungai tarab (batu
sangkar),sei sariek (pariaman) dan sikabau (situng). Koleksi tanah diskrining untuk mengetahui
keberadan jamur patogen menggunakan metode Tenebrio molitor L bait (Zimmermann). 500gr tiap
sampel tanah dari 4 lokasi ditransfer pada mangkok plastik (diam. 10 cm dan kedalaman mangkok
20cm) dan di basahi dengan menyemprotkan 150ml air. Ten to fifteen third instar larva T.molitor
(10-15 ekor larva instar yang ketiga dari T molitor) ditempatkan pada keadaan depresi pada sampel
tanah dan ditutupi dengan tanah. Penutup dilubangi diletakkan pada tempat yang sesuai dan
mangkok di inkubasi pada kondisi lab. Larva T,molitor diperiksa dalam selang waktu 4 hari. Larva
yang mati, sakit atau mummified (termumikan) digunakan untuk isolasi patogen. Bangkai serangga
surface sterilisasi dengan 1,0% sodium hipoklorit, dibilas 3-4 kali didalam aquades dan ditempatkan
pada kertas saring basah di dalam cawan petri untuk memfasilitasi perkembangan jamur. Spora
kering dipindahkan dari bangkai menggunakan loop inokulasi steril dan di inokulasikan pada air
keran piringan agar dengan pola zigzag. Piringan diinkubasi pada suhu 250C selama 7 hari. Setelah itu
isolat ditransfer pada SDA.
Identifikasi awal patogen berdasarkan pada warna kultur sporulasi seperti deskripsi Madelin. Dari
hari keempat, bagaimanapun keseluruhan kultur Beauveria tinggal/ menjadi putih, kultur
Metarhizium berwarna hijau disekeliling area sporulasi dengan pertumbuhan miselia yang putih
dipinggiran. Untuk menentukan hubungan dosis kematian isolat B. Bassiana dari keempat lokasi,
digunakan suspensi spora berisi 3.2x104,3.2x106, dan 3.2x108 yang diambil dari isolat minggu ketiga
kultur SDA lama. 10 jantan atau betina diinokulasikan dengan tiap isolat dicelupkan didalam 5 ml
suspensi spora diatas. Tiga ulangan cawan petri digunakan untuk tiap spora dan kumbang penggerek.
kumbang penggerek yg dicelupkan diinkubasi pada suhu 270C dan diperikasa setiap hari selama 35
hari dimulai 5 hari setelah inokulasi. Kumbang penggerek yang mati akan dibuang, disterilisasi
permukaan dan dimonotor untuk pertumbuhan jamur. Rancangan acak lengkap dengan 12 perlakuan
dan 3 ulangan digunakan pada penelitian ini.
Analisis Statistik
Kelimpahan kumbang penggerek dilokasi dibandingkan dengan variasi analisis one-way (analaisis
satu varian) menggunakan prosedur GLM SAS. Data survey kerusakan dianalisis menggunakan
prosedur model campuran, yang mana tingkat tanaman terserang dilokasi diperlakukan sebagai
pengaruh kontrol/tetap dan kebun dilokasi sebagai pengaruh bebas/acak. data umur telur dan larva
dikoleksi dan reared munculnya parasitoid ditunjukan sebagai presentasi total telur dan larva yang
dikoleksi dari lapang. Kelimpahan predator didalam residu jugadianalisis menggunakan prosedur
model campuran, yang mana tingkat tanaman terserang dilokasi diperlakukan sebagai pengaruh
kontrol/tetap dan kebun dilokasi sebagai pengaruh bebas/acak. Hubungan diantara jumlah predator
dan kerusakan pada tanaman diinvestigasi menggunakan aanalisis regresi.
Pada percobaan laboratorium, prosedur model campuran diaplikasikan untuk membandingkan
potensial predasi dari musuh alami yang berbeda. Tanggal percobaan diatur sebagai pengaruh bebas
sedangkan tipe predator dan tingkat ketidakmatangan kumbang penggerek yang dites diatur sebagai
pengaruh kontrol. Mean dihubungkan dengan prosedur ANOVA yang dibandingkan ukuran tes LSD (
(P<0.05). untuk memenuhi kondisi distribusi normal, data dikoleksikan sebagai persentasi arcsine
diubah akar kuadrat, sedangkan data hitungan diubah log sebelum dianaisis.

Anda mungkin juga menyukai