Proposal Fix Final Ane Edit 1
Proposal Fix Final Ane Edit 1
PEMBAHASAN
A; Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran yang berkaitan erat dengan cara
mencari tahu tentang gejala-gejala alam secara sistematis. Maka mata pelajaran fisika erat
kaitannya dengan berpikir kritis, dan juga mata pelajaran fisika mampu menjadikan peserta
didik lebih berpikir kritis. Sedangkan berpikir kritis sendiri merupakan kemampuan berpikir
peserta didik untuk membandingkan dua atau lebih informasi dengan tujuan memperoleh
pengetahuan melalui pengujian terhadap gejala-gejala menyimpang dan kebenaran ilmiah.
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai
interaksi yang terjadi antara Guru dengan siswa. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang
telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan
pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan
pengajaran.
Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan salah satu jenjang pendidikan menengah
yang memberikan berbagai ilmu pengetahuan berupa kelanjutan dari pendidikan dasar (SD
dan SMP) kepada peserta didiknya dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam
hal ini salah satu mata pelajaran pokok yang diberikan di Sekolah Menengah Atas adalah
mata pelajaran matematika. Hal ini disebabkan matematika merupakan salah satu ilmu dasar
yang memiliki peran penting dalam mengembangkan ilmu-ilmu lainnya terutama dalam
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih
Suatu pengajaran memerlukan Pengembangan
dilakukan oleh guru .Metode adalah suatu cara atau strategi yang tidak bisa ditinggalkan
dalam proses belajar mengajar dan metode yang digunakan tidak boleh sembarangan
melainkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.penggunaan metode yang bervariasi akan
dirasakan lebih menarik apabila didukung dengan ketersediaan media presentasi Power
Point merupakan aplikasi presentasi yang popular dan sudah umum digunakan disekolah .
Walaupun media Presentasi Power Point tidak dirancang secara khusus sebagai alat
pembelajaran di sekolah, namun kegunaannya dapat membantu proses pembelajaran di
sekolah. Suatu pembelajaran akan lebih menarik lagi apabila seorang guru dan siswa yang
menggunakan media tersebut tersebut berupaya memecahkan persoalan yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari yang ada kaitannya dengan mata pelajaran Fisika di sekolah menengah
Atas (SMA).
Oleh karena itu peneliti berkeyakinan bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah
( Problem based Learning) dengan menggunakan media presentasi Power Point sangat yang
tepat untuk diterapkan pada Proses pembelajaran Fisika . Sebab model dan media ini
mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar yang tidak monoton,
karena adanya interaksi yang positif dalam kegiatan saling bertukar informasi,dan saling
bertukar ide dalam berbagai aspek.
Dalam mata pelajaran Fisika memuat materi yang berkaitan dengan kehidupan seharihari. Dalam praktek kehidupan sehari-hari Guru Fisika dan siswa selalu melihat dan
mendapatkan informasi melalui berbagai fenomena-fenomena alam secara fisik. Berkenaan
dengan persoalan-persoalan tersebut, tentunya Guru bersama siswa harus mau berfikir
kritis,analitis , sehingga sedikit demi sedikit turut mengupayakan suatu pemecahan masalah
yang dihadapi oleh diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.
Paradigma yang perlu dibangun saat ini adalah Guru
bertindak sebagai
fasilitator,bukan sebagai satu-satunya sumber belajar dikelas . Oleh karena itu dengan
bantuan media pembelajaran yang modern dapat di upayakan proses pembelajaran dikelas
lebih menarik dan selanjutnya akan mengarah pada pembelajaran berbasis siswa sehingga
siswa akan terbiasa memecahkan persoalan bangsa ini dengan alat penunjang dan media
pembelajaran yang cocok.
Kurikulum 2013 merupakan salah satu usaha pemerintah yang diterapkan secara khusus
bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan serta mampu meningkatkan kompetensi yang
sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai (Mulyasa,
2010). Dalam Kurikulum 2013 kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik (student
Centered). Siswa dituntut untuk aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran. Guru di sini
berperan sebagai motivator dan fasilitator. Pada Kurikulum 2013 dijabarkan lebih lanjut
bahwa fisika merupakan mata pelajaran yang mengajarkan kepada siswa untuk berpikir dan
bekerja secara ilmiah sehingga melahirkan sikap ilmiah.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 terhadap
kegiatan belajar mengajar Fisika yang dilaksanakan di SMA Negeri 4 Enam Lingkung,
tampak bahwa siswa kurang tertarik dengan pelajaran fisika dimana kurang nya interaksi
B; Identifikasi Masalah
Pada dasarnya banyak masalah yang berkaitan dengan ketertrikan siswa dalam
mengikuti pembelajarn fisika diantaranya adalah:
1; Dalam proses pembelajaran metode yang digunakan oleh guru umumnya
menggunakan metode ceramah sehingga bersifat teacher centered (berpusat pada
guru) dan bukan student centered (berpusat pada siswa).
2; Siswa pasif dalam belajar sehingga keterlibatan siswa dalam PBM kurang.
3; Minat dan motivasi guru menggunakan media dalam pembelajaran fisika belum
berkembang (masih kurang).
4; Aktivitas belajar siswa rendah, karena guru umumnya menggunakan metode ceramah,
kurang melibatkan siswa dalam kegiatan sehingga menyebabkan siswa kurang aktif
dalam belajar.
5; Guru jarang mengunakan media dalam proses pembelajaran
C; Batasan Masalah
E; Tujuan Penelitian
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan bermanfaat bagi Peneliti atau berguna
bagi Guru mata pelajaran Fisika untuk menambah pengetahuan sehingga dalam melakukan
kegiatan belajar mengajar di kelas dapat meningkatkan Daya fikir kritis siswa, sehingga
siswa terbiasa dan siap mental menghadapi masalah secara jernih dan mampu menemukan
solusinya.
Selanjutnya penelitian ini diharapkan secara praktis bermanfaat sebagai salah satu
solusi alternatif bagi Guru dalam pengembangan media pembelajaran di Indonesia,sehingga
dapat disosialisasikan oleh pemerintah melalui kementerian Pendidikan Nasional serta dapat
ditindak lanjuti oleh Lembaga pendidikan Formal dan Non formal.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Penelitian yang relevan
Penelitian mengenai Pembelajaran berdasarkan masalah pernah dilakukan mahasiswa
terdahulu diantaranya adalah oleh saudara Ahmad EkoSugianto pada Sekolah pasca sarjana
Universitas Pendididkan Indonesia Bandung, Program studi Pengembangan kurikulum
dengan judul Tesis pengembangan Model Pembelajaran berbasis masalah untuk
meningkatkan hasil belajar Siswa ( penelitian dan pengembangan dalam mata pelajaran
Ekonomi pada Madrasah Aliyah Di Kota Malang)
B.Landasan Teori
1; Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013
pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta
panduan penyusunan Kurikulum 2013. Terdapat beberapa fungsi silabus yang terpenting,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1; Penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam kurikulum ke dalam
materi atau pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian, sehingga memudahkan guru dalam menerjemahkan
kurikulum dalam tataran perencanaan dan implementasi pembelajaran di sekolah,
2;
salah satu sumber belajar dalam kategori reading materials and resources (materi dan
sumber bacaan).
Trianto (2010:222) mengemukakan bahwa: Lembar kegiatan siswa adalah
panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan
masalah. LKS dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif
maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan
eksperimen atau demonstrasi. LKS merupakan salah satu sarana untuk membantu dan
mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan terbentuk interaksi yang
efektif antara siswa dengan guru, sehingga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam
peningkatan prestasi belajar. Penggunaan LKS sebagai alat bantu pengajaran akan dapat
mengaktifkan siswa. Dalam hal ini, sesuai dengan pendapat Tim Instruktur Pemantapan
Kerja Guru (PKG), menyatakan secara tegas salah satu cara membuat siswa aktif adalah
dengan menggunakan LKS
Sejalan dengan pengertian tersebut Komalasari (2010:117) mengemukakan bahwa
Lembar Kegiatan Siswa (Student Worksheet) adalah bentuk buku latihan atau pekerjaan
rumah yang berisi soal-soal sesuai dengan materi pelajaran. LKS dapat dijadikan sebagai
alat evaluasi sekaligus sumber pembelajaran karena dalam LKS disajikan rangkumanrangkuman materi. LKS (lembar kegiatan siswa) adalah materi ajar yang dikemas secara
integrasi sehingga memungkinkan siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri.
Komponen-komponen LKS meliputi: judul eksperimen, teori singkat tentang
materi, alat dan bahan, prosedur eksperimen, data pengamatan serta pertanyaan dan
kesimpulan untuk bahan diskusi (Trianto, 2010:223).
D; Penilaian
Penilaian yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah penilaian sikap, penilaian tertulis,
dan penilaian kinerja. Berdasarkan uraian tersebut, maka dikembangkanlah penilaian untuk
materi Fluida Statis menggunakan pendekatan berbasis masalah terhadap berfikir kritis siswa.
2; Pembelajaran Berbasis Masalah
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan
kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,keterampilan
maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.jadi hakekatnya belajar
adalah perubahan atau perkembangan yang lebih meningkat dan lebih bermartabat.
Pembelajaran berbasis masalah , merupakan inovasi dalam pembelajaran,karena dalam
Pembelajaran berbasis masalah kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalkan melalui
proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan
,mengasah ,menguji dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang relevan dengan tuntutan
abad 21, karena pendidikan abad 21 berhubungan dengan permasalahan baru yang ada
didunia nyata. Oleh karena itu pendekatan PBM berkaitan dengan intelegensi dari dalam diri
Individu yang berada dalam sebuah kelompok orang, atau lingkungan untuk memecahkan
masalah yang bermakna, relevan, dan kontekstual ; Tan 2000 ( Rusman 2010).
Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang memberikan tantangan bagi
siswa untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata (terbuka) secara individu maupun
kelompok (Admin, 2009).
Kurikulum pembelajaran berbasis masalah membantu meningkatkan perkembangan
keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka ,reflektif,kritis dan
belajar aktif ; Margetson 1994 ( Rusman 2010).
Dari segi paedagogis,pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada teori belajar
konstruktivisme , Schmidt,1993 & Duffy,1995,Hendry & Murphy,1995 (Rusman,2010:248)
dengan ciri sebagai berikut:
1; Pemahaman diperoleh dari interaksi dengan skenario permasalahan dan lingkungan
belajar.
2; .Pergulatan dengan masalah dan proses inkuiri masalah menciptakan disonansi
kognitif yang menstimulasi belajar.
3; Pengetahuan terjadi melalui proses kolaborasi negosiasi social dan evaluasi terhadap
keberadaan sebuah sudut pandang.
Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut;
1; permasalahan menjadi starting point dalam belajar
2; permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada didunia nyata yang tidak
3;
4;
5;
6;
7;
8;
9;
10;
terstruktur.
Permasalahan membutuhkan perspektif ganda ( multiple perspective);
permasalahan,menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,sikap dan kompetensi
yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam
belajar.
belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama
pemanfataan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi
sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM;
Belajar adalah kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif;
Pengembangan keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan
penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan;
Keterbukaan proses PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar;
dan
PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
dilakukan
pengambilan
keputusan
memilih
alternative
yang
dipandang
paling
2; Sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu
pelajaran lain.
3; Memerlukan berbagai sumber belajar siswa.
Dengan melihat uraian diatas maka setiap Guru harus memperhatikan kemampuan
siswa tiap tingkatan kelas dan harus memahami bahwa masing-masing siswa tentunya akan
memiliki cara yang berbeda-beda dalam menyelesaikan suatu masalah tergantung informasi
dan persoalan yang disodorkan oleh Dewan Guru disekolah atau sesuai dengan kondisi nyata
yang ditemukan dilapangan.
3; Media Pembelajaran
Salah satu kompetensi paedagogik yang harus dimiliki guru adalah memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. Di antaranya adalah
merancang dan menggunakan media pembelajaran. Sanjaya (2008:163) menjelaskan bahwa
media merupakan jamak dari medium, yang berarti perantara atau pengantar. Notoatmodjo
(1998:66) menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan oleh
pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran.
Sejalan dengan pengertian di atas, Sadiman, dkk. (1996:6) menjelaskan bahwa kata
media bearasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara
harafiah berarti perantara atau pengantar. Jadi media adalah perantara atau pengantar pesan
dari pengirim ke penerima pesan.
Ibrahim dan Syaodih (1996:112) menjelaskan pengertian media sebagai berikut:
media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar.
Hamalik (1994:12) menjelaskan media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik
yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan
siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Selanjutnya Uno, (2007:113)
menjelaskan media berasal dari bahasa Latin yang mempunyai antara. Makna tersebut dapat
diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa suatu informasi dari suatu
sumber kepada penerima. Menurut AECT sebagaimana dikutip Uno, (2007:113) media
adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi.
Media pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk
menayampaikan informasi dari sumber ke peserta didik yang bertujuan merangsang mereka
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa
sedemikian rupa terhadap kegiatan belajar yang dilaksanakan.
Sebelum menggunakan media pembelajaran, guru dituntut memiliki kemampuan
merancang media pembelajaran. Kemampuan merancang media pembelajaran antara lain
dapat dilihat dari kemampuan guru melakukan langkah-langkah pengembangan media
pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan
Sadiman (2003:98) berikut ini: (a)
Menganalisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik. (b) Merumuskan tujuan instruksional
(instructional objective) dengan operasional dan khas. (c) Merumuskan butir-butir materi
secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan. (d) Mengembangkan alat pengukur
keberhasilan. (e) Penulisan naskah media pembelajaran. (f) Mengadakan tes dan revisi. Tes
adalah kegiatan untuk menguji atau mengetahui tingkat efektifitas dan kesesuaian media yang
dirancang dengan tujuan yang diharapkan dari program tersebut.
Pengertian Media secara etimologi berasal dari bahasa latin Medium yang
mempunyai arti perantara atau pengantar.Saat ini telah banyak pakar dan organisasi yang
memberikan batasan atau pengertian media, diantaranya adalah sebagai berikut ;
Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi
media adalah perluasan dari Guru; Schram,1977 ( Rudi Susilana 2007: 5 )
Sarana komunikasi dalam bentuk cetak, maupun Audio Visual, termasuk teknologi
perangkat kerasnya ; NEA, 1969 ( Rudi Susilana 2007 : 5 )
Segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan ; AECT,
1977 ( Rudi Susilana 2007 : 5).
Adapun Power Point adalah salah satu program Software yang dirancang khusus
untuk mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan,
mudah dalam penggunaan dan relative murah, karena tidak membutuhkan bahan baku selain
alat untuk penyimpanan data ( data storage).
Power point dapat digunakan melalui beberapa tipe penggunaan;
1; Personal Presentation ; pada umumnya power point digunakan untuk presentasi dalam
Classical learning. Seperti kuliah, training, seminar, work shop, dan lain-lain. Pada
penyajian ini power point sebagai alat bantu bagi Instruktur / Guru untuk presentasi
menyampaikan materi dengan bantuan Media power Point. Dalam hal ini control
pembelajaran terletak pada guru atau Instruktur.
2; Stand Alone ; Pada pola penyajian ini, power point dapat dirancang khusus untuk
pembelajaran individual yang bersifat interaktif, meskipun kadar interaktifnya tidak
terlalu tinggi, namun power point mampu menampilkan feedback yang sudah deprogram.
3; Web Based ; pada pola ini power point dapat diformat menjadi file web
( html)
sehingga program yang muncul berupa browser yang dapat menampilkan internet.
C. Kerangka berfikir
Dalam upaya menigkatkan mutu pendidikan terdapat beberapa unsur terkait yang harus
dipenuhi, yaitu;
1; Sumberdaya manusia ( Kepala Sekolah,Guru dan karyawan)
2; Dukungan Sarana prasarana dan Fasilitas pembiayaan yang berasal dari sumbangan
3;
4;
5;
6;
7;
( meaning full),sehingga siswa tidak hanya belajar untuk mengetahui dan mengatasi sesuatu
(learning to know), tetapi siswa harus mampu melakukan suatu ( learning to do ) dan belajar
menjiwai siapa dirinya ( learning to be) , serta belajar hidup bersama ( learning to live
together).
metode yang tepat bagi peserta didik dan dapat meningkatkan prestasi peserta didik ).
4; kompetensi Sosial ( pandai berkomunikasi atau bergaul dengan berbagai kalangan
masyarakat ).
Permasalahan Dalam
Proses Belajar Fisika
Rendahnya Keterlibatan
Siswa dalam KBM
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian Kualitatif yang bersifat
pengembangan ( Research and Development ) atau biasa disingkat dengan R&D. penelitian
pengembangan bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran, seperti silabus, bahan
ajar, media, modul praktikum, latihan kerja siswa, alat mengukur kemajuan belajar, alat
mengukur hasil belajar atau prestasi. Yang melatar belakangi perlunya dilakukan penelitian
pengembangan adalah adanya masalah yang terkait dengan model pembelajaran yang perlu
dikembangkan dengan berbantuan computer dan yang saat ini dikenal dengan media
presentasi. Masalah ini ditemui oleh peneliti dari hasil pengamatan selama mengajar atau dari
hasil needs assesment.
Menurut
Soenarto
(2005),
penelitian
pengembangan
adalah
upaya
untuk
mengembangkan dan menghasilkan suatu produk berupa materi, media, alat, atau strategi
pembelajaran
yang
digunakan
untuk
mengatasi
permasalahan
pembelajaran
di
kelas/laboratorium dan bukan menguji teori. Kemudian dipertegas oleh Nana (2006), yang
menyatakan bahwa penelitian pengembangan adalah suatu proses dan langkah-langkah untuk
mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian kualitatif .
Penelitian
kualitatif
menggunakan
metode
kualitatif
yaitu
pengamatan,
Pada tahap define dilakukan analisis kurikulum 2013 mata pelajaran IPA, analisis siswa
dan analisis konsep. Analisis kurikulum bertujuan untuk melihat kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran, mengkaji silabus dan sistem penilaian, strategi pembelajaran yang cocok serta
mereview literatur yang terkait dengan perangkat pembelajaran model Berbasis masalah.
Analisis siswa bertujuan untuk melihat kemampuan siswa dalam pembelajaran, latar
belakang pengetahuan hingga
pelajaran IPA , siswa banyak menggali potensi dan kemampuan untuk berkreasi serta
berinovasi untuk mendapatkan pengalaman belajar secara langsung. Untuk itu konsep yang
diajarkan perlu diperhatikan, dipahami agar dapat menggunakan model pembelajaran yang
sesuai dengan kurikulum 2013 yang membuat siswa lebih aktif. Analisis konsep sangat perlu
dalam hal ini karena dengan pemilihan materi yang sesuai dapat menentukan strategi
pembelajaran yang tepat dalam penyampaian informasi kepada siswa.
2. Perancangan (design)
Tahap perancangan terdiri
pembelajaran
contoh-contoh yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari yang menyangkut materi
sistem pernapasan pada manusia.
Lembar Kegiatan Siswa yang dirancang juga bercirikan model Berbasis Masalah.
Permasalahan pada materi sistem pernapasan manusia dan diberikan untuk mengajak siswa
melakukan penyelidikan melalui percobaan-percobaan yang dirancang untuk dilakukan
siswa. LKS juga berisi pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengarahkan siswa
untuk
3. Pengembangan (develop)
Pada tahap pengembangan dilakukan validasi perangkat pembelajaran, uji praktikalitas,
dan uji efektifitas. Analisis terhadap saran dan lembaran validasi dari pakar dan praktisi
digunakan sebagai landasan penyempurnaan atau revisi dari draf awal perangkat
pembelajaran Fisika dengan menggunakan model pembelajaran Berbasis Masaalah untuk
materi Fluida Statis kelas XI SMA. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan perangkat
pembelajaran yang valid. Setelah perangkat pembelajaran dinyatakan valid, dilakukan uji
coba untuk melihat tingkat kepraktisan dari perangkat pembelajaran. Kemudian efektifitas
perangkat pembelajaran dilihat dari hasil belajar yang meliputi penilaian ranah kognitif,
psikomotor dan afektif. Tahap ini dapat dilaksanakan setelah terpenuhi praktikalitas, namun
karena waktu tahap ini dilakukan secara serentak dengan tahap praktikalitas.
Berikut dijelaskan tahap-tahap yang akan dilaksanakan pada penelitian pengembangan
ini.
a. Tahap Validasi
Validasi dilakukan oleh pakar di bidang Fisika, bertujuan untuk mendapatkan masukan
terhadap keseluruhan isi materi yang terdapat dalam rancangan perangkat pembelajaran
materi sistem pernapasan manusia. Kemudian validasi oleh pakar di bidang desain
pembelajaran, bertujuan untuk mendapatkan penilaian, saran, ataupun komentar mengenai
kesesuaian pendekatan dan bentuk rancangan dari perangkat pembelajaran yang
dikembangkan untuk materi sistem pernapasan manusia. Selanjutnya validasi dilakukan oleh
praktisi yaitu 2 orang guru yang bertujuan untuk mendapatkan penilaian, komentar dan saran
mengenai pemahaman praktisi terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
Dari hasil validasi tersebut dilakukan analisis. Jika hasil analisis menyatakan bahwa
perangkat pembelajaran belum valid, maka dilakukan revisi sehingga diperoleh perangkat
pembelajaran yang valid.
b. Tahap Uji Praktikalitas
Praktikalitas adalah tingkat keterpakaian perangkat pembelajaran oleh guru, yaitu
melaksanakan eksperimen pengajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang
telah direvisi berdasarkan penilaian validator. Perangkat pembelajaran dikatakan memiliki
praktikalitas yang sangat tinggi apabila bersifat praktis dan mudah pengadministrasiannya.
Dalam artian, mudah digunakan, mudah pemeriksaannya serta lengkap dengan petunjuk yang
jelas.
Pada tahap ini dilakukan uji coba terbatas pada SMAN 4 Enam Lingkung. Uji coba
dilakukan pada kelas XI. Untuk menentukan nilai praktikalitas diperoleh dari lembar
observasi guru dan angket kepraktisan. Hasil observasi guru dan angket kepraktisan, data
yang diperoleh kemudian di analisis dan ditentukan kategori kepraktisannya sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
c. Tahap Uji Efektifitas
Pada tahap ini dilakukan evaluasi untuk mengetahui apakah perangkat pembelajaran
yang dibuat efektif untuk meningkatkan kualitas dan prestasi belajar siswa. Aspek efektifitas
yang diamati dalam proses pembelajaran Fisika yang menggunakan perangkat pembelajaran
berbasis masalah di kelas uji coba adalah hasil belajar siswa yang meliputi ranah kognitif,
psikomotor dan afektif.
Hasil belajar ranah kognitif diperoleh dari hasil tes kognitif, kemudian dianalisis
sehingga diperoleh kategori hasil belajar berdasarkan kriteria yang ditetapkan. Hasil belajar
ranah psikomotor diperoleh dari lembar penilaian observasi yang dilakukan oleh 2 orang
observer. Data hasil belajar siswa pada ranah psikomotor di analisis dengan menggunakan
analisis deskriptif. Hasil belajar ranah afektif diperoleh dari angket yang diisi oleh siswa.
Data hasil belajar siswa pada ranah psikomotor di analisis dengan menggunakan analisis
deskriptif.
C. Desain Penelitian
Meneliti efektifitas model pembelajaran berdasarkan masalah dengan menggunakan
media Slide pada mata pelajaran Fisika di SMAN 4 Enam Lingkung, sehingga para siswanya
mampu berfikir kritis, logis sistematis dan kontekstual .
Model pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem Based Learning) bukan hanya
sekedar model mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam model
problem based Learning dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan
mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Penggunaan metode ini dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut;
a; Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan.Masalah ini harus tumbuh dari siswa
b;
c;
d;
e;
D. Lokasi Penelitian.
Adapun peneliti akan melakukan penelitian disuatu sekolah Negeri yang ada di
Kabupaten Padang Pariaman yaitu di SMAN 4 Enam Lingkung, dan beralamat di;
Jalan Lintas Padang-Bukit Tinggi Km 35 Kabupaten Padang Pariaman.
E. Jenis dan Sumber Data.
Sumber data dalam penelitian ini adalah kelas X SMAN 4 Enam Lingkung yang
mencakup siswa, Guru mata pelajaran Fisika , dan wakil kepala sekolah. Subjek data yang
representatif sangat penting dalam menilai validitas penelitian ini. Sumber data yang
representatif dalam arti jumlah individu yang dijadikan objek penelitian mewakili populasi.
Objek penelitian yang digunakan adalah 1 kelas terdiri yaitu kelas X di SMAN 4 Enam
Lingkung.
Dalam upaya memperoleh sumber data yang dianggap paling baik ,adalah melalui
metode penemuan sumber data secara acak atau yang dikenal dengan istilah random samples.
Keunggulan metode ini adalah kemampuannya menghilangkan unsur subjektivitas dalam
penentuan objek penelitian.
penilaian perangkat.
b; Data praktikalitas yaitu data hasil pengamatan kepraktisan perangkat dari observer,
respon siswa terhadap kepraktisan perangkat yang dikembangkan setelah perangkat
pembelajaran diuji cobakan, respon guru terhadap kepraktisan dan perangkat.
c; Data efektivitas yaitu data hasil pengamatan keefektifan perangkat dari observer,
respon siswa terhadap keefektifan perangkat dan data pengamatan aktivitas dan
afektif siswa.
Data kuantitatif terdiri dari: hasil tes kompetensi kognitif siswa
G. Analisis data
Analisis data merupakan salah satu rangkaian dalam kegiatan penelitian ini. Kegiatan
menganalisis data sangat berkaitan dengan rangkaian kegiatan sebelumnya mulai dari jenis
penelitian yang dipilih, rumusan masalah dan tujuan penelitian, jenis data, jumlah subjek
coba, serta asumsi-asumsi teoritis yang melandasi kegiatan penelitian. Dengan demikian,
dalam melakukan analisis data, rangkaian tahapan sebelumnya sangat diperhatikan sebagai
rujukan agar penelitian ini dilaksanakan bersifat koheren, yaitu bertalian atau berhubungan
dengan tahap-tahap penelitian yang lainnya.
Secara garis besar, pekerjan analisis data meliputi 3 langkah yaitu:
1; Persiapan
2; Tabulasi
3; Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian.
Kategori
Sangat Tidak Setuju (STS)
Persentase ketercapaian
Indikator
0-25
26-50
Setuju (S)
51-75
76-100
Kategori
0 20
21 40
Tidak valid
41 60
Kurang valid
61 80
Valid
81 100
Sangat valid
sk ya ng di perole h
10 0
sk ma ksimum
...(2)
Kategori
0 20
21 40
Tidak praktis
41 60
Kurang praktis
61 80
Praktis
81 100
Sangat praktis
Untuk melihat hasil belajar dari aspek kognitif yaitu berdasarkan nilai yang diperoleh.
Siswa dikategorikan tuntas apabila telah mencapai KKM. Untuk menganalisis data
kompetensi siswa dilakukan analisis deskriptif. Persentase ketuntasan kompetensi siswa
menurut Arikunto (2010) baik secara individu maupun klasikal untuk ranah kognitif
menggunakan persamaan (3) dan (4):
KI=
SB
x 10 0
SM
... (3)
JT
x 10 0
JS
... (4)
KK =
SM
adalah skor maksimum, KK adalah ketuntasan klasikal, JT adalah jumlah siswa yang tuntas,
dan JS adalah jumlah seluruh siswa. Sedangkan kategori Ketuntasan siswa menggunakan
klasifikasi seperti Tabel 6.
Tabel 6. Kategori Penilaian Kognitif
Interval
Kategori
0 20
21 40
41 60
61 80
81 100
Tidak baik
Kurang baik
Cukup baik
Baik
Sangat baik
Data penilaian untuk ranah afektif ada tiga jenis yaitu penilaian sikap, penilaian
karakter, dan penilaian aktivitas siswa.
sk ya ng di perole h
x 1 00
sk ma ksimum
...(5)
Kategori
0 20
21 40
41 60
61 80
81 100
X
x 1 00
Y
PK=
X
10 0
Y
...(6)
...(7)
Dimana, K adalah Nilai karakter, PK adalah persentase perilaku berkarakter siswa, X adalah
jumlah frekuensi, dan Y adalah jumlah total frekuensi.
Kategori interpretasi perilaku berkarakter siswa terdapat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kategori Penilaian Perilaku Berkarakter
Interval
Kategori
0 25
26 50
51 75
76 100
Belum Terlihat
Mulai Terlihat
Mulai Berkembang
Mulai Kebiasaan
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi
Aksara.
Bruner S. Jerome. 1978. The Process of Education. Harvard University Press: Cambridge.
Carin A. Arthur & Sund B. Robert. 1985. Teaching Science Through Discovery. Merrill
Publishing Company: Columbus.
Isdisusilo. 2012. Panduan Lengkap Menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran. Jakarta: Kata Pena.
Permendiknas No. 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses. Jakarta: DPR RI.
Permendiknas No. 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian. Jakarta: DPR RI.
Prayitno, dkk. 2011. Buku Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi. Padang: Program Pasca
Sarjana UNP.
Rahman, T. 2006. Pendekatan dan metode dalam Program Pembelajaran Praktikum.
Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi UPI
Riduwan. 2007. Metode Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhaidi. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbahasa Inggris Berbasis
Problem Based Learning pada Materi Usaha dan Energi Kelas XII IPA SMAN 1
Padang. Tesis tidak diterbitkan. Padang: PPs UNP.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovasi Progresif. Jakarta: Kencana Prenada
Media.