TEORI AKUNTANSI
BAB XI ASET DAN PENGUKURANNYA
BAB XI
Kelompok XI:
1. Muchammad Ridwan Z
F1313062
2. Rizal Pahlevi
F1313088
F1313089
A. PENGERTIAN
FASB mendefinisi aset dalam rerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC No 6, prg 25):
Assets are probable future economic benefits obtained or controlled by a perticular
entity as a result of past transactions or events.
(Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti atau diperoleh atau
dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas akibat transaksi atau kejadian masa lalu.)
Dengan makna yang sama, IASC mendefinisi aset sebagai berikut:
An assets is resource controlled by the enterprise as a result of past events and from
which future economic benefits are expected to flow to the enterprise.
Dalam Statement of Accounting Concepts No. 4, Australian Accounting Standard Board
(AASB) mendefinisi aset sebagai berikut:
Assets are service potential or future economic benefits controlled by the reporting
entity as a result of past transaction or other past events.
Definisi-definisi tersebut memisahkan makna dari pengukuran dan pengakuan sehingga
membuat definisi lebih bersifat semantik dari pada struktural.
Definisi yang menggabungkan makna, pengukuran, dan pengakuan diajukan oleh APB
dalam APB No. 4 sebagai berikut (prg 132):
Assets- economic resources of enterprise that are recognized and meazured in
conformity with generally accepted accounting principles. Assets also include certain
deferred charge that are not resources but that are recognized and measured in
conformity with generally accepted accounting principles
Definisi FASB dan AASB cukup dibanding definisi yang lain luas karena aset dinilai
mempunyai sifat sebagai manfaat ekonomik (economic benefits) bukan sebagai sumber
ekonomik (resources) karena manfaat ekonomik tidak membatasi bentuk atau jenis sumber
ekonomik yang dapat dimasukkan sebagai asset (Suwardjono. 2008).
APB No. 4 sesuai yang dikutip oleh Swardjono merinci aset yang digolongkan sebagai
sumber ekonomik sebagai berikut :
1. Sumber Produktif
2. Produk yang merupakan keluaran kesatuan usaha
3. Uang
4. Klaim yang menerima uang
5. Hak pemilikan
Berdasar uraian diatas,menurut Suwardjono (2008: 254) pada dasarnya dapat disimpulkan
bahwa terdapat tiga karakteristik utama yang harus dipenuhi agar suatu objek atau pos dapat
disebut aset, yaitu:
1. Manfaat ekonomik yang datang cukup pasti
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat
ekonomik di masa datang yang cukup pastimenurut APB dan FASB aset merupakan
sumber ekonomik karena potensi jasa atau utilitas yang melekat didalamnya yag
dapat mendatangkan pendapatan melalui kegiatan ekonomik. Uang atau kas
mempunyai manfaat atau potensi jasa karena daya belinya atau daya tukarnya.
Sumber selain kas mempunyai manfaat ekonomik karena dapat ditukarkan dengan
kas, barang, atau jasa, karena dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa,
atau karena dapat digunakan untuk melunasi kewajiban.
2. Dikuasai atau dikendalikan entitas
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki oleh
entitas tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Oleh, karena itu, konsep penguasaan atau
kendali lebih penting daripada konsep kepemilikan. Penguasaan disini berarti
kemampuan entitas untuk mendapatkan, memelihara/menahan, menukarkan,
menggunakan manfaat ekonomik dan mencegah akses pihak lain terhadap manfaat
tersebut. Hal ini dilandasi oleh konsep dasar substansi mengungguli bentuk yuridis
(substance over form). Pemilikan (ownership) hanya mempunyai makna yuridis atau
legal.
3. Timbul akibat transaksi masa lalu
Kriteria ini sebenarnya menyempurnakan kriteria penguasaan dan sekaligus
sebagai kriteria atau tes pertama (first-test) pengakuan objek sebagai aset. Aset harus
timbul akibat dari transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi
definisi. Penguasaan harus didahului oleh transaksi atau kejadian ekonomik. FASB
memasukkan transaksi atau kejadian sebagai kriteria aset karena transaksi atau
kejadian tersebut dapat menimbulkan (menambah) atau meniadakan (mengurangi)
aset. Misalnya perubahan tingkat bunga, punyusutan atau kecelakaan.
4. Karakteristik Pendukung
Melibatkan kos. Apabila kos terjadi karena pemerolehan suatu objek terjadi
karena pertukaran atau pembelian objek tersebut lebih kuat masuk sebagai
aset.
Berwujud. Apabila suatu sumber ekonomi dapat diamati secara fisik, bisa
disebut sebagai aset.
Berkekuatan hukum. Dalam menguasai manfaat ekonomi timbul akibat hakhak hukum, tetapi bukan merupakan syarat mutlak.
B. PENGGOLONGAN
7. Perlengkapan, yaitu bahan-bahan habis pakai (tidak dapat dipakai lagi). Misalnya :
Pelerngkapan Kantor : Kertas, tinta, perangko dan lain-lain. Perlengkapan Toko: kertas
bungkus, tali dan lain-lain.
Aset Tidak lancar (Non Current Assets)
Menurut Dwi Martani, Aset Tidak lancar Aset yang mempunyai umur kegunaan
relative permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun
atau tidak habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan).
1. Aset Tetap (Fixed Assets)
Menurut PSAK No 16 paragraf 6. Aset tetap adalah aset berwujud yang ;
a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau
jasa,untuk direntalkan kepada pihak lain,atau untuk tujuan administrative
b. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Aset tetap ialah kekayaan berwujud yang digunakan dalam kegiatan normal
perusahaan, yang mempuntai manfaat (umur ekonomis) lebih dari 1 tahun dan tidak
dimaksudkan untuk dijual sebagai barang dagangan serta nilainya material. Dari
pengertian ini Aset tetap mengandung lima unsur yaitu : kekayaan berwujud, untuk
kegiatan normal, umur ekonomisnya lebih dari satu tahun, tidak untuk dijual sebagai
barang dagangan dan nilainya matrial (nilainya berarti atau tinggi). Sehingga Aset
yang tidak digunakan dalam kegiatan operasi normal tidak boleh dikelompokkan
pada Aset tetap, misalnya mesin yang belum digunakan dalam kegiatan normal
perusahaan.
Aset tetap dalam akuntansi adalah aset berwujud yang memiliki umur lebih
dari satu tahun dan tidak mudah diubah menjadi kas. Jenis aset tidak lancar ini
biasanya dibeli untuk digunakan untuk operasi dan tidak dimaksudkan untuk dijual
kembali. Contoh aset tetap antara lain adalah properti, bangunan, pabrik, alat-alat
produksi, mesin, kendaraan bermotor, furnitur, perlengkapan kantor, komputer, dan
lain-lain. Aset tetap biasanya memperoleh keringanan dalam perlakuan pajak.
Kecuali tanah atau lahan, aset tetap merupakan subyek dari depresiasi atau
penyusutan.
Umur ekonomis merupakan umur Aset tetap mulai dari pembelian sampai
dengan Aset itu secara ekonomis kurang menguntungkan, yang berarti umur
eknomisnya habis. Di samping itu Aset tetap juga mempunyai umur teknis, yaitu
umur Aset tetap sampai dengan Aset tetap itu secara teknis sudah tidak dapat dipakai
lagi. Berarti umur teknis lebih lama dari umur ekonomis. Yang termasuk Aset tetap
antara lain: tanah untuk lokasi usaha, gedung, mesin-mesin produksi, perlatan,
kendaraan dan lain-lain.
Aset ini disajikan dalam laporan neraca berdasarkan harga perolehan. Kecuali
untuk tanah, harga perolehan Aset tetap ini dialokasikan kepada periode-periode
akuntansi yang menerima manfaatnya. Jumlah yang dialokasikan pada periode yang
berjalan disebut penyusutan (depresiasi) yang dicatat pada perkiraan akumulasi
penyusutan. Karena penyusutan diadakan tiap-tiap akhir periode (tiap Tahun) maka
akumulasi penyusutan makin lama makin bertambah. Nilai buku akiva tetap sama
dengan Harga Perolehan dikurangi Penyusutan.
Pengertian lain yaitu Aset tetap adalah Aset berwujud yang diperoleh dalam
bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi
perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Dari pengertian
tersebut berarti syarat agar dapat digolongkan Aset tetap :
1. Siap Pakai : jika belum siap pakai maka masuk ke Aset dalam pengembangan
atau bangunan dalam pelaksanaan.
2. Dengan dibangun lebih dahulu : jika bangunan sudah dapat dipakai/digunakan
barulah dapat diakui sebai Aset tetap.
3. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan :
berarti sekalipun suatu saat bisa saja dijual tapi hal tersebut bukan sebagai tujuan
perusahaan dalam memperoleh Aset tetap tersebut. Contoh : bangunan yang
digunakan sebagai kantor oleh perusahaan property diakui sebgai Aset tetap,
sedangkan property yg dibangun untuk dijual tidak boleh diakui sebagai Aset
tetap tapi persediaan barang dagang.
4. Mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun. Diperkirakan umur Aset tersebut
dalam kegiatan normal dapat digunakan minimal 1 tahun atau lebih.
Penggolongan Aset tetap berwujud yaitu:
1. Aset tetap berwujud yang masa kegunaannya tidak terbatas (misalnya tanah yang
dipakai sebagai tempat kedudukan bangunan pabrik, bangunan gudang, dan
bangunan kantor).
2. Aset tetap berwujud yang umur dan masa kegunaannya terbatas dan dapat diganti
dengan Aset sejenis apabila masa kegunaannya telah berakhir (misalnya
bangunan, mesin, alat pabrik, mebel, perlengkapan kantor, kendaraan dan alat
transport).
3. Aset tetap berwujud yang umur atau masa kegunaannya terbatas dan tidak dapat
diganti dengan Aset sejenis apabila masa kegunaanya sudah habis (misalnya
sumber alam seperti tambang dan hutan).
2.
digunakan
dalam
menghasilkan
atau
menyerahkan
barang
atau
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis dimasa depan berkenaan dengan aset tersebut
akan mengalir ke entitas
2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara handal
Suku cadang dan peralatan pemeliharaan biasanya dicatat sebagai persediaan dan
diakui dalam laporan laba rugi pada saat dikonsumsi. Namun demikian, suku cadang utama
dan peralatan siap pakai memenuhi kriteria aset tetap ketika entitas memperkirakan akan
menggunakan aset tersebut selama kurang lebih satu periode. Sama halnya jika suku cadang
dan peralatan pemeliharaan yang hanya bisa digunakan untuk suatu aset tetap tertentu hal ini
juga dicatat sebagai aset tetap. Perlu pertimbangan dalam penerapan criteria pengakuan yang
sesuai dengan kondisi tertentu entitas. Pertimbangan tersebut tepat terhadap agresi unit-unit
yang secara individual tidak signifikan seperti etakan dan perkakas kemudian menerapkan
kriteria atas nilai agregat tersebut.
Entitas harus mengevaluasi berdasarkan prinsip pengakuan ini terhadap semua biaya
perolehan aset tetap pada saat terjadinya. Biaya-biaya tersebut termasuk biaya awal untuk
memperoleh atau mengkontruksi aset tetap dan biaya-biaya selanjutnya yang timbul untuk
menambah, mengganti, atau memperbaikinya.
Pada umumnya pengakuan aset dilakukan bersamaan dengan adanya transaksi,
kejadian, atau keadaan yang mempengaruhi aset. Disamping memenuhi definisi aset, kriteria
keterukuran, keberpautan, dan keterandalan harus dipenuhi pula. Menurut Sterling, Belkaoui
(1993) menunjukkan kondisi perlu (necessary) dan kondisi cukup (sufficient) yang
merupakan penguji (test) yang cukup rinci untuk mengakui aset tersebut, yaitu:
a. Deteksi adanya aset (detection of existence test). Untuk mengajui aset, harus ada
transaksi yang menandai timbulnya aset.
b. Sumber ekonomik dan kewajiban (economic resources and obligation test). Untuk
mengakui aset, suatu objek harus merupakan sumber ekonomik yang langka,
dibutuhkan dan berharga.
c. Berkaitan dengan entitas (entity association test). Untuk mengakui aset, kesatuan
usaha harus mengendalikan atau menguasai objek aset.
d. Mengandung nilai (non-zero magnitude test). Untuk mengakui aset, suatu objek harus
mempunyai manfaat yang terukur secara moneter.
e. Berkaitan dengan waktu pelaporan (temporal association test). Untuk mengakui aset,
semua penguji di atas harus dipenuhi pada tanggal pelaporan (tanggal neraca).
f. Verifikasi (verification test). Untuk mengakui aset, harus ada bukti pendukung untuk
meyakinkan bahwa kelima penguji diatas dipenuhi.
PENGHENTIAN PENGAKUAN
Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat:
(a) dilepas; atau
(b) ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari
penggunaan atau pelepasannya.
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap
dimasukkan dalam laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya (kecuali
PSAK 30: Sewa mengharuskan perlakuan yang berbeda dalam hal transaksi jual dan
sewa-balik). Keuntungan tidak boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan.
D. PENGUKURAN
Pengukuran Awal berdasarkan PSAK no.16, suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi
untuk diakui sebagai aset pada awalnya harus diujur sebesar biaya perolehan.
Pengukuran biaya perolehan
Biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunainya dan diakui pada saat
terjadinya jika pembayaran untuk suatu aset ditangguhkan hingga melampui jangka waktu
kredit normal, perbedaan antara nilai tunai dengan pembayaran total diakui sebagai beban
bunga selama periode kredit kecuali dikapitalisasi sesuai dengan perlakuan alternative yang
diizinkan dalam PSAK NO. 26 tentang biaya pinjaman.
Pengukuran setelah pengakuan awal berdasarkan PSAK no. 16
a. Model Biaya
Setelah diakui sebagai aset, setelah aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.
b. Model Revaluasi
Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara
andal harus dicatat pada jumlah revaluasian yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi
setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup
reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari
jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca.
Salah satu kriteria pengakuan aset adalah keterukuran (measureability) manfaat
ekonomik yang akan datang. Yang dimaksud pengukuran di sini adalah penentuan
jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek aset pada saat terjadinya, yang
akan dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran fisis objek tersebut.
Dan jika suatu sumberdaya yang diperoleh suatu perusahaan tidak andal (reliable)
pada elemen pengukurannya, maka sumberdaya tersebut tidak dapat ditampilkan
sebagai aset melainkan diakui sebagai pendapatan ketika terjadi transaksi.
Pengakuan dan pengukuran berdasarkan PSAK no. 19
Pengakuan dan pengukuran awal aset tidak berwujud
Dalam mengakui suatu pos sebagai aset tidak berwujud, perusahaan perlu menunjukan
bahwa pos tersebut memenuhi:
1. Definisi aset tidak berwujud
2. Kriteria pengakuan sebagaimana diatur dalam pernyataan ini
Aset tidak berwujud diakui jika dan hanya jika:
1. Kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari
aset tersebut
Pertukaran taksejenis, tanpa pembayaran tombok. Dicatat sebagai nilai wajar yang
diserahkan atau yang diterima.
Pertukaran taksejenis, dengan pembayaran tombok. Aset dicatat sebesar nilai pasar
aset yang diserahkan ditambah nilai tombok yang dibayarkan
Pertukaran sejenis, tanpa pembayaran tombok. Dicatat sebesar nilai buku yang
diserahkan atau nilai pasar, tergantung mana yang lebih rendah.
Pertukaran sejenis, dengan pembayaran tombok. Dicatat sebesar nilai buku ditambah
nilai tombok atau nilai pasar, diambil mana yang lebih rendah.
Pertukaran sejenis, dengan penerimaan tombok. Bila terjadi rugi, aset dicatat sebesar
harga pasar aset yang diserahkan dikurangi kas yang diterima. Bila untung, aset
dicatat sebesar nilai buku yangdiserahkan dikurangi porsi nilai aset yang diserahkan
yang dianggap dijual/ditukar. Atau niali wajar aset diterima dikurangi untung
tangguhan.
E. PENYAJIAN
Berdasarkan PSAK No. 16, laporan keuangan mengungkapkan, untuk setiap kelompok aset
tetap:
Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto
Metode penyusutan yang digunakan
Umur manfaat atau tariff penyusutan yang digunakan
Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (dijumlahkan dengan akumulaisi rugi
penurunan nilai)pada awal dan akhir periode
Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukan
a) Penambahan;
b) Aset diklasifikasi sebagai tersedia untuk dijual atau termasuk dalam kelompok
lepasan yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual sesuai PSAK 58 (revisi
2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang
Dihentikan dan pelepasan lainnya;
c) Akuisisi melalui kombinasi bisnis;
d) Peningkatan atau penurunan akibat dari revaluasi sesuai paragraf 31, 39, dan 40
serta dari rugi penurunan nilai yang diakui atau dijurnal balik dalam pendapatan
komprehensif lain sesuai PSAK No. 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset;
e) Rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi sesuai PSAK 48;
f) Rugi penurunan nilai yang dijurnal balik dalam laba rugi sesuai PSAK 48;
g) Penyusutan;
Selisih nilai tukar neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan dari
mata uang fungsional menjadi mata uang pelaporan yang berbeda, termasuk
penjabaran dari kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang pelaporan dari
entitas pelapor; dan
h) Perubahan lain.
Keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik dan aset tetap yang dijaminkan untuk
utang
Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang sedang dalam
pembangunan
Jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tetap dabn
Jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalamipenurunan nilai,
hilang, atau dihentikan yang dimasukkan dalam laporan laba rugi, jika tidak dingkapkan
secara terpisah pada laporan laba rugi.
F. PENILAIAN
Di dalam akuntansi, istilah pengukuran dan penilaian sering tidak dibedakan karena
adanya asumsi bahwa akuntansi menggunakan unit moneter untuk mengukur makna
ekonomik (economic attribute) suatu objek, pos, atau elemen. Pengukuran biasanya
digunakan dalam akuntansi untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus
dicatat untuk objek pada saat pemerolehan. Penilaian biasanya digunakan untuk menunjuk
proses penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap elemen atau pos statemen
keuangan pada saat penyajian.
Menurut Raddatz at all (2012) Jika investor tiba-tiba mendukung suatu negara dan
mendorong nilai aset ke atas, suntikan berikutnya bahwa reksa dana (yang mencakup negara
ini dalam portofolio mereka) menerima akan lebih condong ke arah negara ini. Hal ini pada
gilirannya dapat menghasilkan lebih banyak tekanan kenaikan harga, memperkuat efek. Efek
positif-umpan balik ini meningkat karena lebih banyak dana mengikuti benchmark indeks
lebih dekat dari waktu ke waktu, menghasilkan pro-cyclicality.
Tujuan dari penilaian aset adalah untuk merepresentasi atribut pos-pos aset yang
berpaut dengan tujuan laporan keuangan dengan menggunakan basis penilaian yang sesuai.
Sedangkan tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang dapat membantu
investor dan kreditor dalam menilai jumlah, saat, dan ketidakpastian aliran kas bersih ke
badan usaha. Singkatnya, tujuan penilaian aset harus berpaut dengan tujuan pelaporan
keuangan.
FASB mengidentifikasi lima makna atau atribut yang dapat direpresentasi berkaitan
dengan aset, dasar penilaian menurut FASB (SFAC No. 5, prg. 67) dapat diringkas sebagai
berikut:
a. Historical cost. Tanah, gedung, perlengkapan, perlengkapan pabrik, dan kebanyakan
sediaan dilaporkan atas dasar kos* historisnya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya
yang dikorbankan untuk memperolehnya. Kos historis ini tentunya disesuaikan dengan
jumlah bagian yang telah didepresiasi atau diamortisasi.
b. Current (replacement) cost. Beberapa sediaan disajikan sebesar nilai sekarang atau
penggantinya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang harus dikorbankan kalau
aset tertentu diperoleh sekarang.
c. Current market value. Beberapa jenis investasi dalam surat berharga disajikan atas
dasar nilai pasar sekarang yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dapat diperoleh
kesatuan usaha dengan menjual aset tersebut dalam kondisi perusahaan yang normal
(tidak akan dilikuidasi). Nilai pasar sekarang juga digunakan untuk aset yang
kemungkinan akan laku dijual dibawah nilai bukunya.
d. Net realizable value. Beberapa jenis piutang jangka pendek dan sediaan barang
disajikan sebesar nilai terealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang
akan diterima (tanpa didiskun) dari aset tersebut dikurangi dengan pengorbanan (kos)
yang diperlukan untuk mengkonversi aset tersebut menjadi kas atau setaranya.
e. Present (or discounted) value of future cash flows. Piutang dan investasi jangka
panjang disjikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas di masa mendatang sampai
piutang terlunasi (dengan tarif diskun implisit) dikurangi dengan tambahan kos yang
mungkin diperlukan untuk mendapatkan penerimaan tersebut.
G. PENGUNGKAPAN
Pengungkapan Berdasarkan PSAK No. 19, laporan keuangan harus mengungkapkan
hal-hal berikut untuk setiap golongan aset tidak berwujud dengan membedakan antara aset
tidak berwujud yang dihasilkan secara internal dan aset tidak berwujud lainnya:
Nilai tercatat bruto dan akumulasi amortisasi (yang digabungkan dengan akumulasi rugi
penurunan nilai) pada awal dan akhir periode.
Unsur pada laporan keuangan yang di dalamnya terdapat amortisasi asset tidak
berwujud,dan
Rekonsiliasi nilai tercatat pada awal dan akhir periode dengan menunjukan:
a. Penambahan asset tidak berwujud yang terjadi,dengan mengungkapan secara
terpisah penambahan yang berasal dari pengembangan di dalam perusahaan dan
dari penggabungan usaha;
b. Penghentian dan pelepasan asset tidak berwujud ;
c. Rugi penurunan nilai yang diakui pada laporan laba rugi periode berjalan sesuai
dengan PSAK No 48 tentang penurunan nilai asset (jika ada)
d. Rugi penurunan nilai yang dibalik pada laporan laba rugi periode berjalan sesuai
dengan PSAK No 48 tentang penurunan nilai asset (jika ada)
e. Amortisasi yang diakui selama periode berjalan
f. Selisih kurs netto yang timbul dari penjabaran laporan keuangan suatu entitas
asing;dan
g. Perubahan lainnya dalam nilai tercatat selam periode berjalan .
2. Penjelasan, nilai tercatat, dan periode amortiusasi yang tersisa dari setiap asset tidak
berwujud yang material bagi laporan keuangan secara keseluruhan;
3. Keberadaan dan nilai tercatat asset tidak berwujud yang hak penggunaanya dibatasi
dan nilai tercatat asset tidak berwujudyang ditentukan sebagai jaminan atas hutang;dan
4. jumlah komitmen untuk memperoleh asset tidak berwujud
ditentukan.jika arus kas sesungguhnya secara material lebih kecil dari ( lebih besar dari )
taksiran, perusahaan harus menaksir kembali nilai pakai yang terakhir kali ditentukan
dengan menggunakan arus kas sesungguhnya,namun dengan mengganggap semua asumsi
lain tidak berubah.jika penggunaan arus kas sesungguhnya pada periode-periode sebelunnya
memerlukan pengakuan atau pemulihan kerugian penurunan nilai dalam periode-periode
tersebut,perusahaan harus mengungkapan ;
1. Jumlah kerugian penurunan nilai yang seharusnya diakui atau dipulihkan jika arus kas
sesungguhnya digunakan dalam menaksirkan nilai pakai tahun-tahun sebelumnya
2. Jumlah setiap kerugian penurunan nilai yang telah diakui atau dipulihkAn untuk aset
selama periode sekarang.
3. Sifat perubahan asumsi yang menjelaskan mengapa jumlah yang diungkapkan
sehubungan dengan (a) dan (b) di atas berbeda (jika hal ini yang berbeda.
KOMPARABILITAS
TOPIK
PSAK
IFRS
perolehan
Sama
penentuan cost
termasuk
pengeluaran
administrasi
overhead
umum,
kerja
bagi
perusahaan
dimaksudkan digunakan.
Sama
Sama
aset
tersebut
penyusutan
harus
direview
minimum
setiap
pemanfaatan
ekonomi
perubahan
estimasi
akuntansi.
Sama
Sama
Aktiva tetap dapat dinilai
kembali untuk fair value jika
penilaian
kembali
dilakukanwaktu
yang
sama
dan
atas
kerugian
nilai
dapat
atau turun.
DAFTAR PUSTAKA
Belkaoui. Ahmed Riahi. 1993. TEORI AKUNTANSI. Jakarta: Salemba Empat.
https://www.academia.edu/5254594/ASET_ASET_DAN_PENGUKURANNYA. Dengan
judul ASET / ASET DAN PENGUKURANNYA. 14 Oktober 2014 pukul 14:26.
James, Reeve,dll. 2010. Principles of Accounting-IndonesianAdaptation. Jakarta. Salemba
Empat
Martani, Dwi,dll. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Jakarta: Salemba
Empat
Raddatz. Claudio., Sergio L. Schmukler., Toms Williams., 2012. International Asset
Allocation: The Benchmark Effect. Journal of Finance.
Suwarjono. 2006. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE
www.iaiglobal.or.id