Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Matematika & Sains, Agustus 2012, Vol.

17 Nomor 2

Pemodelan Temperatur Keluaran Sistem Downhole Heat Exchanger


dengan Metoda Elemen Hingga
Alamta Singarimbun dan Gilang Satria Prayoga
KK Fisika Sistem Kompleks, Program Studi Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung


e-mail: alamta@fi.itb.ac.id
Diterima 3 Oktober 2011, disetujui untuk dipublikasikan 2 Maret 2012
Abstrak
Downhole Heat Exchanger (DHE) merupakan salah satu teknologi untuk memanfaatkan energi panas bumi. Secara
umum DHE terdiri dari pipa berbentuk U yang ditanam secara vertikal di dalam tanah. Ke dalam pipa DHE
dialirkan air dan jika temperatur di bawah tanah cukup tinggi, maka air tersebut akan terpanaskan. Air yang telah
terpanaskan bertemperatur tinggi dapat dimanfaatkan misalnya untuk kebutuhan rumah tangga. Dalam penelitian
ini, kami mengembangkan sebuah model dalam bentuk simulasi numerik untuk memperkirakan temperatur sebagai
keluaran DHE berdasarkan parameter fisik optimal yang mempengaruhi sistem. Sebagai hasilnya, diperoleh kaitan
antara debit air yang dimasukkan dengan temperatur keluaran untuk temperatur masukan tertentu. Juga diperoleh
hasil berupa kaitan antara temperatur masukan dengan temperatur keluaran untuk debit air tertentu. Parameter ini
diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai kontrol untuk parameter keluaran yang diinginkan.
Kata kunci : DHE, Pipa berbentuk U, Simulasi numerik, Output termal, Debit air, Temperatur keluaran, Temperatur
masukan.

A Model for Temperature Estimation as Output of Downhole Heat Exchanger by


Using Finite Element Method
Abstract
Downhole Heat Exchanger (DHE) is one of the technologies for harnessing geothermal energy. DHE generally
consists of a U-shaped pipe planted in the ground vertically. Water is flowed into the DHE pipe and if the
temperature below ground is high enough, then the water will be heated. Water that has been heated by high
temperature can be used for example for household needs. In this research, we develop a model in the form of
numerical simulations to estimate temperature as output of DHE based on the optimal physical parameters that
affect the system. As a result, the relationship between water debit discharge and output is obtained as function of
temperature. The relationship between temperature insert with the water discharge temperature are obtained also
for a specific output. The parameter input can be used as a control for the desired output parameter.
Keywords: DHE, U-shaped, Numerical simulation, Thermal output, Water discharge, Temperature output, Input
temperature.
55 disirkulasikan
1. Pendahuluan
didalamnya.
Air
Downhole
Heat
Exchanger
(DHE)
menyerap panas dari
merupakan suatu sistem penukar panas dengan
reservoir (Lienau, 1984).
menggunakan energi panas bumi. Sistem DHE
Pada sistem DHE tidak
dapat diaplikasikan dalam pengembangan energi
ada fluida atau substansi
panas bumi sektor non-listrik, misalnya untuk
lain dari reservoir yang
beberapa keperluan praktis sehari-hari dalam
digunakan
secara
pengolahan hasil pertanian dan peternakan. Untuk
langsung di permukaan,
beberapa negara tertentu, mereka menggunakannya
hanya kalor atau energi
sebagai sumber air panas yang dialirkan ke rumahpanasnya yang diambil.
rumah penduduk. DHE biasa digunakan sebagai
Tahap perpindahan panas
sumber panas dalam penghangat ruangan seperti
pada sistem DHE adalah
rumah, kantor, sekolah, atau ruangan yang terletak
sebagai berikut: muladi area dimana di bawahnya terdapat reservoir
mula air dari permukaan
dengan kedalaman rendah dan bertemperatur sedang
dialirkan melalui pipa ke
yaitu antara 60 hingga 150 oC (Tago, 2006).
bawah permukaan bumi.
Sistem DHE terdiri dari pipa berbentuk "U"
Air yang mengalir di
yang ditanam secara vertikal (lihat Gambar 1). Ke
dalam
pipa
akan
dalam pipa dialirkan fluida, biasanya air, yang
menyerap panas reservoir.

Air di dalam pipa akan mengalir ke luar melalui pipa keluar air dipengaruhi oleh
keluar. Dalam proses ini temperatur air akan mengalamilaju atau debit aliran fluida
penurunan karena bersinggungan dengan dinding-dindingQ (m3 sec-1) dan temperatur
pipa yang temperaturnya lebih rendah. Temperatur yang

masukan fluida.

56
Jurnal Matematika & Sains, Agustus 2012, Vol. 17
Nomor 2
proses
tidak ada reaksi
atau produksi
konduksi, laju
massa di dalam
perubahan
kontrol volume.
energi
dapat
dinyatakan
melalui Hukum
Fourier
(Gregory, 2009)
q k T
dimana q adalah
laju fluks kalor,
k
adalah
konduktivitas
kalor dan T
adalah
temperatur.
Proses
Gambar 1.
konveksi
laju
Konfigurasi pipa U
perubahan
sistem DHE.
dijelaskan
melalui hukum
pendinginan
Perpindahan
yang
panas merupakan dasarNewton
dituliskan
dalam sistem DHE.
Perpindahan
panassebagai :
adalah
perpindahan
q h(Tw Ta )
energi antar material
dengan h adalah
yang disebabkan olehkoefisien
perbedaan temperaturkonveksi
dan
(Bejan,
2003).
Tw Ta adalah
Perpindahan
panas
perubahan
dibagi menjadi tigatemperatur
jenis, yakni konduksi,fluida dengan
konveksi, dan radiasi.zat
padat.
Pada sistem penukarModel
panas DHE, hanyamatematis yang
konduksi dan konveksimenggambarka
yang
berperan.n
dinamika
Konduksi merupakanfluida kontinu
proses
perpindahanadalah
energi antar molekul,persamaan
tanpa
adanyaNavier-Stokes
pergerakan aktual dariyang terdiri dari
molekul
tersebut.tiga persamaan
Perpindahan
panasdasar:
secara
konduksipersamaan
bergantung
kepadakontinuitas,
persamaan
karakteristik medium
momentum, dan
penghantar.
Dalampersamaan
konveksi, perpindahanenergi.
energi
yangTinjaulah
diakibatkan pergerakankontrol volume
makroskopik molekul,pada Gambar 2.
biasanya terjadi padaLaju
fluks
zat cair dan gas.
massa
yang
masuk
ke
Untuk
kontrol
volume
menganalisis
secara
kuantitatif
besaranpada arah x1
energi dalam prosesadalah u1, dan
perpindahan
panas,pada arah x2
diperlukan persamaanadalah
u2.
laju perubahan. UntukDiasumsikan

u
1

hukum
kekekalan
maka
u2 massa,
jumlah
fluks
x2
massa di dalam
u2
x 2 kontrol volume
dengan
... sama
laju perubahan
massa di dalam
kontrol volume,
sehingga
didapat
persamaan
kontinuitas
Navier-Stokes :

kecepatan
sebagai berikut:
ij

Laju perubahan
energi persatuan
waktu di dalam
kontrol volume
didefinisikan
sebagai :
E Q Q

dengan

u
x

gen

2u
3x

(6)

ij
j

(7)

dT

dV

(8a)

QdV

(8b)

dt
in

(u

out

Q Q

xi
t
Dari Persamaan (5)
Laju perubahan massa fungsi
dari
di dalam kontrol
viskositas
volume
dinamik
dan
didefinisikan sebagai
xi xi

in

t
dimana adalah
Gambar 2. Blok
kerapatan massa
kontrol volume fluida. fluida dan ta
adalah waktu.
Dengan
menggunakan
deretSelanjutnya
Taylor dapat ditentukandapat
perubahan fluks massaditurunkan
di
dalam
kontrolperubahan
volume untuk masing-momentum
waktu,
masing arah kecepatansetiap
yaitu
:
i=1,2 :
(u

u2

xi [( ui ) xi

u
x

gen

out

Q dV
gen

Dalam
Persamaan (7),
(8a), (8b), dan
(8c) E adalah
netto perubahan
energi,
sedangkan
subskrib in, out
dan
gen
menunjukkan
perubahan
energi
yang
masuk, ke luar
dan
yang
terakumulasi
dalam
blok
yang

(8c)

Singarimbun dan Prayoga, Pemodelan Temperatur Keluaran Sistem Downhole Heat Exchanger ................. 57
ditinjau. Dengan mensubstitusikan hukum konduksi
Fourier, maka didapat persamaan energi untuk
kontrol volume 2 dimensi sebagai :

dT
dt

k 2

x
1

dimana c adalah kapasitas


konduktifitas panas fluida.

(9)

gen

21

panas,

adalah
minimal
dengan
mengalikan
integrasi
residual dengan suatu
fungsi bobot wi(x);

2. Metodologi dan Pemodelan


Dalam penelitian ini digunakan Elemen HinggaGambar 3. Elemen
(Finite Element) untuk memecahkan persamaan transfersegitiga.
Dengan
energi dan aliran fluida. Metode ini digunakan untuk
menyelesaikan persamaan diferensial parsial dengan mensubstitusikan , ,
1 2
membagi setiap sistem menjadi elemen-elemen dengan
geometri tertentu. Dari elemen-elemen tersebut akan dan 3 , ajan diperoleh
tersusun matriks persamaan linear. Dalam proses fungsi bentuk untuk
penyelesaian elemen hingga diperlukan elemen dengan elemen segitiga.
geometri tertentu beserta fungsi bentuk atau shape
Ti
function, yang merepresentasikan ciri solusi dari setiap
T NiTi N jT j
elemen. Dalam penelitian ini digunakan elemen garis (1NkTk Ni N j Nk
(13)
D) dan elemen segitiga (2-D) dengan fungsi bentuk linear.
Tj

2.1 Elemen segitiga linear

Pada elemen segitiga, interpolasi linear untuk dimana


aproksimasi fungsi tertentu dapat dinyatakan sebagai
N
berikut (Zienkiewicz dkk., 2005):
i
T (x, y) 1 2 x 3 y
(10)
Pada Gambar 3, nilai T pada masing-masing titik adalah:
Ti
Tj 1

2 xi3 yi

(11a)

2 x j3 y j

1
2A x j yk xk y j Ti

(11c)

1
2A y j yk Ti

yk yi T j

(12a)

(12b)

y i y j Tk
1

1
2A xk x j Ti

xi xk T j

x j x i Tk
dengan A adalah luas elemen segitiga.

Tk

1 a bx c
i
2A i

(12c)

1
a b x cjx
2 j j
A

1
ak bk x ck x
2A

dimana fungsi bobot


diganti dengan fungsi
bantu
atau
shape
function dari metode
elemen hingga yang
digunakan
sebagai
aproksimasi.
Dengan
meninjau
persamaan
energi
Navier-Stokes
pada keadaan tunak
serta
menerapkan
metode residual dan
formulasi Galerkin dan
syarat batas Neumann
maka diperoleh:
N k N
k
x

dan

x
ai x j yk xk y j ; bi

xk yi xk yi T j x j yi xi y j Tk
1

Nk

(11b)

Tk 1
2 xk3 yk
yang menghasilkan koefisien-koefisien

Nj

wi (x)R(x)dx 0

a j xk yi xi yk ; b j y
ak xi y j x j yi ; bk y
2.2 Teorema residual
dan formulasi Galerkin
Metode residual
adalah
metode
aproksimasi
untuk
menyelesaikan
persamaan diferensial
dengan
memberikan
nilai bobot pada residual
atau sisa dari persamaan
aproksimasi
(Zienkiewicz
dkk.,
2005).
Formulasi
Galerkin digunakan agar
residual
menjadi

kz
N
k

N
m

z
z
Tm d
GNk d
Nk
qdS
S

N
ky

58
Jurnal Matematika & Sains, Agustus 2012, Vol. 17
Nomor 2
langkah
2:
sistem
DHE,
perhitungan
dilakukan
hN k nm {tekanan,
langkah
3:
S
koreksi
Dengan
menyederhanakan
kecepatan untuk
berdasarkan koefisien Tmun+1 dan vn+1,
4:
N langkah
kperhitungan
[K ]kx
temperatur.
x
N 2.5 Diskritisasi
kz k spasial
z
Sebelum
proses
fGNk dNk qdS hT
diskritisasi
dilakukan,
2.3 Metode
persamaankarakteristik base split persamaan semi
diskrit NavierSkema
karakteristik GalerkinStokes diubah
atau biasa disebut CBSterlebih dahulu
(Characteristics Base ke dalam bentuk
Split)
merupakannonskema
pemisahandimensional,
bagian tekanan p daridan
persamaan momentumdiasumsikan
pada
persamaanfluida bersifat
Navier-Stokes.
inkompresibel
Selanjutnya Persamaan(Zienkiewicz
(17)
dan
(18)dkk., 2005)
didiskritisasi
dengan
x
menggunakan
deret
x
;
Taylor,
sehingga
L
didapatkan
bentuk
semi-diskrit
untuk
u
persamaan momentum
u
u
dan
v yang
ua
merupakan komponenkomponen kecepatan
T T
pertengahan. Setelah
T
T
w
itu
dilakukan
perhitungan tekanan,Dari persamaandari perhitungan inipersamaan
maka
komponendiskiritisasi
kecepatan un+1, dantemporal
vn+1 didapatkan dengandidapat
melibatkan komponenaproksimasi
tekanan yang telahGalerkin dalam
dihitung pada tahapbentuk
momentum,
sebelumnya.
tekanan, koreksi
2.4 Diskritisasi
kecepatan dan
temporal
temperatur.
Untuk
kasus
aliran dua dimensi,2.6 Langkah
persamaan
Navier-pemodelan
Stokes
didiskritisasi
Untuk
menurut
langkah-mengetahui
langkah
berikut
(Zienkiewicz
dkk.,distribusi
2005) : langkah 1:temperatur air
dan temperatur
intermediasi
momentum u dan v,keluaran
dari

dua
langkah
pemodelan,
yaitu
pemodelan temperatur
4.
latar atau sumber danGambar
pemodelan temperaturMesh dan syarat
air
sistem
DHE.batas
Pemodelan temperaturpemodelan
latar dilakukan karena(Massarotti,
tidak
ada
data
2004).
temperatur
lapangan
Sumber
sesungguhnya
yang
diperlukan
sebagaipanas
sumber energi panasdimodelkan
dari
sistem
DHE.sebagai sebuah
Pemodelan keseluruhansumur persegi
dilakukan
secaraempat, dimana
terpisah,
yakniterdapat lubang
pemodelan temperaturmasukan fluida
reservoir
sumber dilakukan lebihdari
sistem
dahulu
kemudianatau
dilakukan pemodelanhidrotermal
temperatur
sistemyang terletak di
fluida DHE. Pemisahansekitar sumber.
batas
ini dilakukan denganSyarat
asumsi bahwa waktuuntuk
operasional
DHEpemodelan
dilakukan
setelahdistribusi
distribusi temperaturtemperatur
sumber pada sumursumber secara
lebih jelas dapat
relatif stabil.
dilihat
pada
2.6.1 Penentuan
Gambar 4. Pada
distribusi temperatur
lubang
input
sumber
temperatur dan
laju aliran para
Untuk
menentukan distribusiarah horizontal
selalu
temperatur
sumberdiset
konstan,
begitu
digunakan mesh seperti
tertera pada Gambar 4.juga kecepatan
Fluida yang terdapathorizontal pada
pada daerah sumberlubang output.
diasumsikan
bersifatPada dindingtak termampatkan dandinding sumur
memiliki
viskositasdiasumsikan
kondisi
tidak
konstan.
slip, begitu juga
pada
daerah
kontak
fluida
pada
sumur
dengan
pipa.
Pada permukaan
atas
sumur,
temperatur dan
kedua
komponen

kecepatan diatur
sama
dengan
nol. Nilai-nilai
tekanan diatur
konstan (p =1)
pada titik-titik
ujung pipa dan
titik-titik pada
input
dan
output. Langkah
pemodelan yang
dilakukan
menggunakan
skema
CBS
sehingga
digunakan
besaran-besaran
fisis
nondimensional.
2.6.2 Penentuan
distribusi
temperatur
fluida DHE
Temperat
ur air yang
mengalir pada
pipa bergantung
pada
jumlah
fluks kalor yang
masuk
dan
mengalir
dari
pipa ke air,
demikian juga
dengan
temperatur pipa
akan mengalami
perubahan
temperatur
ketika
air
mengalir pada
dinding
pipa.
Dengan
demikian dapat
dikatakan
perpindahan
panas
antara
pipa dengan air
yang mengalir
di
dalamnya
merupakan
sistem
yang
terkopel. Untuk
memecahkan

Singarimbun dan Prayoga, Pemodelan Temperatur Keluaran Sistem Downhole Heat Exchanger
memberikan perbedaan
sistem yang terkopel seperti ini diasumsikan temperatur temperatur antara
awal pipa sama dengan temperatur perbatasan antara pipa masukan dengan
dengan sumber yang telah ditentukan dari proses keluaran yang semakin
sebelumnya. Proses perpindahan panas diasumsikantinggi.
hanya terjadi antara dinding bagian dalam pipa dengan air
yang mengalir didalamnya. Perpindahan panas antara
bagian luar pipa dengan fluida sumber diabaikan. Untuk
menentukan besar perubahan energi antara dinding pipa
dengan air, diberikan syarat batas Neumann pada dinding
bagian dalam pipa:
q k

dT

dx

(19)

59

Kedalaman (m)

Ruas kanan persamaan di atas dapat disubstitusikan


menggunakan persamaan pendinginan Newton:
q h(T f TP)
(20)
dimana Tf adalah temperatur fluida dan Tp adalah
temperatur pipa.
2.6.3
Penentuan selang waktu dan parameter
kompresibilitas
Selang waktu untuk menentukan seluruh
parameter yang dapat ditentukan dari skema CBS
adalah selang waktu lokal, yakni selang waktu
minimum antara selang waktu perubahan kecepatan
air dan selang waktu perubahan temperatur
(Massarotti, 2004), yang didefinisikan sebagai
tc

max( ,vd ,ve )


Dengan adalah konstanta (0.1 0.5), dan
u v

2
d

dengan variasi laju aliran.


Distribusi
temperatur
dengan
variasi
temperatur masukan dapat dilihat pada Gambar 6.
Temperatur masukan yang besar memberikan
temperatur yang besar. Semakin besar temperatur
masukan maka perbedaan antara temperatur masukan
dengan temperatur keluaran semakin besar. Dengan
kata lain, sistem DHE yang menggunakan model
sumur seperti pada Gambar 6 menghasilkan
temperatur output yang besar jika temperatur inputnya diperbesar.

h Re
2

h
u , td

dengan h adalah panjang minimum elemen.


Parameter kompresibilitas ditentukan
menggunakan hubungan (Nithiarasu, 2003) :

vc

Gambar 5. Distribusi temperatur air pada pipa U

(21)

Kedalama (m)
n

t min( tc , td ) ,

Temperatur (oC)

(22)
(23)

hRe

3. Hasil dan Diskusi


Distribusi temperatur sumber ditentukan
dengan menggunakan algoritma CBS. Dalam hal ini
diandaikan temperatur pada lubang masukan adalah
120o C dan temperatur permukaan adalah 20o C
dengan parameter fisis tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Konstanta Termal Air (Tago, 2006).
(Darcy)

(kg/m3)

8 10-4

999.8

Cp (J/KgK)

4,207.5

k (W/mK)
0.58

Distribusi temperatur pipa selama satu jam


ditunjukkan pada Gambar 5. Distribusi air di dalam
pipa meningkat terus seiring bertambahnya
kedalaman pipa, mengikuti distribusi temperatur pipa
yang juga meningkat dengan bertambahnya
kedalaman. Temperatur air di dalam pipa bergantung
dengan laju alirannya. Laju aliran yang lebih lambat

Temperatur (oC)

temperatur air pada pipa U


Gambar 6. Distribusi
dengan variasi temperatur masukan.
Sebagai perbandingan, dilakukan simulasi
distribusi temperatur dengan model sumur yang
memiliki temperatur linear terhadap kedalaman,
sehingga temperatur
pipa juga linear, tidak
bergantung pada dekat atau tidaknya pipa dengan
sumber panas. Hasilnya diperoleh berupa distribusi
temperatur yang memiliki karakteristik sama dengan
model sumur sebelumnya. Perbedaan temperatur
keluaran dengan temperatur masukan hampir sama
untuk seluruh temperatur masukan.
6. Kesimpulan
Dari hasil pemodelan dan simulasi temperatur
latar dan temperatur keluaran pipa dari sistem DHE
dapat disimpulkan bahwa distribusi temperatur sistem

60
Jurnal Matematika & Sains, Agustus 2012, Vol. 17
Nomor 2
listrik, misalnya
Daftar Pustaka
untuk mengolah

DHE
bergantung
kepada laju aliran air.hasil pertanian
Semakin kecil lajunyadan peternakan.
maka
distribusiBeberapa negara
temperatur air padatertentu
pipa
DHE
akan
semakin tinggi. Hasilmenggunakanpemodelan
nya
sebagai
menunjukkan bahwasumber air panas
dengan
temperatur
yang dialirkan ke
masukan 20 oC; untuk
3 rumah-rumah.
debit
4
m /s
menghasilkan
temperatur
keluaran
29,5 oC, debit 8 m3/s
memberi
temperatur
keluaran 24,5 oC, debit
10
m3/s
memberi
temperatur
keluaran
23,5 oC dan debit 12
m3/s
memberikan
temperatur keluaran 23
o
C.
Diperoleh juga
untuk debit air 5 m3/s
temperatur
keluaran
hasil simulasi dalam
sistem
DHE
untuk
temperatur masukan 15
o
C memberi temperatur
o
keluaran
22
C,
temperatur masukan 20
o
C memberi temperatur
keluaran 27,5 oC dan
temperatur masukan 25
o
C memberi temperatur
keluaran 33,5 oC. Dari
model
yang
dibuat
terlihat
perbedaan
temperatur antara input
dan output besar ketika
input
diperbesar.
Perubahan temperatur
yang signifikan terjadi
jika
temperatur
air
masukan
diperkecil,
dengan
kata
lain
efisiensi sistem DHE
akan semakin besar jika
input diperkecil. Hasilhasil ini diharapkan
dapat dipakai sebagai
kontrol untuk mengatur
parameter masukan agar
diperoleh
parameter
keluaran yang optimal
sesuai
dengan
temperatur
keluaran
yang
diinginkan.
Sebagai aplikasi, sistem
DHE
dapat
diaplikasikan
untuk
pengembangan
energi
panas bumi sektor non-

Bejan, A. and A.
D.
Kraus,
2003,
Heat
Transfe
r
Handb
ook,
John
Wiley
&
Sons,
New
Jersey.
Gregory, N. S.
K.,
2009,
Heat
Transfe
r,
Cambri
dge
Univer
sity
Press.
Lewis, R. W., P.
Nithiar
asu,
and K.
N.
Seethar
amu,
2004,
Funda
mental
s of the
Finite
Elemen
t
Method
for
Heat
and
Fluid
Flow,
John
Wiley
and
Sons,
Chiche
ster,
West
Sussex,
Englan
d.
Lienau, P. J.,
1984,
Geothe
rmal

district heating
on Split
(CBS)
institutional
Method
factorsthe
For
Klamath falls
Incomp
experience,
ressible
Geotherm
Flows,
Resources
Int. J.
Councill Bull,
Numer.
6-11.
Meth.
Massarotti, N. F. A.,
Eng.,
2004,
Fully
56:13,
Explicit and
1815
Semi-Implicit
1845.
CBS
Tago, M. K. M.,
Procedures
2006,
For
Heat
Incompressibl
Extract
e
Flows,
ion
European
Charact
Congress on
eristics
Computationa
of
a
l Methods in
Applied
Single
Sciences and
U-Tube
Engineering,
Downh
ECCOMAS
ole
2004, 6.
Heat
Nithiarasu, P., 2003, An
Exchan
Efficient
ger
Artifcial
With
Compressibilit
Square
y
(AC)
Cross
Scheme Based

Section
, Heat
Mass
Transfe
r, 42,
608616.
Zienkiewicz, R.
T., R.
L.
Taylor,
and P.
Nithiar
asu,
2005,
The
Finite
Elemen
t
Method
for
Fluid
Dynam
ics, 6th
ed.,
Elsevie
r
Butter
worhHeine
mann,
Jordan
Hill,
Oxford.

Anda mungkin juga menyukai