Anda di halaman 1dari 9

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

REFARAT
OKTOBER 2013

PEDIKULOSIS PUBIS

Oleh:
Eka Parama
C111 10 118
Pembimbing
dr. Amelia Prisdiani

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama

: Eka Parama

Nim

: C111 10 118

Refarat

: Pedikulosis Pubis

Universitas

: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian


Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar.

Makassar,

Oktober 2013

Pembimbing

(dr. Amelia Prisdiani)

Daftar Isi

ii

Halaman Pengesahan.......................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................. iii
I. Definisi.................................................................................................. 1
II. Epidemiologi......................................................................................... 1
III. Etiologi.................................................................................................. 1
IV. Patogenesis............................................................................................ 2
V. Diagnosis............................................................................................... 2
1. Anamnesis.......................................................................................... 2
2. Gambaran Klinis................................................................................. 3
3. Pemeriksaan Penunjang...................................................................... 3
VI. Diagnosis Banding................................................................................ 3
1. Skabies................................................................................................ 3
2. Trichomycosis Pubis........................................................................... 4
3. White Piedra....................................................................................... 4
VII. Penatalaksanaan.................................................................................... 5
VIII. Prognosis............................................................................................... 6
Daftar Pustaka..................................................................................... 7

iii

Pedikulosis Pubis
I.

Definisi
Merupakan salah satu penyakit menular seksual (STI) ektoparasitosis yang
disebabkan oleh parasit hematophagous genus Anoplura.

II.

Epidemiologi
Pedikulosis pubis merupakan penyakit menular seksual, yang saat bersamaan
sekitar 30% penderitanya juga menderita penyakit menular seksual lain.
Umumnya penyakit ini menyerang dewasa muda dan lebih sering menyerang pria
dibandingkan wanita.

III.

Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh parasit Phthirus pubis yang memiliki ukuran
panjang 1-3 mm dan memiliki 3 pasang kaki. Siklus hidupnya berlangsung selama
1-3 bulan. Betina dewasa akan menempelkan 300 telurnya pada bagian pangkal
rambut pada permukaan tubuh (skin-hair junction). Telur-telur ini akan menetas
dalam 6-10 hari, dan mencapai masa dewasa setelah 10 hari.

Gambar 1. Mikroskopis organisme


penyebab pedikulosis pubis, Phithirus pubis.
(Diambil dari Rooks Textbook of Dermatology 8th Ed)

Phthirus pubis berpindah melalui kontak langsung dengan pasien. Umumnya


berpredileksi pada rambut regio pubis dan perianal, namun dapat pula mengenai
tungkai bawah, dada dan lebih jarang ditemukan pada bulumata (phthiriasis
palpebrarum), alis, dan rambut ketiak.
IV.

Patogenesis

Gambar 2. Gambaran makula cerulae


(Diambil dari Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine 7th Ed)

Genus Anoplura mengambil darah pasien menggunakan bagian mulut


(haustellum) langsung melalui dinding pembuluh darah. Hal ini memicu
terjadinya reaksi hipersensitifitas dan menimbulkan pruritus dan papul
kemerahan. Dapat pula terjadi bintik-bintik kecil berwarna biru (makula cerulae)
yang terjadi akibat adanya sekresi parasit yang mengiritasi pada daerah bekas
gigitan.
V. Diagnosis
1. Anamnesis

Gambar 3. Organisme penyebab, Phthirus pubis, pada permukaan kulit (kiri) dan telur
Phithirus pubis pada pangkal rambut pubis (kanan)
(Diambil dari Rooks Textbook of Dermatology 8th Ed)

Umumnya pasien mengeluhkan rasa gatal pada daerah yang terserang


Phithirus pubis. Pasien juga mengeluhkan adanya 10 organisme dewasa pada
rambut pubis dan/atau adanya telur organisme pada pangkal rambut pubis
2.

mereka.
Gambaran Klinis

Gambar 4. Papul urtikaria


(Diambil dari Fitzpatrick's Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology 6th Ed)

Lesi dermatologis yang mungkin ditemukan adalah makula cerulae dan/atau


papul urtikaria pada daerah bekas gigitan, biasanya periumbilikal. Lesi
sekunder yang mungkin ditimbulkan akibat pruritus antara lain likenifikasi dan
3.

ekskoriasi.
Pemeriksaan Penunjang
Konfirmasi organisme penyebab dapat dilakukan melalui pemeriksaan
mikroskopis menggunakan kaca pembesar atau mikroskop untuk melihat
morfologi organisme penyebab dan/atau telurnya, pemeriksaan ini berguna
dalam membedakan organisme penyebab pedikulosis pubis dengan pedikulosis
capitis atau korporis.

VI.
1.

Diagnosis Banding
Skabies
Disebabkan oleh Sarcoptes scabiei. Gejala khas yang dapat muncul adalah
pruritus yang memberat pada saat malam hari dan adanya terowongan
diantara papul yang dilalui oleh organisme penyabab pada permukaan kulit
pasien, terutama sela-sela jari. Papul-papul ini dapat muncul pada daerah
periumbilikal, anogenitalia dan paha, sebagaimana papul yang ditimbulkan
oleh Phithirus pubis.

Gambar 5. Gambaran lesi pada sela-sela jari (kiri) dan


daerah anogenital (kanan) yang khas pada penyakit scabies
(Diambil dari Fitzpatrick's Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology 6th Ed)

2.

Trichomycosis pubis
Penyakit ini merupakan infeksi superfisial asimptomatik, disebabkan oleh
Corynebacterium spp, yang menyerang rambut pubis dengan gambaran nodul
granular berwarna kuning, hitam atau merah yang menempel pada pangkal
rambut. Gambaran ini akan terlihat seperti telur Phithirus pubis.

Gambar 6. nodul granular berwarna kuning pada penyakit trichomycosis


(Diambil dari Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine 7th Ed)

3.

White piedra
Penyakit ini disebabkan oleh Trichosporon beigelii, yang menimbulkan
pruritus sebagaimana gejala penyakit pedikulosis dan memiliki nodul lunak
berwarna putih atau coklat muda, yang menyerupai telur Phithirus pubis.

Gambar 7. Koloni Trichosporon beigelii yang membentuk nodul pada rambut pasien
(Diambil dari Rooks Textbook of Dermatology 8th Ed)

VII.

Penatalaksanaan
Tatalaksana yang tepat seharusnya mampu menghilangkan parasit penyebab
dan telurnya. Dianjurkan pemberian krim Permethrin 1% pada daerah yang
terinfeksi dan dibilas setelah 10 menit atau krim Pyrethrin dengan piperonyl
butoxide pada daerah terinfeksi dan dibilas setelah 10 menit. Permethrin
digunakan secara luas sebagai pedikulosida karena memiliki tingkat keamanan
yang cukup tinggi, walaupun terdapat laporan terjadinya leukemia kongenital
pada bayi prematur dengan ibu yang sering menghirup Permethrin ter-aerosol.
Sebagai alternatif, dapat diberikan losion Malathion 0,5% setiap 8-12 jam
dan dibilas setelahnya (apabila terdapat resistensi terhadap terapi Permethrin) atau
4

Ivermectin oral 250 g/kg diulang dalam dua minggu atau shampo Lindane 1%
dan dibilas setelah 4 menit (tidak lagi digunakan sebagai terapi utama akibat sifat
toksiknya sehingga hanya digunakan bila terdapat ketidakmampuan menoleransi
obat lain).
1.

Tatalaksana penunjang
Mencuci penutup tempat tidur dan pakaian pasien dengan suhu tinggi
(50oC) untuk mengeleminasi parasit dan telurnya.
Diagnosis pedikulosis pubis merupakan salah satu indikasi untuk
mencari penyakit menular lain termasuk HIV/AIDS.

2.

Tatalaksana bagi pasangan seksual


Pasangan seksual pasien dalam waktu satu bulan kebelakang harus
diberikan terapi sesuai dan tidak melakukan hubungan seksual hingga satu
minggu setelah terapi diberikan kepada keduanya.

3.

Tatalaksana pada pasien khusus


o Hamil & menyusui
Ibu hamil dan menyusui sebaiknya diberikan terapi Permethrin atau
Pyrethrin dengan piperonyl butoxide. Lindane dan Ivermectin memiliki
kontraindikasi terhadap ibu hamil dan menyusui.
o Pasien HIV/AIDS
Terapi yang diberikan sama dengan pasien dengan HIV negatif.

VIII.

Prognosis
Evaluasi dilakukan setelah satu minggu apabila gejala menetap. Tatalaksana
ulang mungkin diperlukan bila parasit atau telur masih ditemukan pada rambut
(hair-skin junction). Pasien yang tidak memberikan respon terhadap terapi utama
sebaiknya diberikan tatalaksana ulang dengan terapi alternatif. Tidak dilakukannya
terapi terhadap penyakit ini dapat menyebabkan bertahannya organisme penyebab,
Phithirus pubis, dalam jangka waktu yang lama.

Daftar Pustaka
1.

Estrada R. Pediculoasis. In: Estrada R, Aneras R, editors. Tropical


dermatology. 1 ed. Texas: Landes Bioscience; 2001. p. 400-4.

2.

Workowski KA, Berman S. Sexually transmitted diseases treatment


guidelines, 2010. MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 2010;59(RR12):1-110.

3.

Leone PA. Scabies and pediculosis pubis: an update of treatment regimens


and general review. Clin Infect Dis. 2007;1(44):153-9.

4.

Stone SP, Goldfarb JN, Bacelieri RE. Scabies, other mites, and pediculosis.
In: Wolff K, Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B, Paller A, Leffell D, editors.
Fitzpatrick's dermatology in general medicine. 7 ed. USA: The McGraw-Hill
Companies; 2008. p. 2036.

5.

Arthropod bites, stings, and cutaneous infections. In: wolff K, Johnson RA,
editors. Fitzpatrick's color atlas and synopsis of clinical dermatology. 6 ed.
USA: The McGraw-Hill Companies; 2009. p. 865-6.

6.

Scott G, Chosidow O. European guideline for the management of pediculosis


pubis, 2010. Int J STD AIDS. 2011;22(6):304-5.

7.

Burns DA. Diseases caused by arthropods and other noxious animals. In:
Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rooks textbook of
dermatology. 8 ed. UK: Wiley-Blackwell; 2010. p. 38.17.

8.

Parasitic infections, stings, and bites. In: James WD, Berger TG, Elston DM,
editors. Andrew's disease of the skin clinical dermatology. 10 ed. Canada:
Saunders Elsevier; 2006. p. 447-8.

Anda mungkin juga menyukai