Anda di halaman 1dari 48

Bab I.

OBAT-OBAT YANG MEMPENGARUHI SISTEM PERNAPASAN


Pendahuluan
Obat-obat dapat mencapai paru-paru melalui inhalasi, oral atau parenteral.
Inhalasi sering dipilih karena obat langsung disalurkan ke jaringan tujuanjalan napas dan effektif dalam dosis yang tidak menyebabkan efek sistemik
yang berarti. Obat-obat yang berguna secara klinik bekerja dengan berbagai
mekanisme, misalnya dengan merelaksasi otot polos bronkial, atau
memodulasi respons peradangan. Dalam hal ini, yang dibicarakan adalah
obat yang digunakan untuk mengobati asma, rinitis, paru obstruktif
menahun dan batuk.
Obat-obat yang digunakan untuk Mengobati Asma.
Asma merupakan penyakit kronik dan ditandai dengan bronkokonstriksi akut
yang menyebabkan pernapasan singkat, batuk, sesak napas, mengi dan
pernapasan yang cepat.Asma tidak sama seperti bronkitis kronik, fibrosis
kistik atau bronkiektasis, biasanya bukan suatu penyakit yang
progresif.Asma tidak terelakan menyebabkan penyakit paru obstruksi kronik
yang melumpuhkan.
Tujuan terapi adalah untuk menghilangkan gejala dan mencegah
berulangnya serangan asma bila mungkin.
Obstruksi saluran napas pada asma disebabkan oleh konstriksi bronkus
karena konstraksi otot polos bronkus, inflamasi dinding bronkus dan
peningkatan sekresi mukus. Serangan asma dapat berhubungan dengan
paparan paling akhir dengan alergen , menghirup zat iritan yang
menyebabkan hiperaktivitas bronkial dan peradangan pada mukosa saluran
napas.
Gejala asma dapat diobati secara efektif dengan beberapa obat, tetapi tidak
ada satupun dari obat yang dapat menyembuhkan penyakit obstruksi
saluran napas ini.
Obat-obat yang digunakan untuk Mengobati Asma:
Obat asma dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :
1. Controller
Anti inflamasi untuk mengontrol penyakit & mencegah serangan
2. Reliever
Bronkodilator untuk pengobatan saat serangan / mengatasi
eksaserbasi
Obat yang dapat digunakan untuk mengobati asma antara lain :
A. Agonis adrenegik

B.
C.
D.
E.
A.

Kortikosteroid
Kromolin dan nedokromil
Ipatropium
Teofilin
Agonis adrenergic
- Pengertian
Agonis merupakan bronkodilator poten yang merelaksasi otot polos
pernapasan secara langsung
- Merupakan pilihan utama untuk asma ringan, yaitu pada pasien
yang menunjukkan gejala intermiten
- Obat agonis adrenergic dapat diklasifikasikan menjadi dua
golongan, yaitu :
1. Obat-obat dengan masa kerja singkat
- Umumnya Agonis-memiliki awitan kerja yang cepat (15-30 menit) dengan
masa kesembuhan 4-6 jam.
- Yang termasuk golongan obat ini adalah :
metaproteonol, albuterol, bitolterol, pributerol, terbutaline,
fenoterol
- Indikasi:
o Pengobatan simtomatik dari bronkospasme
o Obat penolong untuk bronkokonstriksi akut
- Efek samping toksik:
o takikardi
o hiperglikemia
o hipokalemia
o hipomagnesemia
- Agonis- tidak memiliki efek antiinflamsi
- Agonis- seharusnya tidak digunakan sebagai obat tunggal
pada pasien asma kronik
- Agonis- selektif, seperti pirbuterol, terbutalin dan albuterol
memberikan manfaat bronkodilatasi yang lama
2. Obat-obat dengan masa kerja panjang
- Yang termasuk golongan obat ini adalah :
Salmeterol, formoterol
- Salmeterol xinatoat
- Salmeterol xinatoat ialah suatu analog kimiawi albuterol
tetapi berbeda dengan memiliki cincin samping lipofilik yang
meningkatkan afinitas obat untuk adrenoseptor
- Salmeterol xinatoat memungkinkan bronkodilatsi paling
sedikit 12 jam
- Kontraindikasi:
o Serangan asma akut
- Salmeterol xinatoat tidak untuk menghilangkan gejala
- Salmeterol xinatoat bukan subtitusi untuk terapi antiinflamasi

B. Kortikosteroid
- Kortikosteroid inhalasi
Punya efek anti inflammasi yang kuat
-Cara kerja :
1. Menghambat metabolisme arakidonat, leukotrien & protaglandin
2. Mengurangi kebocoran mikrovaskuler
3. Mencegah migrasi langsung sel-sel inflammasi
4. Menghambat produksi Cytokines
5. Meningkatkan kepekaan reseptor -2 pada otot polos bronkus
- Mekanisme kerja
1. Menghambat akivasi sel radang
2. Mengurangi rekrut sel radang ( mastosit, eosinofil, basofil,
limfosit
3. Menghambat pelepasan mediator inflamasi
4. Mengurangi kebocoran endotel
5. Menghambat sekresi kelenjar mukus
6. Aktivasi reseptor 2 agonist
- Indikasi :
1. Asma berat, tidak respon dengan 2 agonist
2. Penderita dg pemakaian steroid orang jangka panjang
3. Penderita dg ketergantungan steroid inhalasi dosis tinggi
4. Penderita dengan bronkospasme berat ( FEV1 < 50 % base line )
5. Glukokortikoid inhalasi dapat digunakan pada pasien asma
sedang sampai berat yang memerlukan inhalasi agonisadrenergik lebih dari sekali sehari
- Efek samping:
- Kandidiasis orofaringeal(thrush)
- Hiperesponsivitas otot saluran napas yang menyebabkan
bronkokonstriksi
- alergen
- iritan
- katarak
- osteoporosis
- edema
- Efek pada paru-paru
Menurunkan jumlah dan aktivitas sel-sel yang terlibat dalam
inflamasi saluran napas-makrofag-eosinofil dan limfositT.Mengurang inflamasi dengan menghiilangkan edea mukosa,
menurunkan permeabilitas kapiler, dan menghambat pelepasan
leukotrien.
C. Kromolin dan nedokromil
- Pengertian
- Merupakan antiinflamasi profilaksis yang efektif

- Menghambat bronkokonstriksi yang dirangsang oleh alergen


atau aktivitas fisik
- Berguna juga dalam mengurangi gejala rinitis alergika
- Indikasi:
- anak-anak
- wanita hamil
- Efek samping:
- iritasi faring dan laring
- rasa pahit
- Kontraindikasi:
- serangan asma akut
D. Antagonis Kolinergik
- Pengertian
Menghambat kontraksi otot polos saluran napas yang diatur oleh
vagus dan sekresi mucus
- Contoh dari obat golongan ini :
Ipratropium bromida
Ipratropium bromida adalah antagonis kolinergik asetilkolin pada
reseptor kolinergik, yang memblok asetilkolin di saraf
parasimpatetik otot bronkus, menyebabkan stimulasi guanyl
cyclase dan menekan peningkatan cGMP (mediator
bronkokonstriksi), sehingga menimbulkan bronkodilatasi.
Aktivitas antimuskarinik pada otot bronkus lebih besar
dibandingkan pada kelenjar sekret.
Ipratropium berguna bagi pasien yang tidak bisa mentolerir
agonis adrenergik
- Indikasi
Terapi simptomatik bronkospasme yang reversibel, berhubungan
dengan obstruksi kronis saluran nafas (PPOK), termasuk bronkitis
kronik dan emfisema; juga sebagai terapi simptomatik pada
asma bronkial dan sebagai bronkodilator pada pasien cystic
fibrosis
- kontraindikasi
Hipersensitif terhadap ipratropium
Hipersensitif terhadap soya lecithin (aerosol)
- efek samping
- Mulut kering
- sakit kepala
- Mual
- takikardi
- Konstipasi
- fibrilasi atrial
E. Teofilin
- Termasuk preparat metilxantin utama
- Merupakan suatu bronkodilator yang membebaskan obstruksi
saluran napas pada asma kronis

Mengurangi gejal penyakit kronik


Cara kerja :
- Bronkodilator, punya efek anti inflamasi
- Efek pada hipereaktivitas bronkus sedikit
- Pada keadaan tertentu ( efek terapi tak tercapai ) perlu
pemeriksaan kadar dalam serum
Efek samping:
- kejang atau aritmia
- kematian

Obat-obat yang digunakan untuk mengobati rinitis alergika


A. Antihistamin (penyekat reseptor H1)
- Pengertian
- Antihistamin bekerja dengan baik untuk mengobati gejala alergi,
terutama bila gejala tidak sering terjadi atau tidak berlangsung
lama.
- Antihistamin dapat digolongkan menjadi antihistamin generasi
pertama dan kedua.
- Antihistamin generasi pertama contohnya CTM, prometazin,
difenhidramin, mepiramin, yang bersifat sedatif (menyebabkan
kantuk). Obat-obat ini bisa dibeli tanpa resep, dan dapat digunakan
untuk gejala ringan sampai sedang.
- Antihistamin generasi kedua, relatif tidak menyebabkan kantuk,
atau sedikit menyebabkan kantuk. Beberapa ada yang bisa dibeli
bebas, sebagian ada yang harus dibeli dengan resep dokter. Contoh
obat-obat golongan ini antara lain fexofenadine, terfenadin,
setirizin, loratadin, desloratadin, dll, dengan berbagai nama
paten. Ada pula antihistamin dalam bentuk semprot hidung, yang
berisi azelastin.
- Paling banyak digunakan untuk mengobati bersin dan ingus cair
yang menyertai rinitis alergika
- Yang termasuk penyekat reseptor H1 adalah:
- difenhidramin
- klorfeniramin
- loratadin
- terfenadin
- astemizol
- Antihistamin dapat digunakan kombinasi dengan dekongestan dan
efektif untuk s umbatan hidung yang merupakan gejala rhinitis
B. Agonis -adrenergik
- Indikasi

Diberikan sebagai dekongestan hidung hanya memperbaiki gejala


sementara pada rinitis alergik, vasomotor atau infeksi. Efeknya
dapat membantu kerja antibiotik pada otitis media.
Indikasi lain adalah pada otitis media serosa untuk menghilangkan
obstruksi pada ostia tuba Eustachii.
Fenilefrin menyempitkan arteriol yang berdilatasi pada mukosa
hidung dan mengurangi reseistensi saluran napas
Oksimetazolin
Efek samping :
- Rebound(sumbatan hidung)

C. Kortikosteroid
- Efektif menyembuhkan gejala hidung baik rinitis alergika maupun
non alergika
- Efek samping:
- iritasi nasal
- perdarahan hidung
- sakit tenggorokan
- kandidiasis
- Yang termasuk golongan obat ini:
- beklometason
- flutikason
- flunisolid
- triamsinolon
D. Kromolin
- efek anti inflammasi non steroid secara inhalasi
- kromolin intranasal mungkin berguna , terutama bila pemberian
sebelum kontak dengan allergen
- Cara kerja :
- Menstabilkan dinding mast sel
- Menghambat pelepasan mediator
- Menekan sel inflamasi : netrofil, eosinofil, monosit, macrofag.
- Obat efektif untuk asma ringan sedang
- Perlu waktu 4 5 minggu untuk melihat apakah efek obat ini
bermanfaat.
- Efek samping :
- batuk
- wheezing
- rasa tidak enak
Obat-obat yang digunakan untuk mengobati penyakit paru obstruksi
menahun (PPOM)
- Penyakit ini merupakan obstruksi saluran napas kronik dan
ireversibel

Obat yang digunakan :


- obat-obat antikolinergik
- obat-obat beta adrenergik
- teofilin
- Agonis atau ipotropium dapat digunakan untk menilai bagian
yang masih reversibel dan juga merupakan terapi awal
- Glukokortikoid dapat digunakan dalam pengobatan eksaserbasi
akut

Obat-obat untuk mengobati batuk


Obat untuk mengobati batuk dibagi menjadi tiga jenis :
1. Antitusif
2. Ekspektoran
3. Mukolitik
1. Antitusif
1) Codeine
- Sebuah opioid
- Pusat aksinya adalah menekan batuk
- Indikasi
Efektif diberikan secara oral pada batuk akut
- Kontraindikasi
anak dibawah umur 2 tahun
- Efek samping
nausea, konstipasi, muntah, pusing, mengantuk
2) Dextromethorphan
- Sebuah nonopioid
- Efek samping
nausea, muntah, menekan pernapasan
3) Dipenhydramine
merupakan antihstamin
memilik efek sedatif dan antikolinergik
2. Expectoran
- meningkatkan volume respirasi
- mempermudah pengeluaran mucus
-

Contoh :
Gliseril guaiacolate
Amonium klorida
Potasium iodida
Efek samping
nausea, mengantuk

3. Mukolitik

N-asetilsystein
ambroxol
bromehexin
Efek samping : nausea, muntah
Hubungan dengan keperawatan
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pernapsan
Pengkajian
Pengkajian primer
1. Airway
peningkatan sekresi pernapasan
bunyi napas ronkhi, mengi dsb
2. Breathing
menggunakan otot eksesori pernapasan
kesulitan bernapas
distress pernapasan
3. Circulating
penurunan curah jantung
sakit kepala
gangguan tingkat kesadaran
papiledema
penurunan pengeluaran urine
Penatalaksanaan medis
1) terapi oksigen
2) ventilator mekanik
3) inhalasi nebuliser
4) fisioterpi dada
5) pemantauan hemodinamik/jantung
6) pengobatan
7) dukungan nutrisi
Diagnosa
Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat memertahankan pola
pernapsan yang efektif
Kriteria hasil
pasein menunjukkan :
frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal
adanya penurunan dispneu
gas darah dalam batas normal
Intervensi

kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan serta pola


pernapasan
kaji tanda vital dan tingkat kesadaran setiap jam
monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2 50 mmhg atau PaO2 kurang
dari 60
berikan oksigen dalam ventilasi dan humidifier sesuai dengan
kebutuhan
pantau dan catat gas darah sesuai indikasi
auskultasi dada untuk mendengarkan buyi napas setiap 1 jam
Berikan bantuan ventilasi mekanik
Tinggikan kepala Dan bantu megubah posisi

Bab II. OBAT-OBAT DIURETIK


I. PENDAHULUAN
Obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urin
disebut diuretik. Obat-obat ini merupakan penghambat transpor ion yang
menurunkan reabsorpsi Na+ pada bagian-bagian nefron yang berbeda.
Akibatnya, Na+ da ion lain seperti Cl- memasuki urine dalam jumlah lebih
banyak dibandingkan bila keadaan normal bersama-sama air, yang
mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotik.
Jadi, diuretik meningkatkan volume urine dan sering mengubah pH-nya serta
komposisi ion didalam urine dan darah. Efektivitas berbagai kelas diuretik
yang berbeda, sangat bervariasi, dengan peningkatan sekresi Na + bervariasi
dari kurang 2% untuk diuretik hemat kalium yang lemah, sampai lebih dari
20% untuk loop diuretic yang poten. Penggunaan klinis utamanya ialah
dalam menangani kelainan yang melibatkan retensi cairan (edema) atau

dalam mengobati hipertensi dengan efek diuretiknya menyebabkan


penurunan volume darah, sehingga terjadi penurunan tekanan darah.
II. REGULASI NORMAL CAIRAN DAN ELEKTROLIT OLEH GINJAL
Sekitar 16-20% plasma darah yang masuk ke ginjal disaring dari
kepiler glomerulus ke dalam kapsul Bowman. Filtratnya, walaupun dalam
keadaan normal tidak mengandung protein dan sel-sel darah, ternyata
mengandung komponen plasma dengan berat molekul yang paling rendah
yang kira-kira sama dengan yang dijumpai di plasma. Ini termasuk glukosa,
natrium bikarbonat, asam amino, dan zat organik lain, plus elektrolit, seperti
Na+, K+ dan Cl-. Ginjal mengatur komposisi ion dan volume urine dengan
reabsorpsi atau sekresi ion dan/atau air pada lima daerah fungsional
sepanjang nefron, yaitu pada tubulus proksimal, ansa henle,tubulus distal
dan duktus renalis rektus.
A. Tubulus Renalis Kontortus Proksimal
Dalam tubulus kontortus proksimal yang berada dalam korteks ginjal,
hampir semua glukosa, bikarbonat, asam amino dan metabolit lain
direabsorbsi.
1. Sistem sekresi asam : Tubulus proksimal merupakan tempat sistem
sekresi asam basa organik. Sistem asam organik mensekresi berbagai
asam organik (seperti asam urat, beberapa antibiotika, diuretik) dari
aliran darah ke lumen tubulus proksimal
B. Ansa Henle Pars Desendens
Sisa filtrat yang isotonis, memasuki ansa Henle pars desendens dan terus
ke dalam medula ginjal. Osmolaritas meningkat sepanjang bagian
desendens dari ansa Henle kerena mekanisme arus balik. Hal ini
menyebabkan peningkatan konsentrasi garam tiga kali lipat dalam cairan
tubulus
C. Ansa Henle Pars Asendens
Sel-sel epitel tubulus asendens unik karena impermeabeluntuk air. Jadi,
pars asendens merupakan bagian pengencer dari nefron. Kira-kira 25-30%
NaCl di tubulus kembali ke cairan interstisial, dengan demikian membantu
mempertahankan osmolaritas tinggi dari cairan
D. Tubulus Renalis Kontortus Distal
Sel-sel tubulus distal juga impermeabel untuk air. Sekitar 10% dari
natrium klorida yang disaring direabsorbsi melalui suatu transporter
Na+/Cl- , yang sensitif terhadap diuretik tiazid. Selain itu, eksresi Ca 2+
diatur oleh hormon paratiroid pada bagian tubulus ini.
E. Tubulus dan Duktus Renalis Rektus
Sel-sel utama dan se-sel interkalasi dari tubulus renalis rektus
bertanggung jawab untuk pertukaran Na+ , K+ dan untuk sekresi H+ dan
reabsorbsi K+

III.FUNGSI GINJAL PADA PENYAKIT


A. Gagal Jantung Kongestif
Turunnya kemampuan jantung yang sakit untuk mempertahankan
curah jantung yang adekuat menyebabkan ginjal bereaksi seolah-olah
ada penurunan volume darah
B. Asites karena Penyakit Hati
Asites, akumulasi cairan di rongga perut, merupakan komplikasi sirosis
hati yang umum.
1. Peningkatan tekanan darah portal : peningkatan tekanan darah
portal dan osmolaritas yang rendah menyebabkan cairan keluar
dalam sistem saluran darah portal dan terkumpul di dalam rongga
perut
2. Hiperaldosteronisme sekunder : disebabkan oleh penurunan
kemampuan hati untuk menginaktifkan hormon steroid dan
menyebabkan peningkatan reabsorbsi Na + dan air, peningkatan
volume vaskular, dan munculnya kembali akumulasi cairan
C. Sindrom Nefrotik
Hilangnya protein dari plasma mengurangi tekanan osmotik koloidal
yang menyebabkan edema. Volume plasma yang rendah merangsang
sekresi aldosteron melalui sistem renin-angiostensin-aldosteron. Hal ini
menyebabkan retensi Na+ dan cairan, yang meningkatkan edema lebih
lanjut
D. Edema Pramenstruasi
Edema
yang
menyertai
menstruasi
merupakan
akibat
ketidakseimbangan hormonal seperti kelebihan estrogen, yang
mempermudah hilangnya cairan ke rongga ekstraselular. Diuretik
dapat mengurangi edema ini
IV. OBAT-OBAT DIURETIK
1. Penghambat Karbonik Anhidrase
A. Asetazolamid
Suatu sulfonamid tanpa aktivitas antibakteri. Efek utamanya ialah
menghambat enzim karbonik anhidrase pada sel epitel tubulus
proksimal
a. Mekanisme kerja : Asetazolamid menghambat karbonik
anhidrase yang terletak di dalam sel dan membran apikal epitel
tubulus proksimal. Penurunan kemampuan untuk menukar Na +
untuk H+ dengan adanya asetazolamid menyebabkan diuresis
ringan. Selain itu, HCO3- dipertahankan dalam lumen yang
ditandai dengan peningkatan pH urine
b. Penggunaan dalam terapi :
Pengobatan glaukoma : penggunaan klinik asetazolamid yang
paling umum adalah untuk menurunkan kenaikan tekanan
dalam bola mata pada glaukoma sudut terbuka. Obat ini
berguna untuk pengobatan kronis glaukoma tetapi tidak
digunakan untuk serangan akut karena kerjanya yang cepat

Epilepsi : obat ini mengurangi berat dan tingkat serangan


kejang
Mountain Sickness : Asetazolamid diberikan setiap malam 5
hari sebelum pendakian untuk mencegah kelemahan, sesak
nafas, pusing, mual dan edema serebral dan paru-paru yang
merupakan ciri khas dari sindrom ini
c. Farmakokinetik : Asetazolamid diberikan per oral setiap hari
d. Efek Samping : Asidosis metabolik (ringan), penurunan kalium,
pembentukan batu ginjal, mengantuk, dan parestesia mungkin
terjadi
2. Loop atau High-Ceiling Diuretic
A. Bumetanid, Furosemid, Torsemid, Asam etakrinat
Obat ini merupakan empat diuretik yang efek utamanya pada pars
asendens ansa henle. Obat-obat ini memiliki efektivitas yang
tertinggi dalam memobilitas Na+ dan Cl- dari tubuh
a.
Mekanisme kerja : Loop diuretic menghambat kotranspor Na + ,
K+ , dan Cl- menurun. Loop diuretic merupakan obat diuretik
yang paling efektif, karena pars asendens bertanggung jawab
untuk reabsorbsi 25-30% NaCl yang disaring dan bagian distalnya
tidak mampu untuk mengkompensasi kenaikan muatan Na+
b.
Kerja : Loop diuretic bekerja cepat,bahkan di antara pasien
dengan fungsi ginjal yang terganggu atau yang tidak bereaksi
terhadap tiazid atau diuretik lain. Diuretik loop menyebabkan
penurunan resistensi vaskular ginjal dan meningkatkan aliran
darah ke ginjal
c.
Penggunaan terapi : Diuretik loop merupakan obat pilihan utama
untuk menurunkan edema paru-paru akut pada gagal jantung
kongestif
d.
Farmakokinetik : Diuretik loop diberikan per oral atau parenteral.
Maka kerja relatif singkat, 1 sampai 4 jam
e.
Efek samping :
Ototoksisitas : Pendengaran dapat terganggu oleh loop
diuretic
Hiperurisemia : Asam urat
Hipovolemia akut : hipotensi, syok, dan aritmia jantung
Kekurangan kalium: Hilangnya K+ dari sel dalam pertukaran
dengan H+ menyebabkan alkalosis hipokalemia
f.
Indikasi bumetamid : per oral untuk edema, IV untuk edema paru.
Indikasi furosemid : diuretic yang dipilih untuk pasien dengan GRF
rendah dan kelarutan hipertensi, juga edema, edema paru, dan
untuk mengeluarkan banyak cairan, kadangkala digunakan untuk
menurunkan kadar kalium serum
g.
Kontraindikasi furosemid : anuria, kekurangan elektrolit

3. Diuretik Tiazid
A. Klorotiazid
Klorotiazid (klor oh THYE a zide) merupakan prototipe diuretik
golongan tiazid, merupakan diuretik modern pertama yang aktif per
oral dan mampu mempengaruhi edema berat yang disebabkan oleh
sirosis hati dan gagal jantung kongestif dengan efek samping yang
minimum
a. Mekanisme kerja : Derivat tiazid bekerja terutama pada tubulus
distal untuk menurunkan reabsorbsi Na+ dengan menghambat
kotransporter Na+/Cl- pada membran lumen. Obat ini
meningkatkan konsentrasi Na+ dan Cl- pada cairan tubulus
b. Kerja :

Meningkatkan ekskresi Na+ dan Cl


Kehilangan K+

Menurunkan ekskresi kalsium dalam urine

Menurunkan tahanan perifer vaskular


c. Penggunaan dalam terapi :
Hipertensi : Menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik
Gagal jantung kongestif : Menurunkan volume cairan
ekstraselular pada gagal jantung ringan sampai sedang
Kerusakan ginjal : Pasien dengan sindrom nefrotik yang
disertai edema mula-mula diobati dengan loop diuretic,
hanya bila pengobatan ini gagal diberi metolazon bersamasama dengan suatu loop diuretic
Hiperkalsiuria : Menghambat ekskresi Ca++ urine
d. Farmakokinetik : Obat-obat ini efektif per oral. Kebanyakan tiazid,
memerlukan waktu 1-3 minggu untuk mencapai penurunan
tekanana darah yang stabil, dan obat-obat ini menunjukkan
waktu paruh biologis yang panjang (40 jam).semua tiazid
disekresi oleh sistem sekresi asam organik ginjal
e. Efek samping :
Kehilangan kalium : Hipokalemia
Hiperurisemia : asam urat
Pengurangan volume : menyebabkan hipotensi ortostatik atau
merasa ringan kepala
Hiperkalsemia : tiazid menghambat sekresi Ca ++ , kadangkadang menyebabkan peningkatan kadar Ca++ dalam darah
B. Hidroklorotiazid
Adalah derivat tiazid yang telah terbukti lebih populer dibandingkan
obat induk. Hal ini karena kemampuannya untuk menghambat
karbonik anhidrase kurang dibandingkan klorotiazid. Obat ini juga
lebih kuat, sehingga dosis yang diperlukan kurang dibandingkan
klorotiazid. Selain itu, efektivitasnya sama dengan obat induknya

a. Indikasi : obat awal yang ideal untuk hipertensi, edema kronik,


hiperkalsiuria
idiopatik.
Digunakan
untuk
menurunkan
pengeluaran urin pada diabetes insipidus (GFR rendah
menyebabkan peningkatan reabsorpsi dalam nefron proksimal,
hanya berefek pada diet rendah garam)
b. Kontraindikasi dan Perhatian : wanita hamil (kecuali jelas
diindikasikan untuk edema patologik), anuria, hipersensitivitas.
Gunakan hati-hati pada kerusakan ginjal dan hati yang parah,
kehamilan
c. Farmakokinetik : Diabsorpsi secara bervariasi dari saluran GI
setelah pemberian oral. Didistribusikan ke ruang ekstrasel,
menembus plasenta dan memasuki ASI. Disekskresi oleh ginjal
dalam bentuk yang tidak berubah. Waktu paruh : 6,15 jam
d. Interaksi : obat-obat : hipotensi bertambah bila digunakan
bersama agens antihipertensi lain, ingesti akut alcohol atau
nitrat, dapat memperkuat efek anestesi umum atau agens
penghambat neuromuskuler,menurunkan ekskresi litium dan
dapat menyebabkan toksisitas
C. Kortalidon
Merupakan
suatu
derivat
tiazid
yang
bersifat
seperti
hidroklorotiazid. Memiliki masa kerja yang panjang dan karena itu
sering digunakan untuk mengobati hipertensi. Diberikan sekali
sehari untuk indikasi ini
D. Analog Tiazid
1. Metolazon : obat ini menyebabkan ekskresi Na + pada gagal ginjal
lanjut
2. Indapamid : pada dosis rendah, obat ini memperlihatkan efek
antihipertensi yang bermakna dengan efek diuretik yang
minimal. Inpamid digunakan pada gagal ginjal lanjut untuk
merangsang diuresis tambahan diatas diuresis yang telah di
capai oleh diuretik loop
4. Diuretik Hemat Kalium.
A. Spironolakton
a. Mekanisme kerja : spironolakton merupakan suatu antagonis
aldosteron yang bersaing dengan aldosteron untuk mencapai
reseptor sitoplasma intraselular. Kompleks spironolakton-reseptor
bersifat inaktif, mencegah translokasi kompleks reseptor ke
dalam inti dari sel target, dengan demikian tidak berikatan
dengan DNA
b. Efek : bila diberikan pada pasien dengan kadar aldosteron yang
beredar meningkat, menyebabkan retensi K+ dan ekskresi Na+.
Bila tidak ada kadar aldosteron yang bermakna beredar, seperti

pada penyakit Addison (insufisiensi adrenal primer), tidak terjadi


efek diuretik dari obat ini
c. Penggunaan dalam terapi :
Diuretik
Hiperaldosteronisme sekunder : merupakan satu-satunya
diuretik hemat kalium yang digunakan tunggal secara rutin
untuk menimbulkan efek negatif bersih keseimbangan garam
d. Farmakokinetik : spironolakton diabsorbsi sempurna per oral dan
terikat erat pada protein. Obat ini segera di ubah menjadi suatu
metabolit yang aktif, kanrenon (KAN ra none). Efek spironolakton
sebagian besar karena efek dari kanrenon, yang memiliki
aktivitas
menghambat
mineralokortikoid.
Spironolaktin
menginduksi sitokrom P-450 hati
e. Efek samping : menyebabkan ginekoastia pada laki-laki dan
ketidakteraturan haid pada wanita. Obat ini paling efektif
digunakan pada keadaan edema ringan yang diberikan untuk
beberapa hari berturut-turut. Pada dosis rendah, menimbulkan
hiperkalemia, mual, letargi, dan kebingungan mental dapat terjadi
f. Indikasi : digunakan dengan tiazid untuk edema (pada gagal
jantung kongestif), sirosis, dan sindrom nefrotik, juga untuk
mengobati / mendiagnosis hiperaldosteronisme
g. Kontraindikasi : anuria, insufisiensi ginjal berat, hiperkalemia.
Hindari pada pasien diabetes
B. Triamteren dan Amilorid
Triamteren dan Amilorid menghambat saluran transpor Na +
menyebabkan penurunan pertukaran Na+--K+ , obat-obat ini
memiliki efek diuretik hemat kalium sama dengan spironolakton.
Triamteren maupun amilorid sering digunakan dalam kombinasi
dengan diuretik lain, biasanya karena sifat hemat kaliumnya. Efek
samping triamteren ialah kejang pada kaki dan kemungkinan
peningkatan nitrogen urea darah serta asam urat dan retensi K+
a. Indikasi Triamteren : tidak digunakan untuk hiperaldosteronisme,
lain-lain seperti spironolakton
b. Indikasi Amilorid : digunakan bersama diuretic lain karena efek
hemat K+ mengurangi efek hipokalemik, dapat mengoreksi
alkalosis metabolik
5. Diuretik Osmotik
Sejumlah zat kimia yang sederhana dan hidrofilik disaring glomerulus,
seperti Manitol dan Urea, menyebabkan berbagai derajat diuresis.
Karena diuritik osmotik digunakan untuk meningkatkan ekskresi air
daripada ekskresi Na+ , maka obat-obat ini tidak berguna untuk
mengobati terjadinya retensi Na+ . Obat-obat ini digunakan untuk
memelihara aliran urine dalam keadaan toksik akut setelah menelan
zat-zat beracun yang berpotensi menimbulkan kegagalan ginjala akut.

Manitol tidak dapat diabsorbsi bila diberikan per oral, obat ini hanya
dapat diberikan secara intravena
V. IMPLIKASI KEPERAWATAN
Pengkajian
Informasi umum : kaji status cairan selama terapi. Pantau berat badan
harian, perbandingan, perbandingan asupan dan haluaran, jumlah dan
lokasi edema, bunyi paru, turgor kulit,d an membrane mukosa
Kaji pasien unutk adanya anoreksia, kelemahan otot, kebas,
kesemutan, parestesia, konfusi,d an rasa haus yang berlebihan. Segera
beritahu dokter bila terjadi tanda-tanda ketidaksem=imbangan
elektrolit
Peningkatan tekanan intracranial : pantau status neurologic dan
tekanan intracranial pada pasien-pasien yang menerima diuretic
osmotic untuk menurunkan edema serebri
Peningkatan tekanan intraokuler : pantau nyeri mata yang menetap
atau bertambah atau penurunan tajam penglihatan
Pertimbangan tes lab : pantau elektrolit, glukosa darah. BUN, dan
kadar asam urat serum sebelum dan secara peiodik selama terapi
Diuretik tiazid dapat menyebabkan peningkatan kadaar kolesterol, LDL,
dan trigliserida serum
Diagnosis Keperawatan Potensial
Kelebihan volume cairan (indikasi)
Kurang pengetahuan berhubungan dengan program pengobatan
(penyuluhan pasien/keluarga)
Implementasi
Berikan diuretic oral di pagi hari untuk menghindari terganggunya
siklus tidur
Banyak diuretic tersedia dalam kombinasi dengan antihipertensi atau
diuretic hemat kalium
Penyuluhan Pasien/keluarga
Informasi umum : peringatkan pasien untuk melakukan perubahan
posisi secara perlahan guna meminimalkan hipotensi ortostatik.
Eringatkan pasien bahwa penggunaan alcohol, latihan dalam cuaca
panas, atau berdiri dalam waktu lama
Instruksikan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai
pedoman kalium diet

Peringatkan pasien untuk menggunakan tabir surya dan pakaian


pelindung guna mencegah reaksi fotosensitivitas
Anjurkan pasien untuk berkonsultasi dahulu dengan dokter atau
apoteker sebelum menggunakan obat bebas bersama dengan obat ini

Evaluasi
Efektivitas terapi ditunjukkan dengan :
Menurunnya tekanan darah
Meningkatnya pengeluaran urin
Berkurangnya edema
Penurunan tekanan intracranial
Tidak terjadinya hipokalemia pada pasien-pasien yang mendapat
diuretic
Pengobatan hiperaldosteronemia

Bab III. OBAT-OBAT YANG MEMPENGARUHI SISTEM


PENCERNAAN
PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan obat-obat yang digunakan untuk mengobati tiga kondisi medis
yang melibatkan saluran pencernaan: ulkus peptikum,mengatasi muntah yang
disebabkan oleh muntah, dan diare serta konstipasi. Banyak obat yang dijelaskan
pada bab lain mengenai pengobatan saluran pencernaan. Misalnya, derivate morfin
difenoksilat, yang menurunkan aktivitas peristatlik usus, berguna untuk pengobatan
diare berat, dan kortikosteroid deksametason memiliki sifat antiemetic yang baik.
Obat-obat lain,(misalnya,antagonis reseptor H2v dan penghambatan pompa proton
digunakan untuk menyembuhkan ulkus peptikum, dan penghambat selektif reseptor
serotonin,seperti ondansetron atau granisetron,yang mencegah muntah) digunakan
secara aksklusif untuk mengobati kelainan saluran pencernaan.
OBAT-OBAT YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGOBATI PENYAKIT ULKUS
PEPTIKUM
Ada tiga factor utama yang menyebabkan penyakit ulkus peptikum,yaitu: infeksi
dengan helicobacter pylori gram negative,peningkatan sekresi asam hidroklorat,
dan pertahanan mukosa yang tidak ade kuat terhadap asam lambung. Maka dari
itu,terdapat pula 3 cara pendekatan pengobatan yang mencangkup:
1. Menghilangkan infeksi H.pylori
2. Mengurangi sekresi asam lambung atau menetralkan asam setelah
disekresikan,dan/atau

3. Menyediakan obat-obat yang efektif dalam mengobati penyakit ulkus


peptikum.
Berikut adalah macam-macam obat yang efektif dalam mengobati ulkus peptikum :
Obat-obat anti mikroba :
Amoksilin
Komponen bismuth
Klarithomisin
Metronidazol
Tetraskilin
Penyekat reseptor H2 histamin
Simetidin
Famotidin
Nizatidin
Ranitidine
Prostaglandin
misoprosol
Inhibitor pompa proton
Lansoprazol
omeprazol
Anti muskarinik
Hiosciamin
Mepenzoalat
pirenzepin
Antasida
Alumunium hidroksida
Kalsium karbonat
Magnesium hidroksida
Natrium bikarbonat
Obat pelindung mukosa
Bismuth kolodial
Sukralfat
A.OBAT-OBAT ANTIMIKROBA
Eradiksi H.pylori yang berhasil (80 sampai 90%) mungkin terjadi dengan berbagai
kombinasi obat-obat antimikroba.karena pengobatan dengan antimikroba tunggal
kurang efektif,maka pengobatan pilihan kedua mencangkup obat anti mikroba
dengan obat anti sekresi
B.ANTAGONIS RESEPTOR H2
Antagonis histamine reseptor H2-simetidin,ranitidine,famotidin dan nizatidinberkerja pada reseptor H2 dalam lambung,pembuluh darah,dan tempat-tempat
lain.obat-obat ini menghambat sekresi asam lambung yang dirangsang oleh
histamine atau gastrin dengan sempurna.namun,obat-obat ini hanya menghambat
sebagian asam lambung yang dirangsang oleh asetilkolin atau betanekhol
Efek samping :

Sakit kepala,pusing,diare dan nyeri otot


Pada susunan syaraf pusat : bingung,halusinasi
Pada endokrin : pengeluarab ASI berkepanjangan dan pengurangan jumlah
sperma
Menghambat sitokrom P-450 dan dapat memperlambat metabolism
(efek samping jarang terjadi dan hanya pada beberapa pasien )

C.PROSTAGLANDIN
Walaupun misoprostol memiliki efek sitoprotektif, namun hanya efektif pada dosis
tinggi untuk menghilangkan sekresi asam lambung
Efek samping :
Diare dan
Mual
Kontra indikasi :
Ibu hamil
D.PENGHAMBAT POMPA PROTON H+/K+-ATPase
Pada dosis setandar baik omepredazol maupun lansoprazol menghambat sekresi
asam lambung basal dan sekresi karena rangsangan lebih dari 90%.penekanan
asam mulai 1 sampai 2 jam pertama setelah dosis pertama lansoprazol,dan agak
lebih cepat dengan omeprazol.
Efek samping :
Omeprazol dan lansoprazol dapat meningkatkan insidens tumor karsinoid
lambung,kemungkinan berhubungan dengan efek hipoklorhidra yang
berkepanjangan dan hipergastrinemia sekunder.
Omeprenazol mengganggu oksidasi warfin,fenitoin,diazepam dan
siklosporin;lansoprazol tidak.
E.OBAT-OBAT ANTIMUSKARINIK
Stimulasi reseptor muskarinik meningkatkan motilitas dan sekresi gastrointestinal.
Antagonis kolinergik digunakan sebagai penambahan dalam penatalaksanaan ulkus
peptikum dan sindrome zollinger-ellison, terutama pada yang tidak memberi reaksi
dengan terapi standar. Pirenzepin menekan asam lambung basal dan sekresi karena
rangsangan pada dosis yang memiliki efek samping minimal pada kelenjar
ludah,jantung, dan mata.
F.ANTASIDA
Antasida yang mengandung alumunium dan magnesium dapat mempercepat
penyembuhan ulkus duodenim; bukti efektivitasnya dalam pengobatan ulkus asam
lambung akut kurang banyak tercatat
Efek samping :
Alumunium hidroksida dapat menyebabkan konstipasi
Magnesium hidroksida dapat menyebabkan diare
Menyebabkan sendawa dan kembung

Kontra indikasi :
Pasien dengan hipertensi
Gagal jantung
G.OBAT-OBAT PELINDUNG MUKOSA
Persenyawaannya dikenal dengan sitoprotektif,memiliki beberapa efek yang
meningkatkan mekanisme perlindungan mukosa,dengan demikian mencegah
kerusakan mukosa,mengurangi peradangan dan menyembuhkan ulkus yang telah
ada
Sukralfat
: merangsang pelepasan prostaglandin,mukus dan keluaran
bikarbonan dan menghambat pencernaan pepsin.
Bismuth kolodial : menghambat aktivitas pepsin, meningkatkan sekresi
mukus, berinteraksi engan protein di jaringan mukosa yang rusak untuk
membungkus dan melindungi lubang mukus.

OBAT-OBAT YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGONTROL MUAL AKIBAT


KEMOTERAPI
Daerah pemicu kemoreseptor berada di daerah postrema dan formasio.daerah
postrema berada di luar sawar otak. Jadi,obat ini dapat memberi respon yang
langsung terhadap rangsangan kimiawi di dalam daerah atau cairan serebrospinalis.
Daerah
formasio
lentikular
lateral
dari
medulka
merupakan
pusat
muntah,mengkoordinasi mekanisme motor dari refleks munah.
Berikut adalah obat-obat untuk mengobati mual dan muntah akibat kemoterapi :
Fenotiazin
Proklorperazin
Benzamida pengganti
metoklopramid
Butirofenon
Domperidon
Droperidol
haloperidol
Benzodiazepin
Alprazolam
lorazepam
Kortikosteroid
Deksametasol
metilprednisolon
Kanabinoid
Dronabinol
nabilon
Penyekat reseptor seretonin 5-HT3
Granisetron
Ondansetron

A.FENOTIAZIN
Bekerja dengan cara menghambat reseptor dopamin. Efektif terhadap efek
penyebab muntah yang ringan sampai sedang dari obat kemotrapi
Efek samping :
Hipotensi dan kegelisahan
Gejala ekstrapiramidal dan sedasi
B.PENGGANTI BENZAMID
Metoklopramid sangat efektif pada dosis tinggi terhadap obat penyebab munyah
yang kuat (sisplatin),mencegah muntah pada 30-40% pasien dan mengurangi
muntah pada sebagian besar pasien.
Efek samping :
Antidopaminergik
Sedasi diare
Gejala ekstrapiramidal
C.BUTIRFENON
Jenis obat yang termasuk butirfenon bekerja dengan menghambat reseptor
dopamin.butirfenon merupakan antimuntah dengan efektivitas sedang,teta[pi dosis
tinggi haloperidol hampir sama efektivitasnya dengan metoklopramid dosis tinggi
dalam mencegfah muntah yangf disebabkan oleh sisplatin

D.BENZODIAZEPIN
Potensi antimuntah lorazepam dan alprazolam adalah rendah. Efeknya yang
menguntungkan
mungkin
disebabkan
efek
sedasi,ansiolitik
dan
amnesiknya.berguna dalam mengobati muntah antisipatori.
E.KORTIKOSTEROID
Efektif untuk kemoterapi penyebab muntah
penghambatan prostaglandin
Efek samping :
Insomnia
Hiperglikemia pada pasien diabetes militus
Kontra indikasi : penderita diabetes militus

yang

sedang.

Melibatkan

F.KANABINOID
Memiliki sifat psikotropit namun tidak melibatkan otak; kanabinoid sintetik tidak
memiliki aktifitasvpsikotropik melainkan antimunytah.
Efek samping :
Disforia
Halusinasi
Sedasi

Vertigo
Disorientasi

G.PENYAKIT RESEPTOR SEROTONIN 5-HT3


Menghambat reseptor 5-HT3 diperifer secara selektif dan otak. Diberikan sebagai
obat tunggal sebelum kemoterapi dan efektif terhadap semua tingkatan terapi
penyebab muntah
Efek samping : sakit kepala
H.OBAT-OBAT KOMBINASI
Obat-obat antimuntah yang dikombinasi untuk meningkatkan aktifitas dan
menurunkan toksisitas. Contohnya : deksametason diberikan bersama metokpramid
dosis tiunggi dapat meningkatkan aktifitas antimuntah

OBAT ANTIDIARE
Faktor utama diare adalah peningkatan mortilitas saluran pencernaan dsn
penurunan absorsi cairan. Obat-obat anti diare termasuk anti mortilitas,adsorben
dan obat-obat yang merubah transpor cairan dan elektrolit
Berikut ini adalah obat-obat yang digunakan untuk mengobati diare dan konstipasi :
Antidiare
Difenoksilat
Loperamid
Kaolin
Pektin
Metilselulosa
Atapulgit yang diaktifkan
Aspirin
Indometasin
Bismuth subsalisilat
Pencahar
Minyak kastrol
Senna
Aloe
Fenolftalein
Bisakodil
Koloid hidrofilik
Metilselulosa
Biji psyllium
Bran
Magnesium sulfat
Magnesium hidroksida
Politilen glikol
Laktolosa
Dokuat natrium

Minyak mineral
Supositoria gliserin

OBAT-OBAT ANTIMOTILITAS
difenoksilat dan loperamid adalah obat untuk mengendalikan diare. Keduanya
merupakan analog meperidin dan memiliki efek deperti opioid pada
usus,mengaktifkan reseptor opiopid presinaptik di dalam sistem saraf enterik untuk
menghambat pelepasan asetilkolin dan menurunkan peristaltik.
Efek samping :
Mengantuk
Kejang perut
Pusing

OBAT PENCAHAR
Pencahar sering digunakan untuyk mempercepat gerakan makanan melalui saluran
pencernaan. Berdasarkan mekanisme kerjanya obat ini dibagi sebagai iritan atau
stimultan usus,obat penambah volume dan pelunak feses.
A.IRITAN DAN STIMULAN
Efek samping :
Kejang perut
Kemungkinan terjadi kolon atonik pada penggunaan lemak

FARMAKOLOGI OBAT DIHUBUNGKAN DENGAN KEPERAWATAN


Pengkajian
- Kaji riwayat keperawatan
- Kaji keluhan utama, seperti Faeces semakin cair,muntah,bila
kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat
badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung,tonus dan turgor
kulit berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekwensi BAB
lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer
- Kaji riwayat kesehatan masa lalu
- Kaji kebutuhan dasar, seperti pola eliminasi, pola nutrisi, maupun pola
istirahat
- Kaji tanda-tanda vital pasien
Diagnosis Keperawatan Potensial
Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebihan
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual dan muntah
Intervensi
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan yang berlebihan
Tujuan : deficit cairan dan elektrolit teratasi

KH : tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir lembab


Intervensi :
- Observasi tanda-tanda vital
- Observasi tanda-tanda dehidrasi. Berikan dan anjurkan keluarga
untuk memberi minum yang banyak kurang lebih 2000-2500 cc per
hari. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi cairan
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah
Tujuan : gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi
KH : intake nutrisi klien meningkat
Intervensi :
- kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi
- kaji faktor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi
Evaluasi

Volum cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan


Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh

Bab IV. HORMON HIPOFISIS DAN TIROID

Pendahuluan
Sistem neuroendokrin yang diatur oleh kelenjar hipofisis dan hipotalamus,
mengkoordinasi fungsi-fungsi tubuh dengan memancarkan pesan antar selsel dan jaringn-jaringan.Hormon mempunyai respon yang lebih luas
dibandingkan dengan impuls saraf dan bekerja dalam waktu yang lebih lama
dari impuls saraf.Impuls saraf dan hormon saling berkaitan satu sama lain,
misalnya dalam beberapa keadaan pelepasan hormon di pacu atau dihambat
oleh sistem saraf dan beberapa hormon dapat memacu atau menghambat
impuls saraf.Dalam teks ini, menitikberatkan masalah pada obat-obat yang
mempengaruhi sintesis dan atau sekresi hormon spesifik.
1. Hormon Hipotalamus dan Hipofisis Anterior
Hormon yang dikeluarkan hipotalamus adalah golongan peptida atau protein
dengan berat molekul rendah yang bekerja setelah terikat pad situs reseptor
dijaringan target.Hormon hipofisis anterior diatur oleh neuropeptida disebut
sebagai faktor atau hormon pelepas atau penghambat yang dihasilkan oleh
hipotalamus dan berhubungan dengan sel hipofisis.Interaksi hormon pelepas
dengan reseptornya menyebabkan sintesis dan pelepasan hormon hipofisis
masuk sirkulasi.Hormon pelepas hipotalamus terutama digunakan untuk

maksud diagnosis.Hormon hipofisis anterior dan posterior diberikan


intramuskular, subkutan atua intranasal tetapi tidak peroral, karena senyawa
ini mudah rusak oleh enzim proteolitik dalam saluran pencernaan.
A. Hormon adrenokortikotropik(ACTH atau kortikotropin)
ACTH adlah produk dari proses pasca translasi prekursor polipeptida
yang lebih besar, pro-opiomelanokortin.Organ target adalah korteks
adenal tempat kortikotropin terikat pada reseptor.Reseptor yang
ditempati ini mengaktifkan proses ikatan G-protein untuk meningkatkan
cAMP yang memacu tahapan dalam jalur sintesis adrenokortikosteroid
yang berakhir dengan sintesis dan pelepasan adrenokortikosteroid
Penyakit Addison yang berhubungan dengan atrofi adrenal dn
insufisiensi adrenal sekunder disebabkan oleh sekresi yang tidak cukup
dari ACTH oleh hipofisis.
B. Hormon pertumbuhan (somatropin)
Somatropin merupakan polipeptida besar dilepaskan oleh hipofisis
anterior sebagai respon terhadap hormon pelepas hormon
pertumbuhan yang dihasilkan oleh hipotalamus. Zat ini dihasilkan
secara sintetik dengan teknologi rekombinasi DNA.Somatropin
mempenagruhi berbagai proses biokimiawi secara luas, misalnya
melalui stimulasi proses sintetik protein, terjadi poliferasi sel dan
pertumbuhan tulang.
Obat yang akuivalen secara terapi adalah somatrem, mengandung
gugus metionil ekstra terminal yang tidak ditemukan pada
somatropin.Obat ini dapat memacu pelepasan somatomedin dari hati
yang berfungsi sebagai hormon pertumbuhan.
C. Hormon penghambat hormon pertumbuhan (somatostatin)
Aslinya diperoleh dari hipotalamus. Somatostatin adalah polipeptida
kecil yang juga ditemukan dalam neuron di sel utuh tubuh, intestin dan
pankreas.
Oktreotid, analog dengan somatostatin berguna untuk pengobatan
akromegali akibat tumor pengahlis tumor dan diare sekretorik yang
berkaitan dengan tumor penghaisl peptida intestinal vasoaktif. Efek
samping pengobatan adalah kembung, mual dan steatorea.
D. Hormon
pelepas
gonadotropin(GnRH)/hormon
pelepas
hormon
liteinisasi (LHRH)
GnRH adalah suatu dekapeptida yang diperolh dari hipotalamus,
mengatur pelepasan hormon pemacu folikel (FSH) dan hormon
luteinisasi (LH) dari hipofisis. Sejumlah analog seperti leuprolid,

goserelin, nafarelin dan histrelin bekerja sebagai inhibitor GnRH.


Hormon ini efektif menekan produksi hormon gonade dan juga efektif
dalam penggambaran kanker prostat, endometriosis dan pubertas
prekoks.
E. Gonadotropin: gonadotropin menopause manusia (hMG), FSH
(urofolitrpin), gonadotropin korionik manusia(hCG)
Gonadotropin digunakan dalam pengobatan infertilitas pada perempuan
dan laki-laki.Meotropin (hMG) sebagian dipecah menjadi FSH dan LH
dan didapat dalm urine perempuan menopause. Korionik gonadotropin
(hCG) adalah hormon plasenta dan bersifat agonis LH. Zat ini
dikeluarkan dalam urine.Pada laki-laki yang kekurangan gonadotropin,
pengobatan dengan hCG menyebabkan maturasi seksual eksternal dan
dengan suntikan hMg akan terjadi matogenesis. Efek samping termasuk
pembesaran ovarium hipovolemia, keahmilan ganda dan pada laki-laki
dapat mengalami ginekomastia.
2. Hormon Hipofisis Posterior
Hormon ini tidak diatur oleh hormon pelepas. Tapi disintesis dalam
hipotalamus, dibawa ke hipofisis posterior dan dilepaskan
ebagai respon terhadap tanda fisiologik spesifik, seperti osmolaritas
plasma yang tinggi atau proses kelahiran. Hormon ini adala senyawa
nonpeptida dengan struktur sirkular karena ada jembatan
disulfida.Hormon ini diberikan secar parenteral.
A. Oksitosin
Oksitosin aslinya diambil dari hipofisis posterior hewan. Satu-satunya
penggunaan adalah obstetri, digunakan untuk memacu kontraksi
uterus yang menimbulkan atau memperkuat persalinan atau memacu
pengeluaran air susu.
Oksitosin menybabkan pengeluaran air susu dengan memacu kontraksi
sel mioepitelial sekitar alveoli mamae. Toksisitas yang pernah
ditemukan adalah krisis hipertensi, ruptur uterus, retensi air dan
kematian janin. Oksitosin kontraindikasi pada presentasi fetus yang
abnormal, fetal distress, dan kelahiran prematur.
B. Vasopresin
Merupakan
nonapeptida
sintesis.Vasopresin
mempunyai
efek
antidiretik dan vasopresor. Penggunaan utama vasopresin adalah
untuk mengobati diabetes insipidus. Obat ini juga digunakan untuk
perdarahan varises esofagus atau divertikula kolon. Toksisitas utama
adalah intoksikasi air, hiponatermi, sakit kepala, bronkokonstriksi, dan

tremor.Kontraindikasi pada pasien penyakit arteri koronaria, epilepsi


dan asma.
C. Desmopresin
Desmopresin banyak digunakan untuk diabetes insipidus dan enuresis
nokturnal.
Diberikan intranasal, namun iritasi lokal dapat terjadi.
Hormon Tiroid
Kelenjar hormon tiroid mempermudah pertubuhan dan pematangan yang
normal dengan mempertahankan kadar metabolisme dalam jaringan yang
optimal untuk fungsi normalnya.
Dua hormon tiroid utama adalah T3(triioditironin, bentuk paling aktif) dan T4
(tiroksin). Sekresi yang tidak tepat dari hormon tiroid(hipotiroidisme)
menyebabkan bradikardi, resistensi yang menurun terhadpa flu, dan
perlambatan perkembangan menta dan fisik. Jika kelebihan (hipertiroidisme)
menyebabkan takikardi dan aritmia jantung, kurus, gelisah, tremor, dan
produksi panas berlebihan.
A. Sekresi dan sintesis hormon tiroid
Kelrnjar tiroid terdiri atas beberapa folikel dengan lapisan tunggal sel
epitel disekitar lumen yang berisi koloid.
1. Pengaturan sintesis
Fungsi tiroid diatur oleh hormon tropik, hormon yang merangsang
tirotropin (TSH, tirotrpoin). Pembentukan TSH diatur oleh hormon
pelepas tirotropin dari hipotalamus. Pengaruh TSH diperantarai oleh
cAMP dan menyebabkan terjadi stimulasi pengambilan yodium.
Oksidasi yodium diikuti oleh iodinasi tirosin pada tiroglobulin
Kondensasi dua diioditirosin memberikan peningkatan T3 atau T4.
2. Pengaturan sekresi
Sekresi TSH oleh hipofisis anterior dipacu oleh TRH hipotalamus.
Inhibisi balik dari sekresi TRH dan TSH terjadi dengan kadar tinggi
hormon tiroid atau yodium yang beredar.
3. Farmakokinetik
T3 dan T4 diabsorbsi setelah pemberian peroral . T4 diubah menjadi
T3 oleh dua jenis deiodinase berbeda, tergantung pada jaringannya.
T3 bergabung dengan reseptor untuk memacu sintesis protein
lanjutan yang diperlukan untuk metabolisme normal.Obat-obat
seperti fenitoin, rifampin, fenobarbital dsb memacu enzim P-450
mempercepat meabolisme hormon titroid.

B. Pengobatan hipotiroidisme
Hipotiroidisme diobati dengan levotiroksin (T4). Toksisitas seperti gelisah,
palpitasi jantung dan takikardi, intoleransi terhadap panas dan berat
badan menurun.
C. Pengobatan hipertiroidisme
Hormon tiroid yang berlebih berhubungan dengan beberap penyakit,
termasuk penyakit Grave, adenoma toksik, struma dan tiroidistis. Tujuan
terapi adalah menurunkan sintetsus dan atau pengeluaran hormon
tambahan. Hal ini dilakukan dengan menghilangkan sebgain atau seluruh
jaringan tiroid, menghambat sintesis hormon atau menghambat
pengeluaran hormob dari folikel.
1. Penagmbilan sebagian atau seluruh tiroid
Dapat dilakukan secara bedah atau perusakan kelenjar dengan partikel
beta yang dikeluarkan oleh yodium radioaktif
2. Penghambatan sintesis hormon tiroid
Tioamid, propiltiourasil dan metimazol dipekatkan dalam tiroid tempat
hormon ini menghambat proses oksidatif yang diperlukan untuk
iodinasi gugus tirosil dan pasangan ioditirosin yang diperlukan untuk
membentuk T3 dan T4 . PTU juga menghambat konversi T4 menjadi T3 .
Awitan efek obat ini lambat dan tidak efektif dalam pengobatan badai
tiroid
3. Propranolol
Penyekat-efektif untuk menghambat perluasan stimulasi yang terjadi
pada HIpertiroidisme
4. Penghambatan pelepasan hormon
Yodium juga menghambat pelaepasan hormon tiroid melalui
mekanisme yang belum diketahui.Saat ini yodium digunakan untuk
mengobati krisistirotoksik yang fatal karena obat ini mengurangi
vaskularitas kelenjar tiroid. Efek samping obat ini adalah bisul
dimulutdan tenggorokan, ruam, ulserasi membran mukosa, dan rasa
garam dalam mulut.
Hubungan dengan keperawatan
Asuhan keperawatan pada pasien dengan Hipertiroidisme
Definisi
Hipertiroid adalah respon jaringn-jaringan tubuh terhadap pengaruh
metabolik hormon tiroid yang berlebihan.
Pengkajian
- Aktivitas

Insomnia,sensitivitas meningkat
- Sirkulasi
palpitasi adn nyeri dada
- Makanan/cairan
kehilangan berat badan yang mendadak
Neurosensori
bicar cepat, gangguan mental dan perilaku, tremor halus pada tangan
- Pernapasan
frekuensi pernapasan meningkat, dispneu, edema paru
Diagnosa
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d hipertiroid tidak
terkontrol
Tujuan
mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan
Intervensi
Mandiri
Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri
Periksa adanya nyeri dada
Auskultasi suara jantung , perhatikan adanya bunyi jantung tambahan
Auskultasi suara napas
Kolaborasi
Berikan cairan melalui intravena sesuai indikasi
Berikan obat sesuai indikasi:
Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi

Bab V. INSULIN DAN OBAT-OBATAN HIPOGLIKEMIA ORAL


Pendahuluan
Diabetes

Melitus

adalah

penyakit

metabolik

dengan

karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik
akibat gangguanhormonal menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada
mata, ginjal, saraf danpembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis
dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron. Pelepasan insulin yang tidak
adekuat diperberat oleh glukagon yang berlebihan. Diabetes dapat dibagi
menjadi dua grup berdasarkan kebutuhan atas insulin: diabetes melitus

tergantung insulin (tipe I) dan diabetes melitus tidak tergantung insulin (tipe
II)
-

Diabetes Melitus tipe 1

Diabetes Melitus tipe 1 juga disebut IDDM (Insulin Dependent Diabetes


Mellitus)

merupakan

diabetes

yang

jarang

atau

sedikit

populasinya,

diperkirakan kurang dari5-10% dari keseluruhan populasi penderita diabetes.


Gangguan produksi insulin padaDiabetes Melitus tipe 1 umumnya terjadi
karena kerusakan sel-sel pulau Langerhans yangdisebabkan oleh reaksi
autoimun. Ini menyebabkan timbulnyaantibodi terhadap sel yang disebut
ICA (Islet Cell Antibody). Reaksi antigen (sel )dengan antibodi (ICA)
menyebabkan hancurnya sel .
Pengobatan Diabetes Melitus tipe I:
Diabetes tipe I harus tergantung pada insulin eksogen (suntikan) untuk
mengontrol hiperglikemia, memelihara kadar hemoglobin glikosilat yang
dapat di terima dan mencegah ketoasidosis. Tujuan pemberian insulin adalah
untuk memelihara konsentrasi gula darah mendekati kadar normal dan
mencegah besarnya belokan kadar glukosa darah yang dapat menyokong
timbulnya komplikasi jangka panjang. Penggunaan alat untuk menganalisis
glukosa darah portabel memudahkan pengawasan dan pengobatan sendiri.
-

Diabetes Melitus tipe 2

Diabetes Melitus tipe 2 juga disebut NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus), disebabkan kegagalan relatif sel dan resistensi insulin.Resistensi
insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsangpengambilan
glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosaoleh
hati. Sel tidak mampu mengimbangi resistensi ini sepenuhnya, artinya
terjadidefisiensi
berkurangnya

relatif

insulin.

sekresiinsulin

pada

Ketidakmampuan
rangsangan

ini

terlihat

dari

glukosa,

maupun

pada

rangsangan glukosa bersama bahanperangsang sekresi insulin lain. Menurut


American Assosiation ofClinical Endocrinology, tanda-tanda klinis resistensi
insulin adalah obesitas, kadartrigliserida tinggi, kadar HDL-C rendah, tekanan

darah yang tinggi, kadar gula darahpost prandial, dan kadar gula darah
puasa.
Pengobatan Diabetes Melitus tipe II:
Tujuan pengobatan untuk memelihara konsentrasi glukosa darah dalam
batas normal dan untuk mencegah perkembangan komplikasi penyakit
jangka

lama.

Pengurangan

berat

badan,latihan

dan

modifikasi

diet

menurunkan resistensi insulin dan memperbaiki hiperglikemia diabetes tipe II


pada beberapa penderita. Walaupun demikian, kebanyakan tergantung pada
campur tangan farmakologik dengan obat-obat hipoglikemik oral. Terapi
insulin mungkin dibutuhkan untuk mencapai kadar glukosa darah serum
yang memuaskan.
Pengertian Obat
Antidiabetika yang digunakan sebagai pengobatan DM ada dua jenis, yaitu:
A. insulin
Insulin adalah hormon polipeptida dengan massa molekul sekitar 6000
Dalton, tersusun oleh 2 rantai asam amino, rantai A dan B. Rantai A insulin
pada berbagai spesies umumnya terdiri dari 21 asam amino, sedangkan
rantai B tersusun oleh 30 asam amino. Antara rantai A dan rantai B terdapat
2 jembatan disulfida (S-S), yaitu antara A7 dengan B7 dan antara A20 dengan
B19. Selain itu masih terdapat jembatan disulfida lainnya antara asam amino
ke-6 dan ke-11 pada rantai A. Disintesis sebagai protein prekursor (pro
insulin) yang mengalami pemisahan proteolitik untuk membentuk insulin dan
peptida C, keduanya disekresi oleh sel- pankreas. Karena sebab-sebab
tertentu produksi alami insulin oleh tubuh (insulin endogen) dapat terganggu,
dan menimbulkan gangguan metabolisme yang luas. Insulin suntikan
diperoleh dari pankreas babi dan sapi ketika hewan-hewan ini di sembelih.
Insulin babi sangat mirip dengan insulin manusia, hanya memiliki perbedaan
satu asam amino; dengan insulin sapi empat asam amino.
Insulin dilepaskan dari sel-sel beta pulau langerhans dalam responnya
terhadap peningkatan glukosa darah. Pankreas secara normal mensekresikan
40-60 unit insulin setiap harinya. Insulin meningkatkan ambilan glukosa,
asam amino, dan asam lemak, dan mengubahnya menjadi bahan-bahan yang
disimpan dalam sel-sel tubuh. Glukosa diubah menjadi glikogen untuk
keperluan glukosa di masa mendatang dalam hepar dan otot, sehingga

menurunkan kadar glukosa dalam darah. Nilai glukosa darah normal adalah
60-100 mg/dL dan glukosa serum, 70-110 mg/dL. Ketika kadar glukosa lebih
besar dari 180 mg/dL, dapat terjadi glikosuria (gula dalam urin). Peningkatan
kadar gula darah bertindak sebagai diuretik osmotik, menyebabkan poliuria.
Bila gula darah tetap tinggi (>200 mg/dL), terjadi diabetes melitus.
Cara Pemberian
Insulin dikelompokkan berdasarkan mula dan lama kerjanya yaitu: insulin
kerja singkat (short-acting), insulin kerja sedang (intermediate-acting), insulin
kerja sedang dengan mula kerja singkat, insulin kerja lama (long-acting).
Respon individual terhadap terapi insulin cukup beragam, oleh sebab itu jenis
sediaan insulin mana yang diberikan kepada seorang pasien dan berapa
dosis dan frekuensi penyuntikannya ditentukan secara individual, bahkan
seringkali memerlukan penyesuaian dosis terlebih dahulu. Umumnya, pada
tahap awal diberikan sediaan insulin dengan kerja sedang, kemudian
ditambahkaninsulin dengan kerja singkat untuk mengatasi hiperglikemia
setelah makan. Insulin kerja singkat diberikan sebelum makan, sedangkan
Insulin kerja sedang umumnya diberikan satu atau dua kali sehari dalam
bentuk suntikan subkutan.

INSULIN
Insulin

DESKRIPSI

MULA

PUNCAK

LAMA

KERJA

KERJA

KERJA

kerja

singkat

Jernih, SK, atau IV

Regular

Sama seperti insulin

(cryatalline)

regular

Humulin R

Keruh, zinc dalam

Semilente
Insulin

0,5-1 jam

2-4 jam

6-8 jam

30-45 menit

4-6 jam

12-16 jam

1-2 jam

8-12 jam

18-28 jam

1-2 jam

6-12 jam

18-24 jam

jumlah sedikit, SK
kerja

sedang

Keruh,

Lente

30% semilente dan

zinc,

SK,

70% ultralente
Humulin L

Sama seperti lente

NPH

Keruh, SK, protamin

Humuin N

Sama seperti NPH

Insulin

kerja

panjang

Keruh, SK, protamin

4-8 jam

14-20 jam

24-36 jam

PZI

dan zinc

5-8 jam

14-20 jam

30-36 jam

Ultralente

Keruh,
zinc

SK,

insulin

yang

diberi

tambahan

Farmakologi
Farmakokinetik :
Absorpsi insulin dipengaruhi oleh beberapa hal.

Absorpsi paling cepat terjadi pada daerah abdomen, diikuti oleh

daerah lengan, paha bagian atas, dan bokong.


Bila disuntikkan secara intramuscular dalam maka absorpsi akan

terjadi lebih cepat dan masa kerja lebih singkat.


Kegiatan jasmani yang dilakukan segera setelah penyuntikan akan

mempercepat onset kerja dan juga mempersingkat masa kerja.


Waktu paruh insulin pada orang normal sekitar 5-6 menit, tetapi
memanjang pada penderita diabetes yang membentuk antibodi

terhadap insulin.
Insulin dimetabolisme terutama di hati, ginjal dan otot. Gangguan

fungsi ginjal yang berat akan mempengaruhi kadar insulin di dalam


darah
Kontraindikasi: Efek Samping
Efek samping terapi insulin yang paling sering terjadi adalah
hipoglikemia. Keadaan ini dapat terjadi akibat :
a) Dosis insulin yang berlebihan
b) Saat pemberian yang tidak tepat
c) Penggunaan glukosa yang berlebihan, misalnya olahraga anaerobic
berlebihan
d) Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kepekaan individu
terhadap insulin, misalnya gangguan fungsi adrenal atau hipofisis
B. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Obat-obat ini berguna dalam pengobatan pasien diabetes tidak tergantung
insulin (NIDDM) yang tidak dapat diperbaiki hanya dengan diet. Pasien yang
mungkin berespons terhadap obat hipoglikemik oral adalah mereka yang
diabetesnya berkembang setelah berumur 40 tahun dan telah menderita
diabetes mungkin memerlukan suatu kombinasi obat hipoglikemik dan
insulin untuk mengontrol hipoglikeminya. Obat-obat hipoglikemi oral
seharusnya tidak diberikan pada penderita diabetes tipe I. OHO terutama
ditujukan untuk membantu penanganan pasien DM tipe 2. OHO saat ini
terbagi dalam 2 kelompok:
1. Obat yang memperbaiki kerja insulin
2. Obat yang meningkatkan produksi insulin.
Obat-obatan seperti metformin, glitazone, dan akarbose-adalah obat-obatan
kelompok pertama. Mereka bekerja pada hati, otot dan jaringan lemak, usus.
Singkatnya mereka bekerja di tempat dimana terdapat insulin yang
mengatur glukosa darah. Sulfonil, Repaglinid, Nateglinid dan insulin yang
disuntikkan adalah obat-obatan kelompok kedua. Sulfonil,

Repaglinid,

Nateglinid meningkatkan penglepasan insulin yang disuntikkan menambah


kadar insulin di sirkuliasi darah. Berdasarkan cara kerja, OHO dibagai
menjadi 3 golongan :
A.

Memicu produksi insulin


Sulfonilurea

Obat ini telah digunakan dalam menangani hipoglikemia pada


penyandang diabetes melitus tipe 2 selama lebih dari 40 tahun.
Mekanisme kerja obat ini cukup rumit. Ia bekerja terutama pada sel
beta pankreas untuk meningkatkan produksi insulin sebelum maupun
setelah makan. Sel beta pankreas merupakan sel yang memproduksi
insulin dalam tubuh.
Sulfonilurea sering digunakan pada penyandang diabetes yang tidak
gemuk di mana kerusakan utama diduga adalah terganggunya
produksi insulin. Penyandang yang tepat untuk diberikan obat ini
adalah

penyandang

diabetes

melitus

tipe

yang

mengalami

kekurangan insulin tapi masih memiliki sel beta yang dapat berfungsi
dengan baik. Penyandang yang biasanya menunjukkan respon yang
baik dengan obat golongan sulfoniurea adalah usia saat diketahui
menyandang diabetes melitus lebih dari 30 tahun,

menyandang

diabetes diabetes melitus lebih dari 5 tahun, berat badan normal atau
gemuk, gagal dengan pengobatan melalui pengaturan gaya hidup,
perubahan pengobatan dengan insulin dengan dosis yang relatif kecil.
Kontraindikasi:

IIDM (tidak ada sel-sel beta yang berfungsi),

kehamilan, menyusui, dan selama stres, operasi atau infeksi berat.


Efek samping:

Efek samping sulfonilurea umumnya ringan

dan frekuensinya rendah, antara lain gangguan saluran cerna dan


gangguan susunan saraf pusat.
B.

Meningkatkan kerja insulin (sensitivitas terhadap insulin)


Biguanid
Metformin adalah satu-satunya biguanid yang tersedia saat ini.
Metformin berguna untuk penyandang diabetes gemuk yang
mengalami penurunan kerja insulin. Alasan penggunaan metformin
pada

penyandang

diabetes

gemuk

adalah

karena

obat

ini

menurunkan nafsu makan dan menyebabkan penurunan berat


badan.

Pemberian obat ini bersama makanan dan dimulai dengan dosis


terkecil

dan

meningkatkannya

secara

perlahan

agar

dapat

meminimalkan kemungkinan timbulnya efek samping. Metformin


dapat digunakan sebagai obat tunggal atau dalam kombinasi. Obatobatan oral mungkin gagal untuk mengontrol gula darah setelah
beberapa saat sebelumnya berhasil (kegagagalan sekunder) akibat
kurangnya kepatuhan penyandang atau fungsi sel beta yang
memburuk dan / atau terjadinya gangguan kerja insulin (resistansi
insulin). Pada kasus-kasus ini, terapi kombinasi metformin dengan
sulfonilurea atau penambahan penghambat -glucosidase biasanya
dapat

dicoba.

Kebanyakan

penyandang

pada

akhirnya

membutuhkan insulin.
Kontraindikasi:

pasien

dengan

gangguan

fungsi

ginjal

(kreatinin serum > 1,5) dan hati, serta pasien-pasien dengan


kecenderungan hipoksemia, misalnya penyakit serebrovaskular,
sepsis, syok, gagal jantung
Efek samping:

pada

saluran

pencernaan,

yaitu

rasa

tak

nyaman di perut, diare dan rasa seperti logam di lidah, nausea,


muntah dan dapat menyebabkan asidosis laktat.
C.

Penghambat enzim -glukosidase


Penghambat kerja enzim -glukosidase seperti akarbose, menghambat
penyerepan karbohidrat dengan menghambat enzim disakarida di usus
(enzim ini bertanggung jawab dalam pencernaan karbohidrat). Obat ini
terutama menurunkan kadar glukosa darah setelah makan. Supaya
lebih efektif obat ini harus dikonsumsi bersama dengan makanan.
Obat ini sangat efektif sebagai obat tunggal pada penyandang
diabetes melitus tipe 2 dengan kadar glukosa darah puasanya kurang
dari 200 mg/dL (11.1 mmol/l) dan kadar glukosa darah setelah makin
tinggi. Obat ini tidak mengakibatkan hipoglikemia, dan boleh diberikan

baik pada penyandang diabetes gemuk maupun tidak, serta dapat


diberikan bersama dengan sulfonilurea, metformin atau insulin.
Kontraindikasi:Efek samping:
NAMA
GENERIK

kembung, buang angin dan diare.

NAMA
DAGANG

DOSIS
HARIAN
(mg)

DOSIS AWAL
UNTUK
ELDERLY
(mg/day)

DOSIS
MAKSIMAL
(mg)

LAMA
KERJA
(jam)

FREKUENS
I
PEMBERIA
N

Diabinese

100-500

100

500

24-36

500-2000

500-1000

3000

6-12

2-3

2,5-5

12-24

1-2

5-20

2,5-5

40

10-16

1-2

30-120

10-20

1-3

30-120

1-3

0,5-1

24

250-3000

Dinilai fungsi
ginjalnya

2550

6-8

1-3

Sulfonilure
a
Khlorpropam
id
(100-250
mg)
Tolbutamid
(500 mg)
Glibenklami
d
(2,5-5 mg)

Glipizid
(5-10 mg)
Glikasid
(80 mg)

Rastinon
Daonil
Euglucon
Renabetic
Prodiabet

Minidiab
Glucotrol
XL
Diamicron
MR
(30 mg)
Pedab
Glikamel
Glicab
Glucodex

80-240

Glurenom
Glikuidon
(30 mg)
Glimepirid
(1 mg, 2 mg,
3 mg, 4 mg)

Amaryl
Amadiab
Gluvas
Metrix

Biguanid
Metformin
(500-850
mg)

Glucopag
he
Diabex

neodipar

Penghamb
at
glukosidas
e
(50-100 mg)

500-300

25 mg 1-3/hari

25-100 mg
3x/hari

1-3

1-3

glucobay

Acarbose

DOSIS PEMBERIAN OHO


Setelah

obat

tertentu

dipilih

untuk

penyandang

diabetes,

biasanya

pemberian obat dimulai dari dosis terendah. Dosis kemudian dinaikkan


secara bertahap setiap 1-2 minggu, hingga mencapai kadar glukosa darah
yang memuaskan atau dosis hampir maksimal. Jika dosis hampir maksimal
namun tidak menghasilkan kontrol kadar glukosa darah yang memadai,
maka dipertimbangkan untuk diberikan obat kombinasi atau insulin. Tidak
ada keuntungan menggunakan dua OHO dari golongan yang sama secara
bersamaan.
Farmakologi Obat Dihubungkan dengan Keperawatan
Obat Antidiabetik (Oral dan Suntikan)
Pengkajian
Dapatkan riwayat pemakaian obat antidiabetik oral dan suntikan dan
dosis dan waktu pemberian. Dapatkan riwayat semua obat yang
sedang dipakai oleh klien; sulfonilurea berinteraksi dengan banyak
obat.
Periksa tanda-tanda vital dan kadar gula darah. Laporkan temuan yang
abnormal.
Kaji pengetahuan klien tentang diabetes melitus dan pemakaian obat
antidiabetik.
Kaji tanda-tanda dan gejala-gejala dari reaksi hipoglikemi (insulin syok)
dan hiperglikemia atau ketoasidosis.
Perencanaan
Kadar gula darah akan berada dalam nilai normal (70-110 mg/dL)
Intervensi Keperawatan

Monitor tanda vital. Takikardi dapat timbul selama reaksi insulin.


Sulfonilurea meningkatkan fungsi jantung dan konsumsi oksigen, yang
dapat
menyebabkan
disritmia
jantung.
Golongan
obat
ini
meningkatkan produksi katekolamin. Laporkan perubahan-perubahan
dalam denyut jantung.
Pantau kadar glukosa darah dan laporkan adanya penurunan atau
peningkatan kadar. Nilai normal untuk glukosa darah adalah 60-100
mg/dL dan untuk glukosa serum adalah 70-110 mg/dL.
Pemberian obat-obat antidiabetik oral dengan makanan dapat
mengurangi rasa tidak nyaman pada lambung.
Siapkan rencana penyuluhan berdasarkan pada pengetahuan klien
tentang masalah kesehatan dan terapi obat.
Penyuluhan kepada klien
Beritahukan klien untuk mengenali gejala-gejala dari reaksi
hipoglikemik (sakit kepala, rasa cemas, berkeringatt tremor, denyut
nadi cepat) dan hiperglikemik (haus, meningkatnya keluaran urin,
napas berbau buah-buahan yang manis). Gejala-gejala ini harus segera
dilaporkan.
Beritahukan klien tentang cara untuk mengukur gula darah
menggunakan tes Hemostix, lebih baik tes Chemstrip bG, yang
mencakup stick jari. Laporkan hasil yang tidak normal. Pemantauan
gula darah diperlukan apabila hasil pemeriksaan tidak di dalam nilai
normal.
Jelaskan pemakaian air jeruk, minuman yang mengandung gula dan
gula-gula keras apabila mulai timbul suatu reaksi hipoglikemi.
Nasihati klien untuk memperoleh suatu kartu kesehatan dan gelang
atau tanda yang mencantumkan keadaan kesehatan klien dan dosis
obat.
Beritahukan keluarga untuk memberikan glukagon dengan suntikan
jika klien memiliki reaksi hipoglikemi dan tidak dapat memakai
minuman yang mengandung gula pe roral.
Nasihati klien untuk menggunakan insulin atau sulfonilurea untuk
mentaati jadwal diet yang diberikan. Keterlambatan atau tidak makan
akan menyebabkan hipoglikemi.
0bat antidiabetik suntik: insulin
Diberitahukan klien cara pemakaian botol insulin dan alat penyuntik.
Beritahukan klien yang memakai insulin NPH atau lente bersama-sama
insulin regular untuk mengambil insulin regular terlebih dahulu
sebelum mengambil insulin NPH atau lente.

Ajarkan pentingnya mengganti tempat suntikan insulin untuk


mempertahankan absorpsi yang efektif dan mencegah lipodistrofi.
Nasehati klien bahwa reaksi hipoglikemi lebih mungkin terjadi sewaktu
masa kerja puncak dari obat. Kebanyakan penderita diabetik
mengetahui apakah mereka sedang mengalami hipoglikemi; tetapi
beberapa memiliki toleransi yang lebih baik terhadap kadar gula
rendah dan dapat mengalami reaksi hipoglikemi berat tanpa
menyadarinya. Gula-gula keras atau glukosa harus tersedia untuk
reaksi hipoglikemi.
Beritahukan klien tentang pentingnya mentaati diet yang diberikan.

Obat antidiabetik oral: sulfonilurea


Ajarkan klien bahwa obat antidiabetik oral (obat hipoglikemi oral)
bukan insulin. Obat-obat ini merangsang sel-sek beta
Beritahukan klien untuk tidak meminum alkohol bersama-sama
sulfonilurea untuk menghindari reaksi hipoglikemi. Makanan yang
dimakan dengan antidiabetik oral akan mengurangi iritasi lambung
Jelaskan bahwa insulin dapat diperlukan untuk menggantikan obat
antidiabetik oral selama stres, operasi, atau infeksi serius. Kadar gula
darah biasanya meningkat dalam waktu stres
Jelaskan bahwa mungkin akan timbul foto-sensitivitas. Pemakaian
pelindung matahari dan pakaian perlu ditekankan
Nasehati klien yang memakai antidiabetik oral akan kemungkinan
timbulnya reaksi hipoglikemi. Penderita harus menyadari gejalagejalanya

Evaluasi
Evaluasi efektivitas terapi obat dengan mengukur apakah kadar gula
dalam darah berada dalam batas-batas yang diinginkan
Evaluasi ketaatan klien dalam memakai obat antidiabetik (insulin atau
sulfonilurea) sesuai dengan yang dianjurkan
Evaluasi pengetahuan klien akan tanda-tanda dan gejala-gejala dari
reaksi hipoglikemi atau hiperglikemi. Tentukan apakah klien
mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan sebelum reaksi ini
memberat
Lanjutkan pemantauan kadar gula darah

Bab VI. HORMON STEROID


I. PENDAHULUAN
Hormon steroid meliputi hormon kelamin (estrogen, progestin, dan
androgen), dan hormon-hormon korteks adrenal. Hormon kelamin
dihasilkan oleh gonad dan adrenal yang diperlukan untuk kontrasepsi,
maturasi embrionik, dan perkembangan ciri-ciri khas seks primer dan
sekunder pada pubertas. Hormon gonad digunakan dalam terapi
pengganti dan pada kasus estrogen untuk kontrasepsi dan osteoporosis.
Korteks adrenal menghasilkan dua kelas utama hormon steroid :
adrenokortikosteroid (glukokortikoid dan mineralokortikoid) dan androgen
adrenal. Sintesis dirangasang oleh kortikotropin (sebelumnya disebut
hormon adrenokortikotropik, ACTH). Hormon korteks adrenal digunakan

pada terapi pengganti, pada pengobatan dan pemeliharaan penyakit


peradangan seperti arthritis rematoid, pada pengobatan reaksi alergi
yang berat, dan pada pengobatan beberapa kanker. Penghambat steroid
korteks adrenal digunakan untuk mengobati gangguan hormonal dan
senyawa ini diproduksi berlebih.
Hormon steroid terdiri dari :
1. Estrogen
Dietilstilbestrol
Pengertian : merupakan obat yang memperkuat pertumbuhan dan
perkembangan organ seks wanita dan tanda-tanda seks sekunder
wanita
Efek Samping : pusing, sakit kepala, edema, hipertensi, mual,
muntah, nyeri tekan payudara, anoreksia, dismenore
Kontraindikasi dan Perhatian: pada penyakit tromboembolik ,
perdarahan vagina yang tidak terdiagnosis, kehamilan (dapat
membahayakan janin), laktasi. Penggunaan hati-hati pada penyakit
kardiovaskuler yang mendasari, penyakit hati atau ginjal yang berat,
dapat meningkatkan karsinoma endometrium
Farmakokinetik : diabsorpsi dengan baik dari saluran GI.
Didistribusikan secara luas, menembus plasenta dan keungkinan
memasuki ASI. Dimetabolisme oleh hati. Waktu paruh tidak
diketahui.
Interaksi : Obat-obat : dapat mengubah kebutuhan akan
antikoagulan oral, agens hipoglikemik oral atau insulin, berbiturat
atau rifampin dapat mengurangi efektivitasnya
Estradiol
Pengertian : merupakan obat yang meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan organ seks wanita dan mempertahankan
karakteristik seks sekunder pada wanita
Efek Samping : pusing, sakit kepala, edema, hipertensi, mual,
muntah, nyeri tekan payudara, anoreksia, dismenore, ikterik,
hiperglikemia
Kontraindikasi dan Perhatian: pada penyakit tromboembolik ,
perdarahan vagina yang tidak terdiagnosis, kehamilan (dapat
membahayakan janin), laktasi. Penggunaan hati-hati pada penyakit
kardiovaskuler yang mendasari, penyakit hati atau ginjal yang parah,
dapat meningkatkan karsinoma endometrium
Farmakokinetik : diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral.
Diabsorpsi dengan cepat melalui kulit dan membrane mukosa.
Didistribusikan secara luas, menembus plasenta dan memasuki ASI.

Sebagian besar dimetabolisme oleh hati dan jaringan lain. Waktu


paruh tidak diketahui.
Interaksi : Obat-obat : dapat mengubah kebutuhan akan
antikoagulan oral, agens hipoglikemik oral atau insulin, berbiturat
atau rifampin dapat mengurangi efektivitasnya
Etinil estradiol
Klorotrianisen
Etinil estradiol
Mestranol
2. Antiestrogen
Tamoksifen
Pengertian : merupakan obat yang bersaing untuk mengikat
reseptor estrogen dan digunakan dalam pengobatan paliatif kanker
payudara yang telah lanjut pada wanita pasca menopause
Efek Samping : mual, muntah, haid tidak teratur, perdarahan
vagina, hiperkalsemia, trombositopenia, penglihatan kabur, sakit
kepala
Kontraindikasi dan Perhatian : pada hipersensitivitas, kehamilan
atau laktasi. Penggunaan hati-hati pada wanita dengan potensi
kehamilan, berkurangnya cadangan sumsum tulang
Farmakokinetik : Diabsorpsi setelah pemberian oral. Distribusinya
tidak diketahui. Sebagian besar dimetabolisme oleh hati. Dieliminasi
secara perlahan melalui feses. Sejumlah kecil diekskresikan melalui
urin. Waktu paruh : 7 hari
Interaksi : Obat-obat : estrogen akan menurunkan efektivitas
tamoksifen bila diberikan secara bersama
3. Progestin
Medroksiprogesteron
Pengertian : merupakan bentuk sintetik dari progesteronekerjanya meliputi perubahan sekretori pada endometrium,
peningkatan suhu tubuh basal, perubahan histologik pada
epithelium vagina, relaksasi otot polos, pertumbuhan jaringan
alveolar payudara, inhibisi pituitary, dan berhentinya perdarahan
akibat estrogen
Efek Samping : depresi, edema, tromboflebitis, hepatitis,
thrombosis retina, perdarahan gingivitis
Kontraindikasi dan Perhatian: pada hipersensitivitas, kehamilan,
abortus yang tidak disengaja, pernyakit tromboembolik, penyakit
serebrovaskuler, penyakit hati yang parah, kanker payudara atau
genital, porfiria. Gunakan hati-hati pada riwayat penyakit hati,
penyakit ginjal, penyakit kardiovaskuler, gangguan kejang, depresi
mental

Farmakokinetik : absorpsi tidak diketahui. Distribusi memasuki


ASI.Metabolisme dan ekskresi tidak diketahui. Waktu paruh tidak
diketahui
Interaksi : Obat-obat : dapat menurunkan efektivitas bromokriptin
jika
digunakan
secara
bersamaan
untuk
mengatasi
galaktore/amenore. Penggunaan bersama aminoglutimid dapat
menurunkan efektivitas kontrasepsi
Noretindron
Norgestrel
4. Antiprogestin
Mifepriston
Pengertian : merupakan antagonis progestin dengan aktivitas
agonis parsial. Mifepriston juga merupakan antiglukokortikoid kuat
Efek Samping : perdarahan uterus dan kemungkinan abortus yang
tidak lengkap
Kontraindikasi : kehamilan
5. Androgen
Danazol
Pengertian : merupakan obat yang menghambat pengeluaran
hipofisis gonadotropin, menyebabkan supresi fungsi ovarium. Obat
ini memiliki aktivitas androgenikanabolik yang lemah
Efek Samping : edema, hirsutisme, ukuran payudara mengecil
(wanita), suara memberat, atrofi testis, amenore, libido menurun,
peningkatan berat badan, hepatitis
Kontraindikasi dan Perhatian: pada hipersensitivitas, pasien pria
dengan kanker prostat atau payudara, hiperkalsemia, penyakit hati,
ginjal, dan jantung yang parah, kehamilan atau laktasi. Penggunaan
hati-hati pada riwayat penyakit hati sebelumnya, penyakit arteri
koronaria, laki-laki prapubertas
Farmakokinetik : Diabsorpsi dari saluran GI. Distribusi tidak
diketahui. Dimetabolisme oleh hati. Waktu paruh : 4,5 jam
Interaksi : obat-obat : dapat memperkuat warfarin, agens
hipoglikemik oral, insulin, atau glukokortikoid, dapat meningkatkan
kadar dan resiko toksisitas siklosperin
Nandrolon
Stanozolol
Fluoksimestron
6. Antiandrogen
Finasterid

Pengertian : merupakan obat seperti steroid yang baru-baru ini


disetujui untuk pengobatan hipertrofi prostat jinak, menghambat
enzim 5a-reduktase
Efek Samping : impotensia, penurunan libido, berkurangnya
volume ejakulasi
Kontraindikasi dan Perhatian : pada hipersensitivitas, finasterid
tidak ditujukan untuk digunakan pada anak-anak atau selama
kehamilan atau laktasi. Penggunaan hati-hati pada pasien-pasien
dengan kerusakan hati atau uropati obstruktif
Farmakokinetik : Diabsorpsii dengan baik setelah pemberian oral.
Distribusi memasuiki jaringan prostat dan menembus sawar darah
otak. Sebagian besar mengalami metabolism 39% diekskresi
melalui urin sebagai metabolit, 37% diekskresi melalui feses. Waktu
paruh : 6 jam
Interaksi : obat-obat antikolinergik, bronkodilator adrenergic, dan
teofilin dapat mengurangi manfaat finasterid
Siproteron asetat
Bekerja sebagai penghambat kompetitif androgen. Obat ini telah
digunakan untuk mengobati hirsutisme pada perempuan
Flutamid
Bekerja sebagai penghambat kompetitif androgen. Obat ini
digunakan pada pengobatan karsinoma prostat pada pria
7. Kortikosteroid
Prednison
Pengertian : merupakan obat yang digunakan secara sistemik dan
local pada berbagai macam penyakit kronik antara lain : inflamasi,
alergi, hematologic, autoimun, dll
Efek Samping : hipertensi, mual, muntah, anoreksia, ulkus
peptikum, sakit kepala, supresi adrenal, hiperglikemia, depresi,
euphoria, katarak, memperlambat penyembuhan luka
Kontraindikasi dan Perhatian: pada infeksi aktif yang tidak
diobati, laktasi (penggunaan kronik), diketahui intoleran terhadap
alcohol. Penggunaan hati-hati pada pengobatan kronik. Jangan
pernah menghentikannya secara mendadak.Dosis tambahan dapat
diperlukan selama stress, kehamilan, dapat menyamarkan tandatanda infeksi, gunakan dosis terendah dalam waktu yang sesingkat
mungkin
Farmakokinetik : Diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral.
Didistribusikan secara luas, memenbus plasenta dan kemungkinan
memasuki ASI. Dikonversi oleh hati menjadi prednisolon, yang

kemudian dimetabolisme oleh hati. Waktu paruh : 3,4-3,8 jam ;


supresi adrenal berlangsung selama 1,25-1,5 hari
Interaksi : obat-obat: hipokalemia bertambah bila digunakan
bersama diuretic, amfoterisin B,mezlasilin, piperasilin, Hipokalemia
dapat meningkatkan resiko toksisitas glukosida jantung, dapat
meningkatkan kebutuhan akan insulin dan agens hipoglikemik
Betametason
Deksametason
Hidrokortison
Parametason
Kortison

II. FARMAKOLOGI OBAT DIHUBUNGKAN DENGAN KEPERAWATAN


IMPLIKASI KEPERAWATAN
Pengkajian
Informasi umum : pantau pasien untuk adanya gejala kelebihan atau
insufisiensi hormon
Hormon seks : Tekanan darah dan tes fungsi hati harus dipantau
secara periodic selama terapi
Diagnosis Keperawatan Potensial
Disfungsi seksual (indikasi)
Gangguan citra tubuh ( indikasi, efek samping)
Kurang pengetahuan berhubungan dengan program pengobatan
(penyuluhan pasien/keluarga)
Implementasi
Hormon seks : terus diberikan sesuai jadwal setelah hospitalisasi
Penyuluhan pasien atau keluarga
Informasi umum : jelaskan jadwal dosis (dan pendarahan karena
penghentian pemberian pada pemberian hormone seks wanita)
Tekankan pentingnya pemeriksaan tindak lanjut untuk memantau
efektivitas terapi dan memastikan pertumbuhan yang tepat pada anaanak dan deteksi dini kemungkinan efek samping
Hormon seks wanita : anjurkan pasien untuk melaporkan kepada
dokter adanya tanda dan gejala retensi cairan, gangguan
tromboembolisme, depresi mental, atau disfungsi hati

Evaluasi
Efektivitas terapi ditunjukkan dengan :

Hilangnya gejala klinis dari ketidakseimbangan hormone termasuk


gejala menopause dan kontrasepsi yang efektif
Perbaikan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Terkendalinya penyebaran karsinoma payudara atau prostat tingkat
lanjut
Lambatnya perkembangan osteoporosis menopausal
Peningkatan hematokrit (epoetin alfa)
Induksi ovulasi pada wanita-wanita dengan amenore hipotakmuk
primer (gonadorelin)
Hilangnya tanda-tanda pubertas prekoks (histrelin, nafarelin)

Manfaat penggantian estrogen pasca menopouse


Tidur : Estrogen mengurangi gangguan pasca menopause dalam hal tidur.

Kardiovaskular : estrogen memberikan efek protektif terhadap penyakit


kardiovaskular, yang menyebabkan penurunan LDL dan peningkatan kadar HDL
dalam plasma.
Traktus urogenital : pengobatan estrogen membalikan atropi pasca menopause
pada vulva, vagina, uretra, dan trigonum kandung kemih.
Osteoporosis : estrogen menurunkan resorpsi tulang tetapi tidak mempunyai efek
pada pembentukan tulang.
Vasomotor : pengobatan estrogen menegakkan kembali feed back pada kontrol
hipotalamus sekresi norefineprin, yang menyebabkan berkurangnya ruam panas.

Anda mungkin juga menyukai