Pemicu 4 Muskuloskeletal
Pemicu 4 Muskuloskeletal
MUSKULOSKELETAL
KELOMPOK DISKUSI 2
DISKUSI KELOMPOK
PEMICU 4
KELOMPOK DISKUSI 2
Fasilitator : dr. Johannes,HHS
Mahasiswa/i : 1. Akbar Muhammad Ramadhan
2. Chorlance A. Demetou
3. Dara Syifa Sakinah
4. Della Elvina
5. Dinda Auria
6. Monica Azizatul Arifah
7. Orin Alfhonso Karlina
8. Riske Yolanda Putri
9. Yenny Mefta Fauziah
10. Yogei Hadiansyah
11. Wahyulin Trisna Syafitri
PEMICU
Ny. Wiwi berusi 73 Tahun datang ke Poliklinik dengan
keluhan nyeri punggung yang sangat menggaggu
aktivitasnya sehari-hari sejak 2 minggu yang lalu. Nyeri
dirasakan bertambah dengan perubahan posisi, bergerak
bahkan ketika tidur. Ny Wini dibawa oleh anaknya ke
klinik 24 jam dan diberi obat penahan nyeri dan kalsium
oleh dokter tetapi nyeri punggungnya tidak juga hilang.
Ny Wiwi juga meraskan sebenarnya sudah merasa ngilu
ngilu sejak kurang lebih 4 tahun yang lalu dan untuk
mengurangi rasa ngilunya itu ia sering meminum obat
warung. Dokter melihat Ny. Wiwi agak bongkok
punggungnya. Dokter melakukan pemeriksaan teliti, dan
keudian menganjurkan pemeriksaan darah, radiologi
tulang belakang dan pelvis, bone densitometry.
TERMINOLOGI
Bone Densitometry
Pemeriksaan kepadatan tulang yang biasa digunkan
untuk mendiagnosa osteoporosis
Pelvis
Daerah yang berada di dorsal kaudal terhadap abdomen
dan merupakan daerah peralihan dari batang tubuh
keekstremitas inferior atau sering disebut panggul.
KATA KUNCI
Ny. Wiwi 73 tahun datang ke Poliklinik
Nyeri punggung yang sangat menggaggu sejak 2
minggu yang lalu
Bengkak
Ngilu dirasakan 4 tahun yang lalu
Diberi obat penahan nyeri dan kalsium tetapi nyeri
punggung tidak juga hilang
Nyeri bertambah ketika perubahan posisi gerak dan
tidur
Ny Wiwi pernah mengonsumsi obat warung
Diamjurkan pemeriksaan darah, radiologi, dan bone
densitometry.
IDENTIFIKASI MASALAH
Ny. Wiwi 73 Tahun, nyeri punggung sejak 2 minggu yang
lalu, nyeri makin dirasa saat tidur, terlihat bengkak dan
pernah mengonsumsi obat warung serta terasa ngilu
sejak 4 tahun yang lalu.
ANALISIS MASALAH
Ny. Wiwi 73 Tahun
Nyeri Punggung
Bongkok
Metabolisme
Kalsium
Osteoporosis
-Definisi
- Etiologi
- Klasifikasi
- Patofisiologi
- Diagnosis banding
- Pemeriksaan Fisik
dan Penunjang
- tata laksana
- Faktor Risiko
-Komplikasi
Nutrisi
Geriatri
Pascamenopause
HIPOTESIS
1.
2.
Pertanyaan Terjaring
Nyeri Punggung
a. Etiologi
b. Patofisiologi
c. Tatalaksana
- Farmakologis
- NonFarmakologis
2. Osteoporosis
a. Definisi
b. Etiologi
c. Epidemilogi
1.
d. Klasifikasi
e. Patofisiologi
f. Diagnosis Banding
g. Pemeriksaan Fisik
dan Penunjang
h. Tatalaksana
i.
Faktor Risiko
j. Komplikasi
k. Pencegahan
3. Bagaimana pengaruh
nutrisi terhadap
pasien steoporosis
a.
Geriatri
b.
Pascamenopause
4. Bagaimana proses
metabolisme
kalsium ?
5. Bagaimana
mekanisme
terjadinya bengkak
6. Bagaimana cara
pemeriksaan bone
densitometry
7. Bagaimana
mekanisme terjadinya
nyeri pada
osteoporosis
1. NYERI PUNGGUNG
a. Etiologi
Penyebab fisiologik nyeri punggung bawah biasanya
adalah iritasi mekanis atau biokimiawi terhadap ujungujung nosiseptif atau terhadap saraf dan akar saraf
dispina lumbal.
b. Patofisiologi
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada
jaringan dengan
terlibatnya berbagai mediator inflamasi atau nyeri
neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem
saraf .
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat
menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama, penekanan
hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang
kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan
nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut
saraf dan bertambah dengan peregangan serabut
saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan
kedua, penekanan mengenai serabut saraf.
c. Tatalaksana
Non-farmakologi : istirahat, lakukan aktivitas
normal, olahraga dan modalitas lain seperti
intervensi fisik dan modalitas termal.
Farmakologi
: asetaminofen, NSAID dan
opioid.
2. OSTEOPOROIS
a.
Definisi
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan
porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti
berlubang-lubang atau keropos. Jadi,
osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu
penyakit yang mempunyai sifat khas berupa
massa tulangnya rendah atau berkurang,
disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan
penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat
menimbulkan kerapuhan tulang.
b. Etiologi
2.
3.
Osteoporosis dapat disebabkan oleh keadaan medis lain atau obatobatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan
kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) serta obatobatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, antikejang, dan hormon
tiroid yang berlebihan).
c. Epidemiologi
Di negara maju seperti Amerika Serikat, kira-kira 10 juta
orang usia diatas 50 tahun menderita osteoporosis dan
hampir 34 juta dengan penurunan massa tulang yang
selanjutnya berkembang menjadi osteoporosis. Empat
dari 5 orang penderita osteoporosis adalah wanita.
Data di Asia menunjukkan bahwa insiden fraktur lebih
rendah dibanding populasi Kaukasian. Studi juga
mendapatkan bahwa massa tulang orang Asia lebih
rendah dibandingkan massa tulang orang kulit putih
Amerika, akan tetapi fraktur pada orang Asia didapatkan
lebih sedikit.
Ada variasi geografis pada insiden fraktur osteoporosis.
Osteoporosis paling sering terjadi pada populasi Asia
dan Kaukasia tetapi jarang di Afrika dan Amerika
populasi kulit hitam.
d. Klasifikasi
1) Osteoporosis primer
Osteoporosis primer adalah osteoporosis yang
disebabkan oleh hal-hal tertentu. Pada tahun
1983, Riggs dan Melton membagi osteoporosis
primer menjadi 2 tipe, yaitu Osteoporosis tipe I
dan osteoporosis tipe II. Osteoporosis tipe I
disebut juga osteoporosis pasca menopause.
Osteoporosis tipe ini disebabkan oleh defisiensi
estrogen akibat menopause. Osteoporosis tipe II
disebut juga osteoporosis senilis, disebabkan
oleh gangguan absorpsi kalsium di usus
sehingga menyebabkan hiperparatiroidisme
sekunder yang mengakibatkan timbulnya
2) Osteoporosis sekunder
Menopause prematur , dll.
Osteoporosis sekunder
adalah osteoporosis yang
c) Gangguan endokrin:
diketahui penyebabnya, yaitu
Akromegali
terjadi karena adanya
penyakit lain yang mendasari, Insufisiensi adrenal
defisiensi atau konsumsi obat Diabetes Melitus
yang dapat menyebabkan
Hiperparatiroidism
osteoporosis.
Hipertiroidisme, dll.
a) Penyebab genetik
(kongenital):
d) Gangguan yang diinduksi
Kistik fibrosis
obat
Ehlers Danlos syndrome
Glukokortikoid
Penyakit penyimpanan
Heparin
glikogen, dll.
Antikonvulsan
Barbiturat
b) Keadaan hipogonad
Antipsikotik
Insensitifitas androgen
Hiperprolaktinemia
e. Patofisiologi
f. Diagnosis Banding
Osteomalasia
Pagets disease
Multiple myeloma
Fraktur Kompresi pada vertebra
Hipertiroidisme
Pemeriksaan Penunjang
MRI
Quantitatif Ultrasound (QUS)
Densitometer (X-Ray
absorpthometry)
Quantitative Computerized
Tomography
h. Tatalaksana
Farmakologi
1. Bifosfonat
Alendronat, risedonat, etidronat
Dosis : untuk pencegahan 5 mg perhari, untuk pengobatan
10 mg perhari
2. Terapi hormon pengganti (esterogen)
3. Kalsium dan vitamin D
4. Pembedahan
Non farmakologi
i.
Faktor Risiko
1. Umur
2. Genetik
3. Lingkungan
4. Hormon endogen dan penyakit kronik
5. Sifat fisik tulang
j. Komplikasi
1. Fraktur vertebra
2. Fraktur pinggul
k. Pencegahan
3. PENGARUH NUTRISI
TERHADAP PASIEN
OSTEOPOROSIS
Pengaruh Nutrisi
Pasca Menopause
Penurunan kepadatan tulang pada pasca
menopause dapat disebabkan beberapa faktor yaitu
hormonal, aktivitas fisiki, asupan kalsium, asupan
flourida dan asupan kalsium, paritas, kebiasaan
merokok, konsumsi alkohol dan kafein.
Selain penting untuk kepadatan tulang kalsium juga
diperlukan untuk membentuk fungsi hati, otot dan
sistem syaraf. Asupan kalsium yang dianjurkan
pada masa menopause menurut NIH Consensus
Conference adalah 1500 mg/hari, asupan kalsium
juga dianjurkan pada wanita diatas 30 tahun sekitar
800 mg/hari
Geriatri
Permasalahan kecukupan gizi pada lansia berupa
berkurangnya asupan gizi yang dapat diserap tubuh
serta berkurangnya fungsi organ tubuh. Beberapa
faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada
Lansia :
Berkurangnya kemampuan mencerna makanan
Berkurangnya kemmapuan indra pengecapan,
penurunan cita rasa makanan
Rasa lapar menurun, asam lambung menurun
Gerakan usus atau gerak peristaltik melemah
Penyerapan makanan di usus menurun
4. PROSES METABOLISME
KALSIUM
5. MEKANISME TERJADINYA
BONGKOK
6. CARA PEMERIKSAAN
BONE DENSITOMETRY
38
Kriteria WHO
Dx: osteoporosis dengan B.M.D
Diagnosis
Criteria
Normal
Osteopenia
Osteoporosis
Severe osteoporosis
T-score > -1
T-score < -1 dan > -2.5
T-score < -2.5
T-score < -2.5 dengan fraktur
Diatas +1 SD
+1 SD to 1 SD
Estrogen/
Serm
39
Bifosfonat
-1 SD to 2.5 SD
Dibawah 2.5 SD
Estrogen/
Serm
Kalsitriol
Kalsitonin
7. MEKANISME
TERJADINYA NYERI PADA
OSTEOPOROSIS
KESIMPULAN
Hipotesis 1 diterima, hipotesis 2 ditolak.
REFERENSI
Corwin,Elizabeth J. 2009.Patofisiologi.Buku
Saku.Jakarta: EGC
Farmakologi dan Terapi Edisi 5 FKUI
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Universitas
Indonesia Jilid III Edisi 5
www.repository.usu.ac.id
TERIMA KASIH