LAPORAN PRAKTIKUM
KELOMPOK IV
1.
DEDI IRWANDI
( 0707132010 )
2.
DESLELI SYUHELITA
( 0707120101 )
3.
GIGIH SANJAYA
( 0707120297 )
4.
HASNIATI HASAN
( 0707120190 )
5.
HAWMAR ROSYIDA
( 0707120173 )
6.
RIZKI RAMADHAN H.
( 0707120181 )
7.
REINHART HADTHYA
( 0707112110 )
8.
SEPRI NARDI
( 0707131833 )
9.
VEMBY MAILINO
( 0707132000 )
APRIL 2009
2009
LEMBARAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
JALAN RAYA II
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
1.
DEDI IRWANDI
( 0707132010 )
2.
DESLELI SYUHELITA
( 0707120101 )
3.
GIGIH SANJAYA
( 0707120297 )
4.
HASNIATI HASAN
( 0707120190 )
5.
HAWMAR ROSYIDA
( 0707120173 )
6.
RIZKI RAMADHAN H.
( 0707120181 )
7.
REINHART HADTHYA
( 0707112110 )
8.
SEPRI NARDI
( 0707131833 )
9.
VEMBY MAILINO
( 0707132000 )
MENGETAHUI :
DOSEN PEMBIMBING
KELOMPOK - IV
ASISTEN PRAKTIKUM
ZULKARNAIN
2009
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan Syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Praktikum Jalan Raya II yang dilaksanakan di
Laboratorium Jalan Raya dapat terlaksana dengan baik dan lancar.
Laporan Praktikum Jalan Raya II ini penyusun buat berdasarkan data-data dan pengamatan
yang didapat selama melaksanakan Praktikum Jalan Raya II.
Selama praktikum ini, penyusun banyak mendapat informasi dan bantuan bimbingan dari
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Leo Sentosa, ST. MT. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan saran serta
petunjuk-petunjuk dalam menyusun laporan ini. Juga kepada Kakak Asisten Laboratorium Jalan
Raya II yang selama pelaksanaan Praktikum telah banyak membantu.
Selanjutnya, dalam pembuatan dan penyusunan laporan ini tentu masih ada kekurangan
dan kesalahan. Untuk itu, kritik dan saran penyusun butuhkan demi kesempurnaan dikemudian
hari.
Demikianlah Laporan Praktikum Jalan Raya II ini disajikan, semoga bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
KELOMPOK - IV
2009
DAFTAR ISI
Lembar pengesahan
Kata Pengantar ..................................................................................................................... i
Daftar isi .............................................................................................................................. ii
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB VI
BAB VII
BAB VIII Titik Lembek Aspal dan Ter (Softening Point with Ring
and Ball Test).............................................................................................. 31
BAB IX
BAB X
BAB XI
KELOMPOK - IV
2009
DAFTAR GAMBAR
KELOMPOK - IV
2009
DAFTAR TABEL
KELOMPOK - IV
2009
DAFTAR GRAFIK
KELOMPOK - IV
2009
BAB I
ANALISA SARINGAN AGREGAT
(SIEVE ANALYSIS)
Disusun Oleh
Praktikan
1.
: Hasniati Hasan
: -Dedi Irwandi
-Vemby Mailino
-Reinhart Haditya
-Sepri Nardi,
-Hasniati Hasan
-Desleli Syuhelita
-Hawmar Rosyida
-Risky Ramadhan H.
-Gigih Sanjaya
Tujuan Pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk membuat suatu distribusi ukuran agregat dalam
bentuk grafik yang dapat memperlihatkan pembagian butir (gradasi) suatu agregat
dengan menggunakan saringan.
2.
perkerasan digunakan
agregat, yakni fraksi agregat kasar, sedang, dan halus. Penentuan gradasi agregat
dapat dicari dengan cara grafis dan analitis.
Cara grafis
Cara grafis dimana data hasil analisa saringan diplot kedalam grafik semi
logaritma, dimana sumbu x menunjukkan diameter saringan dalam skala logaritma dan
sumbu y menunjukkan parameter persentase (%) lolos saringan. Hasilnya lebih
bersifat visual.
Dari pola kurva yang terbentuk kita dapat melihat :
1. Gradasi agregat yang bersifat well-graded, poor graded/single sized, atau gap
graded.
2. Persentase (%) agregat kasar, sedang, dan halus pada sumber agregat tersebut
dengan kombinasi analisa saringan.
KELOMPOK - IV
2009
Cara analitis
Cara analitis yaitu dengan membuat suatu parameter koefisien keseragaman
/uniformity coefficient (CU) dan parameter koefisien kurvatur /curvature coefficient
(CZ). Hasilnya lebih bersifat eksak. Persamaan parameter dapat dilihat berikut:
D302
D60 xD10 dimana Dx= ukuran sampai x % lolos saringan
D
CU 60
D10
CZ
Angka CU yang kecil menandakan agregat tersebut kurang lebih seragam. Bersama
dengan CZ dan CU dapat diklasifikasikan gradasi agregat, yaitu:
CZ>35 dan CU <6
well-graded
well-graded
gap-graded
3.
Peralatan
o Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat sampel.
o Satu set saringan :75,0 mm (3); 63,0 mm (21/2); 50,0 mm (2); 37,5 mm (1 );
25 mm (1,06);
o
o Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai 110 50C.
o Alat pemisah contoh.
o Mesin pengguncang saringan.
o Talam-talam.
o Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya.
KELOMPOK - IV
2009
Gambar Alat
4.
Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian didasarkan pada SK-SNI M-08-1989-F atau AASTHO T27-88
atau ASTM C 136-84a.
a) Penyiapan Benda Uji
o
Agregat Halus
Agregat Sedang
Agregat Kasar
KELOMPOK - IV
2009
1. Menyiapkan sampel berupa agegrat, yaitu Agregat kasar, Agregat sedang, dan
Agregat halus pada masing-masing talam.
2. Lalu mengeringkan agregat dalam oven dengan suhu (110 + 5)0C, sampai berat
tetap.
3. Memasukkan sampel tersebut dalam saringan dengan susunan saringan, di mana
ukuran saringan paling besar di tempatkan paling atas.
4. Saringan diguncang dengan mesin pengguncang selama 15 menit.
5. Menimbang agregat yang tertahan pada masing-masing saringan. Dan mencatat
berat nya.
c) Hal Hal yang harus diperhatikan
1. Pengeringan sampel pada suhu 110 50 C dilakukan sebelum disaring.
2. Total berat sampel setelah disaring harus diperiksa, jika perbedaannya lebih dari
0,3 % berat sampel sebelum disaring, maka hasil pemeriksaan tidak dapat
diterima.
Laporan jumlah persentase adalah sama yaitu dalam bilangan bulat kecuali
untuk material yang lolosannya 0,075 mm (nomor 200) kurang dari 10 %, harus
dilaporkan dalam satu desimal.
5.
inch
1"
3/4"
1/2"
3/8"
1/4"
No.4
No.8
No.16
No.30
No.50
No.100
No.200
Pan
Berat Tertahan
(gr) contoh
1
0
0
9,6
11,70
26,10
34,30
117,30
195,30
112,50
165,40
204,70
18,50
31,00
2
0
0
9,6
11,70
26,10
34,30
117,30
195,30
112,50
165,40
204,70
18,50
31,00
Kumulatif Tertahan
(gr) contoh
1
0
0
9,6
21,30
47,40
81,70
199,00
394,30
506,80
672,20
876,90
895,40
926,40
1
2
0
0,00
0,00
0
0,00
0,00
10
1,04
1,04
21,30
2,30
2,30
47,40
5,12
5,12
81,70
8,82
8,82
199,00 21,48 21,48
394,30 42,56 42,56
506,80 54,71 54,71
672,20 72,56 72,56
876,90 94,66 94,66
895,40 96,65 96,65
926,40 100,00 100,00
Lewat contoh
1
100,00
100,00
98,96
97,70
94,88
91,18
78,52
57,44
45,29
27,44
5,34
3,35
0,00
2
100,00
100,00
98,96
97,70
94,88
91,18
78,52
57,44
45,29
27,44
5,34
3,35
0,00
Rata-rata
100,00
100,00
98,96
97,70
94,88
91,18
78,52
57,44
45,29
27,44
5,34
3,35
0,00
Sumber: Tim Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Riau, Penuntun Praktikum Jalan
Raya. 2009.
KELOMPOK - IV
inch
1"
3/4"
1/2"
3/8"
1/4"
No.4
No.8
No.16
No.30
No.50
No.100
No.200
Pan
2009
Jumlah Persen
Kumulatif
Berat Tertahan
Tertahan (gr)
(gr) contoh
Tertahan contoh Lewat contoh
contoh
1
2
1
2
1
2
1
2
0.00
0.00
0
0
0.00
0.00 100.00 100.00
0.00
0.00
0 0.00
0.00
0.00 100.00 100.00
0.00
0.00
0
0
0.00
0.00 100.00 100.00
3.60
3.60
3.6
3.6
0.58
0.58
99.42 99.42
92.50 92.50 96.1 96.1
15.36 15.36
84.64 84.64
356.10 356.10 452.2 452.2
72.28 72.28
27.72 27.72
112.20 112.20 564.4 564.4
90.22 90.22
9.78
9.78
1.40
1.40 565.8 565.8
90.44 90.44
9.56
9.56
3.90
3.90 569.7 569.7
91.06 91.06
8.94
8.94
13.50 13.50 583.2 583.2
93.22 93.22
6.78
6.78
29.60 29.60 612.8 612.8
97.95 97.95
2.05
2.05
9.60
9.60 622.4 622.4
99.49 99.49
0.51
0.51
3.20
3.20 625.6 625.6 100.00 100.00
0.00
0.00
Ratarata
100.00
100.00
100.00
99.42
84.64
27.72
9.78
9.56
8.94
6.78
2.05
0.51
0.00
Sumber: Tim Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Riau, Penuntun Praktikum Jalan
Raya. 2009.
inch
1"
3/4"
1/2"
3/8"
1/4"
No.4
No.8
No.16
No.30
No.50
No.100
No.200
Pan
2
0.00
275.70
790.70
720.70
115.70
21.60
2.50
0.50
2.40
10.50
19.00
1.60
6.90
Kumulatif
Jumlah Persen
RataTertahan (gr)
rata
Tertahan contoh Lewat contoh
contoh
1
2
1
2
1
2
0
0
0.00
0.00 100.00 100.00 100.00
275.7 275.7 14.01 14.01 85.99 85.99 85.99
1066.4 1066.4 54.19 54.19 45.81 45.81 45.81
1787.1 1787.1 90.82 90.82
9.18
9.18
9.18
1902.8 1902.8 96.70 96.70
3.30
3.30
3.30
1924.4 1924.4 97.79 97.79
2.21
2.21
2.21
1926.9 1926.9 97.92 97.92
2.08
2.08
2.08
1927.4 1927.4 97.95 97.95
2.05
2.05
2.05
1929.8 1929.8 98.07 98.07
1.93
1.93
1.93
1940.3 1940.3 98.60 98.60
1.40
1.40
1.40
1959.3 1959.3 99.57 99.57
0.43
0.43
0.43
1960.9 1960.9 99.65 99.65
0.35
0.35
0.35
1967.8 1967.8 100.00 100.00
0.00
0.00
0.00
Sumber: Tim Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Riau, Penuntun Praktikum Jalan
Raya. 2009.
KELOMPOK - IV
2009
Perhitungan :
Perhitungan pada Agregat Halus :
Berat Tertahan :
Saringan
Berat
No.
Tertahan
1"
0 gram
3/4"
0 gram
1/2"
9.6 gram
3/8"
11.70 gram
1/4"
26.10 gram
No.4
34.30 gram
No.8
117.30 gram
No.16
195.30 gram
No.30
112.50 gram
No.50
165.40 gram
No.100
204.70 gram
No.200
18.50 gram
Pan
31.00 gram
No.
1"
gram
3/4"
000
gram
1/2"
9.6 0 9.6
gram
3/8"
gram
1/4"
gram
No.4
gram
KELOMPOK - IV
Saringan
2009
No.
117.3 81.7 199 Gram
No.8
No.16
gram
No.30
gram
No.50
gram
No.100
gram
No.200
gram
Pan
31 895.4 926.4
gram
Saringan
% Kumulatif Tertahan
No.
Saringan
% Kumulatif Tertahan
No.
1"
0
100% 0 %
926.4
No.16
394.3
100% 42.56 %
926.4
3/4"
0
100% 0 %
926.4
No.30
506.8
100% 54.71 %
926.4
1/2"
9.6
100% 1.04% %
926.4
No.50
701,00
100 % 70 ,20 %
998 ,50
3/8"
21.3
100% 2.29 %
926.4
No.100
876.9
100% 94.66 %
926.4
1/4"
47.4
100% 5.12 %
926.4
No.200
895.4
100% 96.65 %
926.4
No.4
81.7
100% 8.82 %
926.4
Pan
926.4
100% 100 %
926.4
No.8
199
100% 21.48 %
926.4
KELOMPOK - IV
Rumus
Saringan
No.
1"
100% 0% 100
3/4"
100% 0% 100
1/2"
3/8"
1/4"
No.4
No.8
No.16
No.30
No.50
No.100
No.200
Pan
100% 100% 0
KELOMPOK - IV
2009
2009
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0.01
0.10
1.00
Diameter Saringan (mm)
10.00
100.00
Secara Analitis
Butiran Agregat
Agregat Halus
Secara Grafis
Poorly-graded
D10
D30
D60
(mm)
(mm)
(mm)
0,171
0,316
1,300
Cz
Cu
Kesimpulan
0,449
7,602
Ket :
CZ
2
D
30
( D60 x D10 )
CU
D60
D10
D10 , D30 , dan D60 didapat dari Interpolasi dari Tabel Analisis Saringan Agregat
Halus, Agregat Sedang, Agregat Agak Kasar, dan Agregat Kasar pada persentase
lolos 10 %, 30 %, dan 60%.
KELOMPOK - IV
2009
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0.01
0.10
1.00
Diameter Saringan (mm)
10.00
100.00
Secara Analitis
Butiran Agregat
Agregat Sedang
Secara Grafis
Poorly-graded
D10
D30
D60
(mm)
(mm)
(mm)
2,388
4,808
5,610
Cz
Cu
Kesimpulan
1,725
2,349
Poorly-graded
Ket :
CZ
2
D
30
( D60 x D10 )
CU
D60
D10
D10 , D30 , dan D60 didapat dari Interpolasi dari Tabel Analisis Saringan Agregat
Halus, Agregat Sedang, Agregat Agak Kasar, dan Agregat Kasar pada persentase
lolos 10 %, 30 %, dan 60%.
KELOMPOK - IV
2009
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0.01
0.10
1.00
10.00
100.00
Secara Analitis
Butiran Agregat
Agregat Kasar
Secara Grafis
Poorly-graded
D10
D30
D60
(mm)
(mm)
(mm)
9,376
11,402
14,622
Cz
Cu
Kesimpulan
0,948
1,559
Poorly-graded
Ket :
CZ
2
D
30
( D60 x D10 )
CU
D60
D10
D10 , D30 , dan D60 didapat dari Interpolasi dari Tabel Analisis Saringan Agregat
Halus, Agregat Sedang, Agregat Agak Kasar, dan Agregat Kasar pada persentase
lolos 10 %, 30 %, dan 60%.
KELOMPOK - IV
2009
Kesimpulan
1. Penentuan gradasi agregat ada dua cara yaitu cara grafis dan teoritis. Cara grafis,
Gradasi agregatnya bersifat well-graded, poor graded/single sized, atau gap graded
dan Persentase (%) agregat kasar, sedang, dan halus pada sumber agregat tersebut
dengan kombinasi analisa saringan.
Sedangkan cara teoritis, dengan membuat suatu parameter koefisien keseragaman
/uniformity coefficient (CU) dan parameter koefisien kurvatur /curvature coefficient
(CZ). Hasilnya lebih bersifat eksak.
D302
CZ
D60 xD10
CU
D60
D10
Agregat Halus
Agregat Sedang
Agregat Kasar
7.
Daftar Pustaka
Tim Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Riau, 2009, Penuntun
Praktikum Jalan Raya, Pekanbaru.
KELOMPOK - IV
2009
Memasukkan sampel
tersebut dalam saringan
KELOMPOK - IV
2009
BAB II
KEAUSAN AGREGAT DENGAN ALAT ABRASI LOS ANGELES
(LOS ANGELES ABRASSION TEST)
Disusun
Praktikan
1.
: Desleli Syuhelita
: - Dedi Irwandi
- Vemby Mailino
- Reinhart Haditya
- Sepri Nardi,
- Hasniati Hasan
- Desleli Syuhelita
- Hawmar Rosyida
- Risky Ramadhan H.
- Gigih Sanjaya
Tujuan Pengujian
Pengujian Keausan Agregat dengan alat Abrasi Los Angeles ini bertujuan untuk
mengetahui durabilitas agregat dengan cara mekanis dengan menggunakan alat Los
Angeles Abrasion Test. Pemeriksaan ini adalah untuk agregat kasar yang lebih kecil dari
37,5 mm (11/2).
2.
hakekatnya ikatan antar butir partikel bisa kuat dan lemah, namun secara berulang
menjadi lemah karena sebagai akibat dari proses perendaman air seperti akibat cuaca,
pembekuan dan lain-lain.
Ada dua aspek yang menguji durabilitas agregat ini, yaitu :
Kerusakan mekanis
Kerusakan diakibatkan reaksi phsyco-chemical, seperti pelapukan.
Dalam uji abrasi ini tipe tes durabilitas yang diambil adalah tipe kerusakan
mekanis. Tipe tes kerusakan mekanis ini sendiri memiliki berbagai macam tipe.
Tipe tes kerusakan mekanis :
Aggregate Abrasion Value
Aggregate Attrition Value
Prinsip pengujian Los Angeles adalah pengukuran perontokan agregat dari gradasi
standarnya akibat kombinasi abrasi atau atrisi, tekanan, dan penggilasan dalam drum
baja. Ketika drum berputar, bilah baja yang terdapat didalamnya, mengangkat sampel
KELOMPOK - IV
2009
dan bola baja, membawanya berputar sampai kembali jatuh, mengakibatkan efek
tumbuk-tekan / impact-crushing pada sampel. Sampel sendiri kemudian berguling
dengan mengalami aksi abrasi dan penggilasan sampai bilah baja kembali menekan dan
membawanya berputar. Demikianlah siklus yang terjadi di dalam mesin Los Angeles.
Pengujian / tes Los Angeles telah digunakan secara luas sebagai indikator dari
kualitas atau kemampuan berbagai sumber agregat yang mempunyai komposisi mineral
yang sama. Hasil dari pengujian ini tidak langsung secara sah membenarkan
perbandingan antara sumber-sumber agregat yang jelas berbeda dari asal, komposisi,
maupun strukturnya.
3.
Peralatan
Mesin abrasi Los Angeles, Yaitu mesin yang terdiri dari silinder baja tertutup pada
kedua sisinya dengan diameter 71 cm (28) dan panjang 50 cm (20). Silinder ini
bertumpu pada dua poros pendek tidak menerus yang berputar pada poros
mendatar. Silinder berlubang untuk memasukkan sampel. Penutup lubang terpasang
rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu. Di bagian dalam silinder
terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 8,9 cm (3,56).
Bola-bola baja mempunyai diameter rata-rata 4,68 cm (17/8) dan berat masingmasing antara 400 s/d 440 gram.
Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (1105)0C.
Gambar Alat
KELOMPOK - IV
2009
Diperuntukkan untuk ukuran agregat kasar yang lebih kecil dari 37,5 mm (11/2 inchi)
Benda uji yang digunakan pada praktikum adalah :
Sampel harus bersih. Bila sampel masih mengandung kotoran, debu, bahan organik
atau terselimuti oleh bahan lain, maka sampel harus dicuci sampai bersih kemudian
dikeringkan dalam suhu (1105)0C sampai berat tetap.
Memisahkan sampel kedalam fraksi masing-masing sesuai pada tabel dibawah ini
dan menggabungkan, menimbang (A).
1250 25
1250 25
1250 25
.
.
500010
..
2500 10
2500 10
.
.
500010
Jumlah Bola
12
11
500025
458425
333025
250025
C
..
.
.
2500 10
2500 10
500010
D
.
.
.
500010
500010
Sumber: Tim Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Riau, Penuntun Praktikum
Jalan Raya. 2009.
KELOMPOK - IV
2009
Catatan : tidak dilakukannya proses pencucian sampel setelah tes Los Angeles ini kadangkadang akan mengurangi pengukuran, kehilangan sekitar lebih dari 0.2 % dari
berat sampel awal.
5.
x 100%
Dimana :
A = Berat sampel semula (gram)
B = Berat sampel yang tertahan/ lebih besar dari 1,7 mm (gram)
Saringan (mm)
Berat Sampel 1
Lolos
Tertahan
76,2
63,5
63,5
50,8
50,8
37,5
37,5
25,4
25,4
19,0
19,0
12,5
2.500 gr
12,5
9,5
2.500 gr
9,5
6,3
6,3
4,75
4,75
2,38
Jumlah Berat
5.000 gr
3.065 gr
Sumber : Perhitungan
KELOMPOK - IV
= 5.000 gram
= 3.065 gram
A-B
= 1.395 gram
Keausan I
x 100% =..%
:
6.
2009
x 100% = 38.70 %
Kesimpulan
Dari pengujian di laboratorium didapat hasil sebagai berikut:
Nilai keausan sebesar 38,70 %
Karena nilai keausan yang didapat tidak melebihi 40% maka benda uji termasuk
kedalam jenis agregat baik.
7.
Daftar Pustaka
Tim Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Riau, 2009, Penuntun
Praktikum Jalan Raya, Pekanbaru.
KELOMPOK - IV
2009
4. Menimbang kembali
sampel yang telah
dioven.
3. Memasukkan sampel
kedalam oven.
Memasukkan juga
bola-bola baja
kedalam mesin Los
Angeles.
KELOMPOK - IV
6. Mengeluarkan sampel
dan merapihkannya.
2009
BAB III
KEKUATAN AGREGAT TERHADAP TUMBUKAN
(AGGREGATE IMPACT VALUE)
Disusun Oleh
Praktikan
1.
: Hawmar Rosyida
: - Dedi Irwandi
- Vemby Mailino
- Reinhart Haditya
- Sepri Nardi,
- Hasniati Hasan
- Desleli Syuhelita
- Hawmar Rosyida
- Risky Ramadhan H.
- Gigih Sanjaya
Tujuan Pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk mengukur kekuatan sampel agregat terhadap
beban tumbukan sebagai salah simulsi terhadap kemampuan agregat terhadap rapid
load.
2.
penting
KELOMPOK - IV
2009
igneous rock, memiliki kekuatan yang cukup besar dibandingkan dengan jenis batuan
lainnya. Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1 Beberapa nilai AIV hasil pengujian yang dilakukan oleh Ramsay di
Skotlandia (Collist, 1985)
Jenis Batuan
Basalt
Andesite
Dacite
Porphyry
Felsite
Dolerite
Teschenite
Granite
Limestone
Greywacke
Marble
Psammite
Nilai AIV
Variasi
11
13
12
13
13
13
22
19
17
9
19
14
10-13
11-16
12-14
12-15
10-17
17-21
15-20
16-21
14-15
Sumber: Tim Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Riau, Penuntun Praktikum Jalan
Raya. 2009.
Selain itu pengembangan uji terhadap beban tumbukan dapat juga dilakukan
untuk variasi diameter agregat yang lain.
Tabel 3.2 Pengembangan uji terhadap beban tumbukan untuk variasi diameter
agregat lain.
Lolos Saringan
Tertahan Saringan
Saringan Pemisah
Standar
14,0 mm
10,0 mm
2,36 mm
Non Standar
28,0 mm
20,0 mm
5,0 mm
20,0 mm
14,0 mm
3,35 mm
10,0 mm
6,3 mm
1,7 mm
6,3 mm
5,0 mm
1,18 mm
5,0 mm
3,35 mm
850 m
3,35 mm
2,36 mm
600 m
Sumber: Tim Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Riau, Penuntun Praktikum Jalan
Raya. 2009.
KELOMPOK - IV
2009
Peralatan
Aggregate Impact Machine. Alat ini masih digerakkan secara manual dengan tenaga
manusia.
Berat total mesin tidak lebih dari 60 kg dan tidak kurang dari 40 kg. Dasar mesin
terbuat dari baja dengan diameter 300 mm dan memiliki berat antara 22 sampai 30 kg.
Cylindrical Steel Cup memiliki diameter dalam 102 mm dan kedalaman 50 mm.
Ketebalan cup tidak lebih dari 6 mm.
Palu baja yang digunakan memiliki berat antara 13,5 sampai 14,0 kg dengan bagian
bawah (bidang kontak) merupakan lingkaran dan berbentuk datar. Diameter kontak
sebesar 100 mm dan ketebalan 50 mm, dengan chamfer 1,5 mm. Palu diatur
sedemikian rupa hingga dapat naik turun dengan mudah tanpa gesekan berarti. Palu
baja bergerak jatuh bebas dengan tinggi jatuh 380
Alat pengunci palu dapat diatur sedemikian rupa untuk dapat memudahkan pergantian
sampel dan pemasangan cup.
Besi penusuk dengan panjang 230 mm serta memiliki potongan melintang lingkaran
berdiameter 10 mm.
Gambar Alat
KELOMPOK - IV
2009
Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian berdasarkan BS 812 : Part 3 : 1975
Tidak diperuntukkan untuk agregat yang lebih dari 14 mm
Sampel adalah agregat yang lolos saringan 14,0 mm dan yang tertahan saringan
10,0 mm. Setiap pengujian dibuat dua sampel.
Menyaring agregat antara 500 sampai 1000 gram pada urutan saringan 14,0 mm
dan 10,0 mm selama 10 menit. Mengambil sampel yang lolos saringan 14,0 mm
dan tertahan di 10,0 mm.
Mencucui sampel dengan air yang mengalir dan mengeringkan dalam oven (110
5)0C selama 4 jam (kondisi kering oven)
Setelah suhu turun (atau sama dengan suhu ruangan, 250C) sampel siap untuk
digunakan.
Menimbang cup (Cylindrial Steel Cup) dengan timbangan dengan ketelitian 0,1
gram (W1).
2.
Mengisi cup dengan sampel sebanyak tiga lapis dengan sama tebal. Memadatkan
setiap lapis dengan 25 kali tusukan besi penusuk secara merata diseluruh
permukaan. Menjatuhkan tongkat secara bebas pada tiap lapis dengan ketinggian
tidak lebih dari (>) 5 cm dari permukaan lapisan. Pada lapis terakhir, mengisi
dengan agregat agak menyembul dan memadatkannya.
3.
Meratakan permukaan sampel dengan besi penusuk, lalu menimbang sampel (W2)
4.
5.
Meletakkan mesin impact agregat pada lantai datar dan keras, seperti lantai beton.
6.
Meletakkan cup berisi sampel pada tempatnya lalu memastikan letak cup sudah
baik dan tidak bergeser akibat tumbukan palu.
7.
Mengatur ketinggian palu agar jarak antara bidang kontak palu dengan permukan
sampel 380
8.
5 mm.
9.
Setelah selesai, menyaring benda uji dengan saringan 2,36 mm selama satu menit
dan menimbang benda uji yang lolos dengan timbangan berketelitian 0,1 gram
KELOMPOK - IV
2009
yang dinyatakan sebagai B gram dan yang tertahan sebagai C gram. Dalam
pelaksanaan memastikan bahwa tidak ada partikel yang hilang. Jika selisih jumlah
agregat yang lolos dan tertahan (A) dengan berat awal (A) lebih dari 1 gram,
maka pengujian harus di ulangi.
10. Mengulangi prosedur tersebut untuk sisi sampel berikutnya.
5.
Sampel (gr)
indeks
1
W1
2690,8
2690,8
W2
3277,9
3219,7
A' = W2 - W1
587,1
528,9
B
C
106,6
481,9
98,3
428,5
A=B+C
588,5
526,8
|A - A'|
1,4
2,1
B/A(%)
18,11
18,66
18,39% 18%
Sumber : Perhitungan
6.
Kesimpulan
Dari hasil uji dua sampel kekuatan agregat terhadap tumbukan diperoleh bahwa:
1.
Selisih total dengan berat awal sampel yaitu pada sampel I 1,4 gram,dan
Sampel II 2,1 gram, seharusnya selisih total tidak lebih (<) 1 gram. Hal ini
mungkin terjadi karena ketidak telitian dalam penimbangan.
2.
Nilai AIV sampel pertama adalah 18,11% dan AIV sampel kedua adalah
18,66%. Jadi rata rata dari nilai AIV kedua sampel adalah 18 % .
KELOMPOK - IV
2009
Berdasarkan British Standart maka agregat yang mempunyai nilai AIV <
30% dinyatakan dalam agregat yang kuat terhadap tumbukan. Jadi dari hasil
uji kekuatan agregat terhadap tumbukan agregat yang diuji termasuk yang
kuat terhadap tumbukan.
7.
Daftar Pustaka
Tim Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Riau, 2009, Penuntun
Praktikum Jalan Raya, Pekanbaru.
KELOMPOK - IV
2009
Mengeringkan agregat
kedalam oven dengan suhu
0
(1105) C
KELOMPOK - IV
2009
BAB IV
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT
Disusun Oleh
Praktikan
1.
: Gigih Sanjaya
: - Dedi Irwandi
- Vemby Mailino
- Reinhart Haditya
- Sepri Nardi,
- Hasniati Hasan
- Desleli Syuhelita
- Hawmar Rosyida
- Risky Ramadhan H.
- Gigih Sanjaya
Tujuan Pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat jenis lepas (bulk), berat jenis
kering permukaan jenuh saturated surface dry (SSD), berat jenis semu (apparent)
dan penyerapan agregat.
2.
KELOMPOK - IV
2009
KELOMPOK - IV
2009
Peralatan
a. Agregat Kasar
Prosedur pemgujian berdasarkan SK SNI M-09-1989-F atau ASTM C 127-84
Peralatan :
Keranjang kawat ukuran 3,35 mm atau 2,36 mm (No. 6 atau No. 8) dengan
kapasitas kira-kira 5 kg.
Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan. Tempat ini
harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap.
Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 % pori berat contoh yang
ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 5 )0C
Alat pemisah contoh
Saringan No. 4
Benda Uji :
agregat yang tertahan saringan No.4, diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara
perempat, sebanyak 3 kg untuk percobaan 1 buah sampel.
b. Agregat Halus
Prosedur pengujian berdasarkan ASTM C 128-84
Peralatan :
Timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram.
Piknometer dengan kapasitas 500 ml
Kerucut terpancung yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat (340 1) gram ,
diameter permukaan penumbuk (25 3) mm.
Saringan No. 4
Oven, dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memasang sampai (1105) 0C.
Pengukur suhu dengan ketelitian pembacaan 1 0C
Talam
Bejana tempat air.
Pompa hampa udara (vacum pump) atau tungku
Air suling
Desikator
KELOMPOK - IV
2009
Benda Uji :
Sampel berupa agregat yang lewat saringan No. 4, diperoleh dari alat pemisah contoh
atau cara perempat sebanyak 1000 gram untuk 1 kali percobaan.
Gambar Alat :
4.
Prosedur Pengujian
Benda uji
Sample berupa agregat yang lewat saringan No. 4, diperoleh dari alat pemisah contoh
atau cara perempat sebanyak 1000 gram untuk 1 kali percobaan.
KELOMPOK - IV
2009
Agregat Kasar
sampel
di
dalam
keranjang,
goncangkan
batunya
untuk
mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air (Ba). Ukur
suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standar (25OC).
Catatan
Bila penyerapan dan harga berat jenis digunakan dalam pekerjaan beton semen
dimana agregatnya digunakan pada keadaan kadar air aslinya maka tidak perlu
dilakukan pengeringan awal dengan oven.
Banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian butir butir berat dan ringan.
Bahan semacam ini memberiakn harga harga berat jenis yang tidak tetap walaupun
pemeriksaan dilakukan dengan sangat hati hati.
Agregat Halus
Prosedur pengujian berdasarkan ASTM C 128 84
1. Mengeringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 5)OC, sampai berat
tetap.
2. Mendinginkan pada suhu ruang, kemudian rendam dalam air selama (24
4) jam.
3. Membuang air perendam hati hati, jangan ada butiran yang hilang,
tebarkan agregat diatas talam, keringkan di udara panas dengan cara
membalik balikkan benda uji.
4. Melakukan pengeringan sampai keadaaan kering permukaan jenuh /SSD.
5. Memeriksa keadaan SSD sampel dengan tes cone.
KELOMPOK - IV
2009
Sebaiknya
5.
1. Agregat Kasar
Tabel 4.1 Data Pengukuran Ba, Bj, Bk Agregat Kasar
Ba
Sampel
(1)
1785,10
Bj
2830,40
Bk
2745,20
Pengukuran
Indeks
Sumber : Pengujian
KELOMPOK - IV
Bk
Bj Ba
2745,20
= 2,63
2830 ,40 1785 ,10
2009
2830 ,40
= 2,71
2830 ,40 1785 ,1
Penyerapan =
=
Bj
Bj Ba
Bk
Bk Ba
2745 ,20
= 2,86
2745 ,20 1785 ,10
Bj Bk
x 100%
Ba
2830 ,40 2745 ,20
x 100 % = 4,77
1785 ,10
Keterangan :
Bk
Bj
Ba
Sampel
(1)
Bk
B
Ba
B
2,71
a
Bk
Bk Ba
Penyerapan
Sumber : Perhitungan
KELOMPOK - IV
2,63
BJ Bk
x100%
Ba
2,86
4,77
2009
2009
2. Agregat Halus
Tabel 4.3 Data Pengukuran Agregat Halus
Indeks
Sampel
Bt
(1)
155
665,3
962,1
660,2
Bk
478
Pengukuran
478 ,0
= 2,51
660 ,2 500 962 ,1
Bk
B 500 Bt
Penyerapan
500
B 500 Bt
500
= 2,52
660 ,2 500 962 ,1
Bk
B Bk Bt
478 ,0
= 2,54
660 ,2 478 ,0 962 ,1
500 Bk
x 100%
Bk
500 478 ,0
x 100 % = 0,40 %
478 ,0
Keterangan :
Bk
Bt
500
KELOMPOK - IV
2009
Sampel
BK
B 500 Bt
2,51
500
B 500 Bt
2,52
BK
B BK Bt
2,54
Penyerapan
(500 BK )
x100 %
BK
0,40
Sumber :Perhitungan
6.
Kesimpulan
1. Data yang diperoleh dari percobaan berat jenis agregat kasar yaitu :
Bj. Bulk =2,63 (Nilai ini sesuai berdasarkan SNI NO:1737-1989 yaitu
minimal 2,5)
2. Data yang diperoleh dari percobaan berat jenis agregat halus yaitu :
Bj. Bulk = 2,51 (Nilai ini sesuai berdasarkan SNI NO:1737-1989 yaitu
minimal 2,52)
3. Besar penyerapan pada agregat kasar tidak sesuai dengan ketetapan SNI NO.17371989-F yaitu maksimum 3% sehingga penyerapan pada agregat kasar lebih besar dari
pada agregat halus.
7. Daftar Pustaka
Tim Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Riau, 2009, Penuntun
Praktikum Jalan Raya, Pekanbaru.
KELOMPOK - IV
2009
Menyiapkan Agregat
Kasar
KELOMPOK - IV
2009
Uji
KELOMPOK - IV
2009
BAB V
PENETRASI BAHAN BAHAN BITUMEN
(PENETRATION OF BITUMINOUS MATERIALS)
Disusun
Praktikan
1.
: Desleli Syuhelita
: - Dedi Irwandi
- Vemby Mailino
- Reinhart Haditya
- Sepri Nardi,
- Hasniati Hasan
- Desleli Syuhelita
- Hawmar Rosyida
- Risky Ramadhan H.
- Gigih Sanjaya
Tujuan Pengujian
Pengujian Penetrasi dengan bahan-bahan bitumen (Penetration of Bituminous
Materials) ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekerasan aspal yang dinyatakan
dalam masuknya jarum dengan beban tertentu pada kurun waktu tertentu pada suhu
kamar. Tingkat kekerasan ini merupakan klasifikasi aspal.
2.
KELOMPOK - IV
2009
Nilai penetrasi sangat sensitif terhadap suhu. Pengukuran di atas suhu kamar akan
menghasilkan nilai yang berbeda. Variasi suhu terhadap nilai penetrasi dapat di susun
sedemikian rupa hingga di hasilkan grafik hubungan antara suhu dan nilai penetrasi.
Penetration Index dapat di tentukan dari grafik tersebut.
3.
Peralatan
Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun tanpa
gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai dan dapat mengukur penetrasi sampai
0,1 mm. Pemegang jarum seberat (47,50,05) gr yang dapat dilepas dengan mudah
dari alat penetrasi untuk peneraan.
Pemberat sebesar (500,005) gr dan (1000,05) gr masing-masing dipergunakan
untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gr dan 200 gr.
Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 440oC, atau HRC 54 sampai 60.
Ujung jaru harus berbentuk kerucut terpancung.
Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar yang
rata-rata berukuran sebagai berikut :
Tabel 5.1 Ukuran-ukuran Cawan
Penerasi
Diameter
Kedalaman
Kapasitas
Dibawah 200
55 mm
35 mm
90 ml
70 mm
45 mm
175 ml
Sumber: Tim Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Riau, Penuntun Praktikum
Jalan Raya. 2009.
Bak perendam (waterbath), terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10 liter
dan dapat menahan suhu tertentu dengan ketelitian lebih kurang 0,1oC. Bejana
dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang, terletak 50 mm diatas dasar
bejana. Permukaan air sekurang-kurangnya 150 ml di atas pelat dasar berlubang.
Tempat tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml, dan tinggi yang cukup
untuk merendam benda uji tanpa bergerak.
Pengukur waktu
KELOMPOK - IV
2009
Gambar Alat
4.
Prosedur Pengujian
KELOMPOK - IV
2009
Menuangkan air setelah merata kedalam tempat contoh dan mendiamkan hingga
dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak kurang dari angka penetrasi di
tambah 10 mm (membuat dua benda uji).
Menutup benda uji agar bebas dari debu dan mendiamkan pada suhu ruang selama
1 sampai 1,5 jam untuk benda uji dengan cawan berkapasitas 90 ml dan 1,5 sampai
2 jam untuk benda uji dengan cawan berkapasitas 175 ml.
Langkah-langkah pengujian
1. Meletakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan masukkan tempat air
tersebut ke dalam bak perendam yang telah berada pada suhu yang telah di
tentukan. Mendiamkan dalam bak tersebut selama 1 sampai 1,5 jam untukk benda
uji dengan cawan berkapasitas 90 ml dan 1,5 sampai 2 jam untuk benda uji dengan
cawan berkapasitas 175 ml.
2. Memeriksa pemegang jarum agar jarum dapat di pasang dengan baik dan
membersihkan jaru penetrasi dengan toluene atau pelarut lain kemudian
mengeringkan jarum tersebut dengan lap bersih dan memasangkan jarum pada
pemegang jarum.
3. Meletakkan pemberat 50 gram di atas jarum untuk memperoleh beban sebesar (100
0,1) gram.
4. Memindahkan tempat air dari bak perendam ke bawah alat penetrasi.
5. Menurunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh permukaan
benda uji. Kemudian mengatur angka nol di arloji penetrometer sehingga jarum
penunjuk berimpit dengannya.
6. Melepaskan pemegang jarum dan serentak menjalankan stopwatch selama jangka
waktu (5 0,1) detik.
7. Memutar arloji penetrometer dan membaca angka penetrasi yang berimpit dengan
jarum penunjuk. Membulatkan hingga angka 0,1 mm terdekat.
8. Melepaskan jarumm dari pemegang jarum dam menyiapkan alat penetrasi untuk
pekerjaan berikutnya.
9. Melakukan pekerjaan diatas tidak kurang dari 3 kali untuk benda uji yang sama,
dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan dan tepi dinding berjarak lebih dari 1 cm.
KELOMPOK - IV
2009
Catatan
Bitumen dengan penetrasi kurang dari 350 dapat di uji dengan alat-alat dan cara
pemeriksaan ini, sedangkan bitumen dengan penetrasi antara 350 dan 500 perlu
dilakukan dengan alat-alat lain.
Untuk penetrasi dengan nilai lebih besar dari 200 sedikitnya dengan 3 jarum
penetrasi. Untuk tiap penusukan di gunakan satu jarum dan jarum tidak usah di
tarik kembali sampai pengujian selesai. Hal ini di karenakan untuk penetrasi lebih
dari 200 lebih rentan terhadap kerusakan dibanding benda uji dengan nilai penetrasi
yang lebih kecil.
Apabila pembacaan stopwatch lebih dari (5 0,1) detik, hasil tersebut tidak berlaku
(diabaikan)
5.
0 49
50 149
150 249
1200
Toleransi
Kegiatan
Uraian
Contoh dipanaskan
Pembukaan contoh
Mulai jam
= 10.40
Selesai
= 11.00
Didiamkan disuhu
2
Mendinginan contoh
KELOMPOK - IV
ruangan
Mulai jam
= 11.10
Selesai
= 12.10
80
No
Kegiatan
2009
Uraian
Direndam pada suhu
Mencapai suhu
25oC
pemeriksaan
Mulai jam
= 12.20
Selesai
= 13.20
25
Pemeriksaan
Mulai jam
= 13.30
Selesai
= 14.10
Sumber : Pengujian
Pengamatan 1
63
Pengamatan 2
62
Pengamatan 3
64
Pengamatan 4
65
Pengamatan 5
62
Rata-rata
63,2
Nilai Penetrasi
63,2
Sumber : Pengamatan
6.
Kesimpulan
Berdasarkan ketentuan bina marga yang menetapkan bahwa spek nilai
pengamatan antara 50-149
dilakukan dengan nilai berkisar antara 62-65 dengan nilai penetrasi 63,2 dimana nilai
ini telah memenuhi syarat bina marga yang menetapkan spek nilai penetrasi berkisar
antara 60-79 sehingga aspal ini tergolong pada penetrasi (PEN) 60/70.
7. Daftar Pustaka
Tim Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Riau, 2009, Penuntun
Praktikum Jalan Raya, Pekanbaru.
KELOMPOK - IV
2009
KELOMPOK - IV
2009
BAB VI
DAKTILITAS BAHAN- BAHAN BITUMEN
(DUCTILITY OF BITUMINOUS MATERIAL)
Disusun
Praktikan
1.
: Vemby Mailino
: - Dedi Irwandi
- Vemby Mailino
- Reinhart Haditya
- Sepri Nardi,
- Hasniati Hasan
- Desleli Syuhelita
- Hawmar Rosyida
- Risky Ramadhan H.
- Gigih Sanjaya
Tujuan Pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kekenyalan aspal yang dinyatakan
dengan panjang pemuluran aspal yang dapat tercapai hingga sebelum putus. Daktilitas
ini tidak menyatakan kekuatan tarik aspal.
2.
2009
dimiliki benda uji. Oleh karena itu, masih diperlukan jenis perkerasan lain yang dapat
mengukur daktilitas maksimum bahan bitumen yang melewati jarak 100 cm.
3.
Peralatan
o
Cetakan kuningan, cetakan ini terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian yang disebut clip
dengan sebuah lubang pada bagian belakang dan bagian samping cetakan yang
berfungsi sebagai pengunci clip sebelum cetakan ini diuji. Pada saat pengujian,
bagian samping ini harus dilepas.
Termometer
Mesin uji yang dapat menjaga sampel tetap terendam, tidak menimbulkan getaran
selama pemeriksaan dan dapat menarik benda uji dengan kecepatan tetap.
Gambar Alat
2009
4.
Prosedur Pengujian
Acuan pegujian yang umum digunakan adalah dari SK SNI M 18-1990F, yang
mengadopsi dari AASHTO T51 89 dan ASTM D113-79
a) Persiapan Benda uji
o
Melapisi bagian atas dan bawah cetakan serta permukaan pelat atas cetakan
dengan bahan sabun cream
Mendiamkan sampel pada suhu 25 oC dalam bak perendaman selama 85-95 menit,
kemudian melepaskan cetakan sampel dari alasnya dan bagian sampingnya.
2.
Menambahkan garam pada air bak agar berat jenis air sama dengan berat jenis
aspal.
KELOMPOK - IV
2009
Memasang cetakan daktilitas yang telah terisi sampel pada alat mesin uji dan
menjalankan mesin uji sehingga akan menarik sampel secara teratur dengan
kecepatan 5 cm/menit sampai sampel putus.
4.
Membaca jarak antara pemegang cetakan, pada saat sampel pada saat sampel
putus.
5.
Uraian
Pembukaan Contoh
Mendinginkan Contoh
Mencapai Suhu
Pemeriksaan
Contoh Dipanaskan
Mulai Jam =
11.00
Selesai Jam =
12.00
Didiamkan disuhu ruangan
Mulai Jam =
13.00
Selesai Jam =
14.00
o
Direndam pada suhu 25 C
14.00
Mulai Jam =
Selesai Jam =
25oC
14.30
Sumber : Pengujian
1.
Pengamatan 1
126 cm
2.
Pengamatan 2
126 cm
3.
Pengamatan 3
Rata-rata
128 cm
126,7 cm
Sumber : Pengamatan
KELOMPOK - IV
2009
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil percobaan, nilai rata-rata daktilitas yang didapat adalah
126,7cm. Ini berarti bahwa aspal yang digunakan sebagai benda uji mempunyai sifat
daktilitas yang tinggi karena tingkat daktilitasnya > 100 cm.
7.
Daftar Pustaka
Tim Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Riau, 2009, Penuntun
Praktikum Jalan Raya, Pekanbaru.
KELOMPOK - IV
2009
KELOMPOK - IV
- Dilakukan pembacaan
terhadap jarak tarik benda
uji untuk masing-masing
pengamatan
2009
BAB VII
TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR DENGAN CLEVAND OPEN CUP
(FLASH AND FIRE POINTS BY CLEVAND OPEN CUP)
Disusun
Praktikan
1.
: Reinhart Haditya
: - Dedi Irwandi
- Vemby Mailino
- Reinhart Haditya
- Sepri Nardi,
- Hasniati Hasan
- Desleli Syuhelita
- Hawmar Rosyida
- Risky Ramadhan H.
- Gigih Sanjaya
Tujuan Pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk mengukur suhu dimana aspal mulai dapat
mengeluarkan nyala api dan terbakar akibat pemanasan dengan menggunakan
Cleveland Open Cup. Suhu yang didapat ini adalah sebagai simulasi terhadap suhu
maksimum yang bisa terjadi pada aspal sampai aspal mengalami kerusakan permanen.
2.
KELOMPOK - IV
2009
3.
Peralatan
1. Cawan kuningan (Cleveland Cup) dengan bentuk dan ukuran tertentu.
2. Thermometer
3. Nyala penguji, yaitu nyala api yang dapat diatur dan memberikan nyala dengan
diameter 3,2 sampai 4,8 mm dengan panjang tabung 7,5 cm.
4. Pemanas terdiri dari logam untuk meletakkan cawan cleveland.
5. Pembakaran gas atau tungku listrik atau pembakaran alkohol yang tidak
menimbulkan asap atau nyala api disekitar cawan.
6. Stopwatch
7. Penahan angin;,alat yang menahan angin apabila sebagai pemanas
Gambar Alat
4.
Prosedur Pengujian
Pengujian berdasarkan pada SK SNI M-19-1990-F atau yang sejenisnya adalah dari
AASTHO T 48-1990 atau juga ASTM D 92-78. Pada dasarnya ketiga pengujian ini
adalah sama.
KELOMPOK - IV
2009
Benda uji
Benda uji adalah contoh aspal 100 gram
Memanaskan contoh aspal antara 148,90C sampai 1760C sampai cukup cair.
Kemudian mengisi cawan cleveland sampai garis dan menghilangkan (memecahkan)
gelembung udara yang ada pada permukaan cairan.
Langkah-langkah pengujian :
1.
Meletakkan cawan diatas kompor pemanas tetap dibawah titik tengah cawan.
2.
Meletakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 7,5 cm dari titik tengah cawan.
3.
Memasang termometer tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak 6,4 mm di
atas dasar cawan dan terletak satu garis yang menghubungkan titik tengah cawan
dan titik poros nyala penguji. Kemudian mengatur titik poros termometer
sehingga terletak pada iarak 1/4 diameter cawan dari tepi
4.
5.
6.
7.
8.
Menyalakan nyala penguji dan mengatur agar diameter nyala penguji tersebut
menjadi 3,2 sampai 4,8 mm.
9.
Memutar nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi
cawan) dalam satu detik. Mengulangi pekerjaan tersebut setiap kenaikan 2C.
Melanjutkan pekerjaan diatas sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik diatas
permukaan benda uji.
KELOMPOK - IV
2009
11. Melanjutkan pekerjaan pembacaan suhu sampai terlihat, nyala yang agak lama
sekurang-kurangnya 5 detik diatas permukaan benda uji. Membaca suhu pada
termometer dan mencatat.
Hal-hal yang harus diperhatikan :
Untuk mendapatkan temperatur titik nyala dan titik bakar yang akurat, perlu
diperhatikan dalam pengujian sebagai berikut:
-
Tersedianya pelindung angin yang menjaga nyala api dari hembusan angin
Kecepatan lewat api pilot diatas muka benda uji 1 detik perjurusan.
Cahaya ruang diatur sedemikian rupa sehingga nyala api pilot dan nyala api
pertama (pijaran api pertama terputus-putus dalam kurun waktu 5 detik) dapat
terlihat jelas (dapat juga dilakukan di ruangan gelap)
Termometer harus bersih dan skalanya terbaca jelas, diupayakan memakai bantuan
kaca pembesar dalam pembacaannya.
5.
Mendinginkan Contoh
KELOMPOK - IV
Uraian
Contoh Dipanaskan
Mulai Jam =
13.16
Selesai Jam =
13.30
Didiamkan di suhu ruangan
Mulai Jam =
13.30
Selesai Jam =
14.34
Didiamkan di suhu ruangan
Mulai Jam =
14.34
14.40
Selesai Jam =
10oC
2009
No.
6.
C di bawah
titik nyala
Waktu
262
70
128,2
10
203.8
3
4
5
33
0
-8,8
20
30
34
299
332
340.8
Titik Nyala
Titik nyala
Titik bakar
Kesimpulan
1. Dari hasil
mempunyai titik bakar dan titik nyala diatas 200 oC, yaitu 332 oC untuk titik nyala
dan 340,8 oC untuk titik bakar.
2. Dari titik bakar yang didapat dapat disimpulkan bahwa pada sampel aspal
mendapat pemanasan lebih dari 340,8 oC (titik bakar sampel) maka aspal tersebut
akan rusak.
7.
Daftar Pustaka
Tim Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Riau, 2009, Penuntun
Praktikum Jalan Raya, Pekanbaru.
KELOMPOK - IV
2009
Diagram Titik Nyala dan Titik Bakar dengan Cleveland Open Cup
1.
KELOMPOK - IV
2.
4. Menghilangkan (pecahan)
gelembung udara yang ada pada
permukaan cairan.
2009
BAB VIII
TITIK LEMBEK ASPAL DAN TER
(SOFTENING POINT WITH RING AND BALL TEST)
Disusun Oleh
Praktikan
1.
: Sepri Nardi
: - Dedi Irwandi
- Vemby Mailino
- Reinhart Haditya
- Sepri Nardi,
- Hasniati Hasan
- Desleli Syuhelita
- Hawmar Rosyida
- Risky Ramadhan H.
- Gigih Sanjaya
Tujuan Pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui suhu dimana aspal dan juga ter mulai
lembek dan dapat digunakan dengan menggunakan alat Ring dan Ball. Suhu ini pun
yang menjadi acuan di lapangan atas kemampuan aspal dan juga ter menahan suhu
permukaan yang terjadi untuk tidak lembek sehingga mengurangi daya ikatnya.
2.
KELOMPOK - IV
2009
300C . 2000C, yang artinya masih ada nilai-nilai titik lembek yang hampir sama
dengan suhu permukaan jalan pada umumnya. Untuk itu dilakukan usaha untuk
mempertinggi titik lembek ini antara lain dengan mengunakan filler terhadap
campuran aspal.
Metode Ring and Ball yang umumnya diterapkan pada bahan aspal dan ter ini,
dapat mengukur titik lembek bahan semisolid sampai solid. Titik lembek adalah
besarnya suhu dimana aspal mencapai derajat kelembekan (mulai meleleh) dibawah
kondisi spesifik dari test. Berdasarkan tes / apparatus yang ada disimpulkan bahwa
pengujian titik lembek dipengaruhi banyak faktor.
Spesifikasi Bina Marga tentang titik lembek umumnya untuk aspal keras Pen 40
(Ring and Ball Test) adalah 510C (minimum) dan 610C (maksimum), sedangkan
untuk Pen 60 adalah minimum 480C dan maksimum 580C .
3.
Peralatan
1.
Cincin kuning
2.
3.
Dudukan benda uji, lengkap dengan pengarah bola baja dan plat dasar yang
mempunyai jarak tertentu.
4.
5.
Termometer
6.
Penjepit
7.
KELOMPOK - IV
2009
Gambar alat
4.
Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian didasarkan pada SK SNI M201990F
a. Penyiapan benda uji
1. Memanaskan contoh aspal perlahan-lahan sambil mengaduk terus menerus
hingga cair merata. Melakukan pemanasan dan pengadukan perlahan-lahan
agar gelembung-gelembung udara cepat keluar.
2. Setelah mencair merata menuang contoh kedalam dua cincin. Suhu
pemanasan aspal tidak melebihi 560C diatas titik lembeknya dan untuk aspal
tidak melebihi 1110C diatas titik lembeknya.
3. Memanaskan dua buah cincin sampai mencapai suhu tuang contoh, dan
meletakkan kedua cincin diatas plat kuningan yang telah diberi lapisan dari
campuran talk atau sabun.
4. Menuangkan contoh kedalam cincin, mendiamkan pada suhu sekurangkurangnya 80C dibawah titik lembeknya selama 30 menit.
5. Setelah dingin, meratakan permukaan contoh dalam cincin dengan pisau yang
telah dipanaskan
b. Hal-hal yang harus diperhatikan
1. Suhu pemanasan aspal maksimal adalah titik lembek perkiraan ditambah 50oC
(kira-kira 100oC)
KELOMPOK - IV
2009
2. Lamanya pemanasan diatas api tidak lebih dari 30 menit dan didalam oven
tidak lebih dari 2 jam
3. Larutan gliserin dan talk digunakan pada permukaan plat alas besi bukan pada
dinding ring benda uji
4. Contoh aspal yang telah dipanaskan, dituang kedalam cetakan benda uji dan
didiamkan selama 30 menit, dipotong dengan spatula panas dan disimpan
didalam ruangan pendingin ( 5oC) selama 30 menit.
5. Proses penuangan sampai percobaan selesai tidak boleh kurang dari 240
menit
c. Langkah-langkah pengujian :
1. Benda uji adalah aspal atau ter sebanyak 25 gram
2. Memasang dan mengatur kedua benda uji diatas kedudukan dan meletakkan
pengarah bola diatasnya. Kemudian memasukkan seluruh peralatan tersebut
kedalam bejana gelas.
3. Mengisi bejana dengan air suling baru, dengan suhu ( 5 1) 0C sehingga
tinggi permukaan air berkisar antra 101,6 sampai 108 mm.
4. Meletakkan termometer yang sesuai dengan pekerjaan ini diantara kedua
benda uji ( kurang lebih dari 25,4 mm dari tiap cincin ) .
5. Memeriksa dan mengatur jarak antara permukaan pelat dasar benda uji
sehingga menjadi 25,4 mm.
6. Meletakkan bola-bola baja yang bersuhu 50C menggunakan penjepit dengan
memasang kembali pengarah bola.
7. Memanaskan bejana sehingga kenaikan suhu menjadi 50C permenit.
Kecepatan pemanasan rata-rata dari awal dan akhir pekerjaan ini. Untuk
menit pertama perbedaan kecepatan pemanasan tidak melebihi 0,50C
KELOMPOK - IV
2009
Tabel 8.1 Data Hasil Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter
Kegiatan
Pembukaan Contoh
Mendinginkan Contoh
Contoh Dipanaskan
Mulai Jam =
11.10
Selesai Jam =
11.30
Didiamkan di suhu ruangan
Mulai Jam =
11.45
Selesai Jam =
12.15
Direndam pada suhu 25oC
12.20
Mulai Jam =
13.00
Selesai Jam =
Uraian
Pembacaan suhu oven
=
80 oC
dda
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
6.
Waktu
Titik Lembek
II
5
10
15
20
25
30
0
0.45
1.31
2.36
3.44
4.51
0
2.42
4.56
6.23
7.17
8.05
35
40
5.41
6.28
7.12
8.05
8.45
9.26
10.08
10.48
45
50
II
49.5
49.7
Kesimpulan
1.
2.
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan titik lembek aspal adalah : 49.5 oC untuk
sampel I dan 49.7 oC untuk sampel II.
3.
Maka bisa ditarik kesimpulan bahwa titik lembek aspal pen 60/70 pada percobaan
sesuai dengan spesifikasi Bina Marga tentang titik lembek yaitu untuk aspal keras
pen 60 adalah minimum 48 oC dan maksimum 58 oC.
7.
Daftar Pustaka
Tim Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Riau.2009. Penuntun
Praktikum Jalan Raya. Pekanbaru.
KELOMPOK - IV
2009
KELOMPOK - IV
2009
BAB IX
KEHILANGAN BERAT AKIBAT PEMANASAN
DENGAN THIN-FILM OVEN TEST
(LOSS ON HEATING BY THIN-FILM OVEN TEST)
Disusun
Praktikan
1.
: Dedi Irwandi
- Dedi Irwandi
- Vemby Mailino
- Reinhart Haditya
- Sepri Nardi,
- Hasniati Hasan
- Desleli Syuhelita
- Hawmar Rosyida
- Risky Ramadhan H.
- Gigih Sanjaya
Tujuan Pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kehilangan minyak pada aspal akibat
pemanasan berulang. Pengujian ini pun adalah untuk mengukur perubahan kinerja
aspal akibat kehilangan berat
2.
KELOMPOK - IV
2009
hasil pengujian TFOT dan penurunan berat ini tidak terlalu besar.
Besarnya nilai penurunan berat, selisih dari penetrasi sebelum dan sesudah pemanasan
menunjukkan bahwa aspal tersebut peka terhadap cuaca dan suhu (susceptibility of
temperature).
Pada saat ini ada kecenderungan untuk mengganti TFOT dengan cara pengujian
yang lebih cepat, yang dinamakan Rolling Thin Film Ove Test (RTFOT). Salah satu
aspek positif dari cara pengujian ini adalah bahwa pengujian dengan RTFOT dianggap
mempunyai korelasi yang lebih baik terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
bahan aspal saat dilakukan transportasi dari tempat penyimpanan ke lapangan,
dibandingkan dengan apa yang selama ini ditunjukkan oleh TFOT.
Pengujian kehilangan berat ini, umumnya tidak terpisah dengan evaluasi
karakteristik aspal setelah kehilangan berat. Dalam evaluasi ini dilakukan
perbandingan karakteristik sebelum dan sesudah kehilangan berat. Karakteristik yang
dilihat adalah nilai penetrasi, titik lembek dan Daktilitas. Untuk itu sangat dianjurkan
dalam penyiapan sampel dibuat dua jenis sampel, yaitu satu kelompok yang tidak diuji
TFOT, sebagai aspal yang belum kehilangan berat dan satu kelompok lainnya yang
diuji TFOT sebagai aspal yang telah kehilangan berat.
3.
Peralatan
o Termometer
o Oven yang dilengkapi dengan :
- Pengatur suhu untuk memanasi sampai (180 1) oC.
- Pinggan logam berdiameter 25 cm, menggantung dalam oven pada poros vertikal
dan berputar dengan kecepatan 5 sampai 6 putaran per menit.
o Cawan logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar yang rata. Ukuran dalam,
diameter 15 mm dan tinggi 35 mm.
o Neraca analitik, dengan kapasitas (200 0.001) gram.
KELOMPOK - IV
2009
Gambar alat
4.
Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian didasarkan pada SK SNI M301990F
a) Penyiapan benda uji
1. Persiapan pemanasan; mengaduk contoh minyak atau aspal serta memanaskan
bila perlu untuk mendapatkan campuran yang merata.
2. Menangkan contoh kira-kira (50.0 0.5) gram ke dalam cawan dan setelah dingin
menimbang dengan ketelitian 0.01 gram (A).
3. Sampel yang diperiksa harus bebas air.
4. Menyiapkan jumlah sampel sedemikian rupa sehingga jumlahnya cukup untuk
pengujian Penetrasi, Titik Lembek dan Daktilitas, berdasarkan prosedur yang ada.
b) Langkah-langkah pengujian :
1. Meletakkan sampel di atas pinggan setelah oven mencapai suhu (163 1)oC.
2. Memasang termometer pada dudukannya sehingga terletak pada jarak 1.9 cm dari
pinggir pinggan denga ujung 6 mm di atas pinggan.
3. Mengambil sampel dari oven setelah 5 jam sampai dengan 5 jam 15 menit.
4. Mendinginkan sampel pada suhu ruang, kemudian menimbang dengan ketelitian
0.01 gram (B).
KELOMPOK - IV
2009
5. Memanaskan sampel kembali dan membuat benda uji untuk pengujian Penetrasi,
Titik Lembek dan Daktilitas
5.
A B
x 100%
A
Dimana:
A = Berat Sampel Sebelum Pemanasan (gram)
B = Berat Sampel Sesudah Pemanasan (gram)
Berat sampel sebelum pemanasan
Berat cawan + aspal
: 255 gram
Berat cawan
: 90.4 gram
Berat aspal
: 164.6 gram
: 242.8 gram
Berat cawan
: 90.4 gram
Berat aspal
: 152.4 gram
: 164.6 gram
: 152.4 gram
: 12.2 gram
Kehilangan berat
=
=
A B
x 100%
A
164.6 152.4
x100%
164.6
= 7.41 %
KELOMPOK - IV
2009
Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dari data percobaan, maka didapat
besarnya kehilangan berat yaitu 7.41 %. Dimana berat bagian aspal yang hilang
sebanyak 12.2 gram. Data yang didapatkan failed karena tidak sesuai dengan batas
yang diharapkan oleh Bina Marga yakni sebesar 0.8 %.
7.
Daftar Pustaka
Tim Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Riau. 2009. Penuntun
Praktikum Jalan Raya. Pekanbaru.
KELOMPOK - IV
2009
Diagram Alir Kehilangan berat akibat pemanasan dengan thin film oven test
KELOMPOK - IV
3. Setelah dingin,
sample aspal
ditimbang.
2009
BAB X
BERAT JENIS BITUMEN KERAS DAN TER
(SPECIFIC GRAVITY OF SEMISOLID BITUMINOUS MATERIAL)
Disusun
Praktikan
1.
: Rizky Ramadhan H.
: - Dedi Irwandi
- Vemby Mailino
- Reinhart Haditya
- Sepri Nardi,
- Hasniati Hasan
- Desleli Syuhelita
- Hawmar Rosyida
- Risky Ramadhan H.
- Gigih Sanjaya
Tujuan Pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk mengukur berat jenis aspal dengan menggunakan
piknometer serta berdasarkan perbandingan berat diudara dengan berat didalam air.
2.
Penetrasi grade bitument dengan berat jenis antara 1.010 (untuk bitumen
dengan penetrasi 300) sampai dengan 1.040 (untuk bitumen dengan
penetrasi 25)
2.
Bitument yang telah teroksidasi dengan berat jenis berkisar antara 1.015
sampai dengan 1.035.
3.
Hard grades bitument dengan berat jenis berkisar antara 1.045 sampai
dengan 1.065
4.
Cutback grades bitument dengan berat jenis berkisar antara 0.992 sampai
dengan 1.007
Mencari berat jenis dapat dilakukan dengan melakukan perbandingan berat antara
berat yang diukur dengan berat benda tersebut didalam air. Perlu dibedakan antara
berat volume dengan berat jenis. Berat volume adalah dengan melakukan
KELOMPOK - IV
2009
bisa
secara
kualitatif
dengan
visualisasi,
yaitu
dengan
cara
membandingkannya dengan berat jenis air. Berat jenis material yang lebih kecil dari
satu biasanya mengapung, berat jenis material yang sama dengan satu akan melayang
didalam air dan berat jenis material yang lebih besar dari satu akan tenggelam didalam
air. Tetapi cara ini hanya bisa dilakukan dengan material yang suka air (hidrophilic).
Akan halnya material yang takut air (hidrophobic), hal ini tidak bisa dilakukan. Untuk
material seperti ini harus dicari media lain sebagai pembanding, misalnya minyak
tanah.
3.
Peralatan
1. Termometer
2. Bak perendam yang dilengkapi pengatur suhu dengan ketelitian ( 25 0.1 ) 0C
3. Piknometer dengan kapasitas 30 ml
4. Air suling sebanyak 1000 cm3
5. Bejana gelas kapasitas 1000 ml.
Gambar Alat
KELOMPOK - IV
2009
Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian didasarkan pada SK SNI M301990F
Langkah-langkah pengujian :
1. Mengisi bejana dengan air suling sehingga diperkirakan bagian atas piknometer
yang terendam adalah 40 mm. Kemudian merendam dan menjepit bejana tersebut
dalam bak perendam sehingga terendam sekurang-kurangnya 100 mm
2. Mengatur suhu bak perendam pada suhu 250C
3. Membersihkan, mengeringkan dan menimbang piknometer dengan ketelitian 1 mg
(A)
4. Mengangkat bejana dari bak perendam dan mengisi piknometer dengan air suling
kemudian metutuplah piknometer tanpa di tekan
5. Meletakkan piknometer ke dalalm bejana dan menekan penutup hingga rapat,
mengembalikan bejana berisi piknometer ke dalam bak perendam.
Lalu
KELOMPOK - IV
2009
Bj
C A
B A D C
Dimana:
A = Berat piknometer (dengan penutup)
B = Berat piknometer berisi air, (gram)
C = Berat piknometer berisi bitumen, (gram)
D = Berat piknometer berisi bitumen, (gram)
Berat Piknometer + air
Berat Piknometer
Berat air/isi piknometer
=
=
=
153,1
gr
53,3
99,8
gr
gr
=
=
=
74,5
53,3
21,2
gr
gr
gr
153,7
74,5
79,2
20,6
gr
gr
gr
gr
Berat Jenis =
6.
Berat Contoh
Isi Bitumen
21,2
20,6
gr/cm3
1,03
gr/cm3
Kesimpulan
Dari percobaan ini didapatkan nilai berat jenis bitumen sebesar 1,03 gr/cm3 .
Artinya hasil ini masuk ke dalam standar bitumen yang telah teroksidasi (oxidizied
bitument) yaitu berkisar antara 1,015 - 1,035 gr/cm3.
7.
Daftar Pustaka
Tim Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Riau. 2009. Penuntun
Praktikum Jalan Raya. Pekanbaru.
KELOMPOK - IV
2009
1.Persiapan
Memanaskan aspal perlahan-lahan
serta diaduk hingga cukup cair
untuk dapat dituangkan. Lalu
mendinginkannya.
2. Menyiapkan piknometer
dan menimbangnya
KELOMPOK - IV
2009
BAB XI
PEKERJAAN CAMPURAN DAN PEKERJAAN DI LAPANGAN
PERENCANAAN CAMPURAN METODA
BINA MARGA (BM)
Disusun
Praktikan
1.
Tujuan Pengujian
Mengetahui perencanaan campuran aspal dengan agregat yang sesuai dengan
metoda Bina Marga dan mengetahui perencanaan campuran panas dengan gradasi
agregat menerus yang disebut laston.Dan dari sini dapat di tentukan kadar aspal
optimum.
2.
3.
Spesifikasi Material
Untuk agregat kasar sangat disarankan menggunakan batu pecah atau kerikil
pecah yang bersih, kering kuat dan awet serta bebas dari bahan organik, asam dan
bahan lain yang menganggu.
KELOMPOK - IV
2009
Tabel 11.1 Spesifikasi Untuk Agregat Kasar dan Halus Secara Kuantitif
Spesifikasi Agregat
Standar Pengujian
SNI 03-2417-1991
AASHTO T-96-87
SNI 03-2439-1991
AASHTO T-96-87
40%
95%
Visual
50%
SK SNI M-29-1993-03
BS 812 ; 1975
25%
3%
2,5%
5%
50%
Batasan
Minimum Maksimum
Penyerapan air
Berat jenis curah (Bulk), khusus
untuk terak
Bagian yang lunak
Sand Equivalent (khusus agregat
halus)
SNI 1969-1990-F
AASHTO T-85-88
SNI 1969-1990-F
AASHTO T-85-88
AASHTO T-189
AASHTO 176-86
Sumber: Tim Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Riau. 2009. Penuntun Praktikum
Jalan Raya II.
Ukuran Saringan
100
95-100
90-100
65-100
KELOMPOK - IV
2009
Sumber: Tim Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Riau, Penuntun Praktikum Jalan
Raya. 2009.
4.
Perencanaan Campuran
Kadar aspal untuk laston umumnya berkisar antara 4% sampai 7% terhadap berat
campuran. Dalam melakukan kadar aspal optimum dengan menggunakan pengujian
marshall , maka diperlukan sedikitnya enam variasi kadar aspal dengan kenaikan
%.
Setiap nilai kadar aspal diperlukan minimal tiga sample atau Spesimen Marshall,
sehingga untuk mencari kadar aspal optimum diperlukan setidaknya 18 sampel. Berat
satu sample marshall adalah sekitar 1200 gr agregat dan secara umum maka diperlukan
sekitar 23 kg agregat dan sekitar 4 kg sampai 5 kg aspal.
5.
Perlengkapan
Tiga buah cetakan benda uji dari logam yang berdiameter 10,16 cm dan tingggi
7,62 cm, lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.
KELOMPOK - IV
2009
Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau sejenisnya) berukuran
20,32 x 20,32 x 45,72 dilapisi dengan pelat baja berukuran 30,48 x 30,48 x
2,54 cm dan dijangkarkan pada lantai beton dikeempat bagian sudutnya
Pemegang cetakan benda uji
Alat pengeluar benda uji, untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan
dari dalam cetakan benda uji dipakai sebuah alat ekstruder yang berdiameter 10
cm.
Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu memanasi sampai
200oC ( 3o C ).
Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu mulai 20-60oC (
1o C ).
Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 250 oC dan 100 oC
dengan ketelitian 1% dari kapasitas.
Perlengkapan lain :
Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal.
Sendok pengaduk dan spatula.
Kompor dan pemanas (hot plate).
Sarung tangan dari asbes, sarung tangan dari karet dan pelindung
pernafasan atau masker.
Kantong plastik kapasitas 2 kg.
Kompor gas elpiji atau minyak tanah.
KELOMPOK - IV
2009
6.
Prosedur Pengujian
a) Pembuatan Benda Uji
Menyiapkan bahan untuk setiap benda uji yang diperlukan yaitu agregat
sebanyak 1200 gram sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 63,5
mm 1,27 mm.
Mencampur agregat agar sesuai dengan gradasi yang diinginkan, dengan cara
mengambil nilai tengah dengan batas spek. Untuk memperoleh berat agregat
yang diperlukan dari masing-masing fraksi untuk membuat suatu benda uji
dengan mengalikan nilai tengah tersebut terhadap total berat agregat.
KELOMPOK - IV
Mempersiapkan
alat
untuk
pemadatan
yaitu
dengan
2009
membersihkan
Melepaskan pelat alas berikut leher sambung dari cetakan benda uji, kemudian
membalikkan benda uji pada cetakan yang berisi dan memasang kembali pelat
alat dan leher sambung pada cetakan yang di balikkan tadi.
Mngeluarkan benda uji atau specimen dari mold dengan hati-hati dan
meletakkan specimen permukaan yang rata dan biarkan sampai bener-bener
dingin. Sebiknya didiamkan pada suhu ruang selama 24 jam.
KELOMPOK - IV
2009
Mengangkat benda uji dari dalam air, menyelimuti dengan kain yang dapat
menyerap air, dan segera menimbang untuk mendapatkan berat benda uji
kondisi jenuh kering permukaan (SSD). Penyelimutan dengan kain adalah
hanya untuk menghilangkan air yang berada dipermukaan dan dilakukan
dengan cepat. Proses dari sejak pengambilan benda uji dari dalam air,
menyelimutan dengan kain dan penimbangan sebaiknya dilakukan tidak
lebih dari 30 detik.
Berat jenis curah (Bulk Spesific Gravity) benda uji adalah berat benda uji
kering / (Berat Benda Uji Kondisi Jenuh Kering Permukaan Berat Benda
Uji dalam Air).
Benda uji direndam di dalam bak (water bath) selama 30 40 menit dengan
suhu tetap (60 1)0C.
Keluarkan benda uji dari bak perendam atau dari oven, lalu letakkan ke
dalam segmen bawah kepala penekan dengan catatan bahwa waktu yang
diperlukan dari saat benda uji diangkat dari bak sampai tercapainya beban
maksimum tidak boleh melebihi 30 detik.
Pasang segmen atas di tas benda uji dan letakkan keseluruhannya dalam
mesin penguji.
KELOMPOK - IV
2009
Naikkan kepala penekan beserta benda uji hingga menyentuh alas cincin
penguji,sebelum pembebanan diberikan.
Catat nilai pelehan (flow) yang ditunjukkan oleh jarum arloji pengukur
pelehan pada saat pembebanan maksimum tercapai.
Diperoleh dari persentase agregat tertahan saringan No.4 (lolos saringan ukuran
1,3/4,3/8)dengan nilai % tertahan 82,8 ; 193,2 ; 220,8 dibagi dengan total nilai %
tertahan sebesar 1104 seperti rumus dibawah ini :
= 0, 45
Persentase agregat halus (b)
= 45 %
:
Diperoleh dari persentase agregat lolos saringan No.8 dan tertahan saringan No.200
dengan nilai % tertahan 121,4 ; 182,2 ; 71,76 ; 77,28 ; 71,26 dibagi dengan total nilai
% tertahan sebesar 1104 seperti rumus dibawah ini :
KELOMPOK - IV
= 0,475
Persentase filler (c)
2009
= 47,5 %
Diperoleh dari persentase agregat lolos saringan No.200 dan tertahan Pan dengan
nilai % tertahan sebesar 82,8 dibagi dengan total nilai % tertahan sebesar 1104
seperti rumus dibawah ini :
= 0,075
= 7,5 %
= 2,63
= 2,71
= 2,86
= 2,51
= 2,52
= 2,54
= 3,14
a
)
se agregat kasar
) (
) (
b
)
se agregat halus
= 2,67
KELOMPOK - IV
c
)
se filler
: 1156,90 gram
: 1166,80 gram
: 661
gram
: 67,0
mm
: 102,0
mm
2009
ampuran
KELOMPOK - IV
2009
f. Perhitungan Jumlah Rongga dalam Agregat (VMA, void in the mineral aggregate):
(
VMA
=
Analisa Data
a. Koreksi nilai stabilitas perlu dilakukan jika tinggi benda uji tidak sama dengan 63,5
mm ( 2,5) dengan menggunakan tabel koreksi ( lihat tabel).
b. Hitunglah nilai rata- rata yang mewakili setiap nilai kadar aspal untuk nilai stabilitas,
flow, stabilitas/flow, berat isi campuran, VIM, VMA, dan VFA.
c. Buatlah grafik untuk masing- masing stabilitas, flow, stabilitas/flow, berat isi
campuran, VIM,VMA,dan VFA. Kecendrungan yang umum pada grafik tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Nilai stabilitas naik dengan bertambahnya kadar aspal, dan akan mencapai
puncaknya pada suatu kadar aspal tertentu. Setelah itu pertambahan kadar aspal
akan menurunkan nilai stabilitas.
2. Nilai flow akan naik sesuai bertambahnya kadar aspal.
KELOMPOK - IV
2009
3. Kurva untuk berat isi campuran kecendrungannya sama dengan kurva untuk
stabilitas, tetapi biasanya (tidak selalu) nilai maksimum untuk berat isi akan
diperoleh untuk kadar aspal yang sedikit lebih tinggi daripada kadar aspal untuk
stabilitas maksimum.
4. Kandungan rongga dalam campuran (VIM) akan menurun dengan bertambahnya
kadar aspal.
5. Kandungan rongga dalam agregat (VMA) akan turun ke suatu nilai minimum
kemudian akan naik lagi sesuai dengan pertambahan kadar aspal.
6. Rongga yang terisi aspal (VMA) akan naik sesuai pertambahan kadar aspal,
karena VMA terisi oleh aspal.
(cm)3
(mm)
200-213
25,4
5,56
214-225
27,0
5,00
226-237
28,6
4,55
238-250
30,2
4,17
251-264
31,8
3,85
265-276
33,3
3,57
277-289
34,9
3,33
290-301
36,5
3,03
302-316
38,1
2,78
317-328
39,1
2,50
329-340
41,3
2,27
KELOMPOK - IV
Angka korelasi
2009
42,9
2,08
354-367
44,4
1,92
368-379
46,0
1,79
380-392
47,6
1,67
393-405
49,2
1,56
406-420
50,8
1,47
421-431
52,4
1,39
432-443
54,0
1,32
444-456
55,6
1,25
457-470
57,2
1,19
471-482
58,7
1,14
483-495
60,3
1,09
496-508
61,9
1,04
509-522
63,5
1,00
523-535
65,1
0,96
536-546
66,7
0,93
547-559
68,3
0,89
560-573
69,9
0,86
574-585
71,4
0,83
586-598
73,0
0,81
599-610
74,6
0,78
611-625
76,2
0,76
Berdasarkan kriteria perencanaan maka disuatu nilai kadar aspal atau rentang nilai
kadar aspal yang sedemikian rupa sehingga memenuhi kriteria yang ada. kriteria yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Sifat campuran
(2x75 tumb.)
(2x50 tumb.)
(2x35 tumb.)
Min.
Maks.
Min.
Maks.
Min.
Maks.
Stabilitas (kg)
550
450
350
Kelelahan (mm)
2,0
4,0
2,0
4,5
2,0
5,0
Stabilitas/kelelehan (kg/mm)
300
350
200
350
200
350
KELOMPOK - IV
2009
75
75
75
23,5
21,0
18,0
16,0
15,0
14,0
13,0
12,0
11,5
11,0
KELOMPOK - IV
8.
Kesimpulan
9.
Daftar Pustaka
2009
Tim Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Riau, 2009, Penuntun
Praktikum Jalan Raya, Pekanbaru.
.
KELOMPOK - IV