Anda di halaman 1dari 17

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan
berikut:

Biopsi (pengambilan contoh jaringan payudara untuk diperiksa dengan mikroskop)


Rontgen dada
Pemeriksaan darah untuk menilai fungsi hati dan penyebaran kanker
Skening tulang (dilakukan jika tumornya besar atau ditemukan pembesaran kelenjar getah
bening)
Mammografi
USG payudara.

Staging (Penentuan Stadium Kanker)


Penentuan stadium kanker
menentukan prognosis.

penting

sebagai

panduan

pengobatan, follow-up dan

Staging kanker payudara (American Joint Committee on Cancer):

Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya di dalam jaringan
payudara yang normal
Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar keluar
payudara
Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah
bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm tetapi sudah menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak
Stadium IIB : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2-5 cm tetapi sudah menyebar
ke kelenjar getah bening ketiak
Stadium IIIA : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar
getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketah ke struktur
lainnya; atau tumor dengan garis tengah lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar
getah bening ketiak
Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit payudara atau ke
dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam dinding dada dan tulang
dada
Stadium IV : Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada, misalnya ke
hati, tulang atau paru-paru.

Selain stadium kanker, terdapat faktor lain yang mempengaruhi jenis pengobatan dan
prognosis:

Jenis sel kanker


Gambaran kanker
Respon
kanker
terhadap
hormon
Kanker yang memiliki reseptor estrogen tumbuh secara lebih lambat dan lebih sering
ditemukan pada wanita pasca menopause.
Ada atau tidaknya gen penyebab kanker payudara.

PENGOBATAN

Biasanya pengobatan dimulai setelah dilakukan penilaian secara menyeluruh terhadap


kondisi penderita, yaitu sekitar 1 minggu atau lebih setelah biopsi.
Pengobatannya terdiri dari pembedahan, terapi penyinaran, kemoterapi dan obat
penghambat hormon.
Terapi penyinaran digunakan membunuh sel-sel kanker di tempat pengangkatan tumor dan
daerah sekitarnya, termasuk kelenjar getah bening.
Kemoterapi (kombinasi obat-obatan untuk membunuh sel-sel yang berkembanganbiak dengan
cepat atau menekan perkembangbiakannya) dan obat-obat penghambat hormon (obat yang
mempengaruhi kerja hormon yang menyokong pertumbuhan sel kanker) digunakan untuk
menekan pertumbuhan sel kanker di seluruh tubuh.

Pengobatan untuk kanker payudara yang terlokalisir

Untuk kanker yang terbatas pada payudara, pengobatannya hampir selalu meliputi
pembedahan (yang dilakukan segera setelah diagnosis ditegakkan) untuk mengangkat
sebanyak mungkin tumor.
Terdapat sejumlah pilihan pembedahan, pilihan utama adalah mastektomi (pengangkatan
seluruh payudara) atau pembedahan breast-conserving (hanya mengangkat tumor dan
jaringan normal di sekitarnya).

Pembedahan breast-conserving
1. Lumpektomi : pengangkatan tumor dan sejumlah kecil jaringan normal di sekitarnya
2. Eksisi luas atau mastektomi parsial : pengangkatan tumor dan jaringan normal di sekitarnya
yang lebih banyak
3. Kuadrantektomi : pengangkatan seperempat bagian payudara.
Pengangkatan tumor dan beberapa jaringan normal di sekitarnya memberikan peluang
terbaik untuk mencegah kambuhnya kanker.
Keuntungan utama dari pembedahan breast-conserving ditambah terapi penyinaran adalah
kosmetik.
Biasanya efek samping dari penyinaran tidak menimbulkan nyeri dan berlangsung tidak lama.
Kulit tampak merah atau melepuh.

Mastektomi
1. Mastektomi simplek : seluruh jaringan payudara diangkat tetapi otot dibawah payudara
dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup untuk menutup luka bekas
operasi.Rekonstruksi payudara lebih mudah dilakukan jika otot dada dan jaringan lain
dibawah
payudara
dibiarkan
utuh.
Prosedur ini biasanya digunakan untuk mengobati kanker invasif yang telah menyebar luar ke
dalam saluran air susu, karena jika dilakukan pembedahan breast-conserving, kanker sering
kambuh.
2. Mastektomi simplek ditambah diseksi kelenjar getah bening atau modifikasi mastektomi
radikal : seluruh jaringan payudara diangkat dengan menyisakan otot dan kulit, disertai
pengangkatan kelenjar getah bening ketiak.
3. Mastektomi radikal : seluruh payudara, otot dada dan jaringan lainnya diangkat.
Terapi penyinaran yang dilakukan setelah pembedahan, akan sangat mengurangi resiko
kambuhnya kanker pada dinding dada atau pada kelenjar getah bening di sekitarnya.
Ukuran tumor dan adanya sel-sel tumor di dalam kelenjar getah bening mempengaruhi
pemakaian kemoterapi dan obat penghambat hormon.
Beberapa ahli percaya bahwa tumor yang garis tengahnya lebih kecil dari 1,3 cm bisa diatasi
dengan pembedahan saja. Jika garis tengah tumor lebih besar dari 5 cm, setelah
pembedahan biasanya diberikan kemoterapi. Jika garis tengah tumor lebih besar dari 7,6 cm,

kemoterapi biasanya diberikan sebelum pembedahan.


Penderita karsinoma lobuler in situ bisa tetap berada dalam pengawasan ketat dan tidak
menjalani pengobatan atau segera menjalani mastektomi bilateral (pengangkatan kedua
payudara).
Hanya 25% karsinoma lobuler yang berkembang menjadi kanker invasif sehingga banyak
penderita yang memilih untuk tidak menjalani pengobatan.
Jika penderita memilih untuk menjalani pengobatan, maka dilakukan mastektomi bilateral
karena kanker tidak selalu tumbuh pada payudara yang sama dengan karsinoma lobuler.
Jika penderita menginginkan pengobatan selain mastektomi, maka diberikan obat
penghambat hormon yaitu Tamoxifen.
Setelah menjalani mastektomi simplek, kebanyakan penderita karsinoma duktal in situ tidak
pernah mengalami kekambuhan.
Banyak juga penderita yang menjalani lumpektomi, kadang dikombinasi dengan terapi
penyinaran.
Kanker payudara inflamatoir adalah kanker yang sangat serius meskipun jarang terjadi.
Payudara tampak seperti terinfeksi, teraba hangat, merah dan membengkak.
Pengobatannya terdiri dari kemoterapi dan terapi penyinaran.

Rekonstruksi payudara

Untuk rekonstruksi payudara bisa digunakan implan silikon atau salin maupun jaringan yang
diambil dari bagian tubuh lainnya.
Rekonstruksi bisa dilakukan bersamaan dengan mastektomi atau bisa juga dilakukan di
kemudian hari.
Akhir-akhir ini keamanan pemakaian silikon telah dipertanyakan. Silikon kadang merembes
dari kantongnya sehingga implan menjadi keras, menimbulkan nyeri dan bentuknya berubah.
Selain itu, silikon kadang masuk ke dalam laliran darah.

Kemoterapi & Obat Penghambat Hormon

Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali diberikan segera setelah pembedahan
dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun.
Pengobatan ini menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup
penderita.
Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan kemoterapi
tunggal. Tetapi tanpa pembedahan maupun penyinara, obat-obat tersebut tidak dapat
menyembuhkan kanker payudara.
Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah, luka terbuka di mulut yang
menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara.
Pada saat ini muntah relatif jarang terjadi karena adanya obat ondansetron.
Tanpaondansetron, penderita akan muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3 hari setelah
kemoterapi. Berat dan lamanya muntah bervariasi, tergantung kepada jenis kemoterapi yang
digunakan dan penderita.
Selama beberapa bulan, penderita juga menjadi lebih peka terhadap infeksi dan perdarahan.
Tetapi pada akhirnya efek samping tersebut akan menghilang.
Tamoxifen adalah obat penghambat hormon yang bisa diberikan sebagai terapi lanjutan
setelah pembedahan.
Tamoxifen secara kimia berhubungan dengan esrogen dan memiliki beberapa efek yang sama
dengan terapisulih hormon (misalnya mengurangi resiko terjadinya osteoporosis dan penyakit
jantung serta meningkatkan resiko terjadinya kanker rahim). Tetapi Tamoxifen tidak

mengurangi hot flashes ataupun merubah kekeringan vagina akibat menopause.

Pengobatan kanker payudara yang telah menyebar

Kanker payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh. Bagian tubuh yang paling sering
diserang adalah paru-paru, hati, tulang, kelenjar getah bening, otak dan kulit.
Kanker muncul pada bagian tubuh tersebut dalam waktu bertahun-tahun atau bahkan
berpuluh-puluh tahun setelah kanker terdiagnosis dan diobati.
Penderita kanker payudara yang telah menyebar tetapi tidak menunjukkan gejala biasanya
tidak akan memperoleh keuntungan dari pengobatan. Akibatnya pengobatan seringkali
ditunda sampai timbul gejala (misalnya nyeri) atau kanker mulai memburuk.
Jika penderita merasakan nyeri, diberikan obat penghambat hormon atau kemoterapi untuk
menekan pertumbuhan sel kanker di seluruh tubuh.
Tetapi jika kanker hanya ditemukan di tulang, maka dilakukan terapi penyinaran. Terapi
penyinaran merupakan pengobatan yang paling efektif untuk kanker tulang dan kanker yang
telah menyebar ke otak.

Obat penghambat hormon lebih sering diberikan kepada:

Kanker yang didukung oleh estrogen


Penderita yang tidak menunjukkan tanda-tanda kanker selama lebih dari 2 tahun setelah
terdiagnosis kanker yang tidak terlalu mengancam jiwa penderita.
Obat tersebut sangat efektif jika diberikan kepada penderita yang berusia 40 tahun dan
masih mengalami menstruasi serta menghasilkan estrogen dalam jumlah besar atau kepada
penderita yang 5 tahun lalu mengalami menopause.
Tamoxifen memiliki sedikit efek samping sehngga merupakan obat pilihan pertama.
Selain itu, untuk menghentikan pembentukan estrogen bisa dilakukan pembedahan untuk
mengangkat ovarium (indung telur) atau terapi penyinaran untuk menghancurkan ovarium.
Jika kanker mulai menyebar kembali berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah pemberian
obat penghambat hormon, maka digunakan obat penghambat hormon yang lain.
Aminoglutetimid adalah obat penghambat hormon yang banyak digunakan untuk mengatasi
rasa nyeri akibat kanker di dalam tulang. Hydrocortisone (suatu hormon steroid) biasanya
diberikan
pada
saat
yang
bersamaan,
karena
aminoglutetimid
menekan
pembentukanHydrocortisone alami oleh tubuh.
Kemoterapi yang paling efektif adalah cyclophosphamide, doxorubicin, paclitaxel, dosetaxel,
vinorelbin dan mitomycin C. Obat-obat ini seringkali digunakan sebagai tambahan pada
pemberian obat penghambat hormon.

PROGNOSIS
Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indikator terbaik untuk menentukan prognosis
penyakit
ini.
Angka kelangsungan hidup 5 tahun pada penderita kanker payudara yang telah menjalani
pengobatan yang sesuai mendekati:

95% untuk stadium 0


88% untuk stadium I
66% untuk stadium II
36% untuk stadium III
7% untuk stadium IV

PENCEGAHAN

Banyak faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan.


Beberapa ahli diet dan ahli kanker percaya bahwa perubahan diet dan gaya hidup secara
umum bisa mengurangi angka kejadian kanker.
Diusahakan untuk melakukan diagnosis dini karena kanker payudara lebih mudah diobati dan
bisa disembhan jika masih pada stadium dini.
SADARI, pemeriksan payudara secara klinis dan mammografi sebagai prosedur penyaringan
merupakan 3 alat untuk mendeteksi kanker secara dini.
Penelitian terakhir telah menyebutkan 2 macam obat yang terbukti bisa mengurangi resiko
kanker payudara, yaitu tamoksifen dan raloksifen. Keduanya adalah anti estrogen di dalam
jaringan payudara.
Tamoksifen telah banyak digunakan untuk mencegah kekambuhan pada penderita yang telah
menjalani pengobatan untuk kanker payudara.
Obat ini bisa digunakan pada wanita yang memiliki resiko sangat tinggi.
Mastektomi pencegahan adalah pembedahan untuk mengangkat salah satu atau kedua
payudara dan merupakan pilihan untuk mencegah kanker payudara pada wanita yang
memiliki resiko sangat tinggi (misalnya wanita yang salah satu payudaranya telah diangkat
karena kanker, wanita yang memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker payudara dan
wanita yang memiliki gen p53, BRCA1 atauk BRCA 2).

Kanker Leher Rahim (serviks)

DEFINISI

Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.
90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya
berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim.

PENYEBAB

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.
9.
10.
11.
12.

Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tak
terkendali.
Jika sel serviks terus membelah maka akan terbentuk suatu massa jaringan yang disebut
tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas. Jika tumor tersebut ganas, maka keadaannya
disebut kanker serviks.
Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks:
HPV (human papillomavirus)
HPV adalah virus penyebab kutil genitalis (kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56.
Merokok
Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi HPV pada serviks.
Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini
Berganti-ganti pasangan seksual
Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia di bawah 18
tahun, berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker
serviks
Pemakaian DES (dietilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran (banyak
digunakan pada tahun 1940-1970)
Gangguan sistem kekebalan
Pemakaian pil KB
Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun
Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan Pap smear secara rutin)

Keadaan Prekanker Pada Serviks

Sel-sel pada permukaan serviks kadang tampak abnormal tetapi tidak ganas.
Para ilmuwan yakin bahwa beberapa perubahan abnormal pada sel-sel serviks merupakan
langkah awal dari serangkaian perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun
kemudian bisa menyebabkan kanker.
Karena itu beberapa perubahan abnormal merupakan keadaan prekanker, yang bisa berubah
menjadi kanker.
Saat ini telah digunakan istilah yang berbeda untuk perubahan abnormal pada sel-sel di
permukaan serviks, salah satu diantaranya adalah lesi skuamosa intraepitel (lesi artinya
kelainan jaringan, intraepitel artinya sel-sel yang abnormal hanya ditemukan di lapisan

permukaan).

Perubahan pada sel-sel ini bisa dibagi ke dalam 2 kelompok:


1. Lesi tingkat rendah : merupakan perubahan dini pada ukuran, bentuk dan jumlah sel yang
membentuk permukaan serviks. Beberapa lesi tingkat rendah menghilang dengan sendirinya.
Tetapi yang lainnya tumbuh menjadi lebih besar dan lebih abnormal, membentuk lesi tingkat
tinggi.
Lesi tingkat rendah juga disebut displasia ringan atau neoplasia intraepitel servikal 1 (NIS 1).
Lesi tingkat rendah paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 25-35 tahun, tetapi
juga bisa terjadi pada semua kelompok umur.
2. Lesi tingkat tinggi : ditemukan sejumlah besar sel prekanker yang tampak sangat berbeda
dari
sel
yang
normal.
Perubahan prekanker ini hanya terjadi pada sel di permukaan serviks. Selama berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun, sel-sel tersebut tidak akan menjadi ganas dan tidak akan menyusup
ke
lapisan
serviks
yang
lebih
dalam.
Lesi tingkat tinggi juga disebut displasia menengah atau displasia berat, NIS 2 atau 3,
ataukarsinoma
in
situ.
Lesi tingkat tinggi paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 30-40 tahun.
Jika sel-sel abnormal menyebar lebih dalam ke dalam serviks atau ke jaringan maupun organ
lainnya, mada keadaannya disebut kanker serviks atau kanker serviks invasif.
Kanker serviks paling sering ditemukan pada usia diatas 40 tahun.

GEJALA

Perubahan prekanker pada serviks biasanya tidak menimbulkan gejala dan perubahan ini
tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan panggul dan Pap smear.
Gejala biasanya baru muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan
dan menyusup ke jaringan di sekitarnya. Pada saat ini akan timbul gejala berikut:
Perdarahan vagina yang abnormal, terutama diantara 2 menstruasi, setelah melakukan
hubungan seksual dan setelah menopause
Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink, coklat,
mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Gejala dari kanker serviks stadium lanjut:
Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan
Nyeri panggul, punggung atau tungkai
Dari vagina keluar air kemih atau tinja
Patah tulang (fraktur).

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut:
1. Pap
smear
Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks secara akurat dan dengan
biaya yang tidak terlalu mahal. Akibatnya angka kematian akibat kanker servikspun menurun
sampai
lebih
dari
50%.
Setiap wanita yang telah aktif secara seksual atau usianya telah mencapai 18 tahun,
sebaiknya menjalani Pap smear secara teratur yaitu 1 kali/tahun. Jika selama 3 kali
berturut-turut menunjukkan hasil yang normal, Pap smear bisa dilakukan 1 kali/2-3tahun.
Hasil pemeriksaan Pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks:
- Normal
- Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)
- Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)
- Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar)
- Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau ke
organ tubuh lainnya).

1. Biopsi
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau
luka pada serviks, atau jika Pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau
kanker.
2. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
3. Tes
Schiller
Serviks diolesi dengan lauran yodium, sel yang sehat warnanya akan berubah
menjadi coklat, sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.
Untuk membantu menentukan stadium kanker, dilakukan beberapa pemeriksan berikut:

Sistoskopi
Rontgen dada
Urografi intravena
Sigmoidoskopi
Skening tulang dan hati
Barium enema.

PENGOBATAN
Pengobatan lesi prekanker
Pengobatan lesi prekanker pada serviks tergantung kepada beberapa faktor berikut:

tingkatan lesi (apakah tingkat rendah atau tingkat tinggi)


rencana penderita untuk hamil lagi
usia dan keadaan umum penderita.
Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama
jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan
biopsi. Tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan Pap smear dan pemeriksaan
panggul secara rutin.
Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa:
Kriosurgeri (pembekuan)
Kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi)
Pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai
jaringan yang sehat di sekitarnya
LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi.

Setelah menjalani pengobatan, penderita mungkin akan merasakan kram atau nyeri
lainnya, perdarahan maupun keluarnya cairan encer dari vagina.
Pada beberapa kasus, mungkin perlu dilakukan histerektomi (pengangkatan rahim),
terutama jika sel-sel abnormal ditemukan di dalam lubang serviks. Histerektomi
dilakukan jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi.

Pengobatan untuk kanker serviks


Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan ukuran tumor, stadium
penyakit, usia, keadaan umum penderita dan rencana penderita untuk hamil lagi.

Pembedahan

Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar),
seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun
melalui LEEP.
Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak.
Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan
ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap
6 bulan.
Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani
histerektomi.
Pada kanker invasif, dilakukan histerektomi dan pengangkatan struktur di
sekitarnya (prosedur ini disebut histerektomi radikal) serta kelenjar getah bening.
Pada wanita muda, ovarium (indung telur) yang normal dan masih berfungsi tidak
diangkat.

Terapi penyinaran
Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada
daerah
panggul.
Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya.
Ada 2 macam radioterapi:

Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar Penderita tidak perlu
dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu
selama 5-6 minggu.
Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan
langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu
penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama
1-2 minggu.

Efek samping dari terapi penyinaran adalah:

iritasi rektum dan vagina


kerusakan kandung kemih dan rektum
ovarium berhenti berfungsi.
1. KemoterapiJika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan untuk
menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh

sel-sel
kanker.
Obat anti-kanker bisa diberikan melalui suntikan intravena atau melalui mulut.
Obat kemoterapi yang dapat digunakan antara lain cisplatin, cetuximab, 5fluorouracil, Docetaxel, Methotrexate, Paclitaxel, Carboplatin, Bleomycin,
Imiquimod
Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan
diselingi dengan periode pemulihan, lalu dilakukan pengobatan, diselingi denga
pemulihan, begitu seterusnya.
2. Terapi biologisPada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem
kekebalan
tubuh
dalam
melawan
penyakit.
Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh
lainnya.
Yang paling sering digunakan adalah interferon, yang bisa dikombinasikan dengan
kemoterapi.

Efek samping pengobatan

Selain membunuh sel-sel kanker, pengobatan juga menyebabkan kerusakan pada


sel-sel yang sehat sehingga seringkali menimbulkan efek samping yang tidak
menyenangkan.
Efek samping dari pengobatankanker sangat tergantung kepada jenis dan luasnya
pengobatan. Selain itu, reaksi dari setiap penderita juga berbeda-beda.
Metoda untuk membuang atau menghancurkan sel-sel kanker pada permukaan
serviks sama dengan metode yang digunakan untuk mengobati lesi prekanker.
Efek samping yang timbul berupa kram atau nyeri lainnya, perdarahan atau keluar
cairan encer dari vagina.
Beberapa hari setelah menjalani histerektomi, penderita bisa mengalami nyeri di
perut bagian bawah. Untuk mengatasinya bisa diberikan obat pereda nyeri.
Penderita juga mungkin akan mengalami kesulitan dalam berkemih dan buang air
besar. Untuk membantu pembuangan air kemih bisa dipasang kateter.
Beberapa saat setealh pembedahan, aktivitas penderita harus dibatasi agar
penyembuhan berjalan lancar. Aktivitas normal (termasuk hubungan seksual)
biasanya bisa kembali dilakukan dalam waktu 4-8 minggu.
Setelah menjalani histerektomi, penderita tidak akan mengalami menstruasi lagi.
Histerektomi biasanya tidak mempengaruhi gairah seksual dan kemampuan untuk
melakukan hubungan seksual.
Tetapi banyak penderita yang mengalami gangguan emosional setelah
histerektomi. Pandangan penderita terhadap seksualitasnya bisa berubah dan
penderita merasakan kehilangan karena dia tidak dapat hamil lagi.
Selama menjalani radioterap, penderita mudah mengalami kelelahan yang luar
biasa, terutama seminggu sesudahnya.
Istirahat yang cukup merupakan hal yang penting, tetapi dokter biasanya
menganjurkan agar penderita sebisa mungkin tetap aktif.
Pada radiasi eksternal, sering terjadi kerontokan rambut di daerah yang disinari dan
kulit menjadi merah, kering serta gatal-gatal. Mungkin kulit akan menjadi lebih
gelap.
Daerah yang disinari sebaiknya mendapatkan udara yang cukup, tetapi harus

terlindung dari sinar matahari dan penderita sebaiknya tidak menggunakan pakaian
yang bisa mengiritasi daerah yang disinari.
Biasanya, selama menjalani radioterapi penderita tidak boleh melakukan hubungan
seksual.
Kadang setelah radiasi internal, vagina menjadi lebh sempit dan kurang lentur,
sehingga bisa menyebabkan nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Untuk
mengatasi hal ini, penderita diajari untuk menggunakan dilator dan pelumas
dengan bahan dasar air.
Pada radioterapi juga bisa timbul diare dan sering berkemih.
Efek samping dari kemoterapi sangat tergantung kepada jenis dan dosis obat yang
digunakan. Selain itu, efek sampingnya pada setiap penderita berlainan.
Biasanya obat anti-kanker akan mempengaruhi sel-sel yang membelah dengan
cepat, termasuk sel darah (yang berfungsi melawan infeksi, membantu pembekuan
darah atau mengangkut oksigen ke seluruh tubuh).
Jika sel darah terkena pengaruh obat anti-kanker, penderita akan lebih mudah
mengalami infeksi, mudah memar dan mengalami perdarahan serta kekurangan
tenaga.
Sel-sel pada akar rambut dan sel-sel yang melapisi saluran pencernaan juga
membelah dengan cepat.
Jika sel-sel tersebut terpengaruh oleh kemoterapi, penderita akan mengalami
kerontokan rambut, nafsu makannya berkurang, mual, muntah atau luka terbuka di
mulut.
Terapi biologis bisa menyebabkan gejala yang menyerupai flu, yaitu menggigil,
demam, nyeri otot, lemah, nafsu makan berkurang, mual, muntah dan diare.
Kadang timbul ruam, selain itu penderita juga bisa mudah memar dan mengalami
perdarahan.

PENCEGAHAN
Ada 2 cara untuk mencegah kanker serviks:

1. Mencegah terjadinya infeksi HPV


2. Melakukan pemeriksaan Pap smear secara teratur .
Pap smear (tes Papanicolau) adalah suatu pemeriksaan mikroskopik terhadap selsel yang diperoleh dari apusan serviks.
Pada pemeriksaan Pap smear, contoh sel serviks diperoleh dengan bantuan
sebuah spatulayang terbuat dari kayu atau plastik (yang dioleskan bagian luar
serviks) dan sebuah sikat kecil (yang dimasukkan ke dalam saluran servikal).
Sel-sel serviks lalu dioleskan pada kaca obyek lalu diberi pengawet dan dikirimkan
ke laboratorium untuk diperiksa.
24 jam sebelum menjalani Pap smear, sebaiknya tidak melakukan pencucian atau
pembilasan vagina, tidak melakukan hubungan seksual, tidak berendam dan tidak
menggunakan tampon.
Pap smear sangat efektif dalam mendeteksi perubahan prekanker pada serviks.
Jika hasil Pap smear menunjukkan displasia atau serviks tampak abnormal,
biasanya dilakukan kolposkopi dan biopsi

Anjuran untuk melakukan Pap smear secara teratur:

Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun


Setiap tahun untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah
menderita infeksi HPV atau kutil kelamin
Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB
Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun jika 3 kali Pap smear
berturut-turut menunjukkan hasil negatif atau untuk wanita yang telah menjalani
histerektomi bukan karena kanker
Sesering mungkin jika hasil Pap smear menunjukkan abnormal
Sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prekanker maupun kanker
serviks.
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kanker serviks sebaiknya:
Anak perempuan yang berusia dibawah 18 tahun tidak melakukan hubungan
seksual.
Jangan melakukan hubungan seksual dengan penderita kutil kelamin atau
gunakan kondom untuk mencegah penularan kutil kelamin
Jangan berganti-ganti pasangan seksual
Berhenti merokok.
Pemeriksaan panggul setiap tahun (termasuk Pap smear) harus dimulai ketika
seorang wanita mulai aktif melakukan hubungan seksual atau pada usia 20 tahun.
Setiap hasil yang abnormal harus diikuti dengan pemeriksaan kolposkopi dan
biopsi.
Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa vitamin A berpertan dalam
menghentikan atau mencegah perubahan keganasan pada sel-sel, seperti yang
terjadi pada permukaan serviks

Leukemia

DEFINISI
Leukemia adalah kanker dari sel-sel darah.

PENYEBAB

Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih.


Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui.
Virus menyebabkan beberapa leukemia pada binatang (misalnya kucing).
Virus HTLV-I (human T-cell lymphotropic virus type I), yang menyerupai virus penyebab AIDS,
diduga merupakan penyebab jenis leukemia yang jarang terjadi pada manusia, yaitu
leukemia sel-T dewasa.
Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan
pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia.
Orang yang memiliki kelainan genetk tertentu (misalnya sindroma Down dan sindroma
Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.
Sel darah putih berasal dari sel stem di sumsum tulang.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih mengalami
gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan.
Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan
genetik sel yang kompleks).
Penyusunan kembali kromosom (translokasi kromosom) mengganggu pengendalian normal
dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tak terkendali dan menjadi ganas.
Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel
yang menghasilkan sel-sel darah yang normal.
Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya, termasuk hati, limpa, kelenjar getah
bening, ginjal dan otak.

Terdapat 4 jenis utama leukemia, yang diberi nama berdasarkan kecepatan perkembangan
penyakit dan jenis sel darah putih yang terkena:

Jenis

Perkembangan
penyakit

Sel darah putih


yg terkena

Leukemia Limfositik (limfoblastik) Akut

Cepat

Limfosit

Leukemia Mieloid (mielositik, mielogenous,


mieloblastik, mielomonositik) Akut

Cepat

Mielosit

Leukemia Limfositik Kronik


termasuk sindroma S?zary dan leukemia sel
berambut)

Lambat

Limfosit

Leukemia Mielositik (mieloid, mielogenous,

Lambat

Mielosit

granulositik) Kronik

DIAGNOSA
Dokter sering menemukan leukimia kronis dalam tes darah rutin, sebelum gejala dimulai. Jika
ini terjadi, atau jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala leukemia, Anda dapat menjalani
ujian diagnostik berikut:
1. Tes fisik. Dokter Anda akan mencari tanda-tanda fisik leukemia, seperti kulit pucat seperti
anemia dan pembengkakan di kelenjar getah bening, hati dan limpa.
2. Tes darah. Dengan melihat contoh darah Anda, dokter Anda dapat menentukan apakah Anda
memiliki tingkat abnormal sel-sel darah putih atau trombosit yang mungkin leukemia.
3. Imunofenotipe. Imunofenotipe membantu menentukan apakah peningkatan jumlah limfosit
dalam darah Anda disebabkan oleh proses reaktif seperti sebagai reaksi terhadap infeksi
atau peradangan atau proses kanker. Hal ini juga membantu membedakan sel leukemia
limfositik kronis dari jenis leukemia dan limfoma.
4. Cytogenetic analisis. Tes ini mendeteksi perubahan dalam kromosom, termasuk keberadaan
kromosom Philadelphia. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan mikroskop biasa atau
laboratorium yang lebih modern teknologinya yang disebut fluorescence in situ hibridisasi
(IKAN).
5. Sampel sumsum tulang. Jika dokter Anda mencurigai leukemia, ia mungkin akan
mengarahkan Anda ke dokter yang mengkhususkan diri dalam kanker (onkologi) atau dokter
yang mengkhususkan diri dalam darah (hematologist). Spesialis ini dapat menggunakan jarum
untuk menghapus sampel sumsum tulang Anda untuk mencari sel-sel leukemia.

Anda akan memerlukan tes tambahan untuk mengkonfirmasikan diagnosis dan untuk
menentukan jenis leukemia dan luas dalam tubuh Anda. Jenis leukemia tertentu
diklasifikasikan menjadi tahap, yang menunjukkan tingkat keparahan penyakit. Staging
membantu dokter menentukan rencana pengobatan.

PENGOBATAN
Tidak seperti jenis kanker lainnya, leukemia bukan tumor yang padat dimana dokter bedah
dapat menghilangkannya. Perawatan leukemia kompleks. Tergantung pada banyak faktor,
termasuk usia dan kesehatan secara keseluruhan, jenis leukemia yang Anda miliki dan apakah
telah menyebar ke bagian lain dari tubuh Anda.
Terapi yang digunakan untuk melawan leukemia meliputi:
1. Kemoterapi. Kemoterapi adalah bentuk utama pengobatan untuk leukemia. Perawatan ini
menggunakan senyawa kimia untuk membunuh sel-sel leukemia. Tergantung pada jenis
leukemia yang Anda miliki, Anda mungkin akan menerima satu jenis obat atau kombinasi dari
satu atau lebih obat-obatan. Obat ini dapat dalam bentuk pil, atau mereka mungkin
disuntikkan langsung ke pembuluh darah.

2. Biological terapi. Juga dikenal sebagai immunotherapy, terapi biologi menggunakan zat-zat
yang meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap kanker.
3. Kinase inhibitor. Bagi kebanyakan orang dengan CML, obat imatinib mesylate (Gleevec)
adalah baris pertama dari terapi. Imatinib mesylate adalah jenis obat kanker yang disebut
kinase inhibitor. Obat ini secara khusus dikembangkan untuk menghambat protein BCR-ABL,
dan telah terbukti efektif dalam mengobati tahap-tahap awal leukimia myelogenous kronis.
Food and Drug Administration telah menyetujui dua inhibitor kinase lainnya, dasatinib
(Sprycel) dan nilotinib (Tasigna), yang dapat membantu orang-orang yang tidak dapat
mengambil atau yang telah menjadi resisten terhadap imatinib.
4. Terapi obat lain. Arsenik trioksida dan semua-trans retinoic acid (ATRA) adalah obat anti
kanker yang dokter dapat gunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan kemoterapi untuk
mengobati subtipe tertentu dari AML disebut promyelocytic leukemia. Obat ini menyebabkan
sel-sel leukemia dengan mutasi gen spesifik menjadi dewasa dan mati.
5. Terapi radiasi. Terapi radiasi menggunakan sinar X atau sinar berenergi tinggi untuk merusak
sel-sel leukemia dan menghentikan pertumbuhan mereka. Anda mungkin menerima radiasi di
satu wilayah tertentu dari tubuh Anda di mana terdapat kumpulan sel-sel leukemia, atau
Anda mungkin menerima radiasi yang diarahkan pada seluruh tubuh Anda.
6. Transplantasi sumsum tulang. Proses ini menggantikan sumsum tulang leukemia Anda dengan
sumsum bebas leukemia. Dalam perawatan ini, Anda menerima kemoterapi dosis tinggi atau
terapi radiasi, yang menghancurkan sumsum tulang menghasilkan leukemia Anda. Sumsum ini
kemudian digantikan oleh sumsum tulang dari donor yang kompatibel. Dalam beberapa
kasus, Anda mungkin juga dapat menggunakan sumsum tulang Anda sendiri untuk
transplantasi (autologous transplantasi). Hal ini mungkin jika Anda menyimpan sumsum
tulang sehat untuk masa depan transplantasi, dalam kasus kambuhnya leukemia.
7. Transplantasi sel induk. Transplantasi sel induk serupa dengan transplantasi sumsum tulang
kecuali sel dikumpulkan dari sel-sel batang yang beredar dalam aliran darah (darah perifer).
Sel yang digunakan untuk transplantasi dapat dari sel sehat Anda sendiri (autologous
transplantasi), atau mereka dapat dikumpulkan dari donor yang kompatibel (allogeneic
transplantasi). Dokter menggunakan prosedur ini lebih sering daripada transplantasi sumsum
tulang karena memperpendek pemulihan dan kemungkinan penurunan risiko infeksi.
8. Uji klinis. Beberapa orang dengan leukemia memilih untuk mendaftar dalam uji klinis untuk
mencoba pengobatan eksperimental atau terapi kombinasi baru yang dikenal.
9. Terapi pendukung. Tidak peduli apa pun jenis terapi kanker yang Anda pilih, Anda mungkin
perlu obat untuk mengontrol rasa sakit dan efek samping.

Anda mungkin juga menyukai

  • Template PKB
    Template PKB
    Dokumen14 halaman
    Template PKB
    David Anggara Putra
    Belum ada peringkat
  • Labiopalatoschizis
    Labiopalatoschizis
    Dokumen39 halaman
    Labiopalatoschizis
    David Anggara Putra
    Belum ada peringkat
  • Mri
    Mri
    Dokumen2 halaman
    Mri
    David Anggara Putra
    Belum ada peringkat
  • Mri
    Mri
    Dokumen1 halaman
    Mri
    David Anggara Putra
    Belum ada peringkat