Anda di halaman 1dari 4
LANDASAN FALSAFAH TEKNOLOGI PENDIDIKAN? Uwes Anis Chaeruman ‘Asumsi yang Melandasi Teknologi Pendidikan Dalam makalahnya, Prof. Yusufhadi iarso, menjelaskan tentang makna falsafah dengan mengutip pendapat Donald Ely (1980) sebagai, “Rangkaian pernyatan yang didasarkan pada keyakinan, konsepsi dan sikap seseorang yang menunjukkan arah atau dimana seseorang memberikan arti atas suatu gejala seobyektif mungkin.” Disamping itu dijelaskan pula tentang teori dengan mengutip pendapat Snelbecker (1974). Dimana, definisi umum tentang teori adalah, “Segala aspek ilmu yong tidak semata-mata bersifat empirik.” Sedangkan secara khusus, teori adalah, “Ringkasan pernyataan yang melukiskan dan menata sejumiah pengamatan empirik.” Berbicara asumsi yang melandasi filosofi teknologi pendidikan, Prof. Yusuthadi Miarso menjelaskan setidaknya ada lima asumsi yang dapat dikatakan sebagai postulat_yang kebenarannya tidak terbantahkan atau setidaknya tidak perlu dipersoalkan lagi. Asumsi tersebut adalah: 1. Ilmu dan pengetahuan berkembang dengan pesat membawa implikasi bagi kebanyakan orang untuk mengikuti perkembangan itu. 2. Pertumbuhan penduduk akan senantiasa terjadi meskipun dengan derajat perbandingan. yang kian mengecil. Perkembangan penduduk ini membawa implikasi makin banyaknya mereka yang perlu memperoleh pendidikan, 3. Terjadinya perubahan-perubahan mendasar dan bersifat menetap di bidang social, politik, ekonomi, industri atau secara luas kebudayaan yang menghendaki re-edukasi atau pendidikan terus menerus bagi semua orang, 4, Penyebaran teknologi kedalam kehidupan masyarakat yang makin meluas. Masyarakat mengandung budaya teknologi, yang mempengaruhi segenap bidang kehidupan, termasuk didalamnya bidang pendidikan. * Dikutip dari Miarso, Yusuthacl, “Landasan Falsafah dan Teori Teknologi Pendidikan”, Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, 2011, 5. Makin terbatasnya sumber-sumber tradisional sehingga harus diciptakan sumber- sumber baru dan sementara itu memanfaatkan sumber yang semakin terbatas itu secara lebih berdaya guna dan berhasil guna. Termasuk dalam sumber tradisional ini adalah sumber insani untuk keperluan pendidikan. Ontologi Teknologi Pendidikan Dalam menjawab landasan filosofis teknologi pendidikan, maka perlu dijawab tiga hal, yaitu ontologi (apa), epistemology (bagaimana) dan aksiologi (untuk apa). Apakah obyek penelaahan (ontology) teknologi pendidikan itu? Untuk menjawab pertanyaan itu, Prof. Yusufhadi Miarso menjelaskan adanya masalah-masalah baru, yaitu: 1. Adanya berbagai macam sumber untuk belajar termasuk orang (penulis buku, produser media dan lain-lain), pesan (yang tertulis dalam buku atau tersaji lewat media), media (buku, program televise, radio dan lain-lain), alat (jaringan televise, radio dan lain-lain), cara-cara tertentu dalam mengolah/menyajikan pesan, serta lingkungan dimana proses pendidikan itu berlangsung. 2. Perlunya sumber-sumber tersebut dikembangkan, baik secara konseptual maupun factual 3. Perlu dikelolanya kegiatan pengembangan, maupun sumber-sumber untuk belajar itu agar dapat digunakan seoptimal mungkin guna keperluan belajar. Epistemologi Teknologi Pendidikan Bagaimana teknologi pendidikan dikembangkan? Prof. Yusufhadi Miarso menjelaskan tiga pendekatan baru, yaitu teknik intelektual yang unik yang tidak dilakukan oleh disiplin keilmuan yang telah ada sebelumnya, yang merupakan ciri epsitemologi teknologi pendidikan, yaitu: 1. Keseluruhan masalah belajar dan upaya pemecahannya ditelaah secara simultan. Semua situasi yang ada diperhatikan dan dikaji saling keterkaitannya (sistemik), dan bukannya dikaji secara terpisah-pisah (parsial), 2. Unsur-unsur yang berkepentingan diintegrasikan dalam suatu proses kompleks secara sistemik, yaitu dirancang, dikembangkan, dinilai, dikelola sebagai suatu kesatuan, dn ditujukan untuk memecahkan masalah. 3. Penggabungan ke dalam proses yang kompleks dan perhatian atas gejala secara menyeluruh, harus mengandung daya lipat atau sinergisme, berbeda dengan hal dimana ‘masing-masing fungsi berjalan sendiri-sendiri Aksiologi Teknologi Pendidikan Prof. Yusuthadi Miarso menjelaskan kegunaan (aksiologi) teknologi pendidikan dengan mengutip Presidential Commission on Instructional Technology Amerika Serikat (1969) sebagai beirkut: 1. Meningkatkan produktifitas pendidikan dengan jalan: a. Memperiaju pentahapan belajar. b._Membantu guru menggunakan waktunya secara lebih baik ¢. Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru dapat lebih banyak membina dan mengembangkan kegairahan belajar anak. 2. Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan: a. Mengurangi control guru yang kaku dan tradisional b. Memberikan kesepmatan anak berkembang sesuai kemampuannya 3. Memberikan dasar pengajaran yang lebih ilmiah, dengan jalan a. Perencanaan program pengajaran yang lebih sistemik b. Pengembangan bahan ajar yang dilandasi penelitian tentang prilaku 4. Lebih memantapkan pengajaran dengan jalan: a. Meningkatkan kapasitas manusia dengan berbagai media komunikasi b. Penyajian informasi dan data secara lebih konkrit, 5. Memungkinkan belajar secara lebih akrab, karena dapat: a. Mengurangi jumlah pemisah antara pelajaran di dalam dan di luar sekolah b. Memberikan penegtahuan tangan pertama 6. Memungkinkan penyajian pendidikan lebih luas dan merata, terutama dengan jala a. Pemanfaatan bersama tenaga atau kejadian yang langka secara lebih luas b. Penyajian informasi menembus batas geografi Dalam konteks indonesia, aksiologi teknologi pendidikan dapat dilihat dalam Pidato Pengarahan Mendikbud (1980), Daoed Joesoef, yang menyatakan teknologi pendidikan perlu terus dikembangkan untuk: 1) perluasan dan pemerataan kesempatan belajar; 2) meningkatkan mutu pendidikan seperti penyempurnaan kurikulum, penyediaan berbagai sarana pendidkikan dan peningkatan kemampuan tenaga pengajar lewat bergai bentuk pendi kan serta latihan; 3) penyempurnaan sistem pendidikan dengan penelitian dan pengembangan sesuai tantangan jaman dan kebutuhan pembangunan; 4) peningkatan partisipasi masyarakat dengan pengembangan dan pemanfaatan berbagai wadah dan sumber pendidikan; 5) penyempurnaan pelaskanaan interaksi antara pendidikan dan pembanunan dimana manusia dijadikan pusat perhatian pendidikan,

Anda mungkin juga menyukai