Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
10 Sep 2014
dr. Merita Arini, MMR
Piramida Pembelajaran
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa Rumah Sakit bersama-sama karyawan itu
sendiri memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan kompetensi karyawan. Namun
demikian, rumah sakit sebagai suatu organisasi memiliki kemampuan dan kekuatan yang lebih
besar untuk menciptakan suatu sistem/ mekanisme pengembangan kompetensi staf. Dalam
pembahasan kali ini, kita akan lebih menekankan pada peran rumah sakit dalam hal tersebut.
Terdapat banyak metode pemgembangan kompetensi staf. Di antaranya adalah sebagai berikut:
} PELATIHAN INTERNAL
Outbond training
} PELATIHAN PUBLIK
Seminar
Workshop
Kursus
Sertifikasi profesi
Konferensi profesional
} PEMBELAJARAN INTERNAL
Knowledge management
Penugasan
Magang
} PEMBELAJARAN MANDIRI
E-learning
Literatur
Pendidikan formal
Dengan demikian, perlu digarisbawahi bahwa tidak seluruh kompetensi harus diraih dengan
pelatihan. Dan, kembali perlu diingat bahwa training/ pelatihan bukanlah one stop solution.
Artinya, tidak semua masalah kurangnya kinerja staf dapat diatasi dengan membuat atau
mengirim staf mengikuti pelatihan tertentu. Begitu banyak pelatihan yang diikuti staf, namun
luaran yang diharapkan belum tentu tercapai. Begitu banyak dana yang dianggarkan rumah sakit
guna mengikutsertakan staf pada berbagai pelatihan, namun kinerja staf dan produktivitasnya
belum tentu menjadi lebih baik.
Filosofi Pelatihan
Agar pelatihan dapat efektif dan efisien, rumah sakit perlu melakukakan beberapa hal penting.
Hal penting yang pertama adalah melakukan analisis kebutuhan pelatihan, kemudian
menentukan jenis/ metode pelatihan, serta melakukan follow up termasuk evaluasi atas pelatihan
yang diselenggarakan/ diikuti. Tidak selamanya outcome perusahaan yang rendah berasal dari
kesenjangan kompetensi. Dalam analisis kebutuhan pelatihan, rumah sakit perlu meninjau/
mengidentifikasi masalah dalam kendala bisnis atau kesenjangan kompetensi yang memiliki
kemungkinan berpengaruh terhadap masalah yang ada. Kendala/ permasalahan bisnis internal
rumah sakit dapat meliputi: implementasi sistem, prosedur, program baru; pengembangan produk
pelayanan tertentu; rendahnya produktivitas pegawai; serta rendahnya kualitas pelayanan
pegawai. Di samping hal-hal tersebut, beberapa hal menjadi sumber potensial perlunya diadakan
pelatihan/ pengembangan kompetensi staf, yaitu:
} Visi, misi, nilai, budaya, & strategi RS
} Laporan permasalahan unit kerja
} Implementasi sistem yg dianggap baru
} Job description & job spesification
} Penilaian Kinerja
} Catatan Karyawan
} Hasil assessment kompetensi
Agar lebih tepat sasaran, diperlukan data-data yang akurat mengenai jenis pelatihan apa yang
diperlukan dan apakah pelatihan tersebut benar-benar diperlukan. Pengumpulan data yang
diperlukan dalam analisis kebutuhan pelatihan karyawan, dapat diperoleh dari:
} Rapat dengan unit kerja terkait
} Kuesioner
} Wawancara
} Focus group discussion
} dokumen dan laporan
} Data penilaian kinerja
} Laporan assessment kompetensi
Informasi yang diperoleh dari pengumpulan data tersebut di atas selanjutnya dikelola untuk
menelaah kebutuhan pelatihan staf. Sehingga, manajemen tidak dapat cuci tangan begitu saja
dengan memasukkan staf-nya ke dalam pelatihan yang dipandang perlu hanya oleh manajer.
Setelah pelatihan dilaksanakan atau diikuti, follow up selanjutnya harus dilakukan dengan
menilai outcome berdasarkan indikator-indikator yang telah ditetapkan sebelumnya serta
melakukan monitoring dan evaluasi yang berkesinambungan.
Referensi:
Apriano B, Jacop FA, 2013, Pedoman lengkap profesional SDM Indonesia, Penerbit PPM,
Jakarta.
Salah satu peran manajemen SDM adalah melakukan pengembangan terhadap kompetensi semua
karyawan agar memenuhi dan menjadi kekuatan organisasi untuk mencapai tujuan dan citacitanya. Secara sistematis proses pengembangan kompetensi diawali dengan mengidentifikasi
kebutuhan melalui analisa kebutuhan pelatihan (Training Need Analysis) atau penilaian
kompetensi berdasarkan tugas dan tanggung jawab karyawan baik sekarang maupun yang akan
datang.
Analisa kebutuhan pelatihan bertujuan untuk menemukan kesenjangan antara pengetahuan dan
kemampuan karyawan dengan yang seharusnya di ketahui dan dilakukan. Analisa kebutuhan
adalah menganalisis apa yang senyatanya dengan apa yang seharusnya. Apa yang seharusnya
merupakan persyaratan kompetensi yang harus dipunyai oleh karyawan. Kesenjangan (gap) yang
teridentifikasi dari pembandingan itu merupakan ruang pengembangan kompetensi dengan
pelatihan atau yang lainnya. Idealnya pengembangan kompetensi tersebut dilakukan secara
seimbang antara dimensi mental, social, spiritual dan fisik sehingga mampu menciptakan
kekuatan sinergis.
Rumah sakit merupakan organisasi dengan kompleksitas yang sangat tinggi. Sering
rumah sakit diistilahkan sebagai organisasi yang padat modal, padat SDM, padat
teknologi, padat ilmu pengetahuan dan padat regulasi. Jumlah SDM yang banyak
dengan berbagai profesi yang ada, teknologi dan ilmu pengetahuan yang selalu
berkembang serta regulasi yang berubah menuntut adanya program
pengembangan kompetensi yang selalu berjalan terus menerus agar rumah sakit
bisa menjaga eksistensinya. Selain itu, rumah sakit sebagai organisasi pelayanan
jasa, SDM mempunyai peran sangat penting dalam menentukan kualitas produk
rumah sakit. Sehingga kompetensinya harus selalu di kembangkan. Pelatihan
merupakan salah satu program pengembangan kompetensi dan agar bisa efektif
dan mencapai sasaran perlu di lakukan analisa kebutuhan pelatihan.
Ada 3 tipe analisa kebutuhan pelatihan yaitu,
1. Organizational based need analysis,
2. Job competency based need analysis,
3. Person Competency need analysis.
Berikut uraiannya:
1. Organizational based need analysis merupakan analisa yang dilakukan
berdasarkan pada kebutuhan strategis rumah sakit dalam merespon bisnis masa
depan. Kebutuhan strategis ini dirumuskan dengan mengacu pada corporate
strategy dan corporate value yang merupakan faktor kunci efektifitas dan
keberhasilan organisasi. Sebagai contoh hasil rumusan dari corporate strategy dan
corporate value yang merupakan faktor kunci keberhasilan rumah sakit adalah
Communication, Teamwork, Exelence service, Learning , Leadership, Development.
Dari faktor-faktor kunci tadi dilakukan penilaian untuk mengidentifikasi pada faktor
apa rumah sakit masih mengalami kekurangan yang paling besar, dan karenanya
perlu diprioritaskan pengembangan pelatihannya. Misalnya dari hasil menilaian
ternyata teamwork kurang dan pelayanan belum excellence maka perlu dilakukan
pelatihan tentang dua hal tersebut di bagian-bagian yang terkait.
2. Job competency based need analysis adalah analisa kebutuhan pelatihan
yang didasarkan pada profil kompetensi yang dipersyaratkan untuk setiap
posisi/jabatan. Dalam setiap jabatan dalam organisasi pasti ada persyaratanpersyaratan yang menyertainya. Misalnya bagian pemasaran dipersyaratkan
mampu melakukan analisis pasar dan membuat program-program pemasaran,
maka salah satu pelatihan yang harus diikuti oleh pejabat tersebut adalah pelatihan
tentang pemasaran. Kepala bangsal dipersyaratkan mampu mengelola bangsal
dengan baik, maka perlu ada pelatihan manajemen kepala bangsal.
3. Person Competency need analysis adalah analisa kebutuhan pelatihan yang
didasarkan pada kesenjangan ( gap) antara level kompetensi yang dipersyaratkan
dengan level kompetensi aktual karyawan/individu. Misalnya untuk perawat di unit
gawat darurat dipersyaratkan mempunyai sertifikat PPGD, maka masing-masing
indivisu dinilai apakah sudah memenuhi syarat tersebut atau belum. Kalau belum,
maka perlu diberikan pelatihan tersebut. Dokter yang berada di unit gawat darurat
dipersyaratkan mempunyai sertifikat ATLS dan ACLS, maka bagi dokter yang belum
memenuhi perlu diikutkan pelatihan tersebut. Selain mengidentifikasi kemampuan
skill dan knowledgenya, perlu juga di analisis kesenjangan perilaku karyawan dari
standar
yang
dipersyaratkan,
misalnya
kemampuan
komunikasinya,
keberagamaannya dan lain-lain.
Hasil-hasil analisis identifikasi kesenjangan kompetensi tadi dirangkum sebagai
dasar dalam pembuatan perencanaan program pelatihan. Dengan analisis
kebutuhan pelatihan yang komprehensif ini maka diharapkan program pelatihan
menjadi salah satu program pengembangan karyawan yang terintegrasi sehingga
mampu menaikkan daya saing rumah sakit.
Sumber: indosdm
DM
Analisis Kebutuhan Pelatihan ( Training Need
Analysis )
1
perusahaan. Selain itu ada juga pelatihan yang bersifat menyeluruh, dalam arti
bahwa pelatihan tersebut merupakan suatu policy dari pihak manajemen untuk
mensosialisasikan visi, misi, dan tujuan perusahaan, termasuk rencana strategic
yang akan dijalankan. Meski kedua hal tersebut sebenarnya telah mengindikasikan
adanya kebutuhan pelatihan, namun perancang pelatihan harus dapat menggali
lebih dalam lagi sejauhmana kebutuhan tersebut dapat direalisasikan. Ia harus bisa
menggali informasi-informasi seperti: apakah program pelatihan serupa pernah
dilaksanakan dan apa hasilnya? Apakah pelatihan tersebut benar-benar akan
bermanfaat bagi divisi tertentu dan secara langsung ataupun tidak langsung akan
memberikan dampak positif bagi kinerja semua divisi yang ada dalam perusahaan?
Kondisi atau situasi seperti apa sebenarnya yang mendorong dilakukannya
pelatihan tersebut? Lalu apa sebenarnya yang diharapkan dari pelatihan tersebut?
Peserta
Satu hal yang sangat krusial dalam suatu pelatihan adalah menentukan siapa yang
menjadi peserta pelatihan tersebut. Peserta yang dimaksudkan dalam konteks ini
adalah mencakup peserta pelatihan dan juga trainer/facilitator dari pelatihan
tersebut. Mengapa hal ini dikategorikan sebagai hal yang krusial tidak lain adalah
karena peserta akan sangat menentukan format pelatihan. Selain itu para peserta
pelatihan adalah individu-individu yang akan membawa apa yang diperoleh dalam
pelatihan ke dalam pekerjaan mereka sehari-hari sehingga akan memiliki dampak
pada perusahaan. Dengan mengetahui peserta pelatihan perancang program
pelatihan dapat menentukan format yang tepat; apakah akan menggunakan format
ruang kelas (classroom setting), belajar sendiri (self-study or self-journey), belajar
dari pengalaman (experiential learning or learning by doing), atau menggunakan
beberapa format sekaligus. Selain itu, dengan mengetahui siapa peserta pelatihan
maka perancang program pelatihan akan dapat menggali lebih jauh berbagai
informasi seperti:
apa saja persyaratan minimal (pendidikan, pengalaman dan ketrampilan) yang
harus dipenuhi oleh peserta pelatihan untuk dapat mengikuti pelatihan?
apa dasar-dasar pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimiliki peserta
pelatihan, termasuk pelatihan apa saja yang pernah diikuti sebelumnya?
apa saja persyaratan yang harus dipenuhi oleh trainer/facilitator untuk dapat
menyelenggarkan pelatihan? apakah akan menggunakan trainer dari dalam
perusahaan atau menggunakan trainer dari luar?
bagaimana data demography para peserta pelatihan?
Pekerjaan
Data atau informasi yang berhubungan dengan aspek pekerjaan yang harus
dikumpulkan dan dianalisis mencakup hal-hal seperti: jenis pekerjaan (jabatan) apa
yang sedang di review dan apa fungsi utama pekerjan (jabatan) tersebut, apa saja
kompetensi yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan secara optimal,
apa standard kinerja yang harus dipenuhi oleh pegawai, apakah pegawai sudah
memenuhi standard kinerja yang diharapkan, dsb. Pada intinya analisis kebutuhan
pelatihan yang mencakup aspek pekerjaan bertujuan mengumpulkan informasi
seputar fungsi dan tanggung jawab jabatan, tingkat kinerja yang diharapkan, dan
kemampuan serta ketrampilan apa saja yang harus dimiliki oleh individu atau
kelompok (divisi) untuk dapat memenuhi standard kinerja yang diharapkan. Bagi
perusahaan-perusahaan yang telah memiliki uraian jabatan mungkin akan lebih
mudah bagi si perancang program untuk memperoleh data. Namun bagi
perusahaan yang belum memiliki uraian jabatan maka si perancang program akan
membutuhkan banyak waktu untuk melakukan analisis jabatan.
Materi
Bagi perusahaan-perusahaan yang sudah terbiasa melakukan pelatihan, materi
pelatihan mungkin sudah tersedia untuk berbagai jabatan. Meski demikian hal ini
tidaklah berarti bahwa materi tersebut selalu cocok untuk setiap peserta dan setiap
situasi. Materi pelatihan yang baik harus selalu diperbaharui sesuai dengan kondisi
yang ada supaya isi (content) dari pelatihan benar-benar sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan si peserta pelatihan. Hal yang mendasar untuk diketahui dalam
menentukan materi yang akan dirancang dalam sebuah program pelatihan adalah
apakah materi yang akan diberikan merupakan suatu hal yang bersifat essential
atau tidak. Jika ya, maka materi tersebut harus dimasukkan dalam pelatihan. Jika
hal ini sudah ditentukan, maka selanjutnya baru dipilih topik-topik penting yang
perlu diajarkan dalam pelatihan, bagaimana mengajarkannya dan hal-hal apa saja
yang perlu dijelaskan lebih lanjut supaya lebih memudahkan peserta pelatihan
dalam memahami materi tersebut.
Dukungan
Mengingat bahwa hal-hal yang mempengaruhi kinerja pegawai maupun perusahaan
secara keseluruhan tidak hanya ditentukan oleh pelatihan, maka si perancang
pelatihan harus benar-benar dapat memastikan bahwa ia mendapatkan dukungan
dari berbagai pihak di dalam perusahaan. Dukungan tersebut adalah berupa
komitmen dari para manager atau supervisor untuk menciptakan suasana yang
kondusif bagi para peserta pelatihan untuk dapat menerapkan apa yang telah
mereka pelajari dalam pelatihan. Suasana kondusif tersebut misalnya:
menempatkan pegawai pada jabatan yang sesuai dengan kompetensinya,
memberikan feedback tentang kinerja pegawai secara periodik, mendengarkan
keluhan dan masalah yang dihadapi pegawai dalam menerapkan apa yang telah
dipelajari, memberikan reward atau recognition bagi pegawai yang berhasil