Anda di halaman 1dari 14

BAB II

ISI

2.1 Model Pembelajaran Inkuiri


2.1.1

Pengertian Inkuiri
Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau

pemeriksaan, penyelidikan. Inti dari inkuiri adalah proses yang berpusat pada
siswa. Apa yang diketahui siswa dan apa yang ingin mereka lakukan dan pelajari
merupakan dasar utama pembelajaran. Inkuiri adalah suatu proses untuk
memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau
eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap
pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir
kritis dan logis. Pembelajaran inkuiri bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa
untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait
dengan proses berpikir reflektif (Jauhar, 2011:64-65).
Gulo (dalam Trianto, 2010: 166-168) menyatakan bahwa model inkuiri
adalah suatu rangkaian dalam kegiatan pembelajaran yang melibatkan
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri konsepnya dengan percaya
diri. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke
dalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif singkat. Proses penemuan konsep
oleh siswa bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.
Menurut Jauhar (2011:64) inkuiri didukung oleh empat karakteristik
utama siswa, yaitu:
a. Secara instintif siswa selalu ingin tahu
b. Di dalam percakapan siswa selalu ingin bicara dan mengomunikasikan idenya
c. Dalam membangun (konstruksi) siswa selalu ingin membuat sesuatu
d. Siswa slalu mengekspresikan seni.
Model inkuiri mengharuskan guru menyediakan petunjuk yang cukup luas
kepada siswa, sedangkan siswa melakukan penyelidikan untuk menemukan
konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan guru. Guru hanya

menyediakan masalah-masalah dan menyediakan alat/bahan yang diperlukan


untuk memecahkan masalah secara individu maupun kelompok (Roestiyah, 2008:
77-78).
Pernyataan Gulo (dalam Trianto, 2010: 168-169) yang mendukung uraian
Jauhar tentang kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran
inkuiri yakni sebagai berikut:
a. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan model pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau
permasalahan diajukan, lalu siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.
b. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan
yang dapat diuji dengan data. Guru membimbing siswa menentukan hipotesis
yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.
c. Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru
memberikan kesempatan dan membimbing siswa untuk menentukan langkahlangkah pengumpulan data yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan.
Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.
d. Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan
menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji
hipotesis adalah pemikiran benar atau salah. Setelah memperoleh
kesimpulan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan dari data
percobaan. Bila ternyata hipotesis itu ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai
dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.
e. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan
berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Model inkuri memerlukan kondisi-kondisi tertentu agar dapat telaksana


dengan baik. Roestiyah (2008: 79-80) mengemukakan beberapa kondisi tersebut,
antara lain:
1. Kondisi yang fleksibel, bebas untuk berinteraksi
2. Kondisi lingkungan yang responsif
3. Kondisi yang memudahkan untuk memusatkan perhatian
4. Kondisi yang bebas dari tekanan

2.2.2 Prinsip-prinsip inkuiri


Menurut Sanjaya (2006), dalam penggunaan model inkuiri terdapat
beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru. Prinsip tersebut adalah:
1. Berorientasi Pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama dari pembelajaran inkuiri adalah pengembangan
kemampuan berpikir. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses
pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri bukan ditentukan oleh
sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana
siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.
2. Prinsip Interaksi
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru
bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau
pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahakan (directing) agar
siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melaui interaksi mereka.
3. Prinsip Bertanya
Kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya
sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan
guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Berbagai
jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu bertanya
hanya sekedar untuk meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak,
bertanya untuk mengembangkan kemampuan, atau bertanya untuk menguji.
4. Prinsip Belajar Untuk Berpikir
Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak
secara maksimal dan optimal. Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan

otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional,
akan membuat anak dalam posisi kering dan hampa. Belajar berikir logis
dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan
memasukkan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi emosi, yaitu unsur
estetika melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan.
5. Prisip Keterbukaan
Anak perlu diberi kebebasan untuk mencoba sesuai dengan
perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang
bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan
sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah
menyediakan

ruang

untuk

memberikan

kesempatan

kepada

siswa

mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran


hipotesis yang diajukannya

2.2.3 Langkah langkah inkuiri


Langkah-langkah inkuiri terdiri dari:
orientasi
(orientation)
merumuskan
masalah
mengajukan dugaan
(hypothesis)
mengumpulkan data
(data gathering)

menguji hipotesis

menyimpulkan
(conclussion)

Gambar 2. Langkah-langkah inkuiri

Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan strategi


pembelajaran Inkuiri dapat mengikuti langkah langkah sebagai berikut
(Sanjaya.2006):
1.

Orientasi
Orientasi merupakan langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk
berpikir memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam
tahapan orientasi adalah (1) menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang
diharapkan akan dicapai siswa, (2)menjelaskan pokok pokok kegiatan untuk
mencapai tujuan, (3) menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar
sebagai motivasi bagi siswa.

2.

Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka teki. Persoalan yang disajikan adalah
persoalan yang menantang untuk berpikir. Teka teki yang menjadi
persoalan dalam inkuiri harus mengandung konsep yang jelas dan pasti.
Konsep konsep dalam masalah adalah konsep konsep yang sudah
diketahui terlebih dahulu oleh siswa.

3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang

dikaji.

Sebagai

jawaban

sementara,

hipotesis

perlu

diuji

kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk


mengembangkan kemampuan berhipotesis pada siswa adalah dengan
mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat
merumuskan

berbagai

perkiraan

kemungkinan

jawaban

dari

suatu

permasalahan.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Proses pengumpulan data
membutuhkan motivasi yang kuat dalam belajar, ketekunan dan kemampuan
menggunakan potensi berpikirnya. Tugas guru dalam tahapan ini adalah

mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari


informasi yang dibutuhkan.
5. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data sehingga guru dapat mengembangkan kemampuan
berpikir rasional siswa. Artinya, kebenaran jawaban bukan hanya berdasarkan
argumentasi tetapi didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggung jawabkan.
6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk memperoleh
kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa
mana data yang relevan.

Pelaksanaan model pembelajaran inkuiri antara lain: guru membagi tugas


meneliti suatu masalah ke kelas, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan
masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan.
Selanjutnya mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di dalam
kelompok, setelah diskusi dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya
hasil laporan kerja kelompok dilaporkan ke sidang pleno dan terjadilah diskusi
kelas. Hasil sidang pleno tersebut akan dirumuskan sebuah kesimpulan sebagai
kelanjutan hasil kerja kelompok (Roestiyah, 2008: 75-76).
Metode mengajar yang biasa diterapkan guru dalam inkuiri antara lain
metode diskusi dan pemberian tugas. Menurut Sriyono (1992: 98), diskusi untuk
memecahkan permasalahan dilakukan oleh kelompok kecil siswa yang terdiri atas
tiga hingga lima orang dengan arahan dan bimbingan guru, dengan demikian
model komunikasi yang terjadi merupakan komunikasi banyak arah atau
komunikasi transaksi. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu
dilontarkan ke kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri, selanjutnya
menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah.

Rohani (2004: 37-39) menyatakan bahwa dalam pembelajaran inkuiri,


peserta didik dilepas untuk menemukan sesuatu melalui proses asimilasi yaitu
memasukkan hasil pengamatan ke dalam struktur kognitif peserta didik yang
telah ada dan proses akomodasi yakni mengadakan perubahan atau
penyesuaian terhadap struktur kognitif yang lama hingga tepat dan sesuai
dengan fenomena yang baru diamati. Peserta didik memiliki kemampuan dasar
untuk berkembang secara optimal sesuai kemampuan yang dimiliki maka proses
pembelajaan dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang peserta didik
untuk merasa terlibat/berpartisipasi pada aktivitas pembelajaran.
2.2 Macam Macam Inkuiri
Menurut Wenning (2005:4) pembelajaran inkuiri terbagi menjadi enam
tingkatan berdasarkan kegiatan siswa dan besarnya intervensi guru terhadap siswa
atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya, keenam
tingkatan inkuiri tersebut tertera pada gambar 1.

Gambar 1. Tingkatan Inkuiri

1.

Belajar penemuan (Discovery learning)


Discovery learning adalah bentuk yang paling mendasar dari
pembelajaran inquiri. Fokus pembelajaran discovery tidak untuk mencari
aplikasi pengetahuan tapi lebih pada membangun konsep dan pengetahuan
dari pengalaman. Pembelajaran discovery menjadikan refleksi sebagai kunci
dalam pemahaman siswa. Guru memberikan pengalaman sedemikian rupa

10

menggunakan serangkaian pertanyaan untuk membimbing siswa pada


kesimpulan tertentu, mengarahkan diskusi yang berfokus pada masalah atau
kontradiksi, memberdayakan penalaran induktif, dan membangun hubungan
sederhana atau prinsip-prinsip dari pengamatan mereka. Pembelajaran
discovery ini mampu membuat siswa memiliki keterampilan dasar seperti
mengamati, mengklasifikasikan/mengelompokkan, memformulasi konsep,
menilai, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan pemangatan yang
dilakukan.

2.

Demonstrasi Interaktif (Interactive Demonstrations)


Interactive Demonstrations adalah sebuah demonstrasi interaktif
umumnya meliputi manipulasi guru yang mengajukan pertanyaan menyelidik
tentang apa yang akan terjadi (prediksi) atau bagaimana sesuatu yang
mungkin

terjadi

(penjelasan).

Guru

bertanggung

jawab

melakukan

demonstrasi, mengembangkan dan mengajukan pertanyaan menyelidik,


memunculkan tanggapan, meminta penjelasan lebih lanjut, dan membantu
siswa mencapai kesimpulan berdasarkan bukti. Pembelajaran Interactive
Demonstrations ini mampu membuat siswa memiliki keterampilan dasar yang
lebih sempurna dibandingkan pembelajaran discovery seperti memprediksi,
menjelaskan, menilai, memperoleh data, mengolah data, memformulasikan
dan merevisi penjelasan, serta menganalisis penjelasan lebih lanjut dan
menyimpulkannya berdasarkan data.

3.

Inquiry lesson
Pada banyak hal inquiry lesson mirip dengan demonstrasi interaktif.
Dalam inquiry lesson, penekanannya bergeser ke bentuk yang lebih kompleks
pada percobaan ilmiah. Pedagogi didasarkan pada guru hanya menyediakan
bimbingan dan bila ada pertanyaan. Bimbingan yang diberikan tidak secara
langsung melainkan menggunakan strategi pertanyaan-pertanyaan. Guru
ditekankan hanya sebagai fasilitator untuk membantu siswa merumuskan
eksperimen mereka sendiri, mengidentifikasi dan mengendalikan variabel,
dan mendefinisikan sistem. Guru hanya memberi gambaran tentang proses

11

ilmiah eksplisit dengan memberikan komentar tentang penyelidikan yang


sedang berlangsung. Pembelajaran ini akan lebih membantu siswa memahami
sifat proses penyelidikan. Bentuk inkuiri ini menjembatani kesenjangan
antara interactive demonstrations dan inquiry lab. Hal ini karena siswa yang
belum terbiasa menggunakan inquiry lab mungkin saja kesulitan. Misalnya,
siswa harus mampu membedakan antara variabel bebas, tergantung,
dikendalikan, dan variabel asing sebelum mereka dapat mengembangkan
eksperimen ilmiah terkontrol bermakna.

4.

Inkuiri Lab (Inquiry Labs)


Inkuiri lab adalah tingkat pedagogis berikutnya. inkuiri lab umumnya
akan terdiri dari siswa lebih mandiri mengembangkan dan melaksanakan
rencana eksperimental dan mengumpulkan data yang sesuai. Data ini
kemudian dianalisis untuk menemukan hukum - hubungan yang tepat antara
variabel.
Tiga Jenis Penyelidikan Lab - Berdasarkan penelitian Herron (1971),
inkuiri lab dapat dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan tingkat kesulitan dan
locus of control yaitu guided inquiry, bounded inquiry, and free inquiry.
a.

Inkuiri terbimbing (Guided Inquiry)


Inkuiri terbimbing yaitu model inkuiri dimana guru membimbing

siswa

melakukan

kegiatan

dengan

memberi

pertanyaan

awal

dan

mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam


menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pada dasarnya
siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai
dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan
bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya bimbingan tersebut
dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri.
Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanaan dan diskusi
multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep. Di
samping itu bimbingan juga dapat diberikan melalui lembar kerja siswa yang
terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau

12

kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan


petunjuk-petunjuk dan scafolding yang diperlukan oleh siswa.
b. Bounded Inquiry
Pada pembelajaran Bounded Inquiry siswa disajikan dengan jelas dan
ringkas tujuan kinerja siswa terkait dengan konsep, tetapi mereka diharapkan
untuk merancang dan melakukan percobaan tanpa ada kegiatan pertanyaan
pendahuluan. Jika masih ada pertanyaan pendahuluan hanya akan fokus pada
aspek

non-eksperimental

seperti

keselamatan

dan

penggunaan

dan

perlindungan peralatan laboratorium. Siswa sepenuhnya bertanggung jawab


pada desain percobaan, meskipun guru mungkin memberikan bantuan yang
diperlukan di laboratorium. Sebelum melakukan bounded inquiry, siswa
harus memiliki pengalaman yang cukup dengan inkuiri terbimbing.
Model ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari inkuiri
terbimbing dan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan
dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan sesuai kurikulum yang ada.
Artinya dalam pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan
masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa menerima masalah dari
guru untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan (Jauhar.2011:7071).
c.

Inkuiri bebas (Free Inqury)


Model

pembelajaran

ini

digunakan

bagi

siswa

yang

telah

berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan


inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang
ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki,
menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur
atau langkah-langkah yang diperlukan (Jauhar.2011:70).
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau
bahkan tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan
inkuiri adalah adanya kemunginan siswa dalam memecahkan masalah open
ended dn mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara,
karena tergantung bagaimana cara mereka mengonstruksi jawabannya sendiri.
Selain itu ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang baru atau

13

belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki
(Jauhar.2011:70).

5.

Real-world Applications
Dalam tingkat ini, siswa menerapkan apa yang telah mereka pelajari
melalui pengalaman dengan situasi baru. Mereka menemukan jawaban yang
berkaitan dengan masalah otentik saat bekerja secara individu atau dalam
kerjasama kelompok kolaboratif menggunakan pendekatan berbasis proyek
dan berbasis masalah. Pemecahan masalah dilakukan oleh siswa sendiri.

6.

Hypothetical Inquiry
Bentuk inkuiri paling tinggi adalah siswa cenderung berhipotesis dan
melakukan pengujian. Hypothetical Inquiry berbeda dengan membuat
prediksi. Sebuah prediksi adalah pernyataan apa yang akan terjadi jika diberi
serangkaian kondisi tertentu. Hipotesis adalah penjelasan tentatif yang dapat
diuji secara menyeluruh, serta dapat berfungsi untuk mengarahkan
penyelidikan lebih lanjut.
Hypothetical Inquiry dapat dibedakan menjadi bentuk dasar - murni
(Pure hypothetical inquiry ) dan terapan (applied hypothetical inquiry),
masing-masing terkait praktek dan proses penyelidikan pedagogisnya. Pure
hypothetical inquiry dibuat tanpa harapan aplikasi untuk masalah dunia nyata,
hanya dilakukan semata-mata dengan tujuan memperluas pemahaman kita
tentang hukum alam. applied hypothetical inquiry diarahkan menemukan
aplikasi pengetahuan. Keduanya menggunakan dasar yang sama yaitu proses
berpikir; keduanya berbeda pada tujuannya dan tidak dinyatakan dibedakan
dalam hierarki praktek pedagogis.

2.3 Relevansi pembelajaran inkuiri dengan kurikulum 2013


Kurikulum 2013 mengamanatkan proses pembelajaran yang dialami siswa
harus memenuhi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Kegiatan ini memenuhi lima M (Mengamati, Menanya, Mengumpulkan,

14

Mencoba, dan Mengkomunikasikan). Jika dikaitkan dengan kurikulum 2013,


langkah-langkah pembelajaran inkuiri sudah memenuhi tuntutan lima M.

2.4 Teori belajar yang relevan dengan pembelajaran inkuiri


Salah satu teori belajar yang relevan dengan model pembelajaran inkuiri
adalah adalah teori belajar Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan.
Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil
yang paling baik.

Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta

pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar


bermakna.
Menurut Bruner, belajar akan lebih bermakna bagi peserta didik jika mereka
memusatkan perhatiannya untuk memahami struktur materi yang dipelajari.
Untuk memperoleh struktur informasi, peserta didik harus aktif dimana mereka
harus mengidentifikasi sendiri prinsip-prinsip kunci daripada hanya sekedar
menerima penjelasa dari guru. Oleh karena itu, guru harus memunculkan masalah
yang mendorong peserta didik untuk melakuakan kegiatan penemuan.

2.5 Relevansi pembelajaran inkuiri dengan pembelajaran sains


Hakikat sains adalah produk, proses, dan sikap, untuk memenuhi ketiganya,
peserta didik harus mendapatkan pengalaman-pengalaman yang bermakna pada
pembelajaran yang dilalui. Pembelajaran inkuiri memberi dasar bagi peserta didik
mengalami proses-proses mental dalam pembelajaran sains, seperti dikemukakan
Sund dan Throwbridge (1973 dalam Hosnan 2014) dalam hal :
a.

Mengemukakan pertanyaan-pertanya yang mendalam tentang gejala alam

b.

Merumuskan permasalahan

c.

Merumuskan hipotesis

d.

Merencanakan pendekatan-pendekatan penelitian, termasuk eksperimen

e.

Memadukan pengetahuan

f.

Mengembangkan sikap ilmiah tertentu, seperti objektif, inggin tahu, bersikap


terbuka, berasrat, dan menaruh perhatian terhadap model-model teoritis, dan
tanggung jawab.

15

2.6 Implikasi pembelajaran inkuiri terhadap pembelajaran sains


Jauhar (2011:76) menyatakan bahwa standar kompetensi untuk bidang sains
ditekankan pada kemampuan bekerja ilmiah dan kemampuan memahami konsepkonsep sains serta penerapannnya dalam kehidupan. Kemampuan bekerja secara
ilmiah harus didukung oleh berkembangnya rasa ingin tahu, kemampuan bekerja
sama, dan keterampilan berpikir kitis. Kemampuan memahami konsep-konsep
sains dan menerapkannya dalam kehidupan dapat dikembangkan melalui proses
belajar siswa secara langsung dan aktif melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Kegiatan inkuiri sangat penting karena dapat mengoptimalkan keterlibatan
pengalaman langsung siswa dalam proses pembelajaran. Joyce dan rekanrekannya menyatakan bahwa inkuiri perlu didesain untuk membelajarkan proses
penelitian yang dapat mempengaruhi cara siswa memproses informasi dan
mengembangkan komitmen terhadap inkuiri ilmiah. Inkuiri juga dapat
merangsang pengembangan sikap keterbukaan dan kemampuan untuk mengambil
keputusan dengan cara yang tepat dan semangat kerja sama yang tinggi.
Chiapeta dan Adams (dalam Jauhar, 2011:78) menyatakan bahwa inkuiri
sangat berperan dalam mengembangkan :
1.

Pemahaman fundamental mengenai konsep, fakta, prinsip, hukum, dan teori

2.

Keterampilan yang mendorong pemerolehan pengetahuan dan pemahaman


mengenai fenomen alam

3.

Pengayaan disposisi untuk menemukan jawaban pertanyaan dan menguji


kebenaran pernyataan-pernyataan

4.

Pembentukan sikap positip terhadap sains

5.

Pemerolehan pengertian mengenai sifat-sifat sains

2.7 Keunggulan dan kelemahan dari model pembelajaran inkuiri


Keunggulan dan kelemaham model inkuiri menurut Suhana dan Hanafiah
(2012:79) yaitu:
1. Keunggulan dari Metode Pembelajaran Inkuiri
a.

Pembelajaran menjadi lebih hidup serta dapat menjadikan siswa aktif.

b.

Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa.

16

c.

Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses


belajar yang baru.

d.

Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka


dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

e.

Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,


bersifat jujur, obyektif, dan terbuka.

f.

Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional, yaitu guru yang


menguasai kelas.

g.

Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis


sumber belajar.

h.

Dapat melatih siswa untuk belajar sendiri dengan positif sehingga dapat
mengembangkan pendidikan demokrasi.

i.

Dalam diskusi inkuiri, guru dapat mengetahui kedalaman pengetahuan dan


pemahaman siswa mengenai konsep yang sedang dibahas.

2. Kelemahan dari Metode Pembelajaran Inkuiri


a.

Pembelajaran dengan inkuiri memerlukan kecerdasan siswa yang tinggi,


bila siswa kurang cerdas hasil pembelajarannya kurang efektif.

b.

Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima


informasi dari guru apa adanya.

c.

Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai


pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa
dalam belajar.

d.

Karena dilakukan secara kelompok maka kemungkinan ada anggota yang


kurang aktif.

e.

Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih
baik.

f.

Untuk kelas dengan jumlah siswa yang banyak, akan sangat merepotkan
guru.

g.

Membutuhkan waktu yang lama dan hasilnya kurang efektif jika


pembelajaran ini diterapkan pada situasi kelas yang kurang mendukung.

h.

Pembelajaran akan kurang efektif jika guru tidak menguasai kelas.

Anda mungkin juga menyukai