Jauh sebelum berdirinya Negara Republik Indonesia ini, hukum adat telah menjadi
hukum yang hidup dan berkembang dengan baik di masyarakat karena dengan sifatnya yang
dinamis sesuai dengan perkembangan zaman. Hukum adat juga sejalan dengan peristiwaperistiwa yang terjadi akibat dari berkembangnya masyarakat. Dalam rangka menciptakan
hukum positif harus berakar pada nilai-nilai luhur yang hidup pada tanah Indonesia yang
sangat beragam yang dalam hal ini hukum adatlah yang relevan terhadap nilai-nilai tersebut
sebagai suatu landasan pokok. Keberagaman adat yang ada di Indonesia maupun di negara
belahan dunia merupakan unsur terpenting untuk menunjukkan jati diri sebuah bangsa, dan
hal ini menunjukkan bahwa adat tersebut dapat menyesuaikan diri sehingga tetap terkesan
tidak kuno. Selain sumber pokok, hukum adat juga dapat dijadikan sebagai rujukan sumber
dan bahan sebaga modal dalam modernisasi hukum. Hukum adat menurut Prof. Dr.
Soepomo, S.H. adalah hukum tidak tertulis didalam peraturan tidak tertulis, meliputi
peraturan-peraturan hidup yang meskipun tidak ditetapkan oleh yang berwajib tetapi
ditaati dan didukung oleh rakyat berdasarkan atas keyakinan bahwasanya peraturanperaturan tersebut mempunyai kekuatan hukum.
Hukum nasional harus memperhatikan hukum adat yang memang berkembang dan
hidup dimasyarakat sebagai bagian dari hukum positif agar kelangsungan hukum adat akan
terus ada dan dipertahankan eksistensinya. Pada saat ini, banyak aturan atau hukum adat
yang mulai pudar padahal sebenarnya hukum adat banyak dipatuhi peraturannya oleh
masyarakat adat. Sehingga penerapannya di hukum nasional akan mendapatkan perhatian
dan penerapan yang baik pula dari masyarakat. Misalnya, seperti dengan adanya UU No. 5
Thn. 1970 tentang Pemerintahan di Desa membuat sistem pemerintahan adat tergusur dan
kehilangan fungsinya. Karena UU tersebut menseragamkan struktur kepemimpinan di desa
dengan menempatkan Kepala Desa sebagai pemimpin tertinggi. Padahal Kepala Desa
diangkat oleh pemerintah, ketimbang Kepala Adat yang dipilih oleh rakyatnya. Sejak
itu lambat laun sistem pemerintahan masyarakat adat kehilangan fungsinya, dimana
sekarang hanya sekedar menjadi simbol tanpa kekuasaan yang berarti. Padahal Kepala Adat
memiliki peranan penting terhadap kelangsungan budaya kelompoknya, sebagai tolak ukur
tentang suatu perbuatan dan sanksinya. Sanksi dalam hukum adalah berupa reaksi dari
masyarakt hukum yang bersangkutan. Reaksi adat masyarakat hukum yang bersangkutan ini
dalam pelaksanaannya sudah barang tentu dilakukan oleh penguasa masyarakat hukum
dimaksud. Penguasa masyarakat hukum yang bersangkutan menjatuhkan sanksinya
terhadap si pelanggar peraturan adat, menjatuhkan keputusan hukum. Namun dewasa ini,
adat hanya terbatas kepada ritual budaya yang dipertahankan untuk nilai komersil,
utamanya untuk mendongkrak sektor pariwisata.
Lembaga adat terbukti sebagai lembaga yang menyelesaikan konflik-konflik yang
tidak mampu ditangani oleh struktur lembaga formal. Hukum adat dalam kesehariannya
merupakan bentuk asli dari masyarakat setempat yang memiliki asas gotong royong karena
didasarkan pada kebutuhan bersama. Nilai-nilai tersebut sebenarnya merupakan padanan
dari cita-cita masyarakat desa yaitu demokrasi, partisipasi, transparansi, beradat dan saling
menghormati perbedaan. Tanpa disadari bahwa nilai luhur dari semua aspek kehidupan
telah diatur dengan norma-norma hukum adat yang teradatkan. Masyarakat adat juga telah
memiliki tatanan dan lembaga adat dengan berbagai perangkat hukum yang dimiliki hingga
saat ini.
Kebiasaan atau adat merupakan pencerminan dari kepribadian suatu bangsa dan
penjelmaan dari jiwa bangsa. Oleh karena itu setiap bangsa memiliki adat dan kebiasaan
sendiri- sendiri yang berbeda satu sama lain, yang mana perbedaaan itu merupakan unsur
penting dalam identitas suatu bangsa. Demikian indonesia, kebiasaan atau adat yang dimiliki
oleh daerah- daerah berbeda satu sama lain, meskipun dasar atau sifatnya adalah satu yaitu
keindonesiaannya. Kebiasaaan atau adat bangsa indonesia dapat disebut sebagai bhineka
tunggal ika. Demikian pembangunan hukum nasional untuk menciptakan hukum positif
pada hakekatnya adalah usaha modernisasi hukum, agar hukum kita dapat seirama
mengikuti perkembanagan dan kemajuan zaman. Dalam rangka menciptaka hukum positif
harus berakar pada nilai- nilai luhur yang hidup dibumi Indonesia ini. Dalam hal ini hukum
adat sebagai cerminan nilai- nilai luhur itu sangat relevan sebagai landasan pokok, sumber
dan bahan hukum nasional yang akan datang dan menjadi modal utama dalam proses
modernisasi hukum. Semua suku bangsa dan etnis di Indonesia memiliki dan terikat secara
kultural maupun sosial ekonomi atas aturan dan tatanan nilai tradisional yang mengacu
kepada adat dan hukum adat dengan penselarasan hukum-hukum agama atau kepercayaan.
Untuk itu, hukum adat dapat dijadikan sebagai sumber dalam pembuatan hukum positif
Indonesia agar banyaknya kepentingan dapat disatukan, banyaknya suku, agama dan ras
dapat dipererat karena justru dengan hukum adatlah kebanyakan dari rakyat Indonesia ini
patuh dan menundukkan dirinya pada aturan.
Satjipto Rahardjo mengemukakan bahwa sekarang ini kita tidak dapat menempatkan
hukum positif berhadapan dengan hukum adat karena hukum adat sudah terangkum masuk
dalam hukum nasional dan hukum positif ini dibangun dari kekayaan tersebut. Hukum adat
merupakan kekayaan untuk membangun hukum nasional tetapi bukan berarti hukum adat
dipertahankan dalam segi keutuhannya didalam hukum nasional. Hal ini pada gilirannya
akan muncul hukum nasional Indonesia sebagai miliknya sendiri.
Dalam hal ini, timbul suatu pertanyaan tentang eksistensi hukum adat dalam hukum
positif Indonesia. Pertama-tama kita dapat menelusuri UUD 1945, ternyata tidak ada satu
pasal yang menyinggung tentang hukum adat. Namun kalau kita mengacu pada teori bahwa
UUD suatu negara adalah hanya sebagian dari hukum dasar negara itu. Namun dalam
perkembangannya bahwa hanya sebagian saja dari hukum adat yang dapat dipergunakan
dalam lingkungan hukum positif Indonesia, sedangkan sisanya diambil dari unsur-unsur
hukum lainnya.
Memang suatu pembangunan hukum nasional yang mendasar pada hukum adat
kelihatannya merupakan suatu hal yang aneh dan tidak mungkin dilaksankan karena akan
menghambat perkembangan hukum itu sendiri. Anggapan ini sendiri tidak benar sama sekali
sebab suatu pembentukan hukum nasional akan hidup didalam masyarakat apabila
berlandaskan adat (Imam Sudiyat, 1981 : 93).
Berdasarkan gambaran diatas, maka peranan hukum adat dalam hukum positif
indonesia sangat penting. Namun dalam berbagai macam peraturan perundang-undangan
yang berlaku dinegara kita sekarang ini, tidak dijumpai ketentuan yang memuat penegasan
secara menyeluruh tentang kedudukan hukum adat dalam hukum positif indonesia,
melainkan hanya bagian-bagian tertentu saja.
Kesimpulan
Hukum adat atau sebagai hukum tidak tertulis menjadi sangat dinamis dan fleksibel
mengisi kekosongan- kekosongan hukum dari hukum- hukum tertulis, dan bergerak selalu
mengisi dan melengkapi sehingga tidak ada satu persoalan hukum di seluruh lini area
wilayah substansi hukum yang tidak dicukupi oleh hukum adat. Hukum adat merupakan
salah satu sumber bahan-bahan bagi perkembangan hukum positif adalah konsepsi-
konsepsi, asas-asas atau pikiran-pikiran hukum adat. Sadar atau tidak ketika setiap kegiatan
penyelenggaraan negara, dalam penegakan hukum dan usaha memecahkan persoalanpersoalan yang terjadi dalam masyarakat nasional atau masyarakat setempat, diakui atau
tidak ide- ide normatif yang diputuskan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut
apabila hukum tertulis tidak mengaturnya, maka hukum adat atau hukum tidak tertulis
selalu menyediakan jawabannya. Seperti contohnya hukum adat mengalami perkembangan
yang sangat pesat melalui yurisprudensi khususnya dalam bidang perkawinan dan keluarga serta
mempunyai kekuatan berlaku seperti hukum positif. Hal ini terjadi karena kristalisasi dari nilai-
nilai luhur bangsa Indonesia yang sudah mendarah dan mendaging. Kesimpulannya
sekarang ini adalah kedudukan hukum adat dalam hukum positif indonesia sangat penting
dan relevan untuk masa mendatang serta merupakan unsur yang esensial dalam
pembentukan hukum. Pembelajaran mengenai hukum adat haruslah mendapat perhatian
yang serius guna tercapainya pelestarian dan eksistensi bangsa ini dalam wadah negara RI.
Daftar Pustaka
http://sophost.blogspot.com/2011/08/makalah-hukum-adat-sebagai-hukum.html
http://www.academia.edu/8292427/HUKUM_ADAT_DI_INDONESIA
http://www.slideshare.net/ridhosetiawan10/maka-lah
http://benedictussinggih.blogspot.com/2013/11/peran-hukum-adat-dalam-membanguntata.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_adat di akses 16 nopember 2014| 22.00
Hukum Perundang-Undangan
Dosen : Nanik Prasetyoningsih, S.H., M.H.
Penyusun : Kelompok 4 Kelas B
Anggota
1. Arif Prasetyo
(20120610291)
2. Wahyu suryanindi
(20120610253)
(20120610304)
4. Arif prabowo
(20120610___)
5. Mariya Andriyani
(20120610259)
6. Dewi alida
(20120610
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA