Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PEMBAHASAN
A; Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran yang berkaitan erat dengan cara
mencari tahu tentang gejala-gejala alam secara sistematis. Maka mata pelajaran fisika erat
kaitannya dengan berpikir kritis, dan juga mata pelajaran fisika mampu menjadikan peserta
didik lebih berpikir kritis. Sedangkan berpikir kritis sendiri merupakan kemampuan berpikir
peserta didik untuk membandingkan dua atau lebih informasi dengan tujuan memperoleh
pengetahuan melalui pengujian terhadap gejala-gejala menyimpang dan kebenaran ilmiah.
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai
interaksi yang terjadi antara Guru dengan siswa. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang
telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan
pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan
pengajaran.
Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan salah satu jenjang pendidikan menengah
yang memberikan berbagai ilmu pengetahuan berupa kelanjutan dari pendidikan dasar (SD
dan SMP) kepada peserta didiknya dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam
hal ini salah satu mata pelajaran pokok yang diberikan di Sekolah Menengah Atas adalah
mata pelajaran matematika. Hal ini disebabkan matematika merupakan salah satu ilmu dasar
yang memiliki peran penting dalam mengembangkan ilmu-ilmu lainnya terutama dalam
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih
Suatu pengajaran memerlukan Pengembangan

metode yang bervariasi yang

dilakukan oleh guru .Metode adalah suatu cara atau strategi yang tidak bisa ditinggalkan
dalam proses belajar mengajar dan metode yang digunakan tidak boleh sembarangan
melainkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.penggunaan metode yang bervariasi akan
dirasakan lebih menarik apabila didukung dengan ketersediaan media presentasi Power
Point merupakan aplikasi presentasi yang popular dan sudah umum digunakan disekolah .
Walaupun media Presentasi Power Point tidak dirancang secara khusus sebagai alat
pembelajaran di sekolah, namun kegunaannya dapat membantu proses pembelajaran di
sekolah. Suatu pembelajaran akan lebih menarik lagi apabila seorang guru dan siswa yang
menggunakan media tersebut tersebut berupaya memecahkan persoalan yang dihadapi dalam

kehidupan sehari-hari yang ada kaitannya dengan mata pelajaran Fisika di sekolah menengah
Atas (SMA).
Oleh karena itu peneliti berkeyakinan bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah
( Problem based Learning) dengan menggunakan media presentasi Power Point sangat yang
tepat untuk diterapkan pada Proses pembelajaran Fisika . Sebab model dan media ini
mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar yang tidak monoton,
karena adanya interaksi yang positif dalam kegiatan saling bertukar informasi,dan saling
bertukar ide dalam berbagai aspek.
Dalam mata pelajaran Fisika memuat materi yang berkaitan dengan kehidupan seharihari. Dalam praktek kehidupan sehari-hari Guru Fisika dan siswa selalu melihat dan
mendapatkan informasi melalui berbagai fenomena-fenomena alam secara fisik. Berkenaan
dengan persoalan-persoalan tersebut, tentunya Guru bersama siswa harus mau berfikir
kritis,analitis , sehingga sedikit demi sedikit turut mengupayakan suatu pemecahan masalah
yang dihadapi oleh diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.
Paradigma yang perlu dibangun saat ini adalah Guru

bertindak sebagai

fasilitator,bukan sebagai satu-satunya sumber belajar dikelas . Oleh karena itu dengan
bantuan media pembelajaran yang modern dapat di upayakan proses pembelajaran dikelas
lebih menarik dan selanjutnya akan mengarah pada pembelajaran berbasis siswa sehingga
siswa akan terbiasa memecahkan persoalan bangsa ini dengan alat penunjang dan media
pembelajaran yang cocok.
Kurikulum 2013 merupakan salah satu usaha pemerintah yang diterapkan secara khusus
bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan serta mampu meningkatkan kompetensi yang
sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai (Mulyasa,
2010). Dalam Kurikulum 2013 kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik (student
Centered). Siswa dituntut untuk aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran. Guru di sini
berperan sebagai motivator dan fasilitator. Pada Kurikulum 2013 dijabarkan lebih lanjut
bahwa fisika merupakan mata pelajaran yang mengajarkan kepada siswa untuk berpikir dan
bekerja secara ilmiah sehingga melahirkan sikap ilmiah.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 terhadap
kegiatan belajar mengajar Fisika yang dilaksanakan di SMA Negeri 4 Enam Lingkung,
tampak bahwa siswa kurang tertarik dengan pelajaran fisika dimana kurang nya interaksi

siswa dalam mengajukan pertanyaan, siswa cenderung hanya mendengarkan guru


menjelaskan didepan kelas tanpa adanya feedback dari siswa mengenai materi fisika yang di
sampaikan oleh guru. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah kondisi tersebut disebabkan
kurangnya kemampuan guru merancang dan menggunakan media pembelajaran, atau karena
media pembelajaran yang dibutuhkan tidak tersedia.
Oleh karena itu diperlukan nya suatu metode pembelajran yang menarik dan atraktif
agar siswa tertarik dalam mengikuti pelajaran fisika. Metode dan model pembelajaran yang
dicoba digunakan untuk meningkatkan minat siswa dalam proses belajar fisika adalah model
pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem based Learning) dengan menggunakan media
presentasi Power Point. Sebab model dan media ini mempunyai andil yang cukup besar
dalam kegiatan belajar mengajar yang tidak monoton, karena adanya interaksi yang positif
dalam kegiatan saling bertukar informasi,dan saling bertukar ide dalam berbagai aspek.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka diperlukannya penelitian mengenai pengembangan
dengan judul Tesis ; Pengembangan media pembelajaran menggunakan media presentasi
dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan berfikir kritis
siswa pada materi fluida statis di SMA Negeri 4 enam Lingkung .

B; Identifikasi Masalah

Pada dasarnya banyak masalah yang berkaitan dengan ketertrikan siswa dalam
mengikuti pembelajarn fisika diantaranya adalah:
1; Dalam proses pembelajaran metode yang digunakan oleh guru umumnya
menggunakan metode ceramah sehingga bersifat teacher centered (berpusat pada
guru) dan bukan student centered (berpusat pada siswa).
2; Siswa pasif dalam belajar sehingga keterlibatan siswa dalam PBM kurang.
3; Minat dan motivasi guru menggunakan media dalam pembelajaran fisika belum
berkembang (masih kurang).
4; Aktivitas belajar siswa rendah, karena guru umumnya menggunakan metode ceramah,
kurang melibatkan siswa dalam kegiatan sehingga menyebabkan siswa kurang aktif
dalam belajar.
5; Guru jarang mengunakan media dalam proses pembelajaran
C; Batasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah yang berkaitan dengan model dan metode


pembelajaran, maka penelitian ini dibatasi kepada upaya peningkatan minat belajar siswa
dengan mengembangkan model dan media pembelajaran yang digunakan. Untuk itu fokus
penelitian ini adalah: Pengembangan media pembelajaran menggunakan media presentasi
dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan berfikir kritis
siswa pada materi fluida statis di SMA Negeri 4 enam Lingkung
D; Fokus Penelitian

Penelitian ini adalah bersifat penelitian pengembangan (research an development)


terfokus pada pembelajaran berdasarkan masalah dengan media presentasi power point pada
mata pelajaran Fisika di SMAN 4 Enam Lingkung Kabupaten padang Pariaman sehingga
dapat diketahui hal-hal sebagai berikut :
1; Bagaimana

pengembangan model pembelajaran berdasarkan masalah dengan


menggunakan media presentasi power point pada mata Fisika di SMAN 4 Enam
Lingkung .
2; Bagaimana Efektifitas model pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan
mendia presentasi power point dapat mengefektifkan pada mata pelajaran Fisika di
SMAN 4 Enam Lingkung.
3; Bagaimana hasil model pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan media
presentasi power point dapat meningkatkan berfikir kritis siswa pada mata pelajaran
Fisika.

E; Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :


1; Dapat mendeskripsikan pengembangan model pembelajaran berbasis masalah dengan
menggunakan media Presentasi dalam pembelajaran Fisika di Fisika di SMAN 4 Enam
Lingkung.
2; Dapat mengetahui Efektifitas model pembelajaran berdasarkan masalah dengan
menggunakan media slide dalam pembelajaran Fisika Fisika di SMAN 4 Enam Lingkung.

3; Dapat memperoleh data hasil penerapan Model pembelajaran berdasarkan masalah


dengan menggunakan media slide, sehingga dapat meningkatkan daya berfikir kritis
siswa Kls X di SMAN 4 Enam Lingkung.
F; Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan bermanfaat bagi Peneliti atau berguna
bagi Guru mata pelajaran Fisika untuk menambah pengetahuan sehingga dalam melakukan
kegiatan belajar mengajar di kelas dapat meningkatkan Daya fikir kritis siswa, sehingga
siswa terbiasa dan siap mental menghadapi masalah secara jernih dan mampu menemukan
solusinya.
Selanjutnya penelitian ini diharapkan secara praktis bermanfaat sebagai salah satu
solusi alternatif bagi Guru dalam pengembangan media pembelajaran di Indonesia,sehingga
dapat disosialisasikan oleh pemerintah melalui kementerian Pendidikan Nasional serta dapat
ditindak lanjuti oleh Lembaga pendidikan Formal dan Non formal.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Penelitian yang relevan
Penelitian mengenai Pembelajaran berdasarkan masalah pernah dilakukan mahasiswa
terdahulu diantaranya adalah oleh saudara Ahmad EkoSugianto pada Sekolah pasca sarjana
Universitas Pendididkan Indonesia Bandung, Program studi Pengembangan kurikulum
dengan judul Tesis pengembangan Model Pembelajaran berbasis masalah untuk
meningkatkan hasil belajar Siswa ( penelitian dan pengembangan dalam mata pelajaran
Ekonomi pada Madrasah Aliyah Di Kota Malang)

Bahwa pembelajaran berdasarkan masalah adalah cara penyajian bahan pelajaran


dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis
dalam usaha mencari pemecahan atau jawaban oleh siswa.
Suatu pertanyaan yang diajukan dapat dikatakan sebagai suatu permasalahan apabila
pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab langsung ,sebab masih harus menyeleksi informasi
yang diperoleh. Jawaban yang diperoleh tentunya bukan merupakan jawaban yang rutin dan
mekanistik, namun memerlukan strategi dengan menggunakan pengetahuan dan pengalaman
yang dimiliki untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Pertanyaan yang tadinya merupakan suatu permasalahan,apabila telah selesai, baik
diselesaikan sendiri maupun dengan bantuan orang lain, atau bantuan dari sumber belajar
lain, maka bukan lagi sebagai suatu permasalahan.Hal ini berarti suatu pertanyaan dapat
dianggap sebagai suatu permasalahan apabila pertanyaan tersebut belum adanya upaya
penyelesaian lebih lanjut.Selain itu suatu pertanyaan merupakan suatu permasalahan apabila
pertanyaan tersebut merupakan tantangan untuk menjawabnya.Dengan kata lain suatu
pertanyaan akan menjadi suatu masalah bagi seseorang jika orang tersebut tidak memiliki
aturan atau hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban dari
pertanyaan tersebut.

B.Landasan Teori
1; Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013

Berikut akan dijelaskan masing-masing perangkat pembelajaran dalam penelitian ini


antara lain Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa
(LKS) sebagai berikut:
A; Silabus
Silabus sebagai acuan pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, Standar Kompetensi, Kompetensi
Dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan

pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta
panduan penyusunan Kurikulum 2013. Terdapat beberapa fungsi silabus yang terpenting,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1; Penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam kurikulum ke dalam
materi atau pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian, sehingga memudahkan guru dalam menerjemahkan
kurikulum dalam tataran perencanaan dan implementasi pembelajaran di sekolah,
2;

Acuan untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu rencana


yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan
dalam silabus (Komalasari, 2010:180).

B; Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Dalam Permendiknas Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses dijelaskan
bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik
dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun
RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (BSNP,
2007).
C; Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Menurut Jarolimek (1985) sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi dua
kategori, yaitu: (1) reading materials and resources (materi dan sumber bacaan), dan (2)
non reading materials and resources (materi dan sumber bukan bacaan),. LKS merupakan

salah satu sumber belajar dalam kategori reading materials and resources (materi dan
sumber bacaan).
Trianto (2010:222) mengemukakan bahwa: Lembar kegiatan siswa adalah
panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan
masalah. LKS dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif
maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan
eksperimen atau demonstrasi. LKS merupakan salah satu sarana untuk membantu dan
mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan terbentuk interaksi yang
efektif antara siswa dengan guru, sehingga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam
peningkatan prestasi belajar. Penggunaan LKS sebagai alat bantu pengajaran akan dapat
mengaktifkan siswa. Dalam hal ini, sesuai dengan pendapat Tim Instruktur Pemantapan
Kerja Guru (PKG), menyatakan secara tegas salah satu cara membuat siswa aktif adalah
dengan menggunakan LKS
Sejalan dengan pengertian tersebut Komalasari (2010:117) mengemukakan bahwa
Lembar Kegiatan Siswa (Student Worksheet) adalah bentuk buku latihan atau pekerjaan
rumah yang berisi soal-soal sesuai dengan materi pelajaran. LKS dapat dijadikan sebagai
alat evaluasi sekaligus sumber pembelajaran karena dalam LKS disajikan rangkumanrangkuman materi. LKS (lembar kegiatan siswa) adalah materi ajar yang dikemas secara
integrasi sehingga memungkinkan siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri.
Komponen-komponen LKS meliputi: judul eksperimen, teori singkat tentang
materi, alat dan bahan, prosedur eksperimen, data pengamatan serta pertanyaan dan
kesimpulan untuk bahan diskusi (Trianto, 2010:223).
D; Penilaian

Penilaian dalam suatu pembelajaran dirancang dengan berpedoman kepada


Permendiknas No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Penilaian proses
pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic assesment)yang menilai
kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen
tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar siswa atau bahkan
mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring
(nurturant effect) dari pembelajaran.
Hasil penilaian otentik dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan program
perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil
penilaian otentik dapat digunakansebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran
sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat
proses pembelajaran dengan menggunakan alat: angket, observasi, catatan anekdot, dan
refleksi.
Penilaian pembelajaran yang dilakukan hendaknya menyeluruh, yaitu dapat
mengamati kompetensi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Sistem penilaian harus
disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang ditempuh dalam proses pembelajaran.
Menurut Permendiknas No. 66 Tahun 2013, penilaian dikembangkan berdasarkan prinsipprinsip sebagai berikut:
1; Objektif, berarti penilaian berbasis pada standardan tidak dipengaruhi faktor
subjektivitas penilai.
2; Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan
kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
3; Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan pelaporannya.
4; Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
5; Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal
sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.
6; Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK). PAK
merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan
minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh
satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan
dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik.

Penilaian yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah penilaian sikap, penilaian tertulis,
dan penilaian kinerja. Berdasarkan uraian tersebut, maka dikembangkanlah penilaian untuk
materi Fluida Statis menggunakan pendekatan berbasis masalah terhadap berfikir kritis siswa.
2; Pembelajaran Berbasis Masalah

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan
kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,keterampilan
maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.jadi hakekatnya belajar
adalah perubahan atau perkembangan yang lebih meningkat dan lebih bermartabat.
Pembelajaran berbasis masalah , merupakan inovasi dalam pembelajaran,karena dalam
Pembelajaran berbasis masalah kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalkan melalui
proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan
,mengasah ,menguji dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang relevan dengan tuntutan
abad 21, karena pendidikan abad 21 berhubungan dengan permasalahan baru yang ada
didunia nyata. Oleh karena itu pendekatan PBM berkaitan dengan intelegensi dari dalam diri
Individu yang berada dalam sebuah kelompok orang, atau lingkungan untuk memecahkan
masalah yang bermakna, relevan, dan kontekstual ; Tan 2000 ( Rusman 2010).
Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang memberikan tantangan bagi
siswa untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata (terbuka) secara individu maupun
kelompok (Admin, 2009).
Kurikulum pembelajaran berbasis masalah membantu meningkatkan perkembangan
keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka ,reflektif,kritis dan
belajar aktif ; Margetson 1994 ( Rusman 2010).
Dari segi paedagogis,pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada teori belajar
konstruktivisme , Schmidt,1993 & Duffy,1995,Hendry & Murphy,1995 (Rusman,2010:248)
dengan ciri sebagai berikut:
1; Pemahaman diperoleh dari interaksi dengan skenario permasalahan dan lingkungan
belajar.
2; .Pergulatan dengan masalah dan proses inkuiri masalah menciptakan disonansi
kognitif yang menstimulasi belajar.

3; Pengetahuan terjadi melalui proses kolaborasi negosiasi social dan evaluasi terhadap
keberadaan sebuah sudut pandang.
Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut;
1; permasalahan menjadi starting point dalam belajar
2; permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada didunia nyata yang tidak
3;
4;

5;
6;
7;
8;
9;
10;

terstruktur.
Permasalahan membutuhkan perspektif ganda ( multiple perspective);
permasalahan,menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,sikap dan kompetensi
yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam
belajar.
belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama
pemanfataan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi
sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM;
Belajar adalah kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif;
Pengembangan keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan
penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan;
Keterbukaan proses PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar;
dan
PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

Studi kasus pembelajaran Berbasis Masalah , meliputi:


1.Penyajian masalah
2.Menggerakkan inkuiri
3.Langkah-langkah PBM; yaitu analisis inisial,mengangkat isu-isu belajar; literasi
kemandirian dan kolaborasi pemecahan masalah, integrasi pengetahuan yang baru, penyajian
solusi dan evaluasi.
Menurut John Dewey belajar memecahkan masalah itu berlangsung sebagai berikut; Individu
menyadari masalah bila ia dihadapkan kepada situasi keraguan dan kekaburan, sehingga
merasakan adanya semacam kesulitan.
Langkah-langkah yang memecahkan masalah adalah sebagai berikut:
1; Merumuskan dan menegaskan masalah

Individu melokalisasi letak sumber kesulitan untuk memungkinkan mencari jalan


pemecahannya.Ia menandai aspek mana yang mungkin dipecahkan dengan menggunakan
prinsip atau dalil serta kaidah yang diketahuinya sebagai pegangan.

2; Mencari fakta Pendukung dan merumuskan Hipotesis

Individu menghimpun berbagai informasi yang relevan termasuk pengalaman orang


lain dalam menghadapi pemecahan masalah yang serupa. Kemudian mengidentifikasi
berbagai alternative kemungkinan pemecahannya yang dapat dirumuskan sebagai pertanyaan
jawaban sementara yang memerlukan pembuktian ( hipotesis).
3;

Mengevaluasi Alternatif Pemecahan yang dikembangkan


Setiap alternative pemecahan masalah ditimbang dari segi untung ruginya, selanjutnya

dilakukan

pengambilan

keputusan

memilih

alternative

yang

dipandang

paling

mungkin( feasible) dan menguntungkan.


4; Mengadakan Pengujian atau Verifikasi

Mengadakan pengujian atau verifikasi secara eksperimental alternatif pemecahan yang


dipilih,dipraktekkan, atau dilaksanakan. Dari hasil pelaksanaan itu diperoleh informasi untuk
membuktikan benar atau tidaknya hasil penelitian yang telah dirumuskan.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah sangat menunjang dalam proses berfikir
kritis siswa, hingga memungkinkan siswa dapat mencari kebenaran dari suatu kejadian dan
dari informasi yang didapatkan setiap saat.
Selanjutnya perlu kita ketahui kelebihan dan kekurangannya pembelajaran berdasarkan
masalah (problem Solving) sebagaimana tersebut dibawah ini.
Kelebihan pembelajaran berdasarkan masalah adalah sebagai berikut;
1; Pembelajaran berdasarkan masalah dapat membuat pendidikan disekolah menjadi
relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
2; Dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara
terampil, apabila menghadapi permasalahan didalam kehidupan dalam keluarga, dan
masyarakat.
3; merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh,
karena dalam proses belajarnya siswa banyak yang melakukan proses mental dengan
menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.
Disamping kelebihan terdapat kekurangan pembelajaran berdasarkan masalah;
1; Harus menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat
berfikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang
telah dimiliki siswa, sungguh sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan.

2; Sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu
pelajaran lain.
3; Memerlukan berbagai sumber belajar siswa.
Dengan melihat uraian diatas maka setiap Guru harus memperhatikan kemampuan
siswa tiap tingkatan kelas dan harus memahami bahwa masing-masing siswa tentunya akan
memiliki cara yang berbeda-beda dalam menyelesaikan suatu masalah tergantung informasi
dan persoalan yang disodorkan oleh Dewan Guru disekolah atau sesuai dengan kondisi nyata
yang ditemukan dilapangan.
3; Media Pembelajaran

Salah satu kompetensi paedagogik yang harus dimiliki guru adalah memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. Di antaranya adalah
merancang dan menggunakan media pembelajaran. Sanjaya (2008:163) menjelaskan bahwa
media merupakan jamak dari medium, yang berarti perantara atau pengantar. Notoatmodjo
(1998:66) menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan oleh
pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran.

Sejalan dengan pengertian di atas, Sadiman, dkk. (1996:6) menjelaskan bahwa kata
media bearasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara
harafiah berarti perantara atau pengantar. Jadi media adalah perantara atau pengantar pesan
dari pengirim ke penerima pesan.
Ibrahim dan Syaodih (1996:112) menjelaskan pengertian media sebagai berikut:
media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar.
Hamalik (1994:12) menjelaskan media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik
yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan
siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Selanjutnya Uno, (2007:113)
menjelaskan media berasal dari bahasa Latin yang mempunyai antara. Makna tersebut dapat
diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa suatu informasi dari suatu
sumber kepada penerima. Menurut AECT sebagaimana dikutip Uno, (2007:113) media
adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi.
Media pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk
menayampaikan informasi dari sumber ke peserta didik yang bertujuan merangsang mereka
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa
sedemikian rupa terhadap kegiatan belajar yang dilaksanakan.
Sebelum menggunakan media pembelajaran, guru dituntut memiliki kemampuan
merancang media pembelajaran. Kemampuan merancang media pembelajaran antara lain
dapat dilihat dari kemampuan guru melakukan langkah-langkah pengembangan media
pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan
Sadiman (2003:98) berikut ini: (a)
Menganalisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik. (b) Merumuskan tujuan instruksional
(instructional objective) dengan operasional dan khas. (c) Merumuskan butir-butir materi
secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan. (d) Mengembangkan alat pengukur
keberhasilan. (e) Penulisan naskah media pembelajaran. (f) Mengadakan tes dan revisi. Tes
adalah kegiatan untuk menguji atau mengetahui tingkat efektifitas dan kesesuaian media yang
dirancang dengan tujuan yang diharapkan dari program tersebut.
Pengertian Media secara etimologi berasal dari bahasa latin Medium yang
mempunyai arti perantara atau pengantar.Saat ini telah banyak pakar dan organisasi yang
memberikan batasan atau pengertian media, diantaranya adalah sebagai berikut ;

Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi
media adalah perluasan dari Guru; Schram,1977 ( Rudi Susilana 2007: 5 )

Sarana komunikasi dalam bentuk cetak, maupun Audio Visual, termasuk teknologi
perangkat kerasnya ; NEA, 1969 ( Rudi Susilana 2007 : 5 )

Segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan ; AECT,
1977 ( Rudi Susilana 2007 : 5).

Adapun Power Point adalah salah satu program Software yang dirancang khusus
untuk mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan,
mudah dalam penggunaan dan relative murah, karena tidak membutuhkan bahan baku selain
alat untuk penyimpanan data ( data storage).
Power point dapat digunakan melalui beberapa tipe penggunaan;
1; Personal Presentation ; pada umumnya power point digunakan untuk presentasi dalam
Classical learning. Seperti kuliah, training, seminar, work shop, dan lain-lain. Pada
penyajian ini power point sebagai alat bantu bagi Instruktur / Guru untuk presentasi
menyampaikan materi dengan bantuan Media power Point. Dalam hal ini control
pembelajaran terletak pada guru atau Instruktur.
2; Stand Alone ; Pada pola penyajian ini, power point dapat dirancang khusus untuk
pembelajaran individual yang bersifat interaktif, meskipun kadar interaktifnya tidak
terlalu tinggi, namun power point mampu menampilkan feedback yang sudah deprogram.
3; Web Based ; pada pola ini power point dapat diformat menjadi file web

( html)

sehingga program yang muncul berupa browser yang dapat menampilkan internet.
C. Kerangka berfikir
Dalam upaya menigkatkan mutu pendidikan terdapat beberapa unsur terkait yang harus
dipenuhi, yaitu;
1; Sumberdaya manusia ( Kepala Sekolah,Guru dan karyawan)
2; Dukungan Sarana prasarana dan Fasilitas pembiayaan yang berasal dari sumbangan
3;
4;
5;
6;
7;

masyarakat maupun yang berasal dari Subsidi pemerintah.


Keaktifan seluruh siswa baik secara mental,Fisik dan Sosial ekonomi.
Dukungan dan pengawasan orang tua /wali terhadap proses pendidikan anak.
Model dan metode Pembelajaran serta media yang digunakan oleh Guru.
Pemahaman seluruh elemen terhadap Tujuan pendidikan Nasional.
Lingkungan sekolah yang aman dan nyaman.
Bila 7 faktor tersebut diatas dapat dipenuhi maka Pembelajaran akan lebih bermakna

( meaning full),sehingga siswa tidak hanya belajar untuk mengetahui dan mengatasi sesuatu
(learning to know), tetapi siswa harus mampu melakukan suatu ( learning to do ) dan belajar
menjiwai siapa dirinya ( learning to be) , serta belajar hidup bersama ( learning to live
together).

Pengembangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran harus selalu dikembangkan


melalui kegiatan yang bersifat Inovatif dengan dukungan teknologi, begitu juga Guru sebagai
sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan
peserta didik dan penyelenggara pendidikan harus menyediakan media yang akan digunakan
dalam poses pembelajaran Fisika.
Dalam pembelajaran Fisika ,maka setiap peserta didik harus dilatih menghadapi
berbagai persoalan mengenai fenomena-fenomena alam dan harus mencari Solusi
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari sekolah maupun dari Sumber
Informasi lainnya, seperti Surat kabar,Majalah,Modul,Televisi dan Radio serta Internet.
Diera Globalisasi ini seorang Guru dituntut agar lebih Profesional dalam melaksanakan
pembelajaran ,sehingga Ia harus memiliki 4 kompetensi yaitu;
1; Kompetensi Pedagogik ( menguasai Materi pelajaran)
2; Kompetensi Kepribadian yang baik ( Disiplin,sabar,penyayang,berwibawa )
3; Kompetensi Profesional ( mampu menyampaikan pelajaran dengan pilihan Model dan

metode yang tepat bagi peserta didik dan dapat meningkatkan prestasi peserta didik ).
4; kompetensi Sosial ( pandai berkomunikasi atau bergaul dengan berbagai kalangan
masyarakat ).

Permasalahan Dalam
Proses Belajar Fisika
Rendahnya Keterlibatan
Siswa dalam KBM

Pengembangan Media Pembelajaran


Dengan Menggunakan Presentase
Dengan Pendekatan Berbasis Maslah
Uji Coba
Valid,
Praktis,Efektif

Diagram Kerangka Berfikir Penelitian

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian Kualitatif yang bersifat
pengembangan ( Research and Development ) atau biasa disingkat dengan R&D. penelitian
pengembangan bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran, seperti silabus, bahan
ajar, media, modul praktikum, latihan kerja siswa, alat mengukur kemajuan belajar, alat
mengukur hasil belajar atau prestasi. Yang melatar belakangi perlunya dilakukan penelitian
pengembangan adalah adanya masalah yang terkait dengan model pembelajaran yang perlu
dikembangkan dengan berbantuan computer dan yang saat ini dikenal dengan media
presentasi. Masalah ini ditemui oleh peneliti dari hasil pengamatan selama mengajar atau dari
hasil needs assesment.

Menurut

Soenarto

(2005),

penelitian

pengembangan

adalah

upaya

untuk

mengembangkan dan menghasilkan suatu produk berupa materi, media, alat, atau strategi
pembelajaran

yang

digunakan

untuk

mengatasi

permasalahan

pembelajaran

di

kelas/laboratorium dan bukan menguji teori. Kemudian dipertegas oleh Nana (2006), yang
menyatakan bahwa penelitian pengembangan adalah suatu proses dan langkah-langkah untuk
mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian kualitatif .
Penelitian

kualitatif

menggunakan

metode

kualitatif

yaitu

pengamatan,

wawancara,atau penelaahan dokumen.Metode ini digunakan karena beberapa pertimbangan;


Pertama,penyesuaian penelitian kualitatif akan mudah dilaksanakan apabila berhadapan
dengan kenyataan jamak. Kedua,menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara
peneliti dan Responden. Ketiga, lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak
penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

B. Model Pengembangan dan Prosedur Pengembangan


1. Model Pengembangan

Penelitian Pengembangan ini menggunakan model 4D (Four-D Model), yang


dikemukakan oleh Thiagrajan dkk (dalam Trianto, 2007). Proses pengembangan yang
dilakukan menggunakan 4 tahap yaitu: a) Pendefinisian (define), b) Perancangan (design),
c).Pengembangan (develop), dan e)Penyebaran (disseminate).
Pada penelitian ini hanya dilakukan 3 tahap, yaitu pendefinisian (define), perancangan
(design) dan pengembangan (develop). Untuk tahap ke 4 tidak dapat dilakukan karena
memerlukan waktu yang terlalu lama dan memerlukan jumlah sampel yang banyak.
Penelitian Pengembangan ini menggunakan prosedur pengembangan perangkat
pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran model Berbasis masalah pada
materi Fluida Statis kelas XI SMA. diawali dari penyusunan perangkat pembelajaran yaitu,
Silabus, RPP, Materi Ajar dan LKS.
2. Prosedur Pengembangan
1. Pendefinisian (Define)

Pada tahap define dilakukan analisis kurikulum 2013 mata pelajaran IPA, analisis siswa
dan analisis konsep. Analisis kurikulum bertujuan untuk melihat kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran, mengkaji silabus dan sistem penilaian, strategi pembelajaran yang cocok serta
mereview literatur yang terkait dengan perangkat pembelajaran model Berbasis masalah.
Analisis siswa bertujuan untuk melihat kemampuan siswa dalam pembelajaran, latar
belakang pengetahuan hingga

kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Pada mata

pelajaran IPA , siswa banyak menggali potensi dan kemampuan untuk berkreasi serta
berinovasi untuk mendapatkan pengalaman belajar secara langsung. Untuk itu konsep yang
diajarkan perlu diperhatikan, dipahami agar dapat menggunakan model pembelajaran yang
sesuai dengan kurikulum 2013 yang membuat siswa lebih aktif. Analisis konsep sangat perlu
dalam hal ini karena dengan pemilihan materi yang sesuai dapat menentukan strategi
pembelajaran yang tepat dalam penyampaian informasi kepada siswa.
2. Perancangan (design)
Tahap perancangan terdiri
pembelajaran

atas dua tahap yaitu: perancangan prototipe perangkat

dan penyusunan instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini. Konsep

pengembangan perangkat pembelajaran yang dirancang harus meliputi hal-hal sebagai


berikut: 1) kesesuaian materi dengan kurikulum, 2) pemilihan sumber belajar, 3) penentuan
urutan proses pembelajaran yang sesuai dengan model Berbasis masalah, 4) kesesuaian
perangkat pembelajaran dan alokasi waktu yang tersedia, 5) tata bahasa yang digunakan, 6)
cara penyajian materi, dan aspek lain yang penting dan mempengaruhi dalam pengembangan
perangkat pembelajaran model Berbasis maslah..
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran menggunakan sintaks model Berbasis masalah,
dimana siswa melakukan penyelidikan dan percobaan untuk menjelaskan permasalahan yang
diberikan oleh guru, sehingga siswa akan menemukan konsep dari percobaan tersebut sebagai
penjelasan dari permasalahan yang diberikan oleh guru.
Materi ajar dirancang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada
kurikulum. Materi ajar juga bercirikan model Berbasis Masalah yang dimulai dari
permasalahan kongkrit. Materi ajar yang dirancang secara tidak langsung mengajak siswa
berpikir lalu melakukan penyelidikan terhadap permasalahan yang terjadi secara mendalam,
sehingga diperoleh konsep dari penyelidikan masalah tersebut. Gambar-gambar yang
ditampilkan merupakan gambar yang menjelaskan proses penyelidikan permasalahan serta

contoh-contoh yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari yang menyangkut materi
sistem pernapasan pada manusia.
Lembar Kegiatan Siswa yang dirancang juga bercirikan model Berbasis Masalah.
Permasalahan pada materi sistem pernapasan manusia dan diberikan untuk mengajak siswa
melakukan penyelidikan melalui percobaan-percobaan yang dirancang untuk dilakukan
siswa. LKS juga berisi pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengarahkan siswa

untuk

mengembangkan kemampuan berpikir, serta percobaan-percobaan yang dapat meningkatkan


ketrampilan proses siswa.
Penyusunan instrumen terdiri dari : (1) Lembar validasi pengembangan silabus, (2)
Lembar validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (3) Lembar validasi materi ajar, (4)
Lembar validasi Lembar Kegiatan Siswa, (5) Lembar validasi perangkat penilaian kognitif,
(6) Lembar validasi perangkat penilaian psikomotor, (7) Lembar validasi penilaian ranah
afektif, (8) Lembar validasi angket kepraktisan rancangan oleh guru, dan (9) Lembar validasi
catatan observasi terhadap guru.

3. Pengembangan (develop)
Pada tahap pengembangan dilakukan validasi perangkat pembelajaran, uji praktikalitas,
dan uji efektifitas. Analisis terhadap saran dan lembaran validasi dari pakar dan praktisi
digunakan sebagai landasan penyempurnaan atau revisi dari draf awal perangkat
pembelajaran Fisika dengan menggunakan model pembelajaran Berbasis Masaalah untuk
materi Fluida Statis kelas XI SMA. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan perangkat
pembelajaran yang valid. Setelah perangkat pembelajaran dinyatakan valid, dilakukan uji
coba untuk melihat tingkat kepraktisan dari perangkat pembelajaran. Kemudian efektifitas
perangkat pembelajaran dilihat dari hasil belajar yang meliputi penilaian ranah kognitif,
psikomotor dan afektif. Tahap ini dapat dilaksanakan setelah terpenuhi praktikalitas, namun
karena waktu tahap ini dilakukan secara serentak dengan tahap praktikalitas.
Berikut dijelaskan tahap-tahap yang akan dilaksanakan pada penelitian pengembangan
ini.
a. Tahap Validasi

Validasi dilakukan oleh pakar di bidang Fisika, bertujuan untuk mendapatkan masukan
terhadap keseluruhan isi materi yang terdapat dalam rancangan perangkat pembelajaran
materi sistem pernapasan manusia. Kemudian validasi oleh pakar di bidang desain
pembelajaran, bertujuan untuk mendapatkan penilaian, saran, ataupun komentar mengenai
kesesuaian pendekatan dan bentuk rancangan dari perangkat pembelajaran yang
dikembangkan untuk materi sistem pernapasan manusia. Selanjutnya validasi dilakukan oleh
praktisi yaitu 2 orang guru yang bertujuan untuk mendapatkan penilaian, komentar dan saran
mengenai pemahaman praktisi terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
Dari hasil validasi tersebut dilakukan analisis. Jika hasil analisis menyatakan bahwa
perangkat pembelajaran belum valid, maka dilakukan revisi sehingga diperoleh perangkat
pembelajaran yang valid.
b. Tahap Uji Praktikalitas
Praktikalitas adalah tingkat keterpakaian perangkat pembelajaran oleh guru, yaitu
melaksanakan eksperimen pengajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang
telah direvisi berdasarkan penilaian validator. Perangkat pembelajaran dikatakan memiliki
praktikalitas yang sangat tinggi apabila bersifat praktis dan mudah pengadministrasiannya.
Dalam artian, mudah digunakan, mudah pemeriksaannya serta lengkap dengan petunjuk yang
jelas.
Pada tahap ini dilakukan uji coba terbatas pada SMAN 4 Enam Lingkung. Uji coba
dilakukan pada kelas XI. Untuk menentukan nilai praktikalitas diperoleh dari lembar
observasi guru dan angket kepraktisan. Hasil observasi guru dan angket kepraktisan, data
yang diperoleh kemudian di analisis dan ditentukan kategori kepraktisannya sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
c. Tahap Uji Efektifitas
Pada tahap ini dilakukan evaluasi untuk mengetahui apakah perangkat pembelajaran
yang dibuat efektif untuk meningkatkan kualitas dan prestasi belajar siswa. Aspek efektifitas
yang diamati dalam proses pembelajaran Fisika yang menggunakan perangkat pembelajaran
berbasis masalah di kelas uji coba adalah hasil belajar siswa yang meliputi ranah kognitif,
psikomotor dan afektif.
Hasil belajar ranah kognitif diperoleh dari hasil tes kognitif, kemudian dianalisis
sehingga diperoleh kategori hasil belajar berdasarkan kriteria yang ditetapkan. Hasil belajar

ranah psikomotor diperoleh dari lembar penilaian observasi yang dilakukan oleh 2 orang
observer. Data hasil belajar siswa pada ranah psikomotor di analisis dengan menggunakan
analisis deskriptif. Hasil belajar ranah afektif diperoleh dari angket yang diisi oleh siswa.
Data hasil belajar siswa pada ranah psikomotor di analisis dengan menggunakan analisis
deskriptif.
C. Desain Penelitian
Meneliti efektifitas model pembelajaran berdasarkan masalah dengan menggunakan
media Slide pada mata pelajaran Fisika di SMAN 4 Enam Lingkung, sehingga para siswanya
mampu berfikir kritis, logis sistematis dan kontekstual .
Model pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem Based Learning) bukan hanya
sekedar model mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam model
problem based Learning dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan
mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Penggunaan metode ini dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut;
a; Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan.Masalah ini harus tumbuh dari siswa
b;

c;
d;
e;

sesuai dengan taraf kemampuannya.


Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah
tersebut.misalnya, dengan jalan membaca buku-buku,meneliti,bertanya,berdiskusi dan
membuka Website atau situs Internet.
Menetapkan jawaban sementara dari masalah berdasarkan data yang telah diperoleh
pada langkah kedua diatas
Menguji kebenaran jawaban sementara sehingga jawaban dianggap benar-benar cocok
atau tidak sesuai sama sekali.
Menarik kesimpulan.

D. Lokasi Penelitian.
Adapun peneliti akan melakukan penelitian disuatu sekolah Negeri yang ada di
Kabupaten Padang Pariaman yaitu di SMAN 4 Enam Lingkung, dan beralamat di;
Jalan Lintas Padang-Bukit Tinggi Km 35 Kabupaten Padang Pariaman.
E. Jenis dan Sumber Data.
Sumber data dalam penelitian ini adalah kelas X SMAN 4 Enam Lingkung yang
mencakup siswa, Guru mata pelajaran Fisika , dan wakil kepala sekolah. Subjek data yang
representatif sangat penting dalam menilai validitas penelitian ini. Sumber data yang
representatif dalam arti jumlah individu yang dijadikan objek penelitian mewakili populasi.

Objek penelitian yang digunakan adalah 1 kelas terdiri yaitu kelas X di SMAN 4 Enam
Lingkung.
Dalam upaya memperoleh sumber data yang dianggap paling baik ,adalah melalui
metode penemuan sumber data secara acak atau yang dikenal dengan istilah random samples.
Keunggulan metode ini adalah kemampuannya menghilangkan unsur subjektivitas dalam
penentuan objek penelitian.

F. Prosedur Pengumpulan Data.


Jenis data yang pada penelitian pengembangan ini adalah:
1; Data kualitatif terdiri dari:
a; Data validitas yaitu: data hasil penilaian silabus, RPP, Modul, LKS, dan lembar

penilaian perangkat.
b; Data praktikalitas yaitu data hasil pengamatan kepraktisan perangkat dari observer,
respon siswa terhadap kepraktisan perangkat yang dikembangkan setelah perangkat
pembelajaran diuji cobakan, respon guru terhadap kepraktisan dan perangkat.
c; Data efektivitas yaitu data hasil pengamatan keefektifan perangkat dari observer,
respon siswa terhadap keefektifan perangkat dan data pengamatan aktivitas dan
afektif siswa.
Data kuantitatif terdiri dari: hasil tes kompetensi kognitif siswa
G. Analisis data
Analisis data merupakan salah satu rangkaian dalam kegiatan penelitian ini. Kegiatan
menganalisis data sangat berkaitan dengan rangkaian kegiatan sebelumnya mulai dari jenis
penelitian yang dipilih, rumusan masalah dan tujuan penelitian, jenis data, jumlah subjek
coba, serta asumsi-asumsi teoritis yang melandasi kegiatan penelitian. Dengan demikian,
dalam melakukan analisis data, rangkaian tahapan sebelumnya sangat diperhatikan sebagai
rujukan agar penelitian ini dilaksanakan bersifat koheren, yaitu bertalian atau berhubungan
dengan tahap-tahap penelitian yang lainnya.
Secara garis besar, pekerjan analisis data meliputi 3 langkah yaitu:
1; Persiapan

2; Tabulasi
3; Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian.

1; Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpul data pada penelitian ini adalah:


1; Instrumen Validasi Produk
Menurut Depdiknas tahun 2008, lembar observasi produk berupa angket yang
digunakan untuk menilai kelayakan perangkat pembelajaran yang telah dirancang. Lembar
validasi produk disusun berdasarkan panduan pengembangan RPP dan bahan ajar. Jenis
instrumen yang akan dikembangkan untuk menilai kevalidan perangkat yang telah disusun
adalah lembar validasi perangkat pembelajaran. Lembar validasi perangkat terdisi dari lembar
validasi silabus, lembar validasi RPP, lembar validasi modul, lembar validasi LKS, dan
lembar validasi penilaian. Penilaian validator terhadap perangkat pembelajaran terdiri dari 4
kategori, disusun berdasarkan skala likert yaitu, kurang (nilai 1), cukup (nilai 2), baik (nilai 3)
dan baik sekali (nilai 4).
Lembar validasi silabus berisikan beberapa aspek, antara lain: kesesuaian KD dengan
materi pembelajaran, kesesuaian materi dengan pengalaman belajar, kesesuaian indikator
dengan pencapaian kompetensi, kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan pendekatan yang
dipakai, kesesuaian penilaian terhadap pencapaian kompetensi, kesesuaian sumber, alat dan
bahan, kecocokan alokasi waktu, memperhatikan prinsip pengembangan silabus, karakteristik
siswa serta kesesuaian penulisan silabus dengan kurikulum 2013.
Lembar validasi pengembangan RPP berisikan aspek: kelengkapan komponen RPP,
kelayakan isi RPP, kelayakan konstruksi RPP, dan kesesuaian bahasa yang digunakan dengan
EYD. Selanjutnya, lembar validasi modul dan LKS disusun dari petunjuk pengembangan
bahan ajar yang dikeluarkan oleh Depdiknas. Lembar validasi ini digunakan untuk melihat
kebenaran konsep dan penyajian materi dalam membantu keterlaksanaan proses
pembelajaran. Lembar validasi ini berisi tiga aspek yaitu kelayakan isi, kelayakan konstruksi,
dan komponen bahasa. Sedangkan, untuk lembar validasi penilaian, terdapat lima aspek yang
dinilai berupa: kesesuaian penilaian dengan kompetensi, kejelasan prosedur penilaian,
kelengkapan instrument penilaian, kualitas instrument, dan kesesuaian penilaian dengan
karakteristik siswa.

2; Instrumen Kepraktisan Produk


a; Lembar Observasi Keterlaksanaan RPP

Lembar observasi keterlaksanaan RPP ini digunakan untuk mengetahui praktikalitas


pemakaian RPP oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung dalam
mengiplementasikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan.
Lembar validasi keterlaksanaan RPP disusun berdasarkan panduan pengembangan RPP yang
terdapat dalam permendiknas No. 65 tahun 2013.
b; Angket Respon Guru dan Angket Respon Siswa terhadap Praktikalitas Perangkat
Pembelajaran
Angket respon guru digunakan untuk mengetahui respon guru terhadap perangkat
pembelajaran yang telah dibuat. Untuk mengetahui respon siswa juga diberikan perangkat
pembelajaran yang telah dibuat. Data angket digunakan untuk mengetahui praktikalitas
pemakaian RPP, Modul, dan LKS. Instrumen ini diisi oleh guru dan siswa setelah proses
pembelajaran berlangsung.
3; Instrumen Keefektifan Produk
Lembar keefektifan produk digunakan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan
hasil belajar siswa pada ranah kognitif dan afektif selama proses pembelajaran berlangsung.
2; Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif yaitu dengan
mendeskripsikan kevalidan, kepraktisan dan keefektifan perangkat pembelajaran Fisika
menggunakan model Berbasis Masalah dengan Menggunakan media Power Point terintegrasi
cara berfikir kritis siswa di kelas XI SMA.
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif untuk
mendapatkan nilai rata-rata dan persentase. Teknik analisis data hasil penelitian diuraikan
sebagai berikut:
1; Analisis Validitas Produk
Di dalam penelitian ini, validitas yang dilihat adalah validitas isi, konstruksi, dan
bahasa. Analisis validitas dilakukan dengan menggunakan skala likert 1-4 dengan ketentuan
seperti Tabel 3.

Tabel 3. Penskoran Menggunakan Skala Likert


Skor
1

Kategori
Sangat Tidak Setuju (STS)

Persentase ketercapaian
Indikator
0-25

Tidak Setuju (TS)

26-50

Setuju (S)

51-75

Sangat Setuju (SS)

76-100

Skor yang telah didapat dicari persentasenya menggunakan Persamaan (1):


sk ya ng di perole h
x 100 ...(1)
sk ma ksimum
Kategori validitas perangkat pembelajaran berdasarkan nilai akhir yang didapatkan
dalam skala (0-100) dapat dilihat pada Tabel 4.
laiVa liditas (NV )=

Tabel 4. Kategori Validitas Perangkat Pembelajaran


Interval (%)

Kategori

0 20

Sangat tidak valid

21 40

Tidak valid

41 60

Kurang valid

61 80

Valid

81 100

Sangat valid

(Dimodifikasi dari Riduan, 2009:89)


2; Analisis Praktikalitas Produk

Analisis praktikalitas diperoleh dari instrumen pengamatan keterlaksanaan RPP yang


ditulis dalam lembar observasi, dan angket respon siswa dan angket respon guru berkaitan
dengan kepraktisan penggunaan perangkat pembelajaran yang telah dibuat. Penskoran untuk
masing-masing kategori dilakukan dengan menggunakan skala likert dengan ketentuan
seperti Tabel 3 di atas.
Perhitungan data nilai akhir untuk masing-masing kategori dianalisis dalam skala (0100) dilakukan dengan menggunakan Persamaan (2):
lai Pr aktikalitas (NP)=

sk ya ng di perole h
10 0
sk ma ksimum

...(2)

Kategori praktikalitas perangkat pembelajaran berdasarkan nilai akhir yang


didapatkan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kategori Praktikalitas Perangkat Pembelajaran


Interval (%)

Kategori

0 20

Sangat tidak praktis

21 40

Tidak praktis

41 60

Kurang praktis

61 80

Praktis

81 100

Sangat praktis

(Dimodifikasi dari Riduan, 2009:89)


3; Analisis Efektifitas Produk

Analisis efektivitas perangkat pembelajaran dilakukan dengan angket efektivitas


siswa, dan dampak keefektivan perangkat dapat dilihat dari analisis hasil belajar siswa.
Hasil belajar belajar siswa dinilai melalui dua ranah penilaian yaitu ranah kognitif dan ranah
afektif juga penilaian perilaku berkarakter.
a; Analisis Hasil Pembelajaran Siswa
1; Hasil Belajar Pengetahuan (kognitif)

Untuk melihat hasil belajar dari aspek kognitif yaitu berdasarkan nilai yang diperoleh.
Siswa dikategorikan tuntas apabila telah mencapai KKM. Untuk menganalisis data
kompetensi siswa dilakukan analisis deskriptif. Persentase ketuntasan kompetensi siswa
menurut Arikunto (2010) baik secara individu maupun klasikal untuk ranah kognitif
menggunakan persamaan (3) dan (4):
KI=

SB
x 10 0
SM

... (3)

JT
x 10 0
JS

... (4)

KK =

Dimana, KI adalah ketuntasan individu, SB adalah skor benar yang diperoleh,

SM

adalah skor maksimum, KK adalah ketuntasan klasikal, JT adalah jumlah siswa yang tuntas,
dan JS adalah jumlah seluruh siswa. Sedangkan kategori Ketuntasan siswa menggunakan
klasifikasi seperti Tabel 6.
Tabel 6. Kategori Penilaian Kognitif
Interval

Kategori

0 20
21 40
41 60
61 80
81 100

Tidak baik
Kurang baik
Cukup baik
Baik
Sangat baik

(Dimodifikasi dari Riduan, 2009:89)


2; Hasil Belajar Sikap (afektif)

Data penilaian untuk ranah afektif ada tiga jenis yaitu penilaian sikap, penilaian
karakter, dan penilaian aktivitas siswa.

Persentase ketuntasan hasil belajar sikap siswa

menggunakan Persamaan (5) :


lai Af ektif (NA)=

sk ya ng di perole h
x 1 00
sk ma ksimum

...(5)

kriteria penilaian sesuai dengan Tabel 7.


Tabel 7. Kategori Penilaian Afektif
Interval

Kategori

0 20
21 40
41 60
61 80
81 100

Tidak baik (E)


Kurang baik (D)
Cukup baik (C)
Baik (B)
Sangat baik (A)

(Dimodifikasi dari Riduan, 2009:89)


Pengamatan perilaku berkarakter siswa dianalisis dengan menggunakan Persamaan
(6) dan (7):
K=

X
x 1 00
Y

PK=

X
10 0
Y

...(6)
...(7)

Dimana, K adalah Nilai karakter, PK adalah persentase perilaku berkarakter siswa, X adalah
jumlah frekuensi, dan Y adalah jumlah total frekuensi.
Kategori interpretasi perilaku berkarakter siswa terdapat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kategori Penilaian Perilaku Berkarakter

Interval

Kategori

0 25
26 50
51 75
76 100

Belum Terlihat
Mulai Terlihat
Mulai Berkembang
Mulai Kebiasaan

(Dimodifikasi dari Riduan, 2009:89)


Analisis keefektifan pembelajaran dilakukan dengan menganalisis aktivitas belajar
siswa dan proses pembelajaran siswa berdasarkan lembar observasi yaitu melihat
perkembangan kegiatan siswa setiap pertemuan.
H. Tahap-tahap penelitian
Adapun tahap penelitian sebagai berikut:
1; Tahap penelitian awal yaitu menentukan pokok permasalahan dalam pembelajaran Fisika,
kemudian mencari sebuah solusi
2; Tahap Desain, merencanakan kajian dan analisis implikasi model pembelajaran Problem
solving dengan menggunakan media presentasi pada pelajaran Fisika .
3; Tahap uji coba, pada tahap ini dilakukan ujicoba model pembelajaran dikelas X2
selanjutnya dianalisa apakah sudah fit atau perlu penyempurnaan.
4; Tahap implementasi
5; Tahap pelaporan.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi
Aksara.
Bruner S. Jerome. 1978. The Process of Education. Harvard University Press: Cambridge.
Carin A. Arthur & Sund B. Robert. 1985. Teaching Science Through Discovery. Merrill
Publishing Company: Columbus.
Isdisusilo. 2012. Panduan Lengkap Menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran. Jakarta: Kata Pena.
Permendiknas No. 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses. Jakarta: DPR RI.

Permendiknas No. 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian. Jakarta: DPR RI.
Prayitno, dkk. 2011. Buku Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi. Padang: Program Pasca
Sarjana UNP.
Rahman, T. 2006. Pendekatan dan metode dalam Program Pembelajaran Praktikum.
Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi UPI
Riduwan. 2007. Metode Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhaidi. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbahasa Inggris Berbasis
Problem Based Learning pada Materi Usaha dan Energi Kelas XII IPA SMAN 1
Padang. Tesis tidak diterbitkan. Padang: PPs UNP.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovasi Progresif. Jakarta: Kencana Prenada
Media.

Anda mungkin juga menyukai