Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN


Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

ISSN 1410-6086

PENGARUH UKURAN BUTIR KOLOID TERHADAP


DEPOSISI KOLOID PADA TANAH SEKITAR FASILITAS
PENYIMPANAN LESTARI LIMBAH RADIOAKTIF
Heru Sriwahyuni, Suryantoro *)
ABSTRAK
PENGARUH UKURAN BUTIR KOLOID TERHADAP DEPOSISI KOLOID
PADA TANAH SEKITAR FASILITAS PENYIMPANAN LESTARI LIMBAH
RADIOAKTIF. Telah dilakukan kajian pengaruh ukuran butir koloid terhadap deposisinya pada
tanah sekitar fasilitas penyimpanan lestari limbah . Fasilitas penyimpanan lestari limbah radioaktif
dalam jangka lama akan terdegradasi sehingga kemampuan pengungkungannya terhadap limbah
radioaktif menurun atau gagal. Hasil degradasi tersebut dapat berupa material-material halus yang
berfase koloid yang sangat mudah bergerak. Disamping itu di dalam air tanah juga terdapat
partikel koloid alami dengan ukuran butir yang beragam dan mempunyai kecepatan pergerakan
hampir sama dengan kecepatan aliran air tanah. Kedua jenis koloid tersebut dapat mengadsorpsi
nuklida-nuklida yang bermobilitas rendah maupun tinggi sehingga mempercepat transportnya
dengan kecepatan seperti aliran air tanah. Secara fisik lapisan tanah terdiri dari butiran-butiran
hasil pelapukan dari batuan yang bersifat seperti saringan halus. Ukuran butir koloid di alam
bervariasi dengan orde nanometer hingga mikrometer. Mekanisme filtrasi dapat terjadi pada
ukuran koloid yang besar sehingga mobilitasnya terhenti, sedangkan ukuran koloid yang kecil
akan lolos.
Kata Kunci: koloid, penyimpanan lestari, limbah radioaktif
ABSTRACT
THE EFFECT OF COLLOID SIZE ON ITS DEPOSITION ON SOIL
SOROUNDING RADIOACTIVE WASTE DISPOSAL FACILITY. Assessment on the effect of
colloid size on its deposition on soil has been conducted. A Radioactive waste disposal facility
degrades for long periods, furthermore its ability to isolate waste decreases or fail. The degraded
facility can be fine materials, which form as mobile colloids. Whereas natural colloids, which
migrate close to or same as ground water flows are abundant and may vary in sizes. Both of sort
colloids may adsorb nuclides, which have slow or fast mobility and accelerate the nuclides
transport as fast as ground water flows. Physically soil layers that may action as fine filters
compose of fine grains generated from rocks degradation. The sizes of colloids may vary in
nanometer up to micrometer range order. Filtration mechanism occurs for bigger colloids
stopping their mobility, for smaller colloids compared to bigger soil pores their mobility could not
be stopped.
Keywords: colloid, disposal, radioakctive waste

PENDAHULUAN
Di dalam air tanah, transport
koloid yang mampu mengadsordsi ion-ion
aktinida sangat perlu dipelajari terutama
dikaitkan dengan unjuk kerja dari sistem
penyimpanan limbah radioaktif. Di dalam
air tanah, koloid berperan menjadi fase ke
tiga yang mempunyai fase bukan larutan dan
juga bukan padatan. Fase ini dapat
meningkatkan jumlah aktinida yang dapat
bermigrasi ke aquifer [1-4]. Transport koloid
ini dapat dihambat dengan filtrasi. Karena
ukurannya yang relatif besar dibandingkan
dengan larutan, maka koloid mempunyai

*) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

sifat yang sangat berbeda dengan unsur


terlarut. Maka untuk mempelajari transport
koloid pengkajian harus difokuskan pada
migrasi koloid, terutama pada mekanisme
filtrasi yag bertujuan untuk menghambat
migrasi koloid, sehingga dapat menurunkan
angka ketidakpastian di dalam sistem
penyimpanan lestari limbah radioaktif.
Mekanisme filtrasi telah banyak
dipelajari misalnya pada pengolahan air dan
transport dari kontaminan koloid dalam air
tanah. Pada transport koloid, yang
mempunyai ukuran lebih kecil dibandingkan
dengan pathway hanya akan terhenti jika

211

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII


Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

gaya tarik menarik mendominasi dan ketika


bertumbukan pada permukaan. Fenomena
ini disebut deposisi. Apakah material itu
nantinya menempel atau tidak tergantung
interaksi antara partikel dan permukaan.
Interaksi ini dapat dijelaskan dengan teori
stabilitas koloid Derjaguin-Landau and
Vervey-Overbeek (DLVO) [5].
Effisiensi dari deposisi koloid dapat
dihitung dengan persamaan konveksi difusi.
Persamaan tersebut diselesaikan dengan
pendekatan (aproksimasi) terhadap keadaan
koloid dan solid padatan bermuatan sejenis.
Kondisi seperti ini nampak pada lingkungan
hampir semua lingkungan air subsurface.
Penelitian menunjukkan efisiensi yang
diperoleh melalui percobaan beberapa order
lebih tinggi daripada harga yang dihitung.
Perbedaan ini dijelaskan dengan adanya
kekasaran permukaan pada kolektor dan
permukaan koloid.
TEORI
Mobilitas koloid dipengaruhi oleh
perubahan kimia larutan yang mengubah
interaksi gaya- gaya antara permukaan
koloid dan butiran aquifer. Gaya antar muka
itu terdiri dari gaya tarik menarik Londonvan der Waals dan gaya tolak menolak
(repulsi). Hasil netto dari interaksi kedua
gaya permukaan tersebut dijelaskan dengan
teori DLVO. Agar koloid dapat bergerak
perubahan
kimia
larutan
harus
menghasilkan gaya repulsi pada permukaan
koloid dan butiran yang lebih besar dari
gaya tarik menariknya[5].
Energi potensial total, tot (kurva garis
kontinyu), adalah jumlah dari (1) energi

ISSN 1410-6086

potensial double layer (lapisan ganda), dl,


(2) energi potensial van der Waals ,vdW, dan
(3) energi potensial born ,Bom, merupakan
energi repulsi berjarak pendek. Kurva energi
potensial total mempunyai sumuran tarik
menarik dalam pada jarak pemisahan yang
sangat pendek, (min1), energi repulsi barrier,
(max1), dan sumuran tarik menarik dangkal
pada jarak pemisahan yang lebih besar.
(min2), energi potensial dinyatakan dalam
kB T.
Teori DLVO menjelaskan interaksi
antara gaya tarik menarik dan gaya repulsi
antara permukaan koloid dan permukaan
butiran dengan fungsi energi potensial antar
muka. Energi potensial antar muka dibentuk
oleh penjumlahan antara London-van der
Waals dan energi potensial repulsi dalam
fungsi jarak antara koloid dan butiran
interaksi ini dijelaskan pada Gambar 1 di
atas.
Energi potensial double layer terjadi
dari overlaping difus awan ion (double
layers) yang terakumulasi di dekat
permukaan bermuatan untuk mengimbangi
muatan permukaan. Jika permukaan yang
berinteraksi bermuatan sejenis maka energi
potensial double layer akan tolak- menolak.
Jika muatan permukaannya bertolak
belakang energinya akan tarik menarik.
Kesemuanya dapat diformulasikan bahwa
energi potensial double layer sangat sensitif
terhadap variasi dari [5] :
1. Potensial permukaan koloid dan
kolektor
2. Kekuatan ion larutan
3. Ukuran butir koloid

Gambar 1. Energi potential DLVO sebagai fungsi jarak pemisahan antara


koloid dan kolektor [5].

212

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII


Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

ISSN 1410-6086

WATER
FLOW
STATIONARY PARTICLE
CONTAMINANT BOUND
TO STATIONARY
PARTICLE
MOBILE PARTICLE

CONTAMINANT IN
SOLUTION

CONTAMINANT BOUND
TO MOBILE PARTICLE

Gambar 2. Ilustrasi transpor radionuklida di dalam air tanah (koloid yang bergerak
berpotensi mempercepat transport radionuklida)[7].

KEBERADAAN KOLOID DALAM AIR


TANAH

PERCEPATAN TRANSPORT KOLOID

Mc
Carthy
dan
Degueldre
menyimpulkan bahwa koloid terdapat
melimpah dalam air tanah dan berada
dimana-mana[6]. Koloid terdeteksi dalam
berbagai
sampel
air
tanah
yang
dikumpulkan dari berbagai macam macam
aquifer dengan formasi geologi yang
bervariasi. Dalam laporannya, Mc Carthy
dan
Degueldre
mengamati
bahwa
kelimpahruahan
koloid
dipicu
oleh
perubahan hidrogeokimia dalam sistem
aquifer,
terutama
pada
kegiatan
penyimpanan lestari limbah radioaktif[6].
Studi menunjukkan perubahan kimia larutan
mengakibatkan
peningkatan
interaksi
repulsi antara koloid dan kolektor sehingga
memobilitasi koloid[6].

Di dalam air tanah sebagian besar


fase koloid bersifat sebagai sorben yang
efektif
terhadap
kontaminan
yang
berkelarutan
rendah
karena
koloid
mempunyai ukuran yang kecil dan luas
permukaan yang besar. Koloid anorganik
banyak terdapat dalam air tanah seperti
tanah liat, oksida-oksida logam, karbonatkarbonat yang sangat efektif mengadsorpsi
radionuklida dan logam-logam dengan cara
pertukaran ion dan reaksi komplek pada
permukaannya. Jika asosiasi koloid dengan
kontaminan tidak kuat maka adanya koloid
tidak menjamin adanya transpor kontaminan
yang diemban oleh koloid terjadi[6].
Gambar 2 menggambarkan mekanisme
transpor koloid yang mungkin terjadi di
dalam air tanah.

Gangguan juga pada hidrolik aquifer


dapat meningkatkan timbulnya koloid,
contohnya kecepatan aliran yang tinggi
melalui retakan batuan, infiltrasi oleh hujan
deras peningkatan laju pemompaan selama
pengambilan
sampel
dan
lain-lain.
Gangguan-gangguan itu akan meningkatkan
konsentrasi koloid dalam air tanah.

PENGARUH UKURAN BUTIR


TERHADAP DEPOSISI
Di dalam aquifer ukuran pori
pathway sangat beragam demikian halnya
dengan ukuran koloidnya. Koloid dengan
ukuran butir yang besar misalnya 2000 nm
akan terfiltrasi dalam ukuran pori pathway
yang lebih kecil, dan atau pada ukuran pori
pathway yang lebih besar dan terjadi

213

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII


Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

penumpukan koloid akibat interaksi double


layer yang mempersempit pori pathway
sehingga mobilitas koloid selanjutnya
terhambat. Secara teori pengaruh ukuran
butir koloid dapat diterangkan dengan
persamaan sebagai berikut[7] :

T =v + E

(1)

dimana T = energi interaksi total,


v =

ap
A ap
h
+ ln
+
h + 2a
6 h h + 2a p
p

(2)

2 p nkT

2
1

+ 22 [

ap
2 1 2
+
2
2
1 + 2 h + 2a p

1 + exp( h)
xln
+ ln{1 exp( 2 )}]
1 exp( h)

(3)

dimana, 2 dan adalah:

2=

2 e2n
kT

(4)

e
kT

(5)

karakter n, e, ,, dan subscript 1, 2


berturut-turut adalah densitas bulk ion,
muatan elektron elementer, konstanta
dielektrik air, potensial permukaan dan
indikasi dari partikel dan kolektor.
Dari persamaan-persamaan di atas
dapat diketahui adanya hubungan antara
ukuran partikel koloid dengan energi
potensialnya. Semakin besar ukuran partikel
gaya tarik menarik van der Waals semakin
tinggi sehingga koloid bertendensi untuk
membentuk agregat, sedangkan semakin
kecil ukuran koloid gaya tarik menarik
semakin kecil dan gaya tolak menolak
semakin besar sehingga koloid berada pada
kondisi stabil dan mampu bermigrasi sesuai

214

v = energi interaksi van der


Waals,
E = energi interaksi electrical
double layer.
Selama ukuran koloid lebih kecil dari
ukuran kolektor, interaksi dari koloid dan
butiran dapat diasumsikan bahwa kolektor
sebagai infinite plane dan koloid sebagai
partikel sferis. Selanjutnya interaksi van der
Waals dapat dinyatakan sebagai[7]:
dengan kecepatan air tanah.

CALON
TAPAK
POTENSIAL
PENYIMPANAN LESTARI LIMBAH
RADIOAKTIF

A adalah konstanta Hamaker, ap jari-jari


partikel, h jarak pisah antara dua
permukaan. Energi potensial (Electrical
Double Layer) EDL untuk permukaan bola
dan plane infinit diformulasikan sebagai
berikut [7]:

E =

ISSN 1410-6086

Kegiatan penyiapan tapak untuk


penyimpanan LR di P.Jawa dan sekitarnya
ini sebenarnya telah dimulai sejak lama,
dimana kegiatan terdahulu telah dilakukan
pada sejumlah wilayah yang ditunjuk oleh
BATAN. Seperti kegiatan : (1). Survei di
Kepulauan Karimunjawa (1989-1990), yaitu
di Pulau Genting, menunjukkan basaltic
lava host rock, dan di Pulau Parang,
menunjukkan basaltic lava host rock) ,
(2) Survei di Kepulauan Masalembu
(1989-1990), yaitu di Pulau Masalembu,
menunjukkan andesitic lava host rock, di
Pulau Masakambing, menunjukkan andesitic
lava host rock, dan di Pulau Keramaian,
menunjukkan andesitic lava and sandstone
host rocks, (3) Evaluasi data sekunder
PPTN Serpong (19902005), menunjukkan
volcanic host rocks (tuff, conglomeratic tuff,
tuffaceous sandstone), (4) Survei di
Semenanjung
Muria
(1990-2005),
menunjukkan volcanic host rocks[8-11].
Untuk melengkapi studi host rock
fasilitas disposal limbah radioaktif maka
batuan lempung perlu pula untuk
diintroduksikan sebagai salah satu calon host
rock disposal limbah radioaktif karena
termasuk jenis batuan yang juga telah
dipakai untuk lokasi disposal limbah
radioaktif di negara lain[12-13]. Selanjutnya
pada tahun 2006 secara selintas telah
dilakukan studi pustaka dan pengecekan
singkat ke lapangan dengan hasil
diperolehnya beberapa wilayah yang
menarik
seperti
Karawang,
Subang,
Majalengka,
Tambakrogo, Tuban dan
Madura.
Dari jenis batuan pada calon tapak
potensial penyimpanan lestari limbah
radioaktif
yang
telah
di
survey,

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII


Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

kebolehjadian timbulnya koloid yang berasal


dari material alami sangat besar. Contohnya
batuan tuff, conglomeratic tuff, tuffaceous
sandstone, lempung sangat berpotensi untuk
membentuk koloid alami yang nantinya akan
mempercepat transpor radionuklida dari
fasilitas penyimpanan lestari limbah
radioaktif ke biosfir.
Selain dari jenis batuan, curah hujan
yang tinggi dengan periode dan perubahan
intensitas merupakan keadaan alami yang
akan mempengaruhi kestabilan batuan
sehingga pembentukan koloid alami dapat
terjadi dengan populasi dan ukuran yang
bervariasi.

3.

4.

5.

6.

KESIMPULAN
Pada sistem penyimpanan lestari baik
yang berupa penyimpanan pada tanah
dangkal dan formasi geologi dalam (deep
geological),
kehadiran
koloid
dapat
mempercepat transpor radionuklida ke
biosfir.
Aktinida yang tidak mudah berpindah
(immobile), akan dapat bermigrasi dengan
sangat cepat seperti kecepatan air tanah bila
diemban oleh koloid. Untuk itu perlu
dilakukan kajian yang lebih mendalam
tentang
transpor
radionuklida
yang
dipercepat oleh adanya koloid.
Secara teori pergerakan koloid sangat
dipengaruhi oleh ukuran butirnya. Hal ini
dapat dilihat dari persamaan DLVO yang
menyatakan bahwa gaya van der Waals
sangat dipengaruhi oleh radius dari koloid.
Berdasarkan studi tapak potensial
penyimpanan lestari limbah radioaktif
kebolehjadian timbulnya koloid alami dari
batuan sekitar tapak sangat besar.

7.

8.

9.

10.

PUSTAKA
1.

2.

PENROSE W. R., POLZER W. L.,


ESSINGTON E. H., NELSON D. M.,
and ORLANDINI K. A., ColloidFacilitated Transport of Strongly
Sorbing Contaminants in Natural Porous
Media: ALaboratory Column Study. J.
Sci. Technol., 30 P. 3118-3123 (1996) .
MAGARITZ M., AMIEL A. J.,
RONEN
D.,
WELLS
M.
C.,
Distributions of Metals in a polluted
aquifer: A comparison of aquifer
suspended material to fine sediments of
the adjacent environment. J. Contam.
Hydrol., 5 (1990) 333.

11.

12.

13.

ISSN 1410-6086

AMRHEIN C., MOSHER P. A., and


STRONG J. E., Colloid-assisted
transport of trace metals in roadside
soils receiving deicing salts. Soil Sci.
Soc. Am. J., 57 P. 1212-1217 (1993).
GROLIMUND D., BORKOVEC M.,
BARMETLLER K., and STICHER H.,
Colloid Facilitated Transport in
Natural Porous Media Environ. Sci.
Technol. 1996, 30, 3118-3123.
RYAN J. N., and ELIMELECH M.,
Colloids
and
Surfaces,
A:
Physicochemical
and
Engineering
Aspects 107 (1996) 1-56.
Mc Carthy, JF, and C. DEGUELDRE,
Sampling and characterization of
colloids and particles in groundwater for
studying their role in contaminant
transport, in Environmental Particles ,
vol. 2, edited by J. Buffle and HP van
Leeuwen, chap. 6, pp. 247315, Lewis,
Boca Raton, Fla., 1993.
CHINJU H., NAGASAKI S., TANAKA
S., SAKAMOTO Y., TAKEBE S. And
OGAWA H., Effect of flow field on
colloid deposition in filtration process
of polystyrene latex particles through
columns packed glass beads. Journal
of Nuclear Science and Technology,
Vol. 38, No. 8, p. 645-654 (August
2001).
ITB, Preliminary Site Investigation for
Radioactive
Waste
Repositories
(Masalembu Islands), ITB-Bandung
1989.
ITB, Preliminary Survey at Genting and
Parang Islands for The location of
Radioactive Waste Repository, ITBBandung 1990.
SUCIPTO, Evaluasi Pendahuluan
Geologi Lingkungan Untuk Calon
Lokasi Penyimpanan Limbah Radioaktif
PLTN Daerah Muria Bagian Utara,
Pros. Seminar Teknol. dan Keselamatan
PLTN,
PPTKR/PRSG-BATAN,
Serpong, DBBL2-1 (1995).
SUCIPTO,
Pemilihan
Tapak
Penyimpanan Limbah Radioaktif di
Kawasan
PUSPIPTEK
Serpong,
J.Teknol. Pengelolaan Limbah Vol.9(2),
p.28 (Des. 2006).
www.world-nuclear.org/info/inf94.html,
Nuclear Power in Belgium (August
2007).
www.uic.com.au/nip28.htm,
Nuclear
Power in France, Briefing Paper 28
(Dec 2007).

215

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII


Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK

216

ISSN 1410-6086

Anda mungkin juga menyukai