Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kelas
Tanggal Percobaan
Disusun Oleh :
: 1. Frasenda Transailluna
2. Muhammad Fachri Suryapraja
3.
:F
: 22 November 2014
Asisten
: 1. Risa R, S. Si
Disusun oleh
(0651 14 191)
(0651 14 193)
2. Neneng Sartika
3. Egi Yuliaty
LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
BOGOR
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi yang Maha Esa yang telah menolong kami dalam menyelesaikan
laporan FISIKA ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik.
Laporan FISIKA ini di susun agar pembaca dapat memperluas Ilmu tentang Gesekan
Pada Bidang Miring yang kami sajikan dari berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Laporan FISIKA ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang
dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun, dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya laporan FISIKA ini dapat terselesaikan.
Laporan FISIKA ini memuat tentang Gesekan Pada Bidang Miring, walaupun laporan
FISIKA ini mungkin kurang sempurna, tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi
pembaca.
Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada asisten dosen yang telah
membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun laporan.
Semoga laporan FISIKA ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.Walaupun laporan FISIKA ini, memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
mohon saran dan kritiknya. Terimakasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Tujuan percobaan
Dengan dilakukannya percobaan ini, maka mahasiswa dapat mencari koefisien
gesekan statis dan kinetis, percepatan dan kecepatan benda yang bergerak meluncur pada
bidang miring.
Gaya gesek kinetis (atau dinamis) terjadi ketika dua benda bergerak relatif satu sama
lainnya dan saling bergesekan. Koefisien gesek kinetis umumnya dinotasikan dengan k dan
pada umumnya selalu lebih kecil dari gaya gesek statis untuk material yang sama.
Yang memperngaruhi gaya gesek adalah sebagai berikut :
1. Koefisien gesekan ( ) adalah tingkat kekasaran permukaan yang bergesekan. Makin kasar
kontak bidang permukaan yang bergesekan makin besar gesekan yang ditimbulkan.
Jika bidang kasar sekali , maka = 1.
Jika bidang halus sekali , maka = 0.
2. Gaya normal (N) adalah gaya reaksi dari bidang akibat gaya aksi dari benda. Makin besar
gaya normalnya makin besar gesekannya.
Cara merumuskan gaya normal adalah dengan memakai persamaan hukum I Newton,
yaitu ;
Benda di atas bidang datar ditarik gaya mendatar N = w = m.g
Benda di atas bidang datar ditarik gaya membentuk sudut
Benda di atas bidang miring membentuk sudut
Jika Sebuah benda yang terletak pada bidang datar dan tidak ada gaya yang kita
berikan pada benda tersebut maka akan terjadi kesetimbangan antara gaya-gaya benda (W)
tersebut dengan gaya reaksi yang dilakukan oleh permukaan yang arahnya berlawanan
dengan gaya berat benda, gaya ini dikenal sebagai gaya normal (N). Untuk lebih jelasnya
perhatikan gambar a.
Gambar a
Apabila bidang datar tersebut sedikit demi sedikit dimiringkan maka pada benda
bekerja yang disebabkan oleh komponen gaya berat yang arahnya ke bawah. Sebagai
reaksinya persentuhan antara benda dengan bidang miring timbul gaya reaksi berupa gaya
gesek. Gaya gesek antara dua buah benda padat terbagi dua, yaitu gaya gesek statis dan dan
gaya gesek kinetis. Bekerjanya gaya gesek ini dapat dilihat pada gambar b.
Ketika sudut kemiringan masih kecil sehingga besarnya gaya gesek masih besar dari
gaya ke bawah, maka benda tetap diam. Tetapi jika sudut diperbesar maka suatu ketika gaya
gesek (Ggesek) akan sama dengan gaya ke bawah.
1. Fgesek=
W
sin
(1)
W = gaya berat benda
= sudut kemiringan
Gaya gesek yang bekerja sejak bidang datar mulai dimiringkan hingga benda saat akan
bergerak dikenal dengan gaya gesek statis. Besarnya gaya gesek statis ini.
2. Fgesek statis= s.N ..
(2)
s= koefisien gesek statis
N = gaya normal = W cos
Pada saat benda akan bergerak, F
gesek statis
mencapai nilai maksimum. Dengan menggabungkan rumus (1) dan rumus (2), maka :
3. s= W sin = W sin = tg ...................................................................................(3)
N
W cos
s akan semakin besar jika permukaan benda makin kasar. Sebaliknya s semakin kecil jika
permukaan semakin halus atau licin. Apabila sudut kemiringan diperbesar lagi maka benda
akan meluncur ke bawah, permukaan benda dengan permukaan bidang akan menimbulkan
gaya gesek kinetis dan besar gaya ini adalah : 4.
4. Fgesek
kinetis=
k.N
..
.(4)
k = koefisien gesek kinetis
5. F = W sin - k . N
= m . g sin - k. m.g cos
Menurut hukum Newton II, F = m.a
Jadi, m.a = s sin - k . m.g cos
6.
k = g sin a
g cos
7. a= 2 St
8. Kecepatan benda saat mencapai ujung bidang luncur adalah :
V=a.t
1.2.2. Hubungan antara Gaya Gesek dengan Hukum Newton 1 dan Hukum Newton 2.
Hukum pertama Newton menyatakan bahwa sebuah benda dalam keadaaan diam atau
bergerak dengan kecepatan konstan akan tetap diam atau akan terus bergerak dengan
kecepatan kostan kecuali ada gaya eksternal yang berkerja pada benda itu. Kecenderungan
yang digambarkan dengan mengatakan bahwa benda mempunyai kelembaman.
Pada Hukum pertama dan kedua Newton dapat dianggap sebagai definisi gaya. Gaya
adalah suatu pengaruh pada sebuah benda yang menyebabkan benda mengubah
kecepatannya, artinya, dipercepat. Arah gaya adalah percepatan yang disebabkan jika gaya itu
adalah satu-satunya gaya yang bekerja pada benda tersebut. Besaran gaya adalah hasil kali
massa benda dan besaran percepatan yang dihasilkan gaya.
Sedangkan Massa adalah sifat instrinsik sebuah benda yang mengukur resistansinya
terhadap percepatan.
F = m.a
Hukum kedua Newton menetapkan hubungan antara besaran dinamika gaya dan massa
dan kinematika percepatan, kecepatan dan perpindahan. Hal ini bermanfaat karena
memungkinkan menggambarkan aneka gejala fisika yang luas dengan menggunakan sedikit
hukum gaya yang relative mudah.
BAB II
ALAT DAN BAHAN
2.1.
2.2.
BAB III
METODA KERJA
Adapun beberapa prosedur yang harus dilakukan sebelum melakukan percobaan, antara lain :
1. Mengukur keadaan ruang sebelum dilaksanakan nya praktikum .
2. Pemberat (balok kayu) yang akan digunakan ditimbang menggunakan neraca
OHauss.
3. Satu set bidang miring diletakkan diatas meja praktikum.
4. Alat dan bahan segera disusun untuk melakukan percobaan.
Setelah prosedur diatas tersebut dilakukan barulah dapat dilakukan nya percobaan,
langkah awal metode percobaan yaitu untuk mengetahui alas , tinggi dan waktu.
1. Diletakkan balok di atas bidang luncur pada tempat yang sudah diberi tanda. Ukur
panjang lintasan yang akan dilalui oleh benda (St).
2. Diangkat bidang luncur perlahan-lahan hingga balok pada kondisi akan meluncur.
Diukur posisi vertikal (y) dan horizontal (x) balok.
3. Diangkat bidang luncur sedikit ke atas lagi hingga balok meluncur. Dengan
menggunakan stopwatch diukur waktu yang diperlukan balok selama meluncur
sepanjang lintasan tadi.
4. Diulangi poin 1 sampai 3 masing-masing sebanyak 1 kali lagi untuk balok A dan
balok B.
5. Dihitung :
a. panjang lintasan yang dilalui balok (r)
b. sudut-sudutnya (sin , cos , dan )
c. koefisien gesek statis (s)
d. koefisien gesek kinetis (k)
e. percepatan (a)
f. kecepatan balok saat mencapai ujung bawah bidang luncur (v)
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1.
Data Pengamatan
Berdasarkan data percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan tanggal 22 November 2014, maka
dapat dilaporkan hasil sebagai berikut.
Keadaan ruangan
Sebelum percobaan
Sesudah percobaan
P (cm)Hg
75,5
75,5
T (oC)
26
26
C (%)
74 %
73 %
Balok A
Massa : 114,5 gram
Panjang lintasan (St) : 100 cm
No
1
2
X
x
x (cm) y (cm)
44,1
24,9
48,9
25,0
46,5
24,95
R (cm)
50,64
54,92
52,78
t (s)
1,38
1,86
1,62
sin
0,49
0,45
0,47
cos
0,87
0,89
0,88
s
0,56
0,50
0,53
k
0,44
0,44
0,44
a (cm/s) v (cm/s)
105,01
144,9
57,97
107,8
81,49
126,35
29,34
26,74
28,04
t (s)
1,02
1,20
1,11
sin
0,48
0,52
0,5
cos
0,87
0,85
0,86
s
0,55
0,61
0,58
k
0,33
0,44
0,385
a (cm/s) v (cm/s)
192,2
196,04
138,9
166,6
165,4
181,3
28,7
31,3
30
Balok B
Massa : 108,5 gram
Panjang lintasan (St) : 100 cm
No
1
2
X
x
x (cm) y (cm)
45,6
25,5
42,7
26,1
44,15
25,8
R (cm)
52,24
50,04
51,14
4.2. Perhitungan
4.2.1 Balok A
a.
1.1
1.2
b.
1.1
sin = y
r
= 24,9
50,64
= 0,49
c.
1.1
cos = x
r
= 44,1
50,64
= 0,87
cos = x
r
= 48,9
54,92
= 0,89
1.2
d.
1.1
1.2
sin = y
r
= 25
54,92
= 0,45
1.2
= 2. 100
1,86
= 57,97 cm/s
e.
1.1
1.2
1.2
k = g . sin a
g . cos
k = 980 . 0,45 57,97
980 . 0,89
= 383,03
872,2
= 0,44
g.
1.1
v=a.t
= 105,01 . 1,38
= 144,9 cm/s
v=a.t
= 57,97 . 1,86
= 107,8 cm/s
1.2
h.
f.
1.1
1.1
1.2
4.2.2 Balok B
a.
2.1
2.2
sebagai berikut :
= shift sin
= shift 0,49
= 29,34
= shift sin
= shift 0,45
= 26,74
= 52,24 cm
R = x + y
R = 42,7 + 26,1
= 50,04 cm
b.
2.1
sin = y
r
= 25,5
52,24
= 0,48
sin = y
r
= 26,1
50,04
= 0,52
2.2
c.
2.1
cos = x
r
= 45,6
52,24
= 0,87
cos = x
r
= 42,7
50,04
= 0,85
2.2
d.
2.1
2.2
e.
2.1
2.2
s = sin
cos
= 0,52
0,85
= 0,61
f.
2.1
2.2
k = g . sin a
g . cos
k = 980 . 0,52 138,8
980 . 0,85
= 370,8
833
= 0,44
g.
2.1
v=a.t
= 192,2 . 1,02
= 196,04 cm/s
v=a.t
= 138,8 . 1,20
= 166,6 cm/s
2.2
h.
2.1
2.2
sebagai berikut :
= shift sin
= shift 0,48
= 28,7
= shift sin
= shift 0,52
= 31,3
BAB V
PEMBAHASAN
Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah kecenderungan
benda akan bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah benda bersentuhan. Benda-benda
yang dimaksud di sini tidak harus berbentuk padat, melainkan dapat pula berbentuk cair,
ataupun gas. Gaya gesek merupakan akumulasi interaksi mikro antar kedua permukaan yang
saling bersentuhan. Gaya-gaya yang bekerja antara lain adalah gaya elektrostatik pada
masing-masing permukaan. Dulu diyakini bahwa permukaan yang halus akan menyebabkan
gaya gesek (atau tepatnya koefisien gaya gesek) menjadi lebih kecil nilainya dibandingkan
dengan permukaan yang kasar.
Dalam praktikum kali ini yaitu menentukan koefisien gesek bahan , yang diukur
koefisien gesek statis (s) dan kinetis (k) pada balok yang didapatkan hasil tabel seperti
diatas. Dalam percobaan kali ini menentukan koefisien gesek statis dan koefisien gesek
kinetis pada balok dengan landasan kayu.Berdasarkan percobaan tersebut dapat diketahui
bahwa koefisien gesek statis lebih besar dari pada gaya gesek kinetis.Balok kayu yang
digunakan adalah balok kayu yang memiliki massa yang berbeda, balok kayu A lebih berat
dari balok kayu B sehingga mempengaruhi percepatan dan kecepatan pada saat balok tersebut
meluncur terhadap bidang miring.
Permukaan bidang yang kasar akan membuat gesekan semakin besar sehingga
kecepatan laju balok sedikit lambat atau lebih cepat balok yang permukaannya licin atau
halus, pada saat mendorong benda secara terus-menerus maka akan muncul fs (arah gaya
gesek) yang membesar sampai benda itu tepat bergerak, setelah benda bergerak, gaya gesek
menurun sampai mencapai nilai yang tepat, keadaan itu dikenal dengan gaya gesek kinetis.
Maka gesekan kinetis akan besar ketika sedut kemiringan itu rendah, sedang semakin tinggi
gaya gesek semakin kecil.
Maka percepatannya akan berbeda antara balok yang beratnya ringan dengan yang lebih
berat. Sebab massa juga mempengaruhi kecepatan dan gaya. Seperti pada Hukum Newton 2
F = m. a
Dari rumus tersebut dapat dibuktikan bahwa massa dan percepatan berbanding lurus.
Pada sudut kemiringan bidangnya lebih besar benda yang lebih berat dikarenakan terjadi
tekanan pada bidang miring dengan berat benda yang menyebabkan hambatan, sedangkan
benda yang lebih ringan akan mengalami tekanan pada bidang lebih kecil, yang
menghasilkan sudut kemiringan lebih kecil pula.
Percepatan (a) berbanding terbalik dengan jumlah massa balok dan massa beban
pemberat (m1+m2). Dalam sistem ini massa balok tetap, sehingga percepatan berbanding
terbalik dengan massa beban pemberat. Maka waktu yang dibutuhkan beban pemberat untuk
sampai ke lantai (t) juga berbanding terbalik dengan massa beban pemberat. Artinya semakin
besar massa beban pemberat maka semakin kecil waktu yang dibutuhkan beban pemberat
untuk sampai ke lantai. Sebaliknya, semakin kecil massa beban pemberat maka semakin
besar waktu yang dibutuhkan beban pemberat untuk sampai ke lantai.
Jadi gaya normal dipengaruhi oleh besarnya sudut . Semakin besar gaya normal akan
semakin kecil yang digunakan, dan sebaliknya. Sehingga semakin besar gaya normal,
semakin besar gaya gesekan yang terjadi.
BAB VI
KESIMPULAN
Dari percobaan, pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut.
1. Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah kecenderungan
benda akan bergerak.
2. Faktor-fator yang mempengaruhi gaya gesek statis diantaranya sudut kemiringan dan
sifat permukaan bidang miring.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya gesek kinetis adalah massa maupun beban
karena sebagai gaya tarik / dorong, sudut kemiringan serta sifat permukaan.
LAMPIRAN
Tugas Akhir
1.
2.
2.
Apa yang dapat anda simpulkan hubungan antara kekasaran balok (koefisien gesek statis)
dengan sudut kemiringan bidang luncur.
Jika dua balok yang beratnya berbeda tetapi kekasarannya sama, apa yang dapat anda
simpulkan mengenai:
a. Sudut kemiringan bidangnya
b. Percepatan (pada yang sama)
c. Kecepatan pada jarak tempuh dan waktu yang sama. Perkuat pendapat anda dengan
rumus-rumus yang berlaku pada teori.
Jawab
1. Permukaan bidang yang kasar akan membuat gesekan semakin besar sehingga kecepatan laju
balok sedikit lambat atau lebih cepat balok yang permukaannya licin atau halus, pada saat
mendorong benda secara terus-menerus maka akan muncul fs (arah gaya gesek) yang
membesar sampai benda itu tepat bergerak, setelah benda bergerak, gaya gesek menurun
sampai mencapai nilai yang tepat, keadaan itu dikenal dengan gaya gesek kinetis. Maka
gesekan kinetis akan besar ketika sedut kemiringan itu rendah, sedang semakin tinggi gaya
gesek semakin kecil
a. Sudut kemiringan bidangnya lebih besar benda yang lebih berat dikarenakan terjadi tekanan
pada bidang miring dengan berat benda yang menyebabkan hambatan, sedangkan benda yang
lebih ringan akan mengalami tekanan pada bidang lebih kecil, yang menghasilkan sudut
kemiringan lebih kecil pula.
b. Maka percepatannya akan berbeda antara balok yang beratnya ringan dengan yang lebih
berat. Sebab massa juga mempengaruhi kecepatan dan gaya. Seperti pada Hukum Newton 2
F = m. a
Dari rumus tersebut dapat dibuktikan bahwa massa dan percepatan berbanding lurus.
c. Kecepatannya lebih cepat yang ringan, karena berat balok mempengaruhi tekanan balok ke
bidang kasar, sehingga gesekan semakin besar, bisa dihubungkan dengan W = m x g. jadi ada
gravitasi yang mempengaruhi gesekan dan mempengaruhi terhadap kecepatan.
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga
Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I, Terjemahan, Jakarta : Penerbit Erlangga
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A., 2002, Fisika Universitas (terjemahan),Jakarta : Penerbit
Erlangga
Tipler, Paul A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Erlangga. Jakarta
Buku Penuntun Praktikum Fisika Dasar . Universitas Pakuan. Bogor