Anda di halaman 1dari 14

MAHKAMAH KONSTITUSI DAN NEGARA

KONSTITUSIONAL

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sistem ketatanegaraan Republik Indonesia mengalami perubahan yang sangat mendasar
setelah bergulirnya reformasi politik pada tahun 1998. Tumbangnya kekuasaan Soeharto setelah
berkuasa lebih dari 30 tahun, menandai dimulainya cikal bakal baru dalam sistem Negara
Republik Indonesia. Meskipun kekuasaan Soeharto telah di tumbangkan, reformasi tidak boleh
kehilangan tujuan yang sebenarnya. Reformasi harus terus dilanjutkan untuk mencapai sebuah
tatanan kehidupan Negara yang lebih baik dari sebelumnya, setidaknya melalui pergeseran
sistem pemerintahan dari yang otoriter ke dalam pemerintahan yang demokratis.
Kebijakan reformasi di bidang hukum, khususnya di bidang ketatanegaraan selanjutnya
di arahkan untuk melakukan perubahan Undang-Undanng Dasar Tahun 1945 sebagai landasan
penyelenggaraan Negara.. secara lengkap di atur melalui ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat (TAP-MPR) RI No.IV/MPR/1999 tentang GBHN. Dalam TAP-MPR tersebut
mengungkapkan kesadaran MPR bahwa berdasarkan muatan materi yang ada dalam UUD 1945
sangat memungkinkan terjadi penyelenggaraan peerintahaan yang inkonstitusional. Perubahan
tentang UUD 1945 merupakan gambaran awal tentang kondisi reformasi yang mencita citakan
Negara hukum yang demokratis. Di dalam perubahan UUD 1945 kekuasaan presiden di batasi
agar tidak melakukan penyimpangan kekuasaan melalui pembuatan suatu UU. Oleh sebab itu,
pengujian UU merupakan wacana yang penting dan dilaksanakan melalui suatu kelembagaan
baru yaitu Mahkamah Konstitusi.1
Sejarah berdirinya lembaga Mahkamah Konstitusi (MK) diawali dengan diadopsinya ide
MK (Constitutional Court) dalam amandemen konstitusi yang dilakukan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada tahun 2001 sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan
Pasal 24 ayat (2), Pasal 24C, dan Pasal 7B Undang-Undang Dasar 1945 hasil Perubahan Ketiga
yang disahkan pada 9 Nopember 2001. Ide pembentukan MK merupakan salah satu
1

Himawan Estu Bagijo, 2014, Negara Hukum dan Mahkamah Konstitusi (Perwujudan Negara Hukum yang
Demokratis Melalui Wewenang Mahkamah Konstitusi dalam Pengujian Undang-Undang), Cet. II, Laksbang
Grafika, Yogyakarta, h.2.

perkembangan pemikiran hukum dan kenegaraan modern yang muncul di abad ke-20. Setelah
disahkannya Perubahan Ketiga UUD 1945 maka dalam rangka menunggu pembentukan MK,
MPR menetapkan Mahkamah Agung (MA) menjalankan fungsi MK untuk sementara
sebagaimana diatur dalam Pasal III Aturan Peralihan UUD 1945 hasil Perubahan Keempat.DPR
dan Pemerintah kemudian membuat Rancangan Undang-Undang mengenai Mahkamah
Konstitusi. Setelah melalui pembahasan mendalam, DPR dan Pemerintah menyetujui secara
bersama UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi pada 13 Agustus 2003 dan
disahkan oleh Presiden pada hari itu (Lembaran Negara Nomor 98 dan Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4316). Dua hari kemudian, pada tanggal 15 Agustus 2003, Presiden melalui
Keputusan Presiden Nomor 147/M Tahun 2003 hakim konstitusi untuk pertama kalinya yang
dilanjutkan dengan pengucapan sumpah jabatan para hakim konstitusi di Istana Negara pada
tanggal 16 Agustus 2003. Lembaran perjalanan MK selanjutnya adalah pelimpahan perkara dari
MA ke MK, pada tanggal 15 Oktober 2003 yang menandai mulai beroperasinya kegiatan MK
sebagai salah satu cabang kekuasaan kehakiman menurut ketentuan UUD 1945
Konstitusi merupakan sesuatu yang sangat penting bagi setiap bangsa dan negara, baik
yang sudah lama merdeka maupun yang baru saja memperoleh kemerdekaannya. Istilah
konstitusi berasal dari kata kerja constituer dalam bahasa Perancis yang berarrti membentuk;
jadi konstitusi berarti pembentukan. Dalam hal ini yang dibentuk adalah suatu negara maka
konstitusi mengandung permulaan dari segala macam peraturan pokok mengenai sendi-sendi
pertama untuk menegakan bangunan besar yang bernama negara. Istilah konstitusi sebenarnya
tidak dipergunakan untuk menunjuk kepada satu pengertian saja. Dalam praktek, istilah
konstitusi sering digunakan dalam beberapa pengertian. Di Indonesia selain dikenal istilah
konstitusi juga dikenal istilah undang-undang dasar. Demikian juga di Belanda, disamping
dikenal istilah groundwet (undang-undang dasar) dikenal pula istilah constitutie. Konstitusi
dan undang-undang dasar seringkali memiliki batasan yang berbeda sungguhpun keduanya
sama-sama menunjuk pada pengertian hukum dasar.2 Secara umum konstitusi menunjuk pada
pengertian hukum dasar tidak tertulis, sedangkan undang-undang dasar menunjuk pada
pengertian hukum dasar tertulis.

Abu Daud Busroh, 2009, Ilmu Negara, Cet.VI, Bumi Aksara, Jakarta, h.88.

Konstitusi memiliki fungsi untuk mengorganisir kekuasaan agar tidak dapat digunakan
secara paksa dan sewenang-wenang. Didalam gagasan konstitusionalisme, konstitusi atau
undang-undang dasar tidak hanya merupakan suatu dokumen yang mencerminkan penelusuran
atas hubungan-hubungan kekuasaan, seperti antara eksekutif legislative dan yudisial. Akan tetapi
dalam, dalam gagasan konstitusionalisme, konstitusi atau UUD dipandang sebagai suatu lembaga
yang mempunyai suatu fungsi khusus, yaitu membatasi kekuasaan di satu pihak dengan
melakukan pertimbangan kekuasaan antara eksekutif, parlemen, dan peradilan.
Tinjauan terhadap pengertian konstitusi di atas menampakkan konstitusi sebagai
perwujudan dari hukum tertinggi yang harus di patuhi oleh Negara dan pejabat-pejabat
pemerintah sesuai dengan dalil pemerintah berdasarkan Undang-Undang, bukan perorangan.
Negara yang menganut gagasan ini dinamakan constitusional states (Negara Konstitusional).
Lalu bagaimanakah suatu negara yang memiliki konstitusi yang layak (otomatis) dapat dikatakan
sebagai Negara konstitusional.

BAB II
PERMASALAHAAN

2.1 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Fungsi, Wewenang dan sistem Keanggotaan Mahkamah Konstitusi ?

2. Bagamanakah Suatu Negara yang Memiliki Konstitusi yang Layak (otomatis) Dapat
Dikatakan Sebagai Negara Konstitusional ?

BAB III
PEMBAHASAAN

3.1 Fungsi, Wewenang dan Sistem Keanggotaan Mahkamah Konstitusi


Sebagai sebuah lembaga yang dijadikan sebagai pelindung konstitusi MK mempunyai
beberapa fungsi yang meliputi:
a. Sebagai penafsir
konstitusi KC Wheare menyatakan bahwa fungsi seorang hakim adalah memutus perkara
apakah hukum itu. Konstitusi tak lain merupakan sebuah aturan hukum. Sehingga konstitusi
merupakan wilayah kerja seorang hakim. Hakim MK dalam menjalankan kewenangannya dapat
melakukan penafsiran terhadap konstitusi. Hakim dapat menjelaskan makna kandungan kata atau
kalimat, menyempurnakan atau melengkapi, bahkan membatalkan sebuah undang-undang jika
dianggap bertentangan dengan konstitusi.
b. Sebagai penjaga hak asasi manusia
Konstitusi sebagai dokumen yang berisi perlindungan hak asasi manusia merupakan
dokumen yang harus dihormati. Konstitusi menjamin hak-hak tertentu milik rakyat. Apabila
legislatif maupun eksekutif secara inkonstitusional telah mencederai konstitusi maka MK dapat
berperan memecahkan masalah tersebut.
c. Sebagai pengawal konstitusi
Istilah penjaga konstitusi tercatat dalam penjelasan Undang-Undang No 24 Tahun 2003
tentang Mahkamah Konstitusi yang biasa disebut dengan the guardian of constitution. Menjaga
konstitusi dengan kesadaran hebat yang menggunakan kecerdasan, kreativitas, dan wawasan
ilmu yang luas, serta kearifan yang tinggi sebagai seorang negarawan.
d. Sebagai penegak demokrasi
Demokrasi ditegakkan melalui penyelenggaraan pemilu yang berlaku jujur dan adil. MK
sebagai penegak demokrasi bertugas menjaga agar tercitanya pemilu yang adil dan jujur melalui
kewenangan mengadili sengketa pemilihan umum. Sehingga peran MK tak hanya sebagai
lembaga pengadil melainkan juga sebagai lembaga yang mengawal tegaknya demokrasi di
Indonesia.

Sebagai sebuah lembaga negara Mahkamah konstitusi diberikan kewenangan oleh


konstitusi. Kewenangan tersebut antara lain:
a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
b. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
c. memutus pembubaran partai politik;
d. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum;
e. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau
perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil
Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Putusan-putusan dalam perkara-perkara yang berkaitan dengan kelima jenis kewenangan
Mahkamah Konstitusi tersebut pada pokoknya merupakan wujud konkrit dari fungsi pengawalan
dan penafsiran yang dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi terhadap hukum dasar UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Keanggotaan mahkamah konstitusi di uraikan sebagai berikut :
1. Pemilihan
Hakim konstitusi diajukan masing-masing 3 dari mahkamah agung 3 dari DPR dan 3 dari
presiden dan ditetapkan dengn keputusan presiden. Keputusan presiden tersbut paling lama
diberikan 7 hari setelah pengajuan kepada presiden diterima. Pencalonan hakim konstitusi secara
transparan dan partisipatif. ( UUD 1945 Pasal 24C ayat 3 dan UU No. 24 tahun 2003 pasal 18
dan 19 ).

2. Syarat kenggotaan
Hakim konstitusi harus memiliki syarat antara lain :
a. Memiliki intergitas dan kepribadian yang tidak tercela

b. Adil.
c. Negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan.
Selain itu agar dapat diangkat sebagai hakim konstitusi harus memenuhi syarat antara
lain:
a. Warga negara Indonesia.
b. Berpendidikan sarjana hukum.
c. Berusia sekurang-kurangnya 40 tahun saat diangkat.
d. Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana karena melakukan tindakan pidana yang dijatuhi
hukuman 5 tahun penjara.
e. Tidak sedang dinyatakan pailit oleh pengadilan
f. Mempunyai pengalaman kerja didalam bidang hukum sekurang-kurangnnya 10 tahun. (
UUD 1945 Pasal 24C ayat 5 dan UU No.24 tahun 2003 pasal 15 dan 16 ).
3. Pemberhentian
Hakim konstitusi dapat diberhentikan dengan 2 cara yakni secara terhormat dan tidak
hormat. Hakim konstitusi diberhentikan dengan hormat apabila :
a. Meninggal dunia.
b. Mengundurkan diri atas kemauannya sendiri.
c. Telah berusia 67 tahun.
d. Telah berakhir masa jabatannya.
e. Tidak sehat jasmani atau rohani secara terus menerus dengan keterangan dokter.
Selain itu disebutkan bahwa hakim konstitusi dapat diberhentikan dengan tidak hormat
apabila :
a. Dijatuhi pidana oleh pengadilan sekurang-kurangnnya 5 athun penjara.
b. Melakukan tindakan tercela.
c. Tidak mengahdiri rapat 5 kali berturut-turut tanpa alasan yang sah.
d. Melanggar sumpah atau janji.
e. Dengan sengaja mengahmbat pengambilan keputusan MK.
f. Melanggar larangan.

g. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai hakim konstitusi. ( UUD 1945 Pasal 24C ayat 6 dan
UU No. 24 tahun 2003 ayat 23 )
4. Masa Jabatan
Hakim kostitusi memiliki waktu jabatan selama 5 tahun dan dapat dipilih kembali dalam
1 kali masa jabatan. ( UUD 1945 Pasal 24C ayat 6 dan UU No.24 tahun 2003 pasal 22 ).
5. Tugas dan wewenang anggota
a. Menggali,mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup
dalam masyarakat.
b. Mengikuti setiap sidang musyawarah mahkamah konstitusi. ( UU No. 24 tahun 2003
pasal 45 ayat 5 )
3.2 Syarat-Syarat Suatu Negara di Katakan Negara Konstitusional
Prinsip dari Negara konstitusional yang terbangun oleh suatu ide tunggal bahwa
organisasi Negara konstitusional melayani otoritas yang otonom secara politik dan terbentuk
dalam satu sistem hukum sebagai suatu asosiasi yang bebas dan setara di depan hukum. Secara
spesifik, Negara Konstitusional di satu sisi mempunyai kapasitas kekuasaan komunikatif yang
terbangun secara rasional dan muncul dalam ekspresi politik dan program-program hukum. Di
sisi lain, Negara konstitusioal harus membiarkan kekuasaan komunikatif bersirkulasi dalam
masyarakat melalui aplikasi implementasi administrati program-program hukum.
Setiap Negara memiliki Konstitusi sebagai hukum dasar, tetapi tidak semua Negara
memiliki Undang-undang Dasar. Inggris misalnya tetap disebut sebagai Negara konstusional
meskipun tidak memiliki undang-undang dasar. Konstitusi Inggris tersebar dalam berbagai
dokumen misalnya; Magna Charta (1215), Bill of Rights (1689) dan Parliament Act (1911).
Apakah setiap Negara yang memiliki konstitusi secara otomatis (layak) disebut Negara
konstitusional? Jawabannya ialah tidak cukup hanya memiliki konstitusi, tetapi Negara yang
bersangkutan harus menganut gagasan tentang Konstitusionalisme.
Konstitusionalisme merupakan gagasan bahwa dalam konstitusi setiap Negara harus
mampu memberikan batasan kekuasaan pemerintahan serta memberikan perlindungan terhadap
hak-hak dasar (HAM) warga Negara. Dengan kata lain meskipun suatu Negara memiliki
konstitusi tetapi mengabaikan dua hal tersebut maka bukan Negara konstitusional. Jadi Negara

konstitusional bukanlah semata-mata Negara yang telah memiliki konstitusi, tetapi perlu
dipertanyakan lagi apakah konstitusi Negara tersebut memuat (berisi) pembatasan atas kekuasaan
dan jaminan akan hak-hak dasar warga negaranya. Dengan demikian Negara konstitusional
bukan sekedar konsep formal, tetapi juga memiliki makna normatif. Pemerintahan konstitusional
berarti lebih dari pemerintahan menurut ketentuan-ketentuan konstitusi. Itu berarti pemerintahan
yang dibatasi oleh keinginan dan oleh ketentuan-ketentuan konstitusi, bukan pemerintahan yang
hanya dibatasi oleh keinginan dan kapasitas orang-orang yang mempunyai kekuasaan.
Berikut ini yaitu Syarat dan Ciri Konstitusi :
Pada umumnya suatu konstitusi berisi 3 (tiga) hal pokok, yakni :
1) Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negaranya;
2) Ditetapkan susunan ketatanegaran suatu Negara yang bersifat fundamental;
3) Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan.
Ada 6 (enam) ciri yang harus ditegaskan dalam sebuah konstitusi :
1) Adanya public authority.
2) Pelaksanaan kedaulatan rakyat (melalui perwakilan) harus dilakukan dengan menggunakan
prinsip universal and equal suffrage dan pengangkatan eksekurtif melalui peemilihan yang
demokratis.
3) Pemisahan atau pembagian kekuasaan serta pembatasan wewenang.
4)

Adanya kekuasaan kehakiman yang mandiri yang dapat menegakkan hukum dan keadilan

baik terhadap rakyat maupun pemerintah/penguasa.


5)

Adanya sistem kontrol terhadap militer san kepolisian untuk meneegakkan hokum dan

menghormati hak-hak rakyat.


Untuk mewujudkan suatu pemerintahan yang baik, penyelenggaraan bernegara perlu
diatur dan dituangkan dalam suatu konstitusi. Sebab tanpa aturan, penyelengaraan bernegara
cenderung disalahgunakan. Ingat hukum besi kekuasaan; power tends corrupt, absolute power
corrupts absolutely. Konstitusionalisme adalah suatu gagasan/paham yang menyatakan bahwa
suatu konstitusi/undang-undang dasar harus memiliki fungsi khusus yaitu membatasi kekuasaan
pemerintah dan menjamin hak-hak warga negara. Konstitusi yg berpaham konstitusionalisme

bercirikan bahwa konstitusi itu isinya berisi pembatasan atas kekuasaan dan jaminan terhadap
hak-hak dasar warga negara. Adalah negara yang berdasar atas suatu konstitusi/ memiliki
konstitusi sebagai dasarnya bernegara. Disamping itu konstitusi negara tersebut haruslah memuat
gagasan mengenai konstitusionalisme.
Dengan demikian tidak setiap negara yang berdasar/memiliki konstitusi dinamakan
negara konstitusional. Perlu memiliki syarat bahwa konstitusi di negara tersebut bersifat
konstitusionalisme. Banyak negara yang memiliki konstitusi (UUD) tetapi belum tentu menganut
konstitusionalisme. Konstitusionalisme di zaman sekarang dianggap sebagai suatu konsep yang
niscaya bagi setiap negara modern. Seper-ti dikemukakan oleh C.J. Friedrich sebagaimana
dikutip di atas, constitutionalism is an institutionalized system of effective, regularized
restraints upon governmental action. Basis pokoknya adalah kesepa-katan umum atau
persetujuan (consensus) di antara mayo-ritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan
berkenaan dengan negara.
Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalis-me di zaman modern pada
umumnya dipahami bersandar pada tiga elemen kese-pakatan (consensus), yaitu: Kesepakatan
tentang tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of society or general acceptance of the
same philosophy of government). Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan
pemerintahan atau penyelenggaraan negara (the basis of government). Kesepakatan tentang
bentuk institusi-institusi dan prose-dur-prosedur ketatanegaraan (the form of institutions and
procedures). Kesepakatan (consensus) pertama, yaitu berkenaan de-ngan cita-cita bersama sangat
menentukan tegaknya konsti-tusi dan konsti-tusionalisme di suatu negara.

BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

1. Mahkamah Konstitusi memiliki fungsi sebagai penafsir, sebagai penjaga hak asasi
manusia, sebagai pengawal konstitusi, sebagai penegak demokrasi. lebih lanjut
mahkamah konstitusi mempunyai wewenang yaitu menguji undang-undang terhadap
UUD 45 ,memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD 45, memutus pembubaran partai politik, memutus perselisihan
tentang hasil pemilihan umum. Sedangkan sistem keanggotaan mahkamah konstitusi
Hakim konstitusi diajukan masing-masing 3 dari mahkamah agung 3 dari DPR dan 3 dari
presiden dan ditetapkan dengn keputusan presiden. Keputusan presiden tersbut paling
lama diberikan 7 hari setelah pengajuan kepada presiden diterima.

2. Setiap Negara yang memiliki konstitusi tidak secara otomatis (layak) disebut Negara
konstitusional karena negara tidak cukup hanya memiliki konstitusi, tetapi Negara yang
bersangkutan harus menganut gagasan tentang Konstitusionalisme. Konstitusionalisme
merupakan gagasan bahwa dalam konstitusi setiap Negara harus mampu memberikan
batasan kekuasaan pemerintahan serta memberikan perlindungan terhadap hak-hak dasar
(HAM) warga Negara. Dengan kata lain meskipun suatu Negara memiliki konstitusi
tetapi mengabaikan dua hal tersebut maka bukan Negara konstitusional. Jadi Negara
konstitusional bukanlah semata-mata Negara yang telah memiliki konstitusi,

4.2 Saran

1. Dalam era sekarang banyak hakim Mahkamah Konstitusi yang terjerat kasus suap, seperti
suap kasus pemilu dan lain-lain. Nantinya dikemudian hari diharapkan peran pemerintah
agar dalam menyeleksi hakim-hakim yang hendak menjadi hakim mahkamah konstitusi
dengan melibatkan KPK, agar nantinya mahkamah konstitusi bersih dari segala korupsi.

2. Indonesia yang merupakan Negara konstitusional harus sangat menekankan perlindungan


terhadap hak hak dasar (HAM) warga neagara., karena agar dikatakan Negara
konttitusional Indonesia harus mampu memberikan batasan kekuasaan pemerintahan
serta memberikan perlindungan terhadap hak-hak dasar (HAM) warga Negara.

Daftar Pustaka

Himawan Estu Bagijo, 2014, Negara Hukum dan Mahkamah Konstitusi (Perwujudan Negara Hukum
yang Demokratis Melalui Wewenang Mahkamah Konstitusi dalam Pengujian Undang-Undang),
Cet. II, Laksbang Grafika, Yogyakarta,

Abu Daud Busroh, 2009, Ilmu Negara, Cet.VI, Bumi Aksara, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai