Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PSIKOLOGI PROYEKTIF

TES RORSCHACH
Disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Psikologi Proyektif yang
diampu oleh Dr. Sri Maryati Deliana., M. Si dan Anna Undarwati., S.Psi., M.A.

Disusun Oleh :
Oriza
Kurnia Agung Sudarno (1511412120)
Novrizal Pratama Kotto (1511412135)
Anissa Yuwantina (1511412139)

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat

BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Rorschach adalah tes fungsi kepribadian berbasis-performa yang
didasarkan pada interpretasi respons-respons seseorang pada 10 bercak tinta
simetris-bilateral. Secara keseluruhan, tujuan teknik ini adalah untuk mengases
struktur kepribadian, dengan penekanan khusus pada bagaimana individu
mengonstruksikan pengalaman mereka dan makna yang mereka lekatkan pada
pengalaman perseptual mereka. (Thematic Imagery ; Weiner,2004)
Interpretasi terhadap data Rorschach dapat memeberikan informasi
terhadap variabal-variabel seperti motivasi,kecenderungan respons,operasi
kognitif,afektivitas, dan persepsi personal dan interpersonal. Terlepas dari
berbagai serangan baik dari dalam maupun dari luar bidang psikologi, Rorschach
masih menjadi salah satu teknik yang paling ekstensif digunakan dan yang
paling cermat diteliti (Archer dan Newsom 2000 ; Camara et.al., 2000; Watkins
et.al.,1995)
Asumsi sentral Rorscach adalah stimuli dari lingkungan diorganisasikan
oleh kebutuhan, motif, dan konflik spesifik seseorang dan oleh perseptual Sets
tertentu. Proses tersebut mengharuskan orang untuk mengorgansasikan persepsipersepsi ini dan mengasosiasiaknnya dengan berbagai pengalaman dan impresi.
Setelah respon dibuat dan dicatat mereka diskor berdasarkan 3 kategori umum :
Lokasi atau daerah bercak tinta yang mereka fokuskan, determinan atau properti
spesifik bercak yang mereka gunakan dalam membuat respon ( Warna,
bentuk,dst), Isi atau golongan umum objek dalam responnya ( manusia,
arsitektur, anatomi dll)
Penggunaan efektif rorscach tergantung pengetahuan dalam system
penskoran, pengalaman klinis, serta pengetahuan tentang kepribadian dan
psikopatologi yang adekuat.

B. Sejarah
Banyak tes dan permainan bercak tinta yang sudah ada jauh sebelum
Rorschach memublikasikan 10 kartu orisinilnya pada 1921. Sebagai contoh, da
Vinci dan Botticelli tertarik untuk menentukan bagaimna interpretasi seseorang
terhadap desain yang ambigu dapat merefleksikan kepribadiannya. Tema ini
kelak dipertimbangkan oleh Binet dan Henri pada 1895, dan oleh Whipple pada
1910 akan tetapi, Rorschach mengembangkan system berbasis empiric ekstensif
yang pertama untuk menskor dan menginterpretasi respon-respon terhadap satu
set kartu terstandar. Sayang, Rorschach meninggal pada usia 37 tahun, tidak
lama setelah publikasi tulisan pentingnya, Psychodiagnostic (1921/1941). Hasil
karyanya dilanjutkan sampai tingkat terbatas oleh 3 koleganya Emil Obelholzer,
George Roeuerer, dan Walter Morgenthaler.
Pendekatan utama yang digunakan oleh Rorschach dan pengembangpengembang teknik bercak tinta awal lainnya adalah mencatat respon-respon
khas dari berbagai tipe populasi yang berbeda. Jadi, norma awalnya
dikembangkan untuk membantu membedakan berbagau populasi klinis dengan
populasi netral, seperti : para penderita skizofrenia, para penyandang disabilitas
intelektual (Mentally Retarded), orang normal, seniman, ilmuwan, dan sub-sub
kelompok lain yang sudah diketahui karakteristiknya. Rorschach terutama ingin
menentapkan diskriminasi berbasis empiris atas berbagai kelompok dan hanya
sedikit sekali tertarik dengan interpretasi simbolik isinya. Sebagai contoh, ia
melihat bahwa pasien depresi tampaknya memberkan respon dengan jumlah
yang paling sedikit. Para pemberi sejumlah besar respon yang sangat cepat
kemungkina mempunyai persepsi dan pikiran yang menyebar kesituasi non
tes. Ia juga menganggap pentingnya latensi yang panjang (disebut Shock
Responses), dan menghipotesiskan bahwa mereka berhubungan dengan perasaan
tak berdaya dan represi emosional.
Kalau saja Rorschach hidup lebih lama sejarah perkembangan tesnya
mungkin akan sangat berbeda, tanpa bimbingannya tekniknya telah diambil oleh
para pemilik latar belakang yang sangat berbeda dengan Rorschach dan dengan
satu sama lainnya. Pada 1957, lima system Rorschach digunakan secara luas,

dan yang paling popular adalah yang dikembangkan oleh Beck dan Klopfer.
Kedua pendekatan ini mewakili polarisasi berbagai aliran dan sering
mengakhirkan konflik.
S.J.Beck, 1937 sangat mengikuti format Rorscach untuk pengodean dan
pensokrannya. Ia terus menekankan pentingnya menetapkan hubungan empiric
yang kuat antara kode-kode Rorschach dan ukuran criterion luar. Beck
menekankan bahwa respon terhadap Rorschach terutama melibatkan proses
kognitif-perseptual yang respondennya menstruktur dan mengorganisasikan
persepsinya menjadi respon yang bermakna. Proses kognitif-perseptual ini
merefleksikan respon mereka terhadap dunia secara umum.
Sebaliknya, B. Klopfer 1937, sangat condong pada fenomenologi dan
teori kepribadian yang dikembangkan oleh Freud dan Jung. Akibatnya dia
menekankan sikap simbolikal dan eksperiensial sifat isi Rorschach dari seorang
responden. Ia percaya respon adalah produk khayalan yang dipicu stimulus
bercak tinta.
Dengan adanya lima system yang berbeda Rorschach menjadi
bukansebuah tes yang uniter melainkan lima tes yang berbeda. Exner 1969,
memberikan sebuah analisis dari system ini menyimpulakn bahwa The notion
of the Rorschach was more myth than reality ia berpendapat tidak satupun
diantara lima system ini menggunakan instruksi verbal yang sama. Lebih penting
lagi masing-masing pengembangan system memiliki format penskoran yang
berbeda menyebabkan perbedaan interpretasi.
Untuk mengoreksi terkait dengan penelitian dan penggunaan klinis
Rorschach, Exner dkk. Mengumpulkan data base normative yang luas dan
menetapkan pedoman yang jelas untuk pengaturan tempat duduk, instruksi
verbal, pencatatan, dan inquiry. Akhirnya dipublikasikan untuk kali pertama
pada 1974 sebagai The Rorschach : A Comprehensive System dan sejak itu telah
diluncurkan edisi ke-2 (1986), ke-3 (1993), dan ke-4 (2003). Data normative
telah menjalani
stratifikasinya.

revisi terus menerus. Alasannya

untuk memperhalus

C. Administrasi
Secara

umum,

pemeriksa

seharusnya

sedapat

mungkin

meminimalkan variasi dalam prosedur administrasinya. Urutan langkah


berikut diambil dari Exner (2003) :
1. Langkah Pertama : Mengintroduksikan tekniknya kepada
responden
Salah satu tujuan terpenting yang pertama harus dicapai pemeriksa
adalah memberikan kesempatan kepada Examinee untuk merasa relative
nyaman. Pencapaian tujuan ini cukup sulit karena kebanyakan tes
diasosiasikan dengan kecemasan. Meskipun dibeberpa kasus meningkatnya
kecemasan bisa memberikan informasi tertentu yang tidak dapat diperoleh
pada saat subjek dalam keadaan rileks, kecemasan biasanya dianggap
sebagai rintangan.
Kecemasan mengganggu persepsi seseorang dan mengganggu
kelancaran aliran khayalan, yang keduanya esensial bagi respon Rorschach
yang adekuat. Jadi, subjek seharusnya dibuat serileks mumgkin. Relaksasi
dapat ditingkatlan dengan membreikan introduksi yang jelas tentang
prosedur pengetesan, perlunya mendapat riwayat pribadi, cara menjawab
pertanyaan, dan menghindari semua perilaku yang dapat meningkatkan
kecemasan subjek. Tes dirancang seambigu mungkin dan pemeriksa
seharusnya menghindari semua pernyataan yang mempengaruhi respon. Jika
subjek mendesak agar diberikan informasi yang lebih rinci mereka
seharusnya diberi tahu bahwa pertanyaan tambahan bisa dijawab setelah tes
selesai.
2. Langkah Kedua : Memberikan instruksi tes
Exner merekomendasikan agar pemeriksa menyerahkan kartu
pertama kepada subjek dan menanyakan Ini Apa?. Komentar atau diskusi
seharusnya dihindari. Jika subjek menanyakan pertanyaan tertentu, seperti
respon yang harus diberikan atau apakah boleh diputar kartunya?
pemeriksa dapat menjawab keputusannya ada pada anda.

Tujuannya adalah memberikan kebabsan maksimum kepada subjek


untuk merespon stimuli dengan caranya. Untuk meningkatkan ini Exner
(2003) sangat merekomendasikan agar subjek dan pemeriksa tidak duduk
berhadapan namun agar berdampingan untuk mengurangi kemungkinan
pengaruh perilaku non verbal pemeriksa. Instruksi dan situasi tes harus
dirancan sedemikian rupa urtuk membuat tes seambigu mungkin.
Examinee seharusnya didorong untuk memegang kartunya.
3. Langkah Ketiga : Fase (Asosiasi) Respon
Sepanjang prosedur pengetesan, langkah kedua seharusnya diikuti
setaat mungkin. Akan tetapi situasi tertentu sering kali timbul pada saat
subjek sedang melakukan asosisasi bebas terhadap desain Rorschach.
Namun pemeriksa harus secara konsisten menanggapi bahwa subjek boleh
merespon dengan sesuka hatinya. Ide bahwa tidak ada jawaban benar/salah
terkadang boleh diucapkan.
Pemeriksa seharusnya menghitung interval waktu yang dimulai
pada saat subjek melihat kartu untuk kali pertama dan berakhir ketika
subjek membuat respon yang pertama, dan total waktu yang mereka
habiskan untuk masing-masing kartu.
Rata-rata jumlah responnya adalah 22,32 (rentang rata-ratanya =
17-27). Validitasnya bisa terganggu oleh jumlah respon yang rendah (di
bawah 14) dan bisa dipertanyakan dengan jumlah respon yang terlalu
tinggi (lebih dari 42). Seorang subjek yang menghasilkan respon yang
sedikit (di bawah 14) seharusnya dilakukan tes ulang dan permintaan yang
lebih jelas diajukan agar ia menjawab lebih banyak respon (Exner, 2003).
Jika seorang subjek memberikan lebih dari lima respon terhadap bercak
tinta yang pertama, pemeriksa seharusnya menyingkirkan kartu tersebut
(berlaku untuk selanjutnya). Bila kurang dari lima, maka pemeriksa tidak
perlu memberikan pembatasan.
Exner (2003) menekankan bahwa semua respon harus dicatat kata
demi kata. Untuk menyederhanakan proses ini bisa mengunakan symbol-

simbol (v, < , > , ^). Penting juga untuk mencatat respon aneh dan tidak
lazim.
4. Langkah Keempat : Inqury
Inquiry

dilakukan

setelah

semua

kartu

diadministrasikan,

maksudnya untuk mengumpulkan informasi tambahan yang digunakan


untuk penskoran lebih akurat. Hal ini dilakukan untuk mengklarifikasikan
respon bukan untuk mendapatkan respon baru.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
Groth, Garry dan Marnat. 2010. Handbook of Psychological Assessment Fifth
Edition. Diterjemahkan oleh Soetjipto, Helly Prajitno. Yogyakarta :
Pustaka Belajar.

Anda mungkin juga menyukai