Anda di halaman 1dari 12

Tentang Istri Rasulullah SAWW ?

1. Apa hukum bagi Istri Rasulullah SAWW yang tidak mengikuti Kitabullah ?
2. Apa Hukum seorang Ibu , yang menyebabkan belasan kaum Muslimin terbunuh di Jamal ?
3. Apa alasan Ummul Mukminin Aisyah mengijinkan Umar untuk dikuburkan disisi
Rasulullah SAWW dan beliau mengijinkan nya
4. apakah Ummul Mukminin hendak mengatakan kalo Abu Bakar berbohong bahwa
Rasulullah SAWW tidak meninggalkan Warisan ?
4. Dan apa Hak Ummul Mukminin Aisyah mengijinkan bukankah dia itu hanya punya 1/9
dari saham Istri ?
5. Apa yang ada dibenak kalian jika ada Istri Nabiyullah SAWW sampai ditegor Allah Taala
dan diancam cerai ?

Perang Jamal, Aisyah Memerangi Imam Ali, Dua Puluh Ribu Muslim Mati !!
Aisyah berangkat ke Makkah. Ia berhenti di depan pintu masjid menuju ke alHajar
Kemudian mengumpul orang dan berkata: Hai manusia. Utsman telah dibunuh secara zalim!
Demi Allah kita harus menuntut darahnya. Dia dilaporkan juga telah berkata: Hai kaum
Quraisy! Utsman telah dibunuh. Dibunuh oleh Ali bin Abi Thalib. Demi Allah seujung kuku
atau satu malam kehidupan Utsman, lebih baik dari seluruh hidup Ali. (Lihat
Baladzuri, Ansab alAsyraf, jilid 5, hlm. 71.)
Ummu Salamah Menasihati Ummulmuminin
Ummu Salamah menasihati Aisyah agar ia tidak meninggalkan rumahnya: Ya Aisyah,
engkau telah menjadi penghalang antara Rasul Allah saw dan umatnya. Hijabmu menentukan
kehormatan Rasul Allah saw, AlQuran telah menetapkan hijab untukmu.

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku
seperti orang orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan
taatilah Allah dan RasulNya. (Qs. Al Ahzab:33)
Dan jangan engkau membukanya. Tempatmu telah pula ditentukan Allah SWT dan janganlah
engkau keluar. Allahlah yang akan melindungi umatnya. Rasul Allah saw mengetahui
tempatmu. Kalau Rasul Allah saw ingin memberimu tugas tentu telah beliau sabdakan
( Aisyah Ibnu Thaifur, Baldghat anNisa, hlm. 8; Mengenai nasihat Ummu Salamah kepada
Aisyah, lihat juga Zamakhsyari, alFaiq, jilid 1, hlm. 290; Ibnu Abd Rabbih, Iqd alFarid,
jilid 3, hlm. 69; Syarh NahjulBalaghah, jilid 2, hlm. 79 ).
Aisyah tidak peduli dan orang orang merasa heran. Ayat AlQuranyang memerintahkan para
istri Rasul agar tinggal di rumah tidak dapat lagi menahannya.
Aisyah tidak menghiraukannya. Thalhah, Zubair dan Abdullah bin Zubair pergi bergabung
dengan Aisyah di Makkah. Demikian pula Banu Umayyah serta penguasa penguasa Utsman
yang diberhentikan Ali dengan membawa harta baitul mal.
Diriwayatkan bahwa sekali seorang wanita bertanya kepada Aisyah tentang hukumnya
seorang ibu yang membunuh anak bayinya. Aisyah menjawab: Neraka tempatnya bagi ibu
yang durhaka itu!. Kalau demikian, tanyanya: bagaimana hukum seorang ibu yang
membunuh dua puluh ribu anaknya yang telah dewasa?. Aisyah berteriak dan menyuruh
orang melempar keluar wanita tersebut.
Thalhah misan Aisyah, yang diharapkan Aisyah akan menjadi khalifah, meninggal dalam
Perang Jamal. Ia dibunuh oleh Marwan bin Hakam anggota pasukannya sendiri, karena
keterlibatannya dalam pembunuhan Utsman. Setelah memanah Thalhah, Marwan berkata:
Aku puas! Sekarang aku tidak akan menuntut lagi darah Utsman! Zubair bin Awwam,
iparnya, suami kakaknya Asma binti Abu Bakar meninggalkan pasukan setelah mendengar
nasihat Ali. Ia dibunuh dari belakang oleh seorang yang bernama Amr bin Jurmuz.
Aisyah punya kelebihan. Setelah menentang dua khalifah ia bisa berubah menjadi orang yang
tidak berdosa.. Dan peran Aisyah dalam menentukan aqidah umat berlanjut sampai sekarang
dengan hadis hadisnya yang banyak.
Ummu Salamah, misalnya, yang juga ummulmuminin tidaklah mendapat tempat yang
terhormat seperti Aisyah. Hal ini disebabkan karena Ummu
Salamah berpihak kepada ahlulbait dengan sering meriwayatkan hadis hadis yang
mengutamakan Ali, seperti hadis Kisa.
Abu Bakar, ayah Aisyah, maupun Umar bin Khaththab menyadari kemampuan Aisyah, dan
sejak awal mereka menjadikan Aisyah sebagai tempat bertanya. Ibnu Sad, misalnya,
meriwayatkan dari alQasim: Aisyah sering diminta memberikan fatwa di zaman Abu Bakar.
Umar dan Utsman dan Aisyah terus memberi fatwa sampai mereka meninggal. (Ibnu
Sad, Thabaqat, jilid 3 hlm.3370.)
Dari Mahmud bin Labid: Aisyah memberi fatwa di zaman Umar dan Utsman sampai
keduanya meninggal. Dan sahabat sahabat Rasul Allah saw yang besar, yaitu Umar dan
Utsman sering mengirim orang menemui Aisyah untuk menanyakan Sunnah. Malah Umar

memberikan uang tahunan untuk Aisyah lebih besar 20% dari istri Rasul yang lain. Tiap istri
Rasul mendapat sepuluh ribu dinar sedang Aisyah dua belas ribu. Pernah Umar menerima
satu kereta dari Irak yang di dalamnya terdapat mutiara (jauhar) dan Umar memberikan
seluruhnya pada Aisyah.
Di samping pengutamaan Umar kepada Aisyah dalam fatwa maupun hadiah, Umar juga
menahannya di Madinah dan hanya membolehkan Aisyah melakukan sekali naik haji pada
akhir kekhalifahan Umar dengan pengawalan yang ketat. Umar menyadari betul peran Aisyah
yang tahu memanfaatkan kedudukannya yang mulia di mata umat sebagai ibu kaum
muminin dan memiliki kemampuan yang tinggi untuk mempengaruhi orang. Dengan
demikian mereka saling membagi keutamaan.Sedangkan Utsman, terutama pada akhir
kekhalifahannya, melalaikan hal ini.
Dan di pihak lain, Ali seperti juga Fathimah sejak awal menjadi bulan bulanan
ummulmuminin Aisyah. Kalau Muawiyah bersujud dan diikuti orang orang yang
menemaninya, dan shalat dhuha enam rakaat saat mendengar Ali meninggal dunia di
kemudian hari, sedangkan Aisyah melakukan sujud syukur ketika mendengar berita gembira
ini seperti dilaporkan oleh AbulFaraj atIshfahani. (AbuFaraj alIshfahani, Maqatil
athThalibiyin,hlm. 43.)
Thabari, AbulFaraj alIshfahani, Ibnu Sad dan Ibnu alAtsir melaporkan bahwa tatkala
seorang menyampaikan berita kematian Ali, ummulmuminin Aisyah bersyair: Tongkat
dilepas, tujuan tercapai sudah Seperti musafir gembira pulang ke rumah!
.
Melihat tajuk di atas, sudah pasti meromangkan bulu roma para pencinta Nabi. tetapi
bertenang, saya hanya membincangkan perkara ini, secara ilmiah, berdasarkan hadis-hadis
dari sumber Ahlulsunnah wal Jamaah. Kesimpulan yang dapat diambil adalah terpulang
kepada masing-masing
.
Kecemburuan Aisyah kepada Fatimah(sa) dan suaminya adalah sangat berkaitan
dengan cemburunya kepada Khadijah al Kubra, yang telah lama meninggal dunia. Ini
dapat difahami dari kata-kata beliau sendiri yang diriwayatkan di dalam Qutub Sunni,
seperti berikut:
.
Aisyah berkata: Cemburuku terhadap istri-istri Rasul tidak seperti cemburuku kepada
Khadijah karena Rasul sering menyebut dan memujinya, dan Allah SWT telah
mewahyukan kepada Rasul saww agar menyampaikan kabar gembira kepada Khadijah
bahwa Allah SWTakan memberinya rumah dari Permata di surga. Al-Bukhari, jilid 2,
hlm. 277 dalam Bab Kecemburuan Wanita, Kitab Nikah
Dan di bahagian lain: Aku tidak cemburu terhadap seorang dari istri-istrinya seperti aku
cemburu kepada Khadijah, meski aku tidak mengenalnya. Tetapi Nabi sering
mengingatinya dan kadang-kadang ia menyembelih kambing, memotong-motongnya dan
membagi-bagikannya kepada teman-teman Khadijah. Al-Bukhari, jilid 2, hlm. 210, pada
Bab Manaqib Khadijah.
Di bahagian yang lain: Suatu ketika Halah binti Khuwailid, saudari Khadijah, minta izin
menemui Rasul dan Rasul mendengar suaranya seperti suara Khadijah. Rasulullah terkejut

dan berkata : Allahumma Halah!. Dan aku cemburu. Aku berkata: Apa yang kau ingat
dari perempuan tua di antara perempuan-perempuan tua Qurais dan Allah telah
menggantinya dengan yang lebih baik.
Apakah reaksi Rasulullah(sawa)?: Dan wajah Rasul Allah saww berubah, belum pernah aku
melihat ia demikian, kecuali pada saat turun wahyu. Musnad Ahmad, jilid 6, hlm. 150, 154
Rasulullah lalu bersabda: Allah tidak akan mengganti seorang pun yang lebih baik dari
beliau. Dia beriman kepada ku tatkala orang lain mengingkariku. Dia membenarkan ku
ketika orang lain mendustakanku. Dan dia membantuku dengan hartanya tatkala orang
lain enggan membantuku. Allah SWT memberi anak-anak kepadaku melaluinya dan tidak
melalui yang lain. Musnad Ahmad, jilid 6, hlm. 117; Sunan Tirmidzi, jilid 1, hlm.
247;.Shahih Bukhari, jilid 2, hlm. 177, jilid 4, hlm. 36, 195; Musnad Ahmad jilid 6, hlm. 58,
102, 202, 279; Ibnu Katsir,Tarik h, jilid 3, hlm. 128;al-Kanzul-Ummal, jilid 6, hlm. 224.
Dari sisi riwayat Ahlul Sunnah turut menukilkan bahawa Aisyah mempunyai rasa tidak
senang akan sifat cintanya Rasulullah(sawa) kepada Imam Ali(as) melebihi cinta kepada
dirinya sendiri dan bapanya
.
Imam Ahmad menukilkan di dalam kitabnya Musnad Ahmad, jilid 4, hlm. 275, yang berasal
dari Numan bin Basyir: Abu Bakar memohon izin menemui Rasul Allah(sawa) dan ia
mendengar suara keras Aisyah yang berkata: Demi Allah, aku telah tahu bahwa engkau
lebih mencintai Ali dari ayahku dan diriku!, dan ia mengulanginya dua atau tiga kali
.
Ijtihad beliau bertentangan dengan firman Allah swt:
Dan ia tiada berkata menurut keinginannya sendiri. Perkataannya itu tiada lain hanyalah
wahyu yang diwahyukan kepadanya. Al-Quran, an-Najm (53:3)
Ibn Abil-Hadid menceritakan: Aku membacakan pidato Ali mengenai Aisyah dari NahjulBalighah [7], kepada Syaikh Abu Ayyub Yusuf bin Ismail tatkala aku berguru ilmu kalam
kepadanya. Aku bertanya bagaimana pendapatnya tentang pidato Ali tersebut.
Ia memberi jawaban yang panjang. Aku akan menyampaikannya secara singkat, sebahagian
dengan lafaznya sebahagian lagi dengan lafazku sendiri.(Abu Ayyub melihat dari kacamata
yang umum terjadi. Penulis menerjemahkannya agak bebas).
Abu Ayyub berkata: Kebencian Aisyah kepada Fathimah timbul karena Rasul
Allah(sawa) mengawini Aisyah setelah meninggalnya Khadijah. Sedang Fathimah adalah
putri Khadijah.Secara umum antara anak dan ibu tiri akal timbul ketegangan dan kebencian.
Isteri akan mendekati ayahnya dan bukan suaminya, dan anak perempuan tidak akan senang
melihat ayahnya akrab dengai ibu tirinya. Dia akan menganggap ibu tirinya merebut tempat
ibunya.Sebaliknya anak perempuan pula menjadi tumpuan kecemburuan dari pihak ibu
tiri. Beban cemburu Aisyah kepada almarhumah Khadijah, berpindah kepada
Fathimah.
Nota: Maksud Ibn Abin Hadid adalah Khotbah 155 dalam Nahjul Balaghah tatkala Ali
berkata tentang Aisyah: Kebencian mendidih dalam dadanya, sepanas tungku pandai besi.
Bila ia diajak melakukan kepada orang lain seperti yang ia lakukan kepadaku, ia akan
menolak. Tetapi hormatku kepadanya, setelah kejadian ini pun, tetap seperti semula.

Besarnya kebencian kepada anak tirinya berbanding dengan kebencian pada madu
beliau yang telah meninggal. Ini ditambah lagi apabila suaminya sering mengingati
isterinya yang telah meninggal itu.
Kemudian semua bersepakat bahawa Fathimah mendapat kedudukan mulia di sisi Allah
SWT melalui hadis Rasul, yang juga ayahnya, sebagai Penghulu Wanita Kaum
Muminin yang kedudukannya sejajar dengan Asyiah, Mariam binti Imran dan
Khadijah al-Kubra seperti yang tertera dalam hadis shahih Bukhari dan Muslim.
Sebagai tambahan, telah menjadi satu pengetahuan yang umum bahawa Rasulullah
memuliakan anak perempuannya dengan kemuliaan yang lebih dari apa yang disangka oleh
orang ramai, malah melewati kasih sayang yang biasanya diberikan oleh seorang bapa kepada
seorang anak.
Dan Rasulullah(sawa) telah menyampaikannya terang-terangan kepada para sahabat baginda
secara berulang di tempat dan kalangan yang berbeza, bahawa Fathimah adalah penghulu
kaum wanita sekalian alam. Melalui hadis yang berasal dari Ali, Umar bin Khaththab,
Hudzaifah Ibnu Yaman,Abu Said al-Khudri, Abu Hurairah dan lain-lain Rasul
bersabda: Sesungguhnya, Fathimah adalah penghulu para wanita di syurga, dan Hasan
serta Husain adalah Penghulu Pemuda di surga. Namun ayah mereka berdua (Ali) lebih
mulia dari mereka berdua
Rujukan Hadis: Tirmidzi,al-Jamiash-Shahih, jilid 5, hlm. 656, 661; Ahmad bin Hanbal,alMusnad, jilid 3, hlm. 62, 64, 82, jilid 5, hlm. 391, 392; Ibnu Majah,as- Sunan, jilid 1, hlm.
56; Al Hakim An-Nisaburi, A-Mustadrak ash-Shahihain, jilid 3, hlm. 167; Majma azZawaid, jilid 9, hlm. 183; al-Muttaqi, Kanz al-Ummal, jilid 13, hlm. 127,128;al- I sti ab,
jilid4, hlm. 1495;Usdul-Ghabah, jilid 5, hlm. 574; Tarikh Baghdad, jilid 1, hlm. 140, jilid 6,
hlm. 372 jilid 10, hlm. 230; Ibnu Asakir,at-Tarikh, jilid 7, hlm. 362.
Atau hadis yang diriwayatkan Aisyah sendiri bahwa Rasul telah bersabda: Wahai Fathimah,
apakah engkau tidak puas menjadi penghulu para wanita sejagat atau penghulu wanita
umat ini atau penghulu kaum muminat?. Rujukan: Shahih Bukhari, jilid 8, hlm.
79; Shahih Muslim, jilid 7, hlm. 142-144; Ibnu Majah, as-Sunan, jilid 1, hlm. 518; Ahmad
bin Hanbal,al-Musnad, jilid 6, hlm. 282; al-Hakim an-Nisaburi, al-Mustadrak ala ashShahihain, jilid 3, hlm. 136.
Rasul bersabda bahwa kedudukan Fathimah sama dengan kedudukan Mariam binti
Imran dan bila Fathimah melewati di tempat wuquf, para penyeru berteriak dari arah
arsy, Hai penghuni tempat wuquf, turunkan pandanganmu karena Fathimah binti
Muhammad akan lewat . Hadis ini merupakan hadis shahih dan bukan hadis lemah.(alMustadrak, jilid 3, hlm. 153, 156; Kanzul-Ummal, jilid 6, hlm. 218.)
Ali menikahi Fatimah setelah dinikahkan Allah SWT di langit dan disaksikan para
malaikat. [al-Mustadrak, jilid 3, hlm. 153, 156;Kanzul-Ummal, jilid 6, hlm. 218.]
Betapa kerapnya Rasulullah(sawa) bersabda: Barangsiapa menyakiti Fathimah, maka ia
telah menyakitiku, Membencinya berarti membenciku , Beliau adalah sebagian dari
diriku, Meraguinya bererti meraguiku [Kanzul-Ummal, jilid 6, hlm. 220]

Dan semua kemuliaan dan penghormatan ini tentu menambah kecemburuan Aisyah yang
tidak berusaha sungguh-sungguh untuk melihat konteks ini dengan kenabian Rasul saww.
Sifat beliau jauh sekali berbeza dengan Ummu Salamah(rh), yang juga merupakan seorang
isteri Rasulullah(sawa), Ummul Mukminin, yang mencintai Ahlul Kisa bukan sahaja sebagai
ahli keluarga tetapi juga sebagai orang yang disucikan di dalam Ayatul Tathir. (Al-Quran
33:33)
Biasanya bila seorang isteri merasa diperlakukan kurang baik oleh sesama wanita maka berita
ini akan sampai kepada suami. Dan lumrah apabila isteri menceritakan perkara ini pada
suaminya dimalam hari. Tetapi Aisyah tidak dapat melakukan perkara ini, keranana Fathimah
adalah anak suaminya. Ia hanya dapat mengadu pada wanita-wanita Madinah dan tetangga
yang bertamu ke rumahnya.
Kemudian wanita-wanita ini akan menyampaikan berita kepada Fathimah, barangkali begitu
pula sebaliknya. Dan yang jelas ia akan menyampaikannya kepada ayahnya, Abu Bakar.
Kemampuan Aisyah untuk mempengaruhi orang sangatlah terkenal dan hal ini akan
membekas pada diri Abu Bakar. Kemudian Rasulullah(sawa) melalui hadis yang demikian
banyak, telah memuliakan dan mengkhususkan Ali dari sahabat-sahabat lain.
Berita ini tentu menambah kepedihan Abu Bakar, kerana Abu Bakar adalah ayahnya Aisyah.
Pada kesempatan lain sering terlihat Aisyah duduk bersama Abu Bakar dan Thalhah
sepupunya dan mendengar kata-kata mereka berdua. Yang jelas pembicaraan mereka
mempengaruhi Aisyah sebagaimana mereka juga terpengaruh oleh Aisyah.
Kemudian ia (Abu Ayyub) melanjutkan: Saya tidak mengatakan bahwa Ali bebas dari
ulah Aisyah. Telah sering timbul ketegangan antara Aisyah dan Ali di zaman
Rasulullah(sawa).
Misalnya telah diriwayatkan bahawa suatu ketika Rasul dan Ali sedang berbicara. Aisyah
datang menyela antara keduanya dan berkata : Kamu berdua berbicara terlalu
lama!. Rasul marah sekali.Dan, di ketika lain tatkala terjadi peristiwa Ifk, menurut Aisyah,
Ali mengusulkan Rasulullah(sawa) agar menceraikan Aisyah dan mengatakan bahawa
Aisyah tidak lebih dari tali sebuah sandal. (Tapi ramai orang meragukan peristiwa Ifk yang
diriwayatkan Aisyah ini. Dari mana misalnya orang ini mengetahui usul Ali kepada Rasul?
Siapa yang membocorkannya?),.
Di pihak lain Fathimah melahirkan ramai anak lelaki dan perempuan, sedang Aisyah
tidak melahirkan seorang anak pun. Malah Rasulullah(sawa) menyebut kedua anak lelaki
Fathimah, Hasan dan Husain sebagai anak-anaknya sendiri. Hal ini terbukti tatkala
turun ayat mubahal ah [ Ali Imran : 61].
Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan
kamu),Maka Katakanlah (kepadanya): Marilah kita memanggil anak-anak Kami dan
anak-anakkamu, isteri-isteri Kami dan isteri-isteri kamu, diri Kami dan diri kamu;
kemudian Marilahkita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya lanat Allah
ditimpakan kepadaorang-orang yang dusta.

Bagaimana perasaan seorang isteri, yang tidak dapat melihat bahawa suaminya adalah
seorang Rasul Allah, bila suaminya memperlakukan cucu tirinya sebagai anaknya sedangkan
ia sendiri tidak punya anak?.
Kemudian Rasul menutup pintu yang biasa digunakan ayahnya ke masjid dan membuka pintu
untuk Ali. Begitu pula tatkala Surat Baraah turun, Rasul Allah(sawa) menyuruh Ali,yang
disebutnya sebagai dari dirinya sendiri, untuk menyusul Abu Bakar dalam perjalanan haji
pertama. Dan agar Ali sendiri membacakan surat Baraah atau Surat Taubah kepada jemaah
dan kaum musyrikin di Mina.
Kemudian Mariah, isteri Rasul, melahirkan Ibrahim dan Ali menunjukkan kegembiraannya,
hal ini tentu menyakitkan hati Aisyah.
Yang jelas Ali sama sekali tidak ragu lagi, sebagaimana kebanyakan kaum Muhajirin dan
Anshar, bahawa Ali akan menjadi khalifah sesudah Rasul meninggal dan yakin tidak akan
ada orang yang menentangnya.
Tatkala pamannya Abbas berkata, kepadanya:Ulurkan tanganmu, aku akan membaiatmu
dan orang akan berkata Paman Rasul membaiat sepupu Rasul, dan tidak akan ada yang
berselisih denganmu!, Ali menjawab:Wahai paman,apakah ada orang lain yang
menginginkannya?. Abbas menjawab:Kau akan tahu nanti! , Ali menjawab: Sedang
saya tidak menginginkan jabatan ini melalui pintu belakang. Saya ingin semua dilakukan
secara terbuka. Abbas lalu diam.
Tatkala penyakit Rasulullah(sawa) semakin berat Rasul berseru agar mempercepat pasukan
Usamah. Abu Bakar beserta tokoh-tokoh Muhajirin dan Anshar lainnya diarahkan oleh
Rasul untuk turut serta di dalam pasukan itu. Maka Ali -yang tidak diikutkan Rasul
dalam pasukan Usamah- dengan sendirinya akan menduduki jabatan khalifah itu -bila saat
Rasulullah(sawa) tiba, karena Madinah akan bebas dari orang-orang yang akan
menentang Ali. Dan ia akan menerimaj abatan itu secara mulus dan bersih. Maka akan
lengkaplah pembaiatan, dan tidak akan ada lawan yang menentangnya.
Itulah sebabnya Aisyah memanggil Abu Bakar dari pasukan Usamah yang sedang
berkemah di Jurf -pada pagi hari Isnin, hari wafatnya Rasul dan bukan pada siang hari- dan
memberitahu bahawa Rasulullah(sawa) sedang nazak.
Dan tentang mengimami shalat, Ali menyampaikan bahwa Aisyahlah yang memerintahkan
Bilal, maula ayahnya, untuk memanggil ayahnya mengimami shalat, kerana Rasul(sawa)
sebagaimana diriwayatkan telah bersabda: Agar orang-orang shalat sendirisendiri, dan Rasul tidak menunjuk seseorang untuk mengimami shalat. Shalat itu adalah
shalat subuh. Karena ulah Aisyah itu maka Rasul memerlukan keluar, pada akhir hayatnya,
dituntun oleh Ali dan Fadhl bin Abbas sampai ia berdiri di mihrab seperti diriwayatkan.
Setelah Abu Bakar dibaiat, Fathimah datang menuntut Fadak milik pribadi ayahnya tetapi
Abu Bakar menolaknya dan mengatakan bahwa Nabi tidak mewariskan. Aisyah membantu
ayahnya dengan membenarkan hadis tunggal yang disampaikan ayahnya bahwa Nabi
tidak mewariskan dan apa yang ia tinggalkan adalah sedekah.

Ketika Fathimah meninggal dunia dan semua wanita melawat ke rumah Banu Hasyim
kecuali Aisyah. Ia tidak datang dan menyatakan bahwa ia sakit. Dan sampai berita kepada
Ali bahwa Aisyah menunjukkan kegembiraan.
Kemudian Ali membaiat Abu Bakar dan Aisyah gembira. Sampai tiba berita Utsman dibunuh
dan Aisyah orang yang paling kental menyuruh bunuh Utsman dengan mengatakan Utsman
telah kafir. Mendengar demikian ia berseru: Mampuslah ia! Dan ia mengharap Thalhah
akan jadi khalifah. Setelah mengetahui Ali telah dibaiat dan bukan Thalhah, ia
berteriak:Utsman telah dibunuh secara kejam dan menuduh Ali sebagai pembunuh dan
meletuslah perang Jamal. [ Ibn Abil Hadid , Nahjul Balaghah Jil. 2 hal. 192 -197]
Demikian penjelasan Ibn Abil-Hadid.

Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan sebuah peristiwa secara rahasia


kepada salah seorang istrinya (yakni Hafsah) dan dia (Hafsah) kemudian
membeberkan pembicaraan itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan
hal itu kepadanya (Muhammad),lalu dia (Muhammad) memberitahukan
sebagian dan merahasiakan sebagian. Tatkala dia (Muhammad)
memberitahukan yang sebagian itu (pembicarann antara Hafsalt dan
Aisyah), maka dia (Hafsah) bertanya,Siapakah yang telah memberitahukan
hal itu kepadamu? Nabi menjawab, Yang Maha Mengetahui dan Maha
Mengenal telah memberitahukannya kepadaku. (QS. at-Tahrim : 3)
.
Jika kalian berdua (yakni Hafsah dan Aisyah) bertobat kepada Allah, maka hati kalian
memang telah condong (untuk mematuhi perintah Rasul), dan jika kalian berdua bantu
membantu dalam menentang Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah perlindungannya dan
begitu pula Jibril dan orang orang yang saleh di antara kaum mukmin dan selain itu
malaikat juga adalah penolongnya.. (QS. al-Tahrim : 4)Jika dia menceraikan kalian, boleh
jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik dari kalian,
yang patuh, beriman, taat, yang bertaubat, yang beribadah, yang berpuasa, yang janda dan
yang perawan. (QS. at-Tahrim : 5)
.
Pada jilid 6 kitab Shahh Bukhari edisi Arab-Inggris, di bab yang berjudul Boleh jadi, jika dia
menceeraikan kalian, Tuhannya akan (at-Tahrim : 5), dapat ditemukan hadis-hadis
sebagai berikut: Diriwayatkan dari Umar bin Khattab, Istri-istri Nabi karena kecemburuan
mereka, saling membantu untuk melawan Nabi, sehingga aku berkata kepada mereka, Boleh
jadi, jika dia menceraikan kalian, Allah akan memberinya istri-istri pengganti yang lebih baik
dari kalian! Maka demikianlah ayat ini (QS. 66:5) diturunkan. (Shahih Bukhari, hadis
6.438, jilid 6 hadis ke 438)Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Saya bermaksud bertanya kepada
Umar, maka saya katakan, Siapakah dua orang perempuan yang mencoba saling membantu
dalam menentang Rasululllah? Saya hampir tidak melanjutkan perkataan saya ketika dia
berkata, Mereka adalah Aisyah dan Hafsah. (Shahih Bukhari, hadis 6.436)
.
Jika Allah Taala sampai mengancam kedua istri Nabi itu dengan perceraian, disebabkan
mereka saling membantu dalam menentang Nabi, lalu bagaimana bisa kita menyatakan
bahwa mereka adalah suci dan bebas dosa (maksum)?

Hadits-Hadits lainnya mencatat bahwa Rasulullah SAWW meninggalkan istri-Istrinya selama


sebulan
Umar kemudian menceritakan sebuah hadis dan berkata, Aku berteriak kepada istriku dan
dia menjawabnya dengan pedas, dan aku tidak suka kalau dia membantahku. Dia berkata
kepadaku, Mengapa engkau begitu terkejut dengan bantahanku? Demi Allah, istri-istri Nabi
membantah beliau dan beberapa di antara mereka meninggalkan beliau (tidak berbicara
dengan beliau) selama seharian penuh hingga malam tiba.
.
Pembicaraan itu demikian menakutkanku, dan aku berkata kepadanya, `Siapapun yang
melakukan hal itu akan binasa! Kemudian aku melangkah setelah merapikan pakaian, dan
masuk ke (rumah) Hafsah dan berkata kepadanya, Adakah di antara kalian yang membuat
Nabi marah hingga malam? Dia menjawab, Ya, ada. Aku lalu berkata, Kalian orang yang
binasa! Tidakkah kalian takut bahwa Allah akan marah karena marahnya Rasulullah dan
karena itu kalian akan binasa? Maka janganlah meminta yang lebih banyak dari Nabi dan
jangan membantah beliau dan jangan memutuskan pembicaraan dengan beliau! Mintalah
kepadaku apapun yang kamu butuhkan dan jangan berusaha meniru tetanggamu (yaitu
Aisyah) dalam kelakuannya, karena dia lebih menarik daripada kamu dan lebih dicintai oleh
Nabi!
.
Kemudian Umar menambahkan, Suatu saat, ketika aku sedang berpikir tentang suatu
masalah, istriku berkata, Aku sarankan agar engkau melakukan ini dan itu. Aku bertanya
kepadanya, Apa yang telah kau dapatkan untuk mengerjakan hal itu? Mengapa engkau
menonjok hidungmu dalam suatu masalah yang aku ingin melihatnya selesai? Dia kemudian
berkata, Betapa anehnya engkau ini, hai Ibnu Khattab! Engkau tidak ingin berdebat dengan
cara (yang digunakan) putrimu mendebat Rasulullah begitu hebat sehingga beliau menjadi
marah selama sehari penuh!
.
Umar kemudian melaporkan bahwa dia seketika mengenakan pakaian luarnya dan pergi ke
tempat Hafsah dan berkata kepadanya, Wahai putriku! Apakah engkau mendebat Rasulullah
sehingga beliau menjadi marah selama sehari penuh? Hafsah berkata, Demi Allah, kami
berdebat dengan beliau. Umar berkata, Aku peringatkan engkau akan hukuman Allah dan
kemarahan Rasulullah Wahai putriku! Janganlah engkau tertipu oleh orang yang
membanggakan kecantikannya karena cinta Rasulullah kepadanya (yakni Aisyah).
Umar menambahkan, (Suatu hari) Temanku orang Anshar dengan tak disangka-sangka
mengetuk pintuku dan berkata, Buka! Buka! Aku bertanya, Apakah Raja Ghassan telah
datang? Dia berkata, Tidak, tetapi sesuatu yang lebih buruk. Rasulullah telah
mengasingkan diri beliau dari istri-istri beliau. Aku berkata, Biarlah hidung Aisyah dan
Hafsah tertempel pada debu (yaitu binasa)! (Shahih Bukhari, hadis 6.435)
.

Dalam hadis di atas, Hafsah bersumpah demi Allah bahwa dia berbantahan dengan
Rasulullah SAW dan membuat beliau menjauhinya selama sehari penuh! Seperti inikah bukti
kesucian dan kesalehan? Menurut Quran Surah al-Ahzab 33, kesucian yang sempurna dan
keterjagaan penuh dari dosa adalah ciri khas Ahlulbait. Ayat-ayat Quran di atas dan hadis-hadis dalam Shahih Bukhari tersebut memberikan bukti bahwa Aisyah dan Hafsah tidaklah
suci dan saleh, sebab kalau tidak tentu Allah tidak akan mengancam mereka dalam Quran
dengan penceraian..
Salah satu situs yang mengaku salafy pernah membawakan pembahasan istri-istri Nabi
sebagai Ahlul Bait. Situs tersebut berhujjah dengan hadis shalawat yang ditujukan kepada
Nabi, Istri-istrinya dan keturunannya. Ternyata banyak pula orang yang ikut-ikutan alias
taklid kepada situs tersebut padahal hujjah seperti itu tidak ada nilainya di sisi orang yang
memang mengenal ilmu hadis. Silakan perhatikan hujjah yang dimaksud. Situs itu
membawakan riwayat Al Bukhari tentang shalawat


Ya Allah, berikanlah kebahagiaan kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad,
sebagaimana Engkau telah memberikan kebahagiaan kepada keluarga Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Dan berikanlah barakah kepada
Muhammad, dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan
barakah kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia
[Shahih Bukhari no. 3370].
. .
. .
Ya Allah, berikanlah kebahagiaan kepada Muhammad dan kepada istri-istrinya serta
keturunannya, sebagaimana Engkau telah memberikan kebahagiaan kepada keluarga Ibrahim.
Dan berikanlah barakah kepada Muhammad, dan kepada istri-istrinya serta keturunannya,
sebagaimana Engkau telah memberikan barakah kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya
Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia[Shahih Bukhari no. 3369 dan Shahih Muslim no.
407].
Dengan kedua hadis ini mereka berpendapat bahwa Lafaz wa alaa azwaajihi wa
dzurriyyaatihi (dan kepada istri-istrinya serta keturunannya) merupakan penafsir dari lafaz
wa alaa aali Muhammad (dan kepada keluarga Muhammad). Kemudian mereka
menyimpulkan bahwa Ahlul Bait adalah istri-istri dan keturunan Nabi SAW.
Hujjah mereka ini keliru, entah mengapa mereka tidak menyadari lompatan kesimpulan
mereka yang seenaknya. Silahkan perhatikan hadis shalawat dalam Musnad Ahmad berikut



Ya Allah, berilah kebahagiaan kepada Muhammad dan kepada Ahlul baitnya dan kepada
istri-istrinya serta keturunannya sebagaimana Engkau telah memberikan kebahagiaan kepada
keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Dan berikanlah
barakah kepada Muhammad dan kepada Ahli Baitnya, istri-istrinya, serta keturunannya,
sebagaimana Engkau telah memberikan barakah kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya

Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.[Hadis Musnad Ahmad 5/374 no 23221 dishahihkan
oleh Syaikh Syuaib Al Arnauth].
Dengan memperhatikan ketiga hadis tersebut maka yang dimaksud Aali Muhammad
[keluarga Muhammad] adalah
Ahlul Bait Muhammad SAW
Istri-istri Muhammad SAW
Keturunan Muhammad SAW
Bukankah ini justru menunjukkan kalau Ahlu Bait dan Istri-istri Nabi adalah dua entitas yang
berbeda walaupun keduanya termasuk keluarga Muhammad.Ditambah lagi terdapat hadis
shahih lain yang menunjukkan dengan jelas kalau Istri-istri Nabi SAW bukan Ahlul Bait
yaitu riwayat Zaid bin Arqam. Tetapi anehnya salafiyun ketika berhujjah mereka hanya
membawakan hadis Zaid bin Arqam yang berikut

.






Dari Yaziid bin Hayyaan ia berkata Telah berkata Zaid bin Arqam Pada satu hari Rasulullah
shallallaahu alaihi wa sallam pernah berdiri dan berkhutbah di sebuah mata air yang disebut
Khumm. Beliau memuji Allah, kemudian menyampaikan nasihat dan peringatan kepada kami
Amma badu, ketahuilah wahai sekalian manusia, bahwasannya aku hanyalah seorang
manusia sama seperti kalian. Sebentar lagi utusan Rabb-ku (yaitu malaikat maut) akan datang
dan dia diperkenankan. Aku akan meninggalkan kepada kalian dua hal yang berat, yaitu AlQuran yang berisi petunjuk dan cahaya, karena itu laksanakanlah isi Al-Quran itu dan
berpegangteguhlah kepadanya beliau mendorong dan menghimbau pengamalan Al-Quran
dan Ahlul-Baitku (keluargaku). Aku ingatkan kalian kepada Allah tentang Ahlul-Bait-ku
(beliau mengucapkan tiga kali). Hushain berkata kepada Zaid Wahai Zaid, siapakah ahlulbait Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam ? Bukankah istri-istri beliau adalah ahlulbaitnya ?. Zaid bin Arqam menjawab Istri-istri beliau shallallaahu alaihi wa sallam
memang ahlul-baitnya. Namun ahlul-bait beliau adalah orang-orang yang diharamkan
menerima zakat sepeninggal beliau. Hushain berkata Siapakah mereka itu ?. Zaid
menjawab Mereka adalah keluarga Ali, keluarga Aqil, keluarga Jafar, dan keluarga
Abbas. Hushain berkata Apakah mereka semua itu diharamkan menerima zakat ?. Zaid
menjawab Ya [Shahih Muslim no. 2408 dan Shahih Ibnu Khuzaimah no. 2357].
Mereka salafiyun patut disayangkan seolah-olah tidak pernah membaca hadis riwayat Muslim
lain [yang berada tepat di bawah hadis di atas dalam Shahih Muslim] yang bertentangan
dengan hujjah mereka [dimana dalam hadis ini Zaid bin Arqam bersumpah Demi Allah]



Kami berkata Siapa Ahlul Bait? Apakah istri-istri Nabi? . Kemudian Zaid menjawab
Tidak, Demi Allah seorang wanita(istri) hidup dengan suaminya dalam masa tertentu jika
suaminya menceraikannya dia akan kembali ke orang tua dan kaumnya. Ahlul Bait Nabi
adalah keturunannya yang diharamkan untuk menerima sedekah. [Shahih Muslim no 2408]
Tulisan ini hanya ingin menunjukkan betapa cara pendalilan mereka yang ngakunya salafiyun
itu terkesan seenaknya. Terdapat dalil shahih yang menunjukkan bahwaAhlul Bait Nabi SAW
bukanlah istri-istri Nabi sebagaimana terdapat pula dalil shahih dimana Nabi SAW terkadang
memanggil istrinya dengan sebutan Ahlul Bait. Kami telah membahas tentang ini dalam
pembahasan tersendiri. Sebutan Ahlul Bait bisa memiliki makna umum maupun khusus.
Secara umum baik istri Nabi ataupun kerabat Nabi lainnya [keluarga Aqil, keluarga Jafar
dan keluarga Abbas] bisa saja disebut sebagai Ahlul Bait tetapi secara khusus Nabi SAW
pernah mengkhususkansiapa yang dimaksud Ahlul Bait terkait dengan keutamaan dan
kemuliaan khusus yang mereka sandang seperti Ahlul Bait dalam Ayat Tathir yang
dikhususkan oleh Nabi SAW untuk Sayyidah Fathimah AS, Imam Ali AS, Imam Hasan AS
dan Imam Husain AS.

Anda mungkin juga menyukai