2. Hukum Pernikahan
Asal hukum pernikahan adalah mubah (boleh). Kemudian hukumnya bergantung pada kondisi
atau keadaan orang yang bersangkutan, karena itu hukum nikah, bisa wajib, sunnat mubah, makhruh atau
haram.
Nikah yang hukumnya wajib adalah nikah bagi orang yang telah cukup sandang pangan dan
dikhawatirkan terjerumus pada perzinahan. Nikah yang hukumnya sunanat adalah bagi orang yang
berkeinginan nikah serta cukup sandang pangan. Nikah yang makhruh adalah bagi orang yang tidak
mampu. Dan nikah yang hukumnya haram bagi orang yang berkehendak menyakiti orang yang
dinikahinya.
Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang membenci pernikahan, maka ia bukanlah tergolong
Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berpikir. [QS. Ar. Ruum (30):21].
Berdasarkan ayat diatas, dapat dikemukakan bahwa pernikahan dilakukan untuk mencapai
kehidupan keluarha yang sakinah, yaitu keluarga yang tenang,, tentram, damai dan sejahtera. Dalam
keluarga yang demikian itu terdapat rasa kasih sayang (mawadah waramah) yang terjalin diantara anggota
keluarga, yaiitu suam, istri dan anak-anak.
"Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita
budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu
menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka
mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil
pelajaran." (QS. Al-Baqoroh, 2:221)
Janganlah salah seorang diantaramu meminang pinangan saudaranya, kecuali pinangan sebelumnya
meninggalkan pinangan itu atau memberikan izin kepadanya (HR. Bukhari dan Muslim).
a.
b.
a.
a.
b.
c.
d.
e.
D. Pelaksanaan Pernikahan
E. Pembinaan Keluarga
1. Membina Kasih Sayang
2. Merawat dan mendidik Anak
3. Iddah
Iddah adalah masa menunggu bagi wanita yang dtalak oleh suaminya samapai ia dapat menikah
kembali dengan laki-laki lain. Lamanya masa iddah bagi seorang perempuan sebagai berikut:
a. Perempuan yang masih mengalami haid secara normal, 'iddahnya tiga kali suci.
wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru (suci) (Q.S. AlBaqarah, 2:228)
b. Perempuan yang tidak lagi mengalami haid (menopouse) atau belum mengalaminya sama
sekali, iddahnya tiga bulan, sebagaimana firman Allah:
Dan perempuan yang putus asa dari haid diantara perempuan-perempuannya jika kamu ragu-ragu
( tentang masa idahnya) maka iddah mereka adalah tiga bulan, dan begitu pula perempuan yang tidak
haid.. (Q.S. Ath-Thalaq, 65:4)
c. Perempuan yang ditinggal mati suaminya 'iddanya empat bulan sepuluh hari
Dan orang yang meningga dunia diantaramu dengan meninggalkan istri-istri (hendaklah pra istri itu)
menangguhkan dirinya (beriddah) empat bulan sepuluh hari.. (QS. Al-Baqarah 2:234)
d. Perempuan yang sedang hamil, 'iddahnya sampai melahirkan
.Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan
kandungannya (Q.S. Ath-Thalaq, 65:4)
G. Hikmah Pernikahan
1. memelihara derajat manusia
2. Menjaga Garis Keturunan