BAB II Rev
BAB II Rev
ISI
Pengertian Inkuiri
Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau
pemeriksaan, penyelidikan. Inti dari inkuiri adalah proses yang berpusat pada
siswa. Apa yang diketahui siswa dan apa yang ingin mereka lakukan dan pelajari
merupakan dasar utama pembelajaran. Inkuiri adalah suatu proses untuk
memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau
eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap
pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir
kritis dan logis. Pembelajaran inkuiri bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa
untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait
dengan proses berpikir reflektif (Jauhar, 2011:64-65).
Gulo (dalam Trianto, 2010: 166-168) menyatakan bahwa model inkuiri
adalah suatu rangkaian dalam kegiatan pembelajaran yang melibatkan
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri konsepnya dengan percaya
diri. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke
dalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif singkat. Proses penemuan konsep
oleh siswa bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.
Menurut Jauhar (2011:64) inkuiri didukung oleh empat karakteristik
utama siswa, yaitu:
a. Secara instintif siswa selalu ingin tahu
b. Di dalam percakapan siswa selalu ingin bicara dan mengomunikasikan idenya
c. Dalam membangun (konstruksi) siswa selalu ingin membuat sesuatu
d. Siswa slalu mengekspresikan seni.
Model inkuiri mengharuskan guru menyediakan petunjuk yang cukup luas
kepada siswa, sedangkan siswa melakukan penyelidikan untuk menemukan
konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan guru. Guru hanya
otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional,
akan membuat anak dalam posisi kering dan hampa. Belajar berikir logis
dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan
memasukkan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi emosi, yaitu unsur
estetika melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan.
5. Prisip Keterbukaan
Anak perlu diberi kebebasan untuk mencoba sesuai dengan
perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang
bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan
sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah
menyediakan
ruang
untuk
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
menguji hipotesis
menyimpulkan
(conclussion)
Orientasi
Orientasi merupakan langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk
berpikir memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam
tahapan orientasi adalah (1) menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang
diharapkan akan dicapai siswa, (2)menjelaskan pokok pokok kegiatan untuk
mencapai tujuan, (3) menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar
sebagai motivasi bagi siswa.
2.
Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka teki. Persoalan yang disajikan adalah
persoalan yang menantang untuk berpikir. Teka teki yang menjadi
persoalan dalam inkuiri harus mengandung konsep yang jelas dan pasti.
Konsep konsep dalam masalah adalah konsep konsep yang sudah
diketahui terlebih dahulu oleh siswa.
3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang
dikaji.
Sebagai
jawaban
sementara,
hipotesis
perlu
diuji
berbagai
perkiraan
kemungkinan
jawaban
dari
suatu
permasalahan.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Proses pengumpulan data
membutuhkan motivasi yang kuat dalam belajar, ketekunan dan kemampuan
menggunakan potensi berpikirnya. Tugas guru dalam tahapan ini adalah
1.
10
2.
terjadi
(penjelasan).
Guru
bertanggung
jawab
melakukan
3.
Inquiry lesson
Pada banyak hal inquiry lesson mirip dengan demonstrasi interaktif.
Dalam inquiry lesson, penekanannya bergeser ke bentuk yang lebih kompleks
pada percobaan ilmiah. Pedagogi didasarkan pada guru hanya menyediakan
bimbingan dan bila ada pertanyaan. Bimbingan yang diberikan tidak secara
langsung melainkan menggunakan strategi pertanyaan-pertanyaan. Guru
ditekankan hanya sebagai fasilitator untuk membantu siswa merumuskan
eksperimen mereka sendiri, mengidentifikasi dan mengendalikan variabel,
dan mendefinisikan sistem. Guru hanya memberi gambaran tentang proses
11
4.
siswa
melakukan
kegiatan
dengan
memberi
pertanyaan
awal
dan
12
non-eksperimental
seperti
keselamatan
dan
penggunaan
dan
pembelajaran
ini
digunakan
bagi
siswa
yang
telah
13
belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki
(Jauhar.2011:70).
5.
Real-world Applications
Dalam tingkat ini, siswa menerapkan apa yang telah mereka pelajari
melalui pengalaman dengan situasi baru. Mereka menemukan jawaban yang
berkaitan dengan masalah otentik saat bekerja secara individu atau dalam
kerjasama kelompok kolaboratif menggunakan pendekatan berbasis proyek
dan berbasis masalah. Pemecahan masalah dilakukan oleh siswa sendiri.
6.
Hypothetical Inquiry
Bentuk inkuiri paling tinggi adalah siswa cenderung berhipotesis dan
melakukan pengujian. Hypothetical Inquiry berbeda dengan membuat
prediksi. Sebuah prediksi adalah pernyataan apa yang akan terjadi jika diberi
serangkaian kondisi tertentu. Hipotesis adalah penjelasan tentatif yang dapat
diuji secara menyeluruh, serta dapat berfungsi untuk mengarahkan
penyelidikan lebih lanjut.
Hypothetical Inquiry dapat dibedakan menjadi bentuk dasar - murni
(Pure hypothetical inquiry ) dan terapan (applied hypothetical inquiry),
masing-masing terkait praktek dan proses penyelidikan pedagogisnya. Pure
hypothetical inquiry dibuat tanpa harapan aplikasi untuk masalah dunia nyata,
hanya dilakukan semata-mata dengan tujuan memperluas pemahaman kita
tentang hukum alam. applied hypothetical inquiry diarahkan menemukan
aplikasi pengetahuan. Keduanya menggunakan dasar yang sama yaitu proses
berpikir; keduanya berbeda pada tujuannya dan tidak dinyatakan dibedakan
dalam hierarki praktek pedagogis.
14
b.
Merumuskan permasalahan
c.
Merumuskan hipotesis
d.
e.
Memadukan pengetahuan
f.
15
2.
3.
4.
5.
b.
16
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Dapat melatih siswa untuk belajar sendiri dengan positif sehingga dapat
mengembangkan pendidikan demokrasi.
i.
b.
c.
d.
e.
Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih
baik.
f.
Untuk kelas dengan jumlah siswa yang banyak, akan sangat merepotkan
guru.
g.
h.