B.
C.
D.
E.
A.
Kortikosteroid
Kromolin dan nedokromil
Ipatropium
Teofilin
Agonis adrenergic
- Pengertian
Agonis merupakan bronkodilator poten yang merelaksasi otot polos
pernapasan secara langsung
- Merupakan pilihan utama untuk asma ringan, yaitu pada pasien
yang menunjukkan gejala intermiten
- Obat agonis adrenergic dapat diklasifikasikan menjadi dua
golongan, yaitu :
1. Obat-obat dengan masa kerja singkat
- Umumnya Agonis-memiliki awitan kerja yang cepat (15-30 menit) dengan
masa kesembuhan 4-6 jam.
- Yang termasuk golongan obat ini adalah :
metaproteonol, albuterol, bitolterol, pributerol, terbutaline,
fenoterol
- Indikasi:
o Pengobatan simtomatik dari bronkospasme
o Obat penolong untuk bronkokonstriksi akut
- Efek samping toksik:
o takikardi
o hiperglikemia
o hipokalemia
o hipomagnesemia
- Agonis- tidak memiliki efek antiinflamsi
- Agonis- seharusnya tidak digunakan sebagai obat tunggal
pada pasien asma kronik
- Agonis- selektif, seperti pirbuterol, terbutalin dan albuterol
memberikan manfaat bronkodilatasi yang lama
2. Obat-obat dengan masa kerja panjang
- Yang termasuk golongan obat ini adalah :
Salmeterol, formoterol
- Salmeterol xinatoat
- Salmeterol xinatoat ialah suatu analog kimiawi albuterol
tetapi berbeda dengan memiliki cincin samping lipofilik yang
meningkatkan afinitas obat untuk adrenoseptor
- Salmeterol xinatoat memungkinkan bronkodilatsi paling
sedikit 12 jam
- Kontraindikasi:
o Serangan asma akut
- Salmeterol xinatoat tidak untuk menghilangkan gejala
- Salmeterol xinatoat bukan subtitusi untuk terapi antiinflamasi
B. Kortikosteroid
- Kortikosteroid inhalasi
Punya efek anti inflammasi yang kuat
-Cara kerja :
1. Menghambat metabolisme arakidonat, leukotrien & protaglandin
2. Mengurangi kebocoran mikrovaskuler
3. Mencegah migrasi langsung sel-sel inflammasi
4. Menghambat produksi Cytokines
5. Meningkatkan kepekaan reseptor -2 pada otot polos bronkus
- Mekanisme kerja
1. Menghambat akivasi sel radang
2. Mengurangi rekrut sel radang ( mastosit, eosinofil, basofil,
limfosit
3. Menghambat pelepasan mediator inflamasi
4. Mengurangi kebocoran endotel
5. Menghambat sekresi kelenjar mukus
6. Aktivasi reseptor 2 agonist
- Indikasi :
1. Asma berat, tidak respon dengan 2 agonist
2. Penderita dg pemakaian steroid orang jangka panjang
3. Penderita dg ketergantungan steroid inhalasi dosis tinggi
4. Penderita dengan bronkospasme berat ( FEV1 < 50 % base line )
5. Glukokortikoid inhalasi dapat digunakan pada pasien asma
sedang sampai berat yang memerlukan inhalasi agonisadrenergik lebih dari sekali sehari
- Efek samping:
- Kandidiasis orofaringeal(thrush)
- Hiperesponsivitas otot saluran napas yang menyebabkan
bronkokonstriksi
- alergen
- iritan
- katarak
- osteoporosis
- edema
- Efek pada paru-paru
Menurunkan jumlah dan aktivitas sel-sel yang terlibat dalam
inflamasi saluran napas-makrofag-eosinofil dan limfositT.Mengurang inflamasi dengan menghiilangkan edea mukosa,
menurunkan permeabilitas kapiler, dan menghambat pelepasan
leukotrien.
C. Kromolin dan nedokromil
- Pengertian
- Merupakan antiinflamasi profilaksis yang efektif
C. Kortikosteroid
- Efektif menyembuhkan gejala hidung baik rinitis alergika maupun
non alergika
- Efek samping:
- iritasi nasal
- perdarahan hidung
- sakit tenggorokan
- kandidiasis
- Yang termasuk golongan obat ini:
- beklometason
- flutikason
- flunisolid
- triamsinolon
D. Kromolin
- efek anti inflammasi non steroid secara inhalasi
- kromolin intranasal mungkin berguna , terutama bila pemberian
sebelum kontak dengan allergen
- Cara kerja :
- Menstabilkan dinding mast sel
- Menghambat pelepasan mediator
- Menekan sel inflamasi : netrofil, eosinofil, monosit, macrofag.
- Obat efektif untuk asma ringan sedang
- Perlu waktu 4 5 minggu untuk melihat apakah efek obat ini
bermanfaat.
- Efek samping :
- batuk
- wheezing
- rasa tidak enak
Obat-obat yang digunakan untuk mengobati penyakit paru obstruksi
menahun (PPOM)
- Penyakit ini merupakan obstruksi saluran napas kronik dan
ireversibel
Contoh :
Gliseril guaiacolate
Amonium klorida
Potasium iodida
Efek samping
nausea, mengantuk
3. Mukolitik
N-asetilsystein
ambroxol
bromehexin
Efek samping : nausea, muntah
Hubungan dengan keperawatan
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pernapsan
Pengkajian
Pengkajian primer
1. Airway
peningkatan sekresi pernapasan
bunyi napas ronkhi, mengi dsb
2. Breathing
menggunakan otot eksesori pernapasan
kesulitan bernapas
distress pernapasan
3. Circulating
penurunan curah jantung
sakit kepala
gangguan tingkat kesadaran
papiledema
penurunan pengeluaran urine
Penatalaksanaan medis
1) terapi oksigen
2) ventilator mekanik
3) inhalasi nebuliser
4) fisioterpi dada
5) pemantauan hemodinamik/jantung
6) pengobatan
7) dukungan nutrisi
Diagnosa
Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat memertahankan pola
pernapsan yang efektif
Kriteria hasil
pasein menunjukkan :
frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal
adanya penurunan dispneu
gas darah dalam batas normal
Intervensi
3. Diuretik Tiazid
A. Klorotiazid
Klorotiazid (klor oh THYE a zide) merupakan prototipe diuretik
golongan tiazid, merupakan diuretik modern pertama yang aktif per
oral dan mampu mempengaruhi edema berat yang disebabkan oleh
sirosis hati dan gagal jantung kongestif dengan efek samping yang
minimum
a. Mekanisme kerja : Derivat tiazid bekerja terutama pada tubulus
distal untuk menurunkan reabsorbsi Na+ dengan menghambat
kotransporter Na+/Cl- pada membran lumen. Obat ini
meningkatkan konsentrasi Na+ dan Cl- pada cairan tubulus
b. Kerja :
Manitol tidak dapat diabsorbsi bila diberikan per oral, obat ini hanya
dapat diberikan secara intravena
V. IMPLIKASI KEPERAWATAN
Pengkajian
Informasi umum : kaji status cairan selama terapi. Pantau berat badan
harian, perbandingan, perbandingan asupan dan haluaran, jumlah dan
lokasi edema, bunyi paru, turgor kulit,d an membrane mukosa
Kaji pasien unutk adanya anoreksia, kelemahan otot, kebas,
kesemutan, parestesia, konfusi,d an rasa haus yang berlebihan. Segera
beritahu dokter bila terjadi tanda-tanda ketidaksem=imbangan
elektrolit
Peningkatan tekanan intracranial : pantau status neurologic dan
tekanan intracranial pada pasien-pasien yang menerima diuretic
osmotic untuk menurunkan edema serebri
Peningkatan tekanan intraokuler : pantau nyeri mata yang menetap
atau bertambah atau penurunan tajam penglihatan
Pertimbangan tes lab : pantau elektrolit, glukosa darah. BUN, dan
kadar asam urat serum sebelum dan secara peiodik selama terapi
Diuretik tiazid dapat menyebabkan peningkatan kadaar kolesterol, LDL,
dan trigliserida serum
Diagnosis Keperawatan Potensial
Kelebihan volume cairan (indikasi)
Kurang pengetahuan berhubungan dengan program pengobatan
(penyuluhan pasien/keluarga)
Implementasi
Berikan diuretic oral di pagi hari untuk menghindari terganggunya
siklus tidur
Banyak diuretic tersedia dalam kombinasi dengan antihipertensi atau
diuretic hemat kalium
Penyuluhan Pasien/keluarga
Informasi umum : peringatkan pasien untuk melakukan perubahan
posisi secara perlahan guna meminimalkan hipotensi ortostatik.
Eringatkan pasien bahwa penggunaan alcohol, latihan dalam cuaca
panas, atau berdiri dalam waktu lama
Instruksikan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai
pedoman kalium diet
Evaluasi
Efektivitas terapi ditunjukkan dengan :
Menurunnya tekanan darah
Meningkatnya pengeluaran urin
Berkurangnya edema
Penurunan tekanan intracranial
Tidak terjadinya hipokalemia pada pasien-pasien yang mendapat
diuretic
Pengobatan hiperaldosteronemia
Bab ini menjelaskan obat-obat yang digunakan untuk mengobati tiga kondisi medis
yang melibatkan saluran pencernaan: ulkus peptikum,mengatasi muntah yang
disebabkan oleh muntah, dan diare serta konstipasi. Banyak obat yang dijelaskan
pada bab lain mengenai pengobatan saluran pencernaan. Misalnya, derivate morfin
difenoksilat, yang menurunkan aktivitas peristatlik usus, berguna untuk pengobatan
diare berat, dan kortikosteroid deksametason memiliki sifat antiemetic yang baik.
Obat-obat lain,(misalnya,antagonis reseptor H2v dan penghambatan pompa proton
digunakan untuk menyembuhkan ulkus peptikum, dan penghambat selektif reseptor
serotonin,seperti ondansetron atau granisetron,yang mencegah muntah) digunakan
secara aksklusif untuk mengobati kelainan saluran pencernaan.
OBAT-OBAT YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGOBATI PENYAKIT ULKUS
PEPTIKUM
Ada tiga factor utama yang menyebabkan penyakit ulkus peptikum,yaitu: infeksi
dengan helicobacter pylori gram negative,peningkatan sekresi asam hidroklorat,
dan pertahanan mukosa yang tidak ade kuat terhadap asam lambung. Maka dari
itu,terdapat pula 3 cara pendekatan pengobatan yang mencangkup:
1. Menghilangkan infeksi H.pylori
2. Mengurangi sekresi asam lambung atau menetralkan asam setelah
disekresikan,dan/atau
C.PROSTAGLANDIN
Walaupun misoprostol memiliki efek sitoprotektif, namun hanya efektif pada dosis
tinggi untuk menghilangkan sekresi asam lambung
Efek samping :
Diare dan
Mual
Kontra indikasi :
Ibu hamil
D.PENGHAMBAT POMPA PROTON H+/K+-ATPase
Pada dosis setandar baik omepredazol maupun lansoprazol menghambat sekresi
asam lambung basal dan sekresi karena rangsangan lebih dari 90%.penekanan
asam mulai 1 sampai 2 jam pertama setelah dosis pertama lansoprazol,dan agak
lebih cepat dengan omeprazol.
Efek samping :
Omeprazol dan lansoprazol dapat meningkatkan insidens tumor karsinoid
lambung,kemungkinan berhubungan dengan efek hipoklorhidra yang
berkepanjangan dan hipergastrinemia sekunder.
Omeprenazol mengganggu oksidasi warfin,fenitoin,diazepam dan
siklosporin;lansoprazol tidak.
E.OBAT-OBAT ANTIMUSKARINIK
Stimulasi reseptor muskarinik meningkatkan motilitas dan sekresi gastrointestinal.
Antagonis kolinergik digunakan sebagai penambahan dalam penatalaksanaan ulkus
peptikum dan sindrome zollinger-ellison, terutama pada yang tidak memberi reaksi
dengan terapi standar. Pirenzepin menekan asam lambung basal dan sekresi karena
rangsangan pada dosis yang memiliki efek samping minimal pada kelenjar
ludah,jantung, dan mata.
F.ANTASIDA
Antasida yang mengandung alumunium dan magnesium dapat mempercepat
penyembuhan ulkus duodenim; bukti efektivitasnya dalam pengobatan ulkus asam
lambung akut kurang banyak tercatat
Efek samping :
Alumunium hidroksida dapat menyebabkan konstipasi
Magnesium hidroksida dapat menyebabkan diare
Menyebabkan sendawa dan kembung
Kontra indikasi :
Pasien dengan hipertensi
Gagal jantung
G.OBAT-OBAT PELINDUNG MUKOSA
Persenyawaannya dikenal dengan sitoprotektif,memiliki beberapa efek yang
meningkatkan mekanisme perlindungan mukosa,dengan demikian mencegah
kerusakan mukosa,mengurangi peradangan dan menyembuhkan ulkus yang telah
ada
Sukralfat
: merangsang pelepasan prostaglandin,mukus dan keluaran
bikarbonan dan menghambat pencernaan pepsin.
Bismuth kolodial : menghambat aktivitas pepsin, meningkatkan sekresi
mukus, berinteraksi engan protein di jaringan mukosa yang rusak untuk
membungkus dan melindungi lubang mukus.
A.FENOTIAZIN
Bekerja dengan cara menghambat reseptor dopamin. Efektif terhadap efek
penyebab muntah yang ringan sampai sedang dari obat kemotrapi
Efek samping :
Hipotensi dan kegelisahan
Gejala ekstrapiramidal dan sedasi
B.PENGGANTI BENZAMID
Metoklopramid sangat efektif pada dosis tinggi terhadap obat penyebab munyah
yang kuat (sisplatin),mencegah muntah pada 30-40% pasien dan mengurangi
muntah pada sebagian besar pasien.
Efek samping :
Antidopaminergik
Sedasi diare
Gejala ekstrapiramidal
C.BUTIRFENON
Jenis obat yang termasuk butirfenon bekerja dengan menghambat reseptor
dopamin.butirfenon merupakan antimuntah dengan efektivitas sedang,teta[pi dosis
tinggi haloperidol hampir sama efektivitasnya dengan metoklopramid dosis tinggi
dalam mencegfah muntah yangf disebabkan oleh sisplatin
D.BENZODIAZEPIN
Potensi antimuntah lorazepam dan alprazolam adalah rendah. Efeknya yang
menguntungkan
mungkin
disebabkan
efek
sedasi,ansiolitik
dan
amnesiknya.berguna dalam mengobati muntah antisipatori.
E.KORTIKOSTEROID
Efektif untuk kemoterapi penyebab muntah
penghambatan prostaglandin
Efek samping :
Insomnia
Hiperglikemia pada pasien diabetes militus
Kontra indikasi : penderita diabetes militus
yang
sedang.
Melibatkan
F.KANABINOID
Memiliki sifat psikotropit namun tidak melibatkan otak; kanabinoid sintetik tidak
memiliki aktifitasvpsikotropik melainkan antimunytah.
Efek samping :
Disforia
Halusinasi
Sedasi
Vertigo
Disorientasi
OBAT ANTIDIARE
Faktor utama diare adalah peningkatan mortilitas saluran pencernaan dsn
penurunan absorsi cairan. Obat-obat anti diare termasuk anti mortilitas,adsorben
dan obat-obat yang merubah transpor cairan dan elektrolit
Berikut ini adalah obat-obat yang digunakan untuk mengobati diare dan konstipasi :
Antidiare
Difenoksilat
Loperamid
Kaolin
Pektin
Metilselulosa
Atapulgit yang diaktifkan
Aspirin
Indometasin
Bismuth subsalisilat
Pencahar
Minyak kastrol
Senna
Aloe
Fenolftalein
Bisakodil
Koloid hidrofilik
Metilselulosa
Biji psyllium
Bran
Magnesium sulfat
Magnesium hidroksida
Politilen glikol
Laktolosa
Dokuat natrium
Minyak mineral
Supositoria gliserin
OBAT-OBAT ANTIMOTILITAS
difenoksilat dan loperamid adalah obat untuk mengendalikan diare. Keduanya
merupakan analog meperidin dan memiliki efek deperti opioid pada
usus,mengaktifkan reseptor opiopid presinaptik di dalam sistem saraf enterik untuk
menghambat pelepasan asetilkolin dan menurunkan peristaltik.
Efek samping :
Mengantuk
Kejang perut
Pusing
OBAT PENCAHAR
Pencahar sering digunakan untuyk mempercepat gerakan makanan melalui saluran
pencernaan. Berdasarkan mekanisme kerjanya obat ini dibagi sebagai iritan atau
stimultan usus,obat penambah volume dan pelunak feses.
A.IRITAN DAN STIMULAN
Efek samping :
Kejang perut
Kemungkinan terjadi kolon atonik pada penggunaan lemak
Pendahuluan
Sistem neuroendokrin yang diatur oleh kelenjar hipofisis dan hipotalamus,
mengkoordinasi fungsi-fungsi tubuh dengan memancarkan pesan antar selsel dan jaringn-jaringan.Hormon mempunyai respon yang lebih luas
dibandingkan dengan impuls saraf dan bekerja dalam waktu yang lebih lama
dari impuls saraf.Impuls saraf dan hormon saling berkaitan satu sama lain,
misalnya dalam beberapa keadaan pelepasan hormon di pacu atau dihambat
oleh sistem saraf dan beberapa hormon dapat memacu atau menghambat
impuls saraf.Dalam teks ini, menitikberatkan masalah pada obat-obat yang
mempengaruhi sintesis dan atau sekresi hormon spesifik.
1. Hormon Hipotalamus dan Hipofisis Anterior
Hormon yang dikeluarkan hipotalamus adalah golongan peptida atau protein
dengan berat molekul rendah yang bekerja setelah terikat pad situs reseptor
dijaringan target.Hormon hipofisis anterior diatur oleh neuropeptida disebut
sebagai faktor atau hormon pelepas atau penghambat yang dihasilkan oleh
hipotalamus dan berhubungan dengan sel hipofisis.Interaksi hormon pelepas
dengan reseptornya menyebabkan sintesis dan pelepasan hormon hipofisis
masuk sirkulasi.Hormon pelepas hipotalamus terutama digunakan untuk
B. Pengobatan hipotiroidisme
Hipotiroidisme diobati dengan levotiroksin (T4). Toksisitas seperti gelisah,
palpitasi jantung dan takikardi, intoleransi terhadap panas dan berat
badan menurun.
C. Pengobatan hipertiroidisme
Hormon tiroid yang berlebih berhubungan dengan beberap penyakit,
termasuk penyakit Grave, adenoma toksik, struma dan tiroidistis. Tujuan
terapi adalah menurunkan sintetsus dan atau pengeluaran hormon
tambahan. Hal ini dilakukan dengan menghilangkan sebgain atau seluruh
jaringan tiroid, menghambat sintesis hormon atau menghambat
pengeluaran hormob dari folikel.
1. Penagmbilan sebagian atau seluruh tiroid
Dapat dilakukan secara bedah atau perusakan kelenjar dengan partikel
beta yang dikeluarkan oleh yodium radioaktif
2. Penghambatan sintesis hormon tiroid
Tioamid, propiltiourasil dan metimazol dipekatkan dalam tiroid tempat
hormon ini menghambat proses oksidatif yang diperlukan untuk
iodinasi gugus tirosil dan pasangan ioditirosin yang diperlukan untuk
membentuk T3 dan T4 . PTU juga menghambat konversi T4 menjadi T3 .
Awitan efek obat ini lambat dan tidak efektif dalam pengobatan badai
tiroid
3. Propranolol
Penyekat-efektif untuk menghambat perluasan stimulasi yang terjadi
pada HIpertiroidisme
4. Penghambatan pelepasan hormon
Yodium juga menghambat pelaepasan hormon tiroid melalui
mekanisme yang belum diketahui.Saat ini yodium digunakan untuk
mengobati krisistirotoksik yang fatal karena obat ini mengurangi
vaskularitas kelenjar tiroid. Efek samping obat ini adalah bisul
dimulutdan tenggorokan, ruam, ulserasi membran mukosa, dan rasa
garam dalam mulut.
Hubungan dengan keperawatan
Asuhan keperawatan pada pasien dengan Hipertiroidisme
Definisi
Hipertiroid adalah respon jaringn-jaringan tubuh terhadap pengaruh
metabolik hormon tiroid yang berlebihan.
Pengkajian
- Aktivitas
Insomnia,sensitivitas meningkat
- Sirkulasi
palpitasi adn nyeri dada
- Makanan/cairan
kehilangan berat badan yang mendadak
Neurosensori
bicar cepat, gangguan mental dan perilaku, tremor halus pada tangan
- Pernapasan
frekuensi pernapasan meningkat, dispneu, edema paru
Diagnosa
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d hipertiroid tidak
terkontrol
Tujuan
mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan
Intervensi
Mandiri
Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri
Periksa adanya nyeri dada
Auskultasi suara jantung , perhatikan adanya bunyi jantung tambahan
Auskultasi suara napas
Kolaborasi
Berikan cairan melalui intravena sesuai indikasi
Berikan obat sesuai indikasi:
Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
Melitus
adalah
penyakit
metabolik
dengan
karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik
akibat gangguanhormonal menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada
mata, ginjal, saraf danpembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis
dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron. Pelepasan insulin yang tidak
adekuat diperberat oleh glukagon yang berlebihan. Diabetes dapat dibagi
menjadi dua grup berdasarkan kebutuhan atas insulin: diabetes melitus
tergantung insulin (tipe I) dan diabetes melitus tidak tergantung insulin (tipe
II)
-
merupakan
diabetes
yang
jarang
atau
sedikit
populasinya,
Diabetes Melitus tipe 2 juga disebut NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus), disebabkan kegagalan relatif sel dan resistensi insulin.Resistensi
insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsangpengambilan
glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosaoleh
hati. Sel tidak mampu mengimbangi resistensi ini sepenuhnya, artinya
terjadidefisiensi
berkurangnya
relatif
insulin.
sekresiinsulin
pada
Ketidakmampuan
rangsangan
ini
terlihat
dari
glukosa,
maupun
pada
darah yang tinggi, kadar gula darahpost prandial, dan kadar gula darah
puasa.
Pengobatan Diabetes Melitus tipe II:
Tujuan pengobatan untuk memelihara konsentrasi glukosa darah dalam
batas normal dan untuk mencegah perkembangan komplikasi penyakit
jangka
lama.
Pengurangan
berat
badan,latihan
dan
modifikasi
diet
menurunkan kadar glukosa dalam darah. Nilai glukosa darah normal adalah
60-100 mg/dL dan glukosa serum, 70-110 mg/dL. Ketika kadar glukosa lebih
besar dari 180 mg/dL, dapat terjadi glikosuria (gula dalam urin). Peningkatan
kadar gula darah bertindak sebagai diuretik osmotik, menyebabkan poliuria.
Bila gula darah tetap tinggi (>200 mg/dL), terjadi diabetes melitus.
Cara Pemberian
Insulin dikelompokkan berdasarkan mula dan lama kerjanya yaitu: insulin
kerja singkat (short-acting), insulin kerja sedang (intermediate-acting), insulin
kerja sedang dengan mula kerja singkat, insulin kerja lama (long-acting).
Respon individual terhadap terapi insulin cukup beragam, oleh sebab itu jenis
sediaan insulin mana yang diberikan kepada seorang pasien dan berapa
dosis dan frekuensi penyuntikannya ditentukan secara individual, bahkan
seringkali memerlukan penyesuaian dosis terlebih dahulu. Umumnya, pada
tahap awal diberikan sediaan insulin dengan kerja sedang, kemudian
ditambahkaninsulin dengan kerja singkat untuk mengatasi hiperglikemia
setelah makan. Insulin kerja singkat diberikan sebelum makan, sedangkan
Insulin kerja sedang umumnya diberikan satu atau dua kali sehari dalam
bentuk suntikan subkutan.
INSULIN
Insulin
DESKRIPSI
MULA
PUNCAK
LAMA
KERJA
KERJA
KERJA
kerja
singkat
Regular
(cryatalline)
regular
Humulin R
Semilente
Insulin
0,5-1 jam
2-4 jam
6-8 jam
30-45 menit
4-6 jam
12-16 jam
1-2 jam
8-12 jam
18-28 jam
1-2 jam
6-12 jam
18-24 jam
jumlah sedikit, SK
kerja
sedang
Keruh,
Lente
zinc,
SK,
70% ultralente
Humulin L
NPH
Humuin N
Insulin
kerja
panjang
4-8 jam
14-20 jam
24-36 jam
PZI
dan zinc
5-8 jam
14-20 jam
30-36 jam
Ultralente
Keruh,
zinc
SK,
insulin
yang
diberi
tambahan
Farmakologi
Farmakokinetik :
Absorpsi insulin dipengaruhi oleh beberapa hal.
terhadap insulin.
Insulin dimetabolisme terutama di hati, ginjal dan otot. Gangguan
Repaglinid,
penyandang
diabetes
melitus
tipe
yang
mengalami
kekurangan insulin tapi masih memiliki sel beta yang dapat berfungsi
dengan baik. Penyandang yang biasanya menunjukkan respon yang
baik dengan obat golongan sulfoniurea adalah usia saat diketahui
menyandang diabetes melitus lebih dari 30 tahun,
menyandang
diabetes diabetes melitus lebih dari 5 tahun, berat badan normal atau
gemuk, gagal dengan pengobatan melalui pengaturan gaya hidup,
perubahan pengobatan dengan insulin dengan dosis yang relatif kecil.
Kontraindikasi:
penyandang
diabetes
gemuk
adalah
karena
obat
ini
dan
meningkatkannya
secara
perlahan
agar
dapat
dicoba.
Kebanyakan
penyandang
pada
akhirnya
membutuhkan insulin.
Kontraindikasi:
pasien
dengan
gangguan
fungsi
ginjal
pada
saluran
pencernaan,
yaitu
rasa
tak
NAMA
DAGANG
DOSIS
HARIAN
(mg)
DOSIS AWAL
UNTUK
ELDERLY
(mg/day)
DOSIS
MAKSIMAL
(mg)
LAMA
KERJA
(jam)
FREKUENS
I
PEMBERIA
N
Diabinese
100-500
100
500
24-36
500-2000
500-1000
3000
6-12
2-3
2,5-5
12-24
1-2
5-20
2,5-5
40
10-16
1-2
30-120
10-20
1-3
30-120
1-3
0,5-1
24
250-3000
Dinilai fungsi
ginjalnya
2550
6-8
1-3
Sulfonilure
a
Khlorpropam
id
(100-250
mg)
Tolbutamid
(500 mg)
Glibenklami
d
(2,5-5 mg)
Glipizid
(5-10 mg)
Glikasid
(80 mg)
Rastinon
Daonil
Euglucon
Renabetic
Prodiabet
Minidiab
Glucotrol
XL
Diamicron
MR
(30 mg)
Pedab
Glikamel
Glicab
Glucodex
80-240
Glurenom
Glikuidon
(30 mg)
Glimepirid
(1 mg, 2 mg,
3 mg, 4 mg)
Amaryl
Amadiab
Gluvas
Metrix
Biguanid
Metformin
(500-850
mg)
Glucopag
he
Diabex
neodipar
Penghamb
at
glukosidas
e
(50-100 mg)
500-300
25 mg 1-3/hari
25-100 mg
3x/hari
1-3
1-3
glucobay
Acarbose
obat
tertentu
dipilih
untuk
penyandang
diabetes,
biasanya
Evaluasi
Evaluasi efektivitas terapi obat dengan mengukur apakah kadar gula
dalam darah berada dalam batas-batas yang diinginkan
Evaluasi ketaatan klien dalam memakai obat antidiabetik (insulin atau
sulfonilurea) sesuai dengan yang dianjurkan
Evaluasi pengetahuan klien akan tanda-tanda dan gejala-gejala dari
reaksi hipoglikemi atau hiperglikemi. Tentukan apakah klien
mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan sebelum reaksi ini
memberat
Lanjutkan pemantauan kadar gula darah
Evaluasi
Efektivitas terapi ditunjukkan dengan :