CHRISNA NURFITRIANI
Chrisna Nufitriani
NIM B04062380
CHRISNA NURFITRIANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan
Judul Skripsi : Pencemaran Salmonella sp. dalam Daging Ayam Beku yang
Dilalulintaskan Melalui Pelabuhan Penyeberangan Merak
Nama
: Chrisna Nurfitriani
NIM
: B04062380
Program Studi : Kedokteran Hewan
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Diketahui,
Wakil Dekan FKH IPB
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur yang tak terhingga penulis haturkan ke hadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan pertolongan dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul Pencemaran
Salmonella sp. dalam Daging Ayam Beku yang Dilalulintaskan Melalui
Pelabuhan Penyeberangan Merak.
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Dr. drh. H. Trioso Purnawarman, M.Si selaku dosen pembimbing
pertama yang telah memberikan bimbingan, ilmu, pengarahan dan waktu
yang telah diluangkan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
2. Drh. Usamah Afiff, M.Sc selaku dosen pembimbing kedua dan
pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, ilmu
pengarahan, nasehat, motivasi dan selalu meluangkan waktu sehingga
Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.
3. Drh. Titiek Sunartatie, MS yang telah membantu dan memberikan
pengarahan selama penelitian, serta drh. Melani Wahyu Adiningsih, M.Si
yang telah memfasilitasi Penulis sehingga penelitian ini dapat
berlangsung.
4. Kedua orangtua tercinta H. Cecep Suhendar dan Hj. Lili Sulaeni, suami
Ipda Pol Arif Ardian Eka Buwono, anak Fawwaaz Muhammad Satria
Buwono, adik Ghina Indriani, dan keluarga besar yang tidak hentihentinya mendoakan, mencurahkan kasih sayang, pengorbanan, dan
dukungan yang diberikan.
5. Temanteman dan semua pihak yang telah membantu, mendukung dan
memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini baik secara langsung
maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat dimanfaatkan dengan semestinya.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dengan nama lengkap Chrisna Nurfitriani lahir di Bandung pada
tanggal 27 November 1988 dari pasangan bapak bernama H. Cecep Suhendar dan
ibu bernama Hj. Lili Sulaeni. Penulis merupakan anak pertama dari dua
bersaudara, memiliki adik bernama Ghina Indriani. Penulis adalah seorang istri
dari Ipda Arif Ardian Eka Buwono dan seorang ibu dari Fawwaaz Muhammad
Satria Buwono.
Penulis lulus dari SD Islam As-Shofa Pekanbaru, Riau pada tahun 2000
dan kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Bogor serta lulus pada
tahun 2003. Pada tahun 2006, penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri
5 Bogor dan penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun 2007, penulis diterima di Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Petanian Bogor.
Selama masa perkuliahan penulis menjadi pengurus Ikatan Mahasiswa
Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI) cabang IPB periode 2007-2008 dan
periode 2008-2009 di Bidang Zoonosis, Penelitian, Pengembangan, dan
Pengabdian Masyarakat (ZoLipMask), serta menjadi anggota Himpunan Minat
dan Profesi Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik (HKSA). Pada tahun 2008
sempat menjadi Bendahara INTROVET angkatan 44.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................... 1
Tujuan Penelitian................................................................................ 3
Manfaat Penelitian.............................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Daging Ayam ..................................................................................... 4
Aspek Mikrobiologis Daging Ayam .................................................. 6
Salmonella sp. ................................................................................... 7
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 11
Disain Penelitian .............................................................................. 11
Alat Penelitian .................................................................................. 12
Bahan-Bahan Penelitian ................................................................... 12
Metode Pengujian............................................................................. 12
Interpretasi Salmonella sp. .............................................................. 18
Analisis Data .................................................................................... 19
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 20
SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 25
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Hasil Uji Salmonella pada TSIA dan LIA ............................................... 14
2. Reaksi biokimia Salmonella sp. .............................................................. 18
3. Kriteria penentuan non Salmonella sp..................................................... 19
4. Keberadaan Salmonella sp. dalam daging ayam beku berdasarkan
daerah asal ............................................................................................... 20
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Salmonella sp. dilihat dengan mikroskop elektron .................................. 8
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, pangan adalah segala sesuatu yang berasal
dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk
bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan, dan pembuatan makanan atau minuman.
Pangan dibedakan menjadi tiga, yaitu pangan segar, pangan olahan tertentu, dan
pangan siap saji. Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan,
yang dapat dikonsumsi langsung atau dijadikan bahan baku pengolahan pangan,
misalnya beras, gandum, segala macam buah, ikan, air segar. Pangan olahan
tertentu adalah makanan / pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang
diperuntukkan
bagi
kelompok
tertentu
dalam
upaya
memelihara
dan
daging
ayam
yang
dilalulitaskan
melalui
pelabuhan
penyeberangan Merak sangat tinggi, terutama dari pulau Jawa ke pulau Sumatera.
Pada tahun 2007, jumlah daging ayam beku yang dilalulintaskan melalui
pelabuhan penyeberangan Merak adalah sejumlah 3 035 753 kg dengan frekuensi
459 kali. Daging ayam beku tersebut berasal dari daerah Bekasi, Bogor, Cianjur,
Cibitung, Jakarta dan Serang. Sementara daerah tujuannya adalah Jambi,
Lampung, Medan, Padang, Palembang, Pekanbaru, Aceh, Bangka, Bengkulu dan
kota-kota besar lainnya di pulau Sumatera (Anonim 2007).
Daging ayam beku biasanya diawetkan dengan cara pendinginan, sehingga
mikroorganisme yang sering tumbuh pada daging ayam beku biasanya sebagian
besar tergolong dalam mikroorganisme psikrofilik, yaitu mikroorganisme yang
mempunyai suhu optimum pertumbuhan 5-15 C, dengan suhu minimum 0 C
dan suhu maksimum 20 C. Menurut Frazier dan Westhood (1978) Salmonella sp.
dapat tumbuh antara suhu 6.7-45 C, sedangkan suhu optimum untuk
berkembangbiak adalah 37 C.
Foodborne
disease
adalah
penyakit
yang
disebabkan
karena
jumlah bakteri
Salmonella sp. pada daging ayam segar dan beku harus negatif. Cemaran mikroba
pada daging ayam
bertujuan untuk
mengetahui
keberadaan bakteri
Salmonella sp. pada daging ayam beku sebagai indikator keamanan pangan pada
daging ayam beku.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
pemerintah tentang keamanan
dilalulintaskan antar pulau.
pangan
beku
yang
TINJAUAN PUSTAKA
Daging ayam
Daging secara umum didifinisikan sebagai semua jaringan hewan yang
dikonsumsi namun tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang
mengkonsumsinya. Otot pada hewan berubah menjadi daging setelah pemotongan
atau penyembelihan karena fungsi fisiologisnya telah berhenti. Karkas broiler
adalah ayam yang telah dipotong dan dibersihkan bulu, tanpa kepala, leher, kaki,
dan jeroan (Siregar et al. 1982).
Daging unggas dapat berasal dari ayam jantan dewasa (cock), ayam atau
kalkun betina dewasa (hen), kalkun jantan dewasa (tom), ayam kastrasi (capon),
dan anak ayam (chick) (Soeparno 1992). Menurut Standar Nasional (SNI) nomor
01-3924-2009 tahun 2009 tentang Mutu Karkas dan Daging Ayam, disebutkan
karkas ayam pedaging adalah bagian ayam pedaging setelah dipotong, dicabuti
bulunya, dikeluarkan jeroan dan lemak abdominalnya, dipotong kepala dan leher
serta kedua kakinya. Cara pemotongannya dapat dibedakan menjadi karkas utuh,
potongan separuh (halves), potongan seperempat (quarters), potongan bagianbagian badan (chicken part atau cut put), dan debond yaitu karkas ayam pedaging
tanpa tulang atau tanpa kulit. Sementara berdasarkan cara penanganannya,
dibedakan menjadi karkas segar dan karkas beku. Karkas segar adalah karkas
yang segera didinginkan setelah selesai diproses sehingga suhu di dalam daging
menjadi antara 4 hingga 5 C, sedangkan karkas beku adalah karkas yang telah
mengalami proses pembekuan cepat atau lambat dengan suhu penyimpanan antara
-12 C sampai dengan -18 C.
Pada industri pangan, telah dikembangkan metode pembekuan cepat yang
akan menghasilkan kristal es berukuran kecil sehingga akan meminimalkan
kerusakan tekstur bahan yang dibekukan. Selain itu, proses pembekuan cepat juga
menyebabkan terjadinya kejutan dingin (freeze shock) pada mikroorganisme dan
tidak terjadi tahap adaptasi mikroorganisme dengan perubahan suhu sehingga
mengurangi resiko pertumbuhan mikroorganisme selama proses pembekuan
berlangsung. Bahan pangan yang akan dibekukan diletakkan dalam blast freezer
dengan suhu -30 sampai -40 C dengan kecepatan 2-3 m/detik. Pembekuan daging
harus dilakukan setelah proses rigor mortis berlangsung. Jika daging belum
mengalami rigor mortis dan sudah dibekukan, maka rigor mortis akan terjadi pada
saat daging tersebut dicairkan (thawed). Proses tersebut dikenal dengan thaw
rigor. Daging yang mengalami thaw rigor akan banyak kehilangan cairan daging
(jus daging) dan relatif keras (liat atau alot). Agar daging/karkas dapat segera
dibekukan setelah proses pemotongan, maka perlu diterapkan stimulasi listrik
(electrical stimulation) pada proses pemotongan. Daging ayam yang telah beku
kemudian dipindahkan ke cold storage. Distribusi daging ayam beku dilakukan
dengan mengunakan kendaraan yang memiliki boks pendingin dengan suhu
-18 C (Lukman 2010).
Komposisi daging ayam menurut Campbell dan Lasley (1975) yang
dikutip Anggorodi (1979) terdiri dari 73.7% air, 20.6% protein, 4.7% lemak dan
1% abu. Forrest et al (1975) menyatakan bahwa kandungan mineral pada daging
ayam adalah 4% yang terdiri dari sodium, potasium, magnesium, kalsium, besi,
fosfat, sulfur, klorida, dan yodium.
Protein merupakan komponen kimia terpenting yang ada di dalam daging,
yang sangat dibutuhkan untuk proses pertumbuhan, perkembangan, dan
pemeliharaan kesehatan. Nilai protein yang tinggi pada daging disebabkan oleh
asam amino esensial yang lengkap. Asam amino esensial yang terkandung dalam
daging sangat dibutuhkan dalam makanan manusia, yang terdiri dari arginin,
sistin, histidin, isoleusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan, tirosin, dan
valin (Mountney dan Parkhurst 1995).
Secara umum, protein yang terdapat dalam daging ayam terdiri atas tiga
bagian yaitu : protein yang terdapat di dalam miofibril, merupakan gabungan dari
aktin dan miosin, sehingga disebut aktinmiosin; protein yang terdapat di dalam
sarkoplasma, yaitu albumin dan globulin; dan protein yang terdapat di dalam
jaringan ikat, yaitu kolagen dan elastin (Murtidjo 2003).
Selain kaya protein, daging juga mengandung energi yang ditentukan oleh
kandungan lemak intraselular di dalam serabut-serabut otot. Daging juga
mengandung kolesterol, walaupun dalam jumlah yang relatif lebih rendah
dibandingkan dengan bagian jeroan maupun otak. Kolesterol memegang peranan
penting dalam fungsi organ tubuh. Kolesterol juga berguna dalam menyusun
jaringan otak, serat syaraf, hati, ginjal, dan kelenjar adrenalin. Daging ayam juga
merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat baik. Daging ayam
merupakan sumber mineral seperti kalsium, fosfor, dan zat besi serta vitamin B
kompleks tetapi rendah vitamin C (Anonimus 2004).
Kualitas daging ayam dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik pada waktu
hewan masih hidup maupun setelah dipotong. Pada waktu hewan hidup faktor
penentu kualitas daging adalah cara pemeliharaan, meliputi pemberian pakan, tata
laksana pemeliharaan, dan perawatan kesehatan, sedangkan setelah hewan
dipotong kualitas daging dipengaruhi oleh perdarahan pada waktu hewan
dipotong dan kontaminasi mikroba (Murtidjo 2003).
Aspek Mikrobiologis Daging Ayam
Pada umumnya, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme
pada daging ayam beku ada dua, yaitu (a). Faktor intrinsik, misalnya nilai nutrisi
daging, keadaan air, pH, potensi oksidasi-reduksi dan ada tidaknya substansi
pengahalang atau penghambat; (b). Faktor ekstrinsik, misalnya temperatur,
kelembaban relatif, ada tidaknya oksigen dan bentuk atau kondisi daging (Fardiaz
1992). Temperatur merupakan faktor yang harus diperhatikan untuk mengatur
pertumbuhan bakteri sebab apabila temperatur mencapai suhu optimum yaitu
37 C, maka semakin besar pula tingkat pertumbuhannya. Demikian juga kadar
pH ikut mempengaruhi pertumbuhan bakteri, hampir semua bakteri tumbuh secara
optimal pada pH 7 dan tidak akan tumbuh pada pH 4 atau diatas pH 9. Setelah
penyembelihan pH daging turun menjadi 5.6-5.8, pada kondisi ini bakteri asam
laktat dapat tumbuh dengan baik dan cepat (Ramli 2001). Untuk berkembang
biak, bakteri membutuhkan air, jika terlalu kering bakteri tersebut akan mati
(Gibson 1996).
Menurut Quinn et al. (2002), foodborne diseases yang disebabkan oleh
organisme dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu infeksi makanan dan
keracunan makanan. Infeksi makanan terjadi karena mengkonsumsi makanan
yang terkontaminasi oleh mikroorganisme dan dapat menimbulkan penyakit,
sedangkan keracunan makanan tidak disebabkan tertelannya organisme hidup,
melainkan akibat masuknya toksin atau substansi beracun yang disekresikan ke
: Bacteria
Filum
: Proteobacteria
Kelas
: Gamma Proteobacteria
Ordo
: Enterobacteriales
Famili
: Enterobactericeae
Genus
Salmonella enterica dan mempunyai lebih dari 1800 serotipe yang semuanya
bersifat patogen, dimana beberapa serotipe mempunyai induk semang spesifik
(Anonim 2009).
(Frazier dan Westhood 1978). Menurut Christie dan Christie (1977) Salmonella
sp. berhenti berkembangbiak pada suhu 5 C, sedangkan pada suhu 55 C masih
dapat hidup selama 1 jam dan pada suhu 60 C selama 15-20 menit, kecuali
Salmonella senftenberg dapat bertahan hidup sampai suhu 71.1 C.
Frazier
(1978) menyatakan bahwa Salmonella sp. dalam daging ayam tidak berkembang
biak pada suhu 6.7-7.8 C, sedangkan pada masakan salad, daging babi, dan
dalam custard (campuran susu, telur, dan gula yang dimasak) Salmonella sp.
masih dapat berkembang biak pada suhu di atas 10 C.
Habitat utama Salmonella sp. pada tubuh penderita adalah di dalam
saluran pencernaan. Selain dari pada itu Salmonella sp. juga dapat ditemukan
pada bagian tubuh lainnya dari penderita, seperti kelenjar limfe, limpa, hati,
empedu, jantung, paru-paru, urat daging, sumsum tulang, dan periosteum.
Salmonella sp. yang menyerang alat reproduksi pada kuda dapat menyebabkan
abortus khususnya pada unggas akan menginfeksi ovarium dan ova-nya.
Menurut Hariyadi (2005), Salmonella sp. merupakan bakteri indikator
keamanan pangan, artinya karena semua serotipe Salmonella sp. yang diketahui di
dunia ini bersifat patogen, sehingga adanya bakteri ini dalam pangan dianggap
membahayakan kesehatan. Salmonella sp. menyebabkan penyakit yang biasa
disebut dengan salmonellosis. Salmonellosis bersifat zoonosis artinya penyakit ini
dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Salmonella sp. menular ke manusia
melalui bahan pangan yang berasal dari hewan ternak yang terinfeksi oleh bakteri
tersebut (Tarmudji 2008).
Salmonella sp. yang
dirasakan penderita, akan terdapat masa jeda yang merupakan masa inkubasi dari
Salmonella sp. penyebab penyakit tersebut. Masa jeda ini dapat bervariasi mulai
dari beberapa jam hingga beberapa hari, bergantung pada jumlah Salmonella yang
tertelan. Selama masa inkubasi, Salmonella sp. bergerak masuk melalui perut
menuju usus, menempel pada sel-sel pelapis usus dan mulai berkembang biak
(membelah diri). Beberapa Salmonella sp. tetap tinggal di dalam usus, beberapa
lagi mulai menyerang jaringan tubuh yang lebih dalam. Banyaknya jenis mikroba
yang dapat menyebabkan diare, demam dan nyeri perut, menyulitkan dalam
proses mendiagnosis. Oleh karena itu, untuk menentukan Salmonella sp. sebagai
10
11
Dengan tingkat konfidensi 95% dan galat yang diinginkan 0.05 serta
asumsi prevalensi untuk Salmonella sp. 3.4% maka didapat:
n = 4 x 0.034 x 0.966
(0.05)2
= 53 sampel untuk pengujian Salmonella sp.
12
Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cawan petri, pipet
volumetrik 1 ml, 5 ml, 10 ml, 20 ml, tabung reaksi steril dan penutup, inkubator
35 C, stomacher, penangas air, gunting stainless, gelas ukur 250 ml, pinset,
plastik timbang steril, botol media, jarum inokulasi (ose), pembakar/bunsen, pH
meter, timbangan, pengocok tabung (vortex mixer), autoclave, lemari steril (clean
bench), lemari pendingin (refrigerator), dan freezer.
Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan berupa lactose broth (LB), tetrathionate
broth (TTB), rappaport vassiliadis broth (RVB), xylose lysine deoxycholate agar
(XLDA), hektoen enteric agar (HEA), bismuth sulfite agar (BSA), triple sugar
iron agar (TSIA), lysine iron agar (LIA), lysine decarboxylase broth (LDB),
kalium cyanide broth (KCNB), methyl red-voges proskauer (MR-VP), simmons
citrate agar (SCB), tryptose broth (TB), sulphite indol motility (SIM), malonate
broth, urea broth, reagents Kovacs, phenol red lactose broth, phenol red sucrose
broth, kristal kreatin, larutan bromcresol purple oxy 0.2%, -naphtol, zat warna
Gram, KOH 40%, NaCl fisiologis, dan alkohol 70%.
Metode Pengujian
Metode pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
kualitatif yang mengacu kepada SNI 01-2897-2008 tahun 2008 tentang Metode
Pengujian Cemaran Bakteri dalam Daging, Telur, dan Susu, serta Hasil
Olahannya.
Daging ayam beku yang akan diuji di thawing terlebih dahulu di dalam
kotak es dengan suhu 4 C hingga lunak. Kemudian sampel daging ayam
sebanyak 25 g dikoleksi dengan cara memotong bagian dada ayam menggunakan
gunting stainless steril dengan kedalaman 0.5-1.0 cm dari permukaan daging
ayam (Lukman 2010).
13
Cara Kerja
Prinsip:
Pertumbuhan Salmonella pada media selektif dengan 1) pra-pengayaan
(pre-enrichment), 2) pengayaan (enrichment) dilanjutkan dengan 3) uji biokimia.
1) Pra-pengayaan
a) Sebanyak 25 g sampel ditimbang, kemudian dimasukkan dalam plastik
steril dan ditambahkan 225 ml LB kemudian di stomacher selama 2
menit dengan kecepatan 230 rpm.
b) Kemudian suspensi di cek pH-nya, bila < 6.6 sesuaikan sampai 6.82
dengan menambahkan NaOH 1 N steril.
c) Suspensi dipindahkan ke dalam Erlenmeyer atau wadah steril, Lalu
diinkubasi pada temperatur 351 C selama 24 jam.
2) Pengayaaan
a) Biakan pra-pengayaan diaduk perlahan kemudian diambil dan
dipindahkan masing-masing 1 ml suspensi ke dalam 10 ml media TTB,
sedangkan untuk media RVB dipindahkan 0.1 ml suspensi ke dalam 10
ml media RVB.
b) Sampel dengan dugaan cemaran Salmonella sp. rendah (low microbial
load) dilakukan inkubasi pada temperatur 420.2 C selama 242 jam
untuk media RV. Sedangkan, untuk media TTB diinkubasikan pada
temperatur 352 C selama 242jam.
Isolasi dan Identifikasi
a) Media pengayaan yang telah diinkubasi dengan menggunakan jarum
ose dan diinokulasikan pada media HEA, XLDA, dan BSA. Kemudian
diinkubasikan pada temperatur 35 C selama 242 jam. Untuk BSA
apabila belum jelas dapat dapat diinkubasikan lagi selama 242 jam.
b) Koloni Salmonella sp. diamati pada media HEA terlihat hijau kebiruan
dengan atau tanpa titik hitam (H2S).
c) Pada media XLDA koloni terlihat merah muda dengan atau tanpa titik
mengkilat atau terlihat hampir seluruh koloni hitam.
14
242 jam.
Gas
Negatif/
Positif
Negatif/
Positif
Uji Biokimia
Uji Urease
a) Koloni dari media TSIA yang menciri Salmonella sp. diinokulasi
dengan ose ke Urea Broth.
b) Kemudian sampel diinkubasi pada temperatur 35 C selama 242 jam.
c) Hasil uji spesifik Salmonella sp. adalah negatif uji urease.
Uji Indole
a) Koloni dari media TSIA yang menciri Salmonella sp. diinokulasikan 1
ose ke dalam media TB dan inkubasikan pada temperatur 35 C selama
242 jam.
b) Kemudian kedalam sampel ditambahkan 0.2 ml sampai dengan 0.3 ml
Reagen Kovacs.
c) Hasil uji positif ditandai dengan adanya cincin merah di permukaan
media.
d) Hasil uji negatif ditandai dengan terbentuknya cincin kuning.
15
16
sp.
memberikan
reaksi
positif
ditandai
dengan
terbentuknya warna ungu pada seluruh media dan hasil reaksi negatif
memberikan warna kuning.
c) Jika hasil reaksi meragukan (bukan ungu atau bukan kuning)
ditambahkan beberapa tetes 0.2 % bromcresol purple dye dan diamati
perubahan warnanya.
Uji Kalium Cyanida (KCN)
a) Satu ose biakan dari TSIA yang menciri Salmonella sp. diinokulasikan
ke media TB. Kemudian, diinkubasikan pada temperatur 35 C selama
24 2 jam.
b) Satu ose koloni dari TB diambil dan diinokulasi ke dalam KCNB.
Lalu, diinkubasi pada temperatur 35 C selama 482 jam.
c) Hasil uji positif ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan yang
ditandai dengan kekeruhan.
d) Hasil uji negatif ditunjukkan dengan tidak adanya petumbuhan pada
media.
e) Salmonella sp. memberikan hasil negatif pada uji KCN.
Uji Gula-Gula
a) Phenol Red Dulcitol Broth
pada
medium
dulcitol
broth.
Setelah
itu,
17
c)
18
Uji Substrat
Hasil Reaksi
Positif
Negatif
Salmonella
sp.
Urea Broth
Uji Indol
Tetap Kuning
Cincin merah
Cincin kuning
Uji Voges-
Proskauer
delima
Warna kuning
Merah Menyebar
menyebar
5
Uji Citrate
Uji Lysine
menjadi biru
warna
Warna kuning
Tanpa berubah
-(a)
Decarboxylase
Broth
7
Phenol Red
Dulcitol Broth
Malonate Broth
Ada pertumbuhan
Tidak ada
(kekeruhan)
pertumbuhan
Warna biru
Phenol Red
Lactose Broth
Warna kuning
dengan/tanpa gas
warna
11
Phenol Red
Sucrose Broth
Warna kuning
dengan/tanpa gas
Keterangan :
a)
b)
-(b)
19
20
11
Negatif
Negatif
Bogor
Negatif
Negatif
Serang
18
Negatif
11.1
Total
53
3.77
Berdasarkan
pengujian
terhadap
sampel
tersebut,
menunjukkan
keberadaan Salmonella sp. hanya ditemukan pada sampel yang berasal dari daerah
Serang yaitu sebanyak dua sampel dengan persentase 11.1% dari 18 sampel,
sedangkan pada daerah Jakarta, Bekasi, dan Bogor tidak ditemukan keberadaan
Salmonella sp. Ditemukan Salmonella sp. pada sampel daging ayam beku yang
berasal dari Serang dapat terjadi melalui 2 jalur, yaitu kontaminasi primer dan
kontaminasi sekunder. Kontaminasi primer merupakan kontaminasi yang berasal
dari hewan yang terinfeksi Salmonella sp. secara transovarial. Sementara yang
kontaminasi sekunder adalah kontaminasi melalui tangan pekerja, peralatan, air,
maupun limbah cair (Sudarwanto 2007).
Beberapa penelitian terhadap cemaran Salmonella sp. pada daging ayam
juga telah dilakukan di beberapa negara. Beli et al. (2001) menyebutkan bahwa
Salmonella sp. ditemukan pada 6.5% sampel daging ayam yang diperiksa selama
kurun waktu 1996-1998 di Albania. Goncagul et al. (2005) dalam penelitiannya
tentang prevalensi Salmonella sp. dalam daging ayam di Turki menemukan bahwa
dari 315 sampel daging ayam diperoleh prevalensi sebesar 18.09%. Dalam
21
dapat
terkontaminasi pada saat dicuci atau disirami dengan air yang terkontaminasi
oleh pupuk kandang atau air dari saluran pembuangan limbah peternakan unggas.
Pada proses pengolahan makanan sumber utama penyebab infeksi
Salmonella sp. adalah bahan makanan yang tidak dipanaskan secara baik seperti
daging ayam, telur, daging sapi atau susu. Faktor lain yang mempengaruhi terjadi
salmonellosis
makanan mentah
yang sudah
22
dan berkembang biak setengah jam sekali hingga mencapai jumlah jutaan sel
dalam jangka waktu 12 jam. Sebagai hasilnya, makanan yang tercemar ringan
pada malam hari jika dibiarkan di suhu ruang dapat menjadi infeksius keesokan
paginya. Jika makanan yang tercemar segera disimpan di dalam kulkas, maka
bakteri tidak akan membelah diri.
Ada dua jenis penyakit yang ditimbulkan oleh Salmonella sp. yaitu
salmonellosis dan demam enterik. Salmonellosis dapat disebabkan oleh
Salmonella choleraesuis
dan
Salmonella
Enteritidis,
sedangkan demam
menyebabkan
infeksi bila sudah berkembang biak menjadi 100 000, sedangkan Salmonella
typhimurium dengan jumlah 11 000 sudah dapat menimbulkan infeksi. Waktu
inkubasi salmonellosis adalah antara 5-72 jam, biasanya 12-48 jam, dengan
gejala-gejala sakit perut, diare, demam, muntah, dehidrasi, sakit kepala, dan
lemas. Salmonellosis dapat fatal bagi bayi atau orang tua yang daya tahan
tubuhnya lemah. Perkembangan Salmonella sp. pada tubuh manusia dapat
dihambat oleh asam lambung yang ada dalam tubuh (Hiasinta 2001).
Untuk menghindari penularan infeksi Salmonella sp., sisa kotoran, urin
atau muntahan penderita harus dibuang dengan hati-hati, sebab dapat menjadi
sumber penularan. Sisa makanan yang diduga menyebabkan infeksi harus segera
dibuang dan jangan sampai bercampur dengan makanan lain. Piring, pisau
maupun alat dapur lain yang tersentuh makanan yang diduga mengandung
Salmonella sp. harus dicuci dengan air panas atau direbus agar mikroba mati.
Secara umum pembekuan atau pendinginan dapat mencegah perbanyakan
segala jenis bakteri karena bakteri berada di dalam keadaan suspensi. Kandungan
garam, gula dan asam dalam konsentrasi tinggi ternyata dapat mencegah
perbiakan bakteri. Mikroba akan mati pada suhu tinggi, jika makanan dipanaskan
hingga mencapai suhu diatas 160 F atau 78 C selama beberapa detik parasit,
virus dan bakteri (kecuali jenis Clostridium yang akan berubah bentuk menjadi
spora yang tahan panas) akan terbasmi.
Tindakan pencegahan sederhana dapat mengurangi resiko timbulnya
penyakit yang dibawa oleh makanan, antara lain masak daging ayam hingga
23
matang, hindari proses saling mencemar antara satu jenis makanan dengan
lainnya, hindari pencemaran silang dengan cara mencuci tangan, peralatan dan
alas potong (telenan) segera setelah terjadi kontak dengan daging sapi ataupun
daging ayam. Sebelum menyentuh jenis makanan lainnya, letakkan daging yang
telah dimasak pada wadah yang bersih. Hindari meletakkan daging masak di
tempat yang sebelumnya digunakan untuk menampung daging ketika masih
mentah. Konsumen harus menyimpan daging ayam pada suhu di bawah 4 C
(masa disimpan daging pada suhu -1-2 C selama 1-2 hari, sedangkan daging
beku bisa disimpan pada suhu dibawah -18 C selama 6 bulan). Hal penting
lainnya yang perlu diperhatikan adalah cuci tangan sebelum menangani,
mempersiapkan, mengolah/memasak makanan. Menggunakan pakaian yang
bersih (apron) untuk menghindari pencemaran, menutup luka pada tangan dengan
plester kedap air (Anonim 2010).
Sementara bagi produsen diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip
hazard analysis critical control point (HACCP) sehingga menghasilkan pangan
yang aman, bermutu, dan bergizi (Jay 1996). Selain itu produsen juga bisa
melakukan klorinasi sesuai dengan aturan yang diijinkan pada proses pencucian
karkas dengan tujuan mengurangi jumlah kuman yang terdapat dalam daging
ayam.
24
25
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Salmonellosis Manual Diagnosis Test and Vaccines for Terrestrial
Animal. Chapter 2.10.3
Anonim. 2007. Laporan Tahunan 2007. Merak: Stasiun Karantina Hewan Kelas
II Merak.
Anonim. 2009. http://id.wikipedia.org/wiki/Salmonelosis. [10 Juli 2009].
Anonim. 2010. http://web2.uconn.edu/Salmonellatyphi.html. [24 April 2010].
Anonim. 2011. http://textbookofbacteriology.net/salmonella.html. [5 Desember
2011].
Anggraini, H. 2000. Survai Salmonella pada Daging Ayam Potong Di Pasar
Kodia. www.fkm.undip.ac.id/. [26 Oktober 2010].
Anggorodi R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta: Gramedia.
Baumler AJ, Hargis BM, Tsolis RM. 2000. Tracing origin of Salmonella
outbreaks. Science 287 (5450): 5052.
Beli E, Duraku E, Telo A. 2001. Salmonella serotype from chicken meat in
Albania. J Food Prot 71:263-266
Campbell JR, Lasley JF. 1975. The Science of Animals that Serve Humanity. Mc
Graw Hill Co.,USA,pp: 369-394.
Christie AB, Christie MC. 1977. Food Hygiene and Food Hazard For All Who
Handle Food. 2nd edition. Faber and Faber.
[Dirjennak] Direktorat Jendral Peternakan. 1992. Potensi Sub Sektor Peternakan.
Jakarta: Direktorat Jendral Peternakan.
Frazier WC, Westhood DC. 1978. Food Microbilogy, 2nd ed. New York: Mc
Graw-Hills Company inc.
Fardiaz S. 1992. Mikrobiologi Pengelolaan Pangan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Forrest JC, Aberle ED, Hedrick AB, Judge MD, Merkel RA.1975. Principles of
Meat Science. San Fransisco: WH Freeman and Co.
Gibson JM. 1996. Mikrobiologi dan Patologi Modern. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
26
27
Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Edisi I. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Sudarwanto M. 2007. Higiene Pangan. (KMV 506). Modul Kuliah. Sekolah
Pascasarjana. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Tarmudji.
2008.
Salmonellosis
yang
http://bbalitvet.litbang.deptan.go.id/. [26 Oktober 2010]
zoonosis.