sangat sulit. Deskripsi morfologis biasanya merupakan langkah awal untuk mengetahui
karakter struktur tumbuhan. Variasi struktur tumbuhan yang sangat banyak menuntut metode
mengenali tumbuhan dengan tepat dan cepat pada langkah awal suatu pengkajian, penelitian,
eksplorasi, dalam berbagai cabang kajian biologi. Ukuran dan kenampakan umum sebuah
tumbuhan menjadi ciri pengenal awal tumbuhan untuk pengkajian aspek ekologi, morfologi,
anatomi, fisiologi, taksonomi-sistematik dan lain-lainnya. Kenampakan umum tumbuhan atau
habitus tumbuhan sering didasarkan pada ukuran relatif tumbuhan. Variasi habitus tumbuhan
pada umumnya dikenal sebagai tumbuhan pohon, perdu, semak, dan herba. Pembagian
tumbuhan secara sederhana menjadi terna (herba dan semak-semak), perdu dan pohon tidak
cukup memadai sehingga pembagian yang lebih rinci menjadi bentuk hidup (life form) sering
digunakan. Bentuk hidup (life form) penting untuk mendiskripsikan tumbuhan karena adanya
main biological deviation from a straight physical/physiological characterisation of the
vegetation (Tunstall, 2008).
JUDUL
Tipe Life Form
TUJUAN
Mengetahui Tipe Life Form (TLF) penyusun pada daerah depan Menwa UNS dan Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret.
DASAR TEORI
Cara mengenal dan mendeskripsi tumbuhan dapat dilakukan dengan mudah tetapi dapat pula
sangat sulit. Deskripsi morfologis biasanya merupakan langkah awal untuk mengetahui
karakter struktur tumbuhan. Variasi struktur tumbuhan yang sangat banyak menuntut metode
mengenali tumbuhan dengan tepat dan cepat pada langkah awal suatu pengkajian, penelitian,
eksplorasi, dalam berbagai cabang kajian biologi. Ukuran dan kenampakan umum sebuah
tumbuhan menjadi ciri pengenal awal tumbuhan untuk pengkajian aspek ekologi, morfologi,
anatomi, fisiologi, taksonomi-sistematik dan lain-lainnya. Kenampakan umum tumbuhan atau
habitus tumbuhan sering didasarkan pada ukuran relatif tumbuhan. Variasi habitus tumbuhan
pada umumnya dikenal sebagai tumbuhan pohon, perdu, semak, dan herba. Pembagian
tumbuhan secara sederhana menjadi terna (herba dan semak-semak), perdu dan pohon tidak
cukup memadai sehingga pembagian yang lebih rinci menjadi bentuk hidup (life form) sering
digunakan. Bentuk hidup (life form) penting untuk mendiskripsikan tumbuhan karena
adanyamain biological deviation from a straight physical/physiological characterisation
of the vegetation (Tunstall, 2008).
Raunkiaer (Botaniawan Denmark) pada tahun 1934 (Lovelless, 1989, Rana et al., 2002.,
Decocq dan Hermy, 2003) membuat sistem pengelompokan bentuk hidup berdasarkan jarak
antara posisi tertinggi kuncup-kuncup yang membawa tumbuhan melalui musim yang tidak
menguntungkan dengan permukaan tanah. Adaptasi terhadap musim-musim kering dan
dingin yang semakin keras dicapai dengan posisi kuncup-kuncup terminal yang semakin
dekat dengan permukaan tanah sampai akhirnya kuncup-kuncup terbenam dalam tanah. Cara
ekstrem adaptasi tumbuhan setahun (annual) yang menyelesaikan daur hidupnya dalam satu
musim dilakukan melalui pembentukan jaringan embrio dalam biji yang dorman dan resisten.
Deskripsi bentuk hidup tumbuhan menurut Raunkiaer ini paling banyak digunakan diantara
sistem-sistem lainnya yang diajukan Warming tahun 1909, Dansereau tahun 1957, Ellenberg
dan Muller-Dombois tahun 1974, Box tahun 1981 (Rana et al., 2002). Pengelompokan bentuk
hidup tumbuhan menurut Raunkiaer (Raunkiaers life form) disarikan pada Tabel 1 dan
ilustrasi skematis pada Gambar 1 (Loveless, 1989).
Tabel 1. Karakteristik Raunkiaers life form tumbuhan atau bentuk hidup tumbuhan menurut
Raunkiaer
No
Life form
Ciri-ciri pokok
Fanerofit
Kamefit
Hemikriptofit
Kriptofit
Kelompok ini mempunyai perlindungan yang lebih besar dari pada kelompok
hemikriptofit. Kuncup-kuncup terminal tumbuh di dalam terkubur dalam tanah.
Kelompok tumbuhan ini dibagi menjadi:
Geofit: Tumbuhan tanah dengan kuncup terminal terkubur di bawah tanah,
misalnya: umbi lapis, umbi, rimpang dll.
Helofit: Tumbuhan rawa musiman dengan kuncup-kuncup dalam lumpur dan
terendam air
Hidrofit: Tumbuhan air dengan kuncup-kuncup yan tumbuh di permukaan air
Terofit
Batang
sukulen
1 lembar
1 lembar
Kompas prisma
2 buah
Meteran
2 buah
Rafia
80 meter (@ 40 meter)
Patok
8 buah x (@ 2 buah)
Gunting
2 buah x (@ 1 buah)
Penggaris
2 buah x (@ 1 buah)
Alat tulis
secukupnya
Tabel pengamatan
2 lembar x (@ 1 buah)
CARA KERJA
Menentukan lokasi yang memenuhi persyaratan tipe life form (Phanerophyte, Chamaeophyte,
Hemycriptophyte, Cryptophyte, Therophyte) dengan luas area 1 hektar di daerah Kampus
UNS.
Menentukan titik lokasi plot dengan cara :
Membidik minimal 2 buah tanda medan berupa bangunan gedung untuk memperoleh titik
azimuth.
Menghitung titik back azimuth.
Membuat perpotongan dari kedua titik tanda medan pada peta.
Menghitung titik koordinat lokasi plot dari perpotongan kedua titik tanda medan pada peta
Kampus UNS.
Mengukur area plot 1% dari 1 hektar.
Membuat plot dengan cara sebagai berikut:
Menyiapkan patok sebanyak 4 buah dan tali rafia sebagai pembatas.
Memasang patok dan tali rafia pada area plot seluas 10 x 10 m2.
Mengidentifikasikan dan mengelompokan tanaman yang termasuk dalam plot berdasarkan
tipe-tipe Life
form (Phanerophyte,
Chamaeophyte,
Hemycriptophyte,
Cryptophyte,
Therophyte)
Menghitung cover dan dominasi dari masing-masing tipe Life Form.
Mentabulasikan tabel pengamatan.
Mengkonversi data pengamatan ke dalam skala BB ( Braunt Blanquet ).
Membuat histogram perbandingan skala BB ( Braunt Blanquet ) hasil observasi dengan
skalaRaunkier.
DATA PENGAMATAN + HISTOGRAM
Data Pengamatan
1105120,04BT
Kelompok 4
Lokasi : F. Teknik
73342,48LS
Penyusun TLF
Skala BB (%)
Phanerophyte
46
62,5
Chamaeophyte
2,5
Hemicriptophyte
26
15
Criptophyte
15
Terophyte
13
2,5
1105125,2BT
Kelompok 9
73345,6LS
Penyusun TLF
Skala BB (%)
Phanerophyte
46
58,0867
Chamaeophyte
0,0143
Hemicriptophyte
26
81
Criptophyte
0,005
Terophyte
13
0,0143
Araucaria heterophylla
Acalypha Siamensis
Barringtonia asiatica
Bauhinia purpurea
Chamaeophyte
Ageratum conyzoides
Hemycriptophyte
Elephanthropus scraber
Oplismenus burmanii
Cryptophyte
Colocasia esculenta
Therophyte
Paspalum sp.
oleifera
Chamaeophyte
Mimosa pudica
Hemycriptophyte
Hoplismenus burmanii
Cryptophyte
Therophyte
Paspalum conjugatum
PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk Mengetahui Tipe Life Form (TLF) penyusun pada daerah
depan Menwa UNS dan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret. Prinsip kerja dari
praktikum lapangan (Kegiatan 1) yaitu Menentukan lokasi yang memenuhi persyaratan tipe
life form (Phanerophyte, Chamaeophyte, Hemycriptophyte, Cryptophyte, Therophyte)
dengan luas area 1 hektar yaitu wilayah kampus UNS kentingan dengan titik lokasi plot di
depan sekretariat Menwa. Kemudian mempuat pada area plot seluas 10 x 10m2 dengan
memasang patok dan tali rafia. Lalu Mengidentifikasikan dan mengelompokan tanaman yang
termasuk dalam plot berdasarkan tipe-tipe Life form (Phanerophyte, Chamaeophyte,
Hemycriptophyte, Cryptophyte, Therophyte) serta menghitung cover dan dominasi dari
masing-masing tipe Life Form.
Tipe life form dapat dilihat dengan banyak cara, satu diantaranya adalah dengan tipe life
formdari Raunkier yag berdasarkan kuncup perenating dikelompokan sebagai berikut
Phanerophyte (P): kuncup perenating pada ketinggian paling tidak 25 cm diatas permukaan
tanah. Ini berupa pohon, semak tinggi, liana, tumbuhan merambat berkayu, epifit dan batang
sukulen yang tinggi.
Chamaeophyte (Ch): kuncup perenaying berkedudukan dekat dengan permukaan tanah
(dibawah 25 cm). Herba, suffrutescent (suffruticose, perdu rendah, kecil, bagian pangkal
berkayu dengan tunas berbatang basah), atau tumbuhan berkayu rendah, tumbuhan succulent
rendah, tumbuhan cushion (bantalan).
Hemycriptophite (H): herba perenial dimana bagian aerial mati pada akhir pertumbuhan,
meninggalkan kuncup pada atau tepatv dibawah permukaan tanah. Herba berdaun lebar
musiman dan rumput-rumputan, tumbuahn roset.
Cryptophite (Cr): kuncup perenating terletak dibawah lapisan tanah atau terbenam dalam
permukaan air. Tumbuhan darat dengan rimpang dalam, umbi atau tuber, tumbuahn perairan
emergent, mengapung atau tenggelam dan berakar pada dasar.
Therophyte (Th): tumbuhan annual melampaui kala buruk dengan biji.
Komposisi tumbuhan penyusun asosiasi dapat digambarkan dalam suatu spektra life form.
Spektra tipe life form adalah suatu penggambaran yang menunjukan kelompok prosentase
tumbuhan penyusun suatu asosiasi seperti terlihat pada gambar dibawah ini
Spektra dapat dibuat dari data berbagai tipe komposisi. Kebanyakan kajian berkepentingan
dengan spektra life form berdasarkan pada sekedar daftar spesies tegakan (stand) yang
berbeda atau area geografi berbeda. Interpretasi spektra tipe life form dapat dibaca
berdasarkan spekrtrum normal yang dibuat Raunkier. Spektrum normal untuk flora dunia
berdasarkan pada 1000 spesies yang dipilih secara acak dipakai sebagai pembanding.
Porsentase spesies dalam berbagai klas life form untuk spektrum normal sbb:
Tabel 1. Porsentase spesies dalam berbagai klas life form untuk spektru berdasar Raunkier.
P
Ch
Cr
Th
Jumlah
46
26
13
100
Dari hasil praktikum didapatkan data skala raunkier dan BB setelah data dihitung dan
ditabulasikan. Data disajikan dalam tabel berikut :
1105125,2BT
Kelompok 9
73345,6LS
Penyusun TLF
Skala BB (%)
Phanerophyte
46
58,0867
Chamaeophyte
0,0143
Hemicriptophyte
26
81
Criptophyte
0,005
Terophyte
13
0,0143
1105120,04BT
Kelompok 4
Lokasi : F. Teknik
73342,48LS
Penyusun TLF
Skala BB (%)
Phanerophyte
46
62,5
Chamaeophyte
2,5
Hemicriptophyte
26
15
Criptophyte
15
Terophyte
13
2,5
Stuktur tipe life form dari lokasi menwa dan fakultas teknik sama. Kedua lokasi itu terdapat
Phanerophyte, Chamaeophyte, Hemicriptophyte, Criptophyte, Terophyte. Life form yang
paling
dominan
adalah
Phanerophyte,
kemudian
disusul
oleh
Hemicriptophyte,
Chamaeophyte, dan yang terendah adalah Terophyte. Bedasarkan skala BB area di menwa itu
tergolong padat, karena berdasarkan dominansi Phanerophyte mencapai 58,0867 % dan
hemicriptophyte mencapai 81%. Totalnya 139, 1203 % (lebih dari 100% ). Begitu pula di
fakultas teknik komposisi di katakan kerapatannya rendah karena total BB pada area ini
Phanerophyte mencapai 62,5 %, Hemicriptophyte mencapai 15% dan Criptophyte 15% dan
jumlahnya 97,5 % ( kurang dari 100%). Hal ini menunjukan kerapatannya rendah ( Rana, datt
and rao, 2002).
Disana pada BB tipe hemicryptophyte persentasenya lebih tinggi dari phanerophyte. Hal ini
tidak sesuai dengan skala raunkier dimana phanerophytenya seharusnya lebih tinggi.
Perbedaam ini dikarenakan perbedaan lingkungan, dominansi dan faktor manusia yang
berpengaruh terhadap kondisi tumbuhan dan kelimpahannya berbeda. (tareen and qadir ,
1983)
Menurut irwanto (2011) wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur, periode musim kemarau 4-6
bulan. Curah hujan yang dialami dalam satu tahun 1.250 mm-2.000 mm. Tegakan hutan
hujan tropis didominasi oleh pepohonan yang selalu hijau. Keanekaragaman spesies
tumbuhan dan binatang yang ada di hutan hujan tropis sangat tinggi. Jumlah spesies pohon
yang ditemukan dalam hutan hujan tropis lebih banyak dibandingkan dengan yang ditemukan
pada ekosistem yang lainnya. Sehingga penyusun dari dua lokasi ini tergolong lengkap
Berdasarkan Data di atas menunjukan peebedaan antara lokasi menwa dan dan fakultas
teknik yaitu jumlah spesies dari life form phanerophyte, dimana jumlah phanerophyte di
menwa itu lebih banyak. Hal ini disebabkan lokasi di depan menwa itu merupakan zona
penghijauan, sehingga tanaman di sana dirawat dan ditanami berbagai tanaman baru.
Sedangkan untuk fakultas teknik merupakan wilayah perkantoran dan perkuliahan. Sehingga
tumbuhan yang menutupi wilayah itu lebih sedikit . berdasarkan analisis lokasi hal ini
disebabkan oleh dominansi dari di daerah menwa lebih banyak sehingga menyebabkan zona
yg dinaunginya kelembapannya cukup tinggi sehingga tumbuhan bisa berkembangbiak lebih
banyak daripada di fakultas Teknik.
Selain itu dengan kerapatan p sehinggga angin bisa berhembus maksimal di setiap lapisan
fisiog.. berdasarkam struktur tlf tsb cahaya matahari bisa mena
KESIMPULAN
Stuktur tipe life form dari lokasi menwa dan fakultas teknik sama. Kedua lokasi itu terdapat
Phanerophyte, Chamaeophyte, Hemicriptophyte, Criptophyte, Terophyte. Life form yang
paling dominan berdasarkan skala raunkier adalah Phanerophyte, kemudian disusul oleh
Hemicriptophyte, Chamaeophyte, dan yang terendah adalah Terophyte. Bedasarkan skala BB
area di menwa itu tergolong padat, karena berdasarkan dominansi Phanerophyte mencapai
58,0867 % dan hemicriptophyte mencapai 81%. Totalnya 139, 1203 % (lebih dari 100% ).
Begitu pula di fakultas teknik komposisi di katakan kerapatannya rendah karena total BB
pada area ini Phanerophyte mencapai 62,5 %, Hemicriptophyte mencapai 15% dan
Criptophyte 15% dan jumlahnya 97,5 % ( kurang dari 100%).
DAFTAR PUSTAKA
Loveless, A.R. (1994). Prinsip-prinsip biologi tumbuhan untuk daerah tropis. Jilid 1 dan 2.
Terj.Gramedia: Jakarta.
Rana, T.S., Datt,B., Rao,R.R. (2002).Life form and biologicalspectrum of the flora of Tons
Valley, Garwal Himalaya (Uttaranchal), India. Taiwania. 47 (2):164-169.
Rudall, P.J. (2007). Anatomy of Flowering Plant. A Introduction to Structure and
Development. New York: Cambridge University Press.
Tsuyuzaki. (2007). Life form (on vascular plants). Graduate School of Environmental Earth
Science,
Hokkaido
(http://hosho.ees.hokudai.ac.jp/~tsuyu/lecture/glossary/on_life_form.html)
Tunstall, B. (2008). Structural Classification of Vegetation. ERRIC. 1-17.
University.