Satopp
Satopp
17 Nomor 2
Air di dalam pipa akan mengalir ke luar melalui pipa keluar air dipengaruhi oleh
keluar. Dalam proses ini temperatur air akan mengalamilaju atau debit aliran fluida
penurunan karena bersinggungan dengan dinding-dindingQ (m3 sec-1) dan temperatur
pipa yang temperaturnya lebih rendah. Temperatur yang
masukan fluida.
56
Jurnal Matematika & Sains, Agustus 2012, Vol. 17
Nomor 2
proses
tidak ada reaksi
atau produksi
konduksi, laju
massa di dalam
perubahan
kontrol volume.
energi
dapat
dinyatakan
melalui Hukum
Fourier
(Gregory, 2009)
q k T
dimana q adalah
laju fluks kalor,
k
adalah
konduktivitas
kalor dan T
adalah
temperatur.
Proses
Gambar 1.
konveksi
laju
Konfigurasi pipa U
perubahan
sistem DHE.
dijelaskan
melalui hukum
pendinginan
Perpindahan
yang
panas merupakan dasarNewton
dituliskan
dalam sistem DHE.
Perpindahan
panassebagai :
adalah
perpindahan
q h(Tw Ta )
energi antar material
dengan h adalah
yang disebabkan olehkoefisien
perbedaan temperaturkonveksi
dan
(Bejan,
2003).
Tw Ta adalah
Perpindahan
panas
perubahan
dibagi menjadi tigatemperatur
jenis, yakni konduksi,fluida dengan
konveksi, dan radiasi.zat
padat.
Pada sistem penukarModel
panas DHE, hanyamatematis yang
konduksi dan konveksimenggambarka
yang
berperan.n
dinamika
Konduksi merupakanfluida kontinu
proses
perpindahanadalah
energi antar molekul,persamaan
tanpa
adanyaNavier-Stokes
pergerakan aktual dariyang terdiri dari
molekul
tersebut.tiga persamaan
Perpindahan
panasdasar:
secara
konduksipersamaan
bergantung
kepadakontinuitas,
persamaan
karakteristik medium
momentum, dan
penghantar.
Dalampersamaan
konveksi, perpindahanenergi.
energi
yangTinjaulah
diakibatkan pergerakankontrol volume
makroskopik molekul,pada Gambar 2.
biasanya terjadi padaLaju
fluks
zat cair dan gas.
massa
yang
masuk
ke
Untuk
kontrol
volume
menganalisis
secara
kuantitatif
besaranpada arah x1
energi dalam prosesadalah u1, dan
perpindahan
panas,pada arah x2
diperlukan persamaanadalah
u2.
laju perubahan. UntukDiasumsikan
u
1
hukum
kekekalan
maka
u2 massa,
jumlah
fluks
x2
massa di dalam
u2
x 2 kontrol volume
dengan
... sama
laju perubahan
massa di dalam
kontrol volume,
sehingga
didapat
persamaan
kontinuitas
Navier-Stokes :
kecepatan
sebagai berikut:
ij
Laju perubahan
energi persatuan
waktu di dalam
kontrol volume
didefinisikan
sebagai :
E Q Q
dengan
u
x
gen
2u
3x
(6)
ij
j
(7)
dT
dV
(8a)
QdV
(8b)
dt
in
(u
out
Q Q
xi
t
Dari Persamaan (5)
Laju perubahan massa fungsi
dari
di dalam kontrol
viskositas
volume
dinamik
dan
didefinisikan sebagai
xi xi
in
t
dimana adalah
Gambar 2. Blok
kerapatan massa
kontrol volume fluida. fluida dan ta
adalah waktu.
Dengan
menggunakan
deretSelanjutnya
Taylor dapat ditentukandapat
perubahan fluks massaditurunkan
di
dalam
kontrolperubahan
volume untuk masing-momentum
waktu,
masing arah kecepatansetiap
yaitu
:
i=1,2 :
(u
u2
xi [( ui ) xi
u
x
gen
out
Q dV
gen
Dalam
Persamaan (7),
(8a), (8b), dan
(8c) E adalah
netto perubahan
energi,
sedangkan
subskrib in, out
dan
gen
menunjukkan
perubahan
energi
yang
masuk, ke luar
dan
yang
terakumulasi
dalam
blok
yang
(8c)
Singarimbun dan Prayoga, Pemodelan Temperatur Keluaran Sistem Downhole Heat Exchanger ................. 57
ditinjau. Dengan mensubstitusikan hukum konduksi
Fourier, maka didapat persamaan energi untuk
kontrol volume 2 dimensi sebagai :
dT
dt
k 2
x
1
(9)
gen
21
panas,
adalah
minimal
dengan
mengalikan
integrasi
residual dengan suatu
fungsi bobot wi(x);
2 xi3 yi
(11a)
2 x j3 y j
1
2A x j yk xk y j Ti
(11c)
1
2A y j yk Ti
yk yi T j
(12a)
(12b)
y i y j Tk
1
1
2A xk x j Ti
xi xk T j
x j x i Tk
dengan A adalah luas elemen segitiga.
Tk
1 a bx c
i
2A i
(12c)
1
a b x cjx
2 j j
A
1
ak bk x ck x
2A
dan
x
ai x j yk xk y j ; bi
xk yi xk yi T j x j yi xi y j Tk
1
Nk
(11b)
Tk 1
2 xk3 yk
yang menghasilkan koefisien-koefisien
Nj
wi (x)R(x)dx 0
a j xk yi xi yk ; b j y
ak xi y j x j yi ; bk y
2.2 Teorema residual
dan formulasi Galerkin
Metode residual
adalah
metode
aproksimasi
untuk
menyelesaikan
persamaan diferensial
dengan
memberikan
nilai bobot pada residual
atau sisa dari persamaan
aproksimasi
(Zienkiewicz
dkk.,
2005).
Formulasi
Galerkin digunakan agar
residual
menjadi
kz
N
k
N
m
z
z
Tm d
GNk d
Nk
qdS
S
N
ky
58
Jurnal Matematika & Sains, Agustus 2012, Vol. 17
Nomor 2
langkah
2:
sistem
DHE,
perhitungan
dilakukan
hN k nm {tekanan,
langkah
3:
S
koreksi
Dengan
menyederhanakan
kecepatan untuk
berdasarkan koefisien Tmun+1 dan vn+1,
4:
N langkah
kperhitungan
[K ]kx
temperatur.
x
N 2.5 Diskritisasi
kz k spasial
z
Sebelum
proses
fGNk dNk qdS hT
diskritisasi
dilakukan,
2.3 Metode
persamaankarakteristik base split persamaan semi
diskrit NavierSkema
karakteristik GalerkinStokes diubah
atau biasa disebut CBSterlebih dahulu
(Characteristics Base ke dalam bentuk
Split)
merupakannonskema
pemisahandimensional,
bagian tekanan p daridan
persamaan momentumdiasumsikan
pada
persamaanfluida bersifat
Navier-Stokes.
inkompresibel
Selanjutnya Persamaan(Zienkiewicz
(17)
dan
(18)dkk., 2005)
didiskritisasi
dengan
x
menggunakan
deret
x
;
Taylor,
sehingga
L
didapatkan
bentuk
semi-diskrit
untuk
u
persamaan momentum
u
u
dan
v yang
ua
merupakan komponenkomponen kecepatan
T T
pertengahan. Setelah
T
T
w
itu
dilakukan
perhitungan tekanan,Dari persamaandari perhitungan inipersamaan
maka
komponendiskiritisasi
kecepatan un+1, dantemporal
vn+1 didapatkan dengandidapat
melibatkan komponenaproksimasi
tekanan yang telahGalerkin dalam
dihitung pada tahapbentuk
momentum,
sebelumnya.
tekanan, koreksi
2.4 Diskritisasi
kecepatan dan
temporal
temperatur.
Untuk
kasus
aliran dua dimensi,2.6 Langkah
persamaan
Navier-pemodelan
Stokes
didiskritisasi
Untuk
menurut
langkah-mengetahui
langkah
berikut
(Zienkiewicz
dkk.,distribusi
2005) : langkah 1:temperatur air
dan temperatur
intermediasi
momentum u dan v,keluaran
dari
dua
langkah
pemodelan,
yaitu
pemodelan temperatur
4.
latar atau sumber danGambar
pemodelan temperaturMesh dan syarat
air
sistem
DHE.batas
Pemodelan temperaturpemodelan
latar dilakukan karena(Massarotti,
tidak
ada
data
2004).
temperatur
lapangan
Sumber
sesungguhnya
yang
diperlukan
sebagaipanas
sumber energi panasdimodelkan
dari
sistem
DHE.sebagai sebuah
Pemodelan keseluruhansumur persegi
dilakukan
secaraempat, dimana
terpisah,
yakniterdapat lubang
pemodelan temperaturmasukan fluida
reservoir
sumber dilakukan lebihdari
sistem
dahulu
kemudianatau
dilakukan pemodelanhidrotermal
temperatur
sistemyang terletak di
fluida DHE. Pemisahansekitar sumber.
batas
ini dilakukan denganSyarat
asumsi bahwa waktuuntuk
operasional
DHEpemodelan
dilakukan
setelahdistribusi
distribusi temperaturtemperatur
sumber pada sumursumber secara
lebih jelas dapat
relatif stabil.
dilihat
pada
2.6.1 Penentuan
Gambar 4. Pada
distribusi temperatur
lubang
input
sumber
temperatur dan
laju aliran para
Untuk
menentukan distribusiarah horizontal
selalu
temperatur
sumberdiset
konstan,
begitu
digunakan mesh seperti
tertera pada Gambar 4.juga kecepatan
Fluida yang terdapathorizontal pada
pada daerah sumberlubang output.
diasumsikan
bersifatPada dindingtak termampatkan dandinding sumur
memiliki
viskositasdiasumsikan
kondisi
tidak
konstan.
slip, begitu juga
pada
daerah
kontak
fluida
pada
sumur
dengan
pipa.
Pada permukaan
atas
sumur,
temperatur dan
kedua
komponen
kecepatan diatur
sama
dengan
nol. Nilai-nilai
tekanan diatur
konstan (p =1)
pada titik-titik
ujung pipa dan
titik-titik pada
input
dan
output. Langkah
pemodelan yang
dilakukan
menggunakan
skema
CBS
sehingga
digunakan
besaran-besaran
fisis
nondimensional.
2.6.2 Penentuan
distribusi
temperatur
fluida DHE
Temperat
ur air yang
mengalir pada
pipa bergantung
pada
jumlah
fluks kalor yang
masuk
dan
mengalir
dari
pipa ke air,
demikian juga
dengan
temperatur pipa
akan mengalami
perubahan
temperatur
ketika
air
mengalir pada
dinding
pipa.
Dengan
demikian dapat
dikatakan
perpindahan
panas
antara
pipa dengan air
yang mengalir
di
dalamnya
merupakan
sistem
yang
terkopel. Untuk
memecahkan
Singarimbun dan Prayoga, Pemodelan Temperatur Keluaran Sistem Downhole Heat Exchanger
memberikan perbedaan
sistem yang terkopel seperti ini diasumsikan temperatur temperatur antara
awal pipa sama dengan temperatur perbatasan antara pipa masukan dengan
dengan sumber yang telah ditentukan dari proses keluaran yang semakin
sebelumnya. Proses perpindahan panas diasumsikantinggi.
hanya terjadi antara dinding bagian dalam pipa dengan air
yang mengalir didalamnya. Perpindahan panas antara
bagian luar pipa dengan fluida sumber diabaikan. Untuk
menentukan besar perubahan energi antara dinding pipa
dengan air, diberikan syarat batas Neumann pada dinding
bagian dalam pipa:
q k
dT
dx
(19)
59
Kedalaman (m)
2
d
h Re
2
h
u , td
vc
(21)
Kedalama (m)
n
t min( tc , td ) ,
Temperatur (oC)
(22)
(23)
hRe
(kg/m3)
8 10-4
999.8
Cp (J/KgK)
4,207.5
k (W/mK)
0.58
Temperatur (oC)
60
Jurnal Matematika & Sains, Agustus 2012, Vol. 17
Nomor 2
listrik, misalnya
Daftar Pustaka
untuk mengolah
DHE
bergantung
kepada laju aliran air.hasil pertanian
Semakin kecil lajunyadan peternakan.
maka
distribusiBeberapa negara
temperatur air padatertentu
pipa
DHE
akan
semakin tinggi. Hasilmenggunakanpemodelan
nya
sebagai
menunjukkan bahwasumber air panas
dengan
temperatur
yang dialirkan ke
masukan 20 oC; untuk
3 rumah-rumah.
debit
4
m /s
menghasilkan
temperatur
keluaran
29,5 oC, debit 8 m3/s
memberi
temperatur
keluaran 24,5 oC, debit
10
m3/s
memberi
temperatur
keluaran
23,5 oC dan debit 12
m3/s
memberikan
temperatur keluaran 23
o
C.
Diperoleh juga
untuk debit air 5 m3/s
temperatur
keluaran
hasil simulasi dalam
sistem
DHE
untuk
temperatur masukan 15
o
C memberi temperatur
o
keluaran
22
C,
temperatur masukan 20
o
C memberi temperatur
keluaran 27,5 oC dan
temperatur masukan 25
o
C memberi temperatur
keluaran 33,5 oC. Dari
model
yang
dibuat
terlihat
perbedaan
temperatur antara input
dan output besar ketika
input
diperbesar.
Perubahan temperatur
yang signifikan terjadi
jika
temperatur
air
masukan
diperkecil,
dengan
kata
lain
efisiensi sistem DHE
akan semakin besar jika
input diperkecil. Hasilhasil ini diharapkan
dapat dipakai sebagai
kontrol untuk mengatur
parameter masukan agar
diperoleh
parameter
keluaran yang optimal
sesuai
dengan
temperatur
keluaran
yang
diinginkan.
Sebagai aplikasi, sistem
DHE
dapat
diaplikasikan
untuk
pengembangan
energi
panas bumi sektor non-
Bejan, A. and A.
D.
Kraus,
2003,
Heat
Transfe
r
Handb
ook,
John
Wiley
&
Sons,
New
Jersey.
Gregory, N. S.
K.,
2009,
Heat
Transfe
r,
Cambri
dge
Univer
sity
Press.
Lewis, R. W., P.
Nithiar
asu,
and K.
N.
Seethar
amu,
2004,
Funda
mental
s of the
Finite
Elemen
t
Method
for
Heat
and
Fluid
Flow,
John
Wiley
and
Sons,
Chiche
ster,
West
Sussex,
Englan
d.
Lienau, P. J.,
1984,
Geothe
rmal
district heating
on Split
(CBS)
institutional
Method
factorsthe
For
Klamath falls
Incomp
experience,
ressible
Geotherm
Flows,
Resources
Int. J.
Councill Bull,
Numer.
6-11.
Meth.
Massarotti, N. F. A.,
Eng.,
2004,
Fully
56:13,
Explicit and
1815
Semi-Implicit
1845.
CBS
Tago, M. K. M.,
Procedures
2006,
For
Heat
Incompressibl
Extract
e
Flows,
ion
European
Charact
Congress on
eristics
Computationa
of
a
l Methods in
Applied
Single
Sciences and
U-Tube
Engineering,
Downh
ECCOMAS
ole
2004, 6.
Heat
Nithiarasu, P., 2003, An
Exchan
Efficient
ger
Artifcial
With
Compressibilit
Square
y
(AC)
Cross
Scheme Based
Section
, Heat
Mass
Transfe
r, 42,
608616.
Zienkiewicz, R.
T., R.
L.
Taylor,
and P.
Nithiar
asu,
2005,
The
Finite
Elemen
t
Method
for
Fluid
Dynam
ics, 6th
ed.,
Elsevie
r
Butter
worhHeine
mann,
Jordan
Hill,
Oxford.