Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


ASAL USUL MANUSIA DAN PERANNYA
DALAM KEHIDUPAN

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Ririn Arini

1001035165

Norlina

1001035155

Rafiqah

1001035126

Ria Febri Jayanti

1001035143

Hastika Ambarsari. D

1001035160

Prodi : S1-Akuntansi Reguler C

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2010

Pendidikan Agama Islam | 1

KONSEP MANUSIA DALAM ISLAM


1. Asal-usul Manusia Menurut Teori Darwin dan Perspektif Islam
A. Asal usul Manusia menurut Teori Darwin
Darwin atau yang bernama lengkap Charles Robert Darwin (1809-1882)
Dalam teorinya ia mengatakan : "Suatu benda (bahan) mengalami perubahan dari
yang tidak sempurna menuju kepada kesempurnaan". Kemudian ia memperluas
teorinya ini hingga sampai kepada asal-usul manusia. Menurutnya manusia
sekarang ini adalah hasil yang paling sempurna dari perkembangan tersebut,
seperti halnya yang dialami tumbuhan dan hewan. Kemudian lahirlah suatu
ajaran(pengertian) bahwa manusia yang ada sekarang ini merupakan hasil evolusi
dari kera-kera besar (manusia kera berjalan tegak) selama bertahun-tahun dan
telah mencapai bentuk yang paling sempurna.
Darwin menyatakan bahwa semua mahluk hidup yang ada di Bumi berasal
dari nenek moyang yang sama dan mengalami modifikasi. Dengan kata lain, ia
menyebutkan bahwa spesies bukanlah sesuatu yang kekal, melainkan berevolusi
dari berbagai spesies yang telah ada.
Dua inti pokok dari teori darwin :
Spesies yang hidup di masa sekarang berasal dari makhluk hidup yang
berasal dari masa lampau.
Evolusi terjadi karena adanya proses seleksi alam (natural selections).
Pengertian dan arti definisi seleksi alam adalah seleksi yang terjadi pada
individu-individu yang hidup di alam, sehingga individu yang mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut akan terus hidup dan beranak
pinak, sedangkan yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan alam lingkungan
sekitarnya akan musnah dan hilang dimakan waktu.
Di
dalam
teorinya
Darwin
berpendapat bahwa manusia berasal
dari perkembangan makhluk sejenis
kera yang sederhana kemudian
berkembang menjadi hewan kera
tingkat tinggi sampai akhirnya menjadi
manusia. Makhluk yang tertua yang
ditemukan dengan bentuk mirip
manusia adalah Australopithecus yang
diperkirakan umurnya antara 350.000 - 1.000.000 tahun dengan ukuran otak
sekitar 450 - 1450 cm3. Perkembangan dengan perubahan volume otak ini besar
pengaruhnya bagi kecerdasan otak manusia. Australopithecus yang mempunyai
volume otak rata-rata 450 cm3 berevolusi menjadi manusia kera (Neandertal) yang
mempunyai volume otak 1450 cm3. Dari penelitian ini diperkirakan dalam waktu

Pendidikan Agama Islam | 2

antara 400.000-500.000 tahun volume otak itu bertambah 1000 cm3. Tetapi
anehnya perkembangan dari Neandertal ke manusia modern sekarang ini selama
100.000 tahun volume otaknya tidak berkembang. Teori ini tidak mengemukakan
alasannya.
Tetapi dalam hal ini Darwin sendiri kebingungan
karena ada beberapa jenis tumbuhan yang tidak
mengalami evolusi dan tetap dalam keadaan seperti
semula. Walaupun pernyataan Darwin dalam bukunya
yang berjudul "The Origin of Species" dapat dikatakan
sukses besar karena membahas masalah yang
menyangkut asal usul manusia, namun hal ini hanyalah
bersifat dugaan belaka.
Hal ini diantaranya merupakan kelemahan teori yang
dikemukakan oleh Darwin. Tidak ada titik temu antara
teori yang ada dengan kenyataan. Sebagai contoh, para
ahli zoologi sangat akrab dengan suatu species yang bernama panchronic yang
tetap sama sepanjang masa. Juga ganggang biru yang diperkirakan telah ada lebih
dari satu milyar tahun namun hingga sekarang tetap sama. Yang lebih jelas lagi
adalah hewan sejenis biawak/komodo yang telah ada sejak berjuta-juta tahun yang
lalu dan hingga kini tetap ada.
B. Asal usul Manusia Menurut Perspektif Islam
Kita sebagai umat yang mengakui dan meyakini rukun iman yang enam,
maka sudah sepantasnya kita mengakui bahwa Al Quran adalah satu-satunya
literatur yang paling benar dan bersifat global bagi ilmu pengetahuan.
"Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib..."(QS. Al
Baqarah (2) :2-3)
Tahapan kejadian manusia :
a.

Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)

Di dalam Al Quran dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari


tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaikbaiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka
dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :
"Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang
memulai penciptaan manusia dari tanah". (QS. As Sajdah (32) : 7)
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari
tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk".
(QS. Al Hijr (15) : 26)

Pendidikan Agama Islam | 3

Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang penciptaan


manusia pertama itu dalah surat Al Hijr ayat 28 dan 29 . Di dalam sebuah
Hadits Rasulullah saw bersabda :
"Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu
(diciptakan) dari tanah". (HR. Bukhari)
b. Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)
Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini
selalu dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia,
Allah berkehendak menciptakan lawanjenisnya untuk dijadikan kawan hidup
(isteri). Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam salah sati firman-Nya :
"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan
semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka
maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" (QS. Yaasiin (36) : 36)
Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di
dalam surat An Nisaa ayat 1 yaitu :
"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang sangat banyak..." (QS. An Nisaa (4) : 1)
Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
dijelaskan :
"Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk
Adam" (HR. Bukhari-Muslim)
Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tak
langsung hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui perkawinan
adalah usaha untuk menyatukan kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan
dari tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan perkawinan itu maka
akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan generasinya.

c.

Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)

Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan


Hawa kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau
menurut Al Quran dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis.
Di dalam Al Quran proses kejadian manusia secara biologis dejelaskan
secara terperinci melalui firman-Nya :
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu

Pendidikan Agama Islam | 4

Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kamudian Kami
jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah ,
Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al Muminuun (23) : 12-14).
Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda :
"Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan
dibenarkan. Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya
pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama
empat puluh hari. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan
segumpal darah. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan
sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa malaikat untuk meniupkan
ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat kalimat (macam) :
rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik (nasibnya)." (HR.
Bukhari-Muslim)
Ungkapan ilmiah dari Al Quran dan Hadits 15 abad silam telah menjadi
bahan penelitian bagi para ahli biologi untuk memperdalam ilmu tentang
organ-organ jasad manusia. Selanjutnya yang dimaksud di dalam Al Quran
dengan "saripati berasal dari tanah" sebagai substansi dasar kehidupan
manusia adalah protein, sari-sari makanan yang kita makan yang semua
berasal dan hidup dari tanah. Yang kemudian melalui proses metabolisme
yang ada di dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormon (sperma),
kemudian hasil dari pernikahan (hubungan seksual), maka terjadilah
pembauran antara sperma (lelaki) dan ovum (sel telur wanita) di dalam rahim.
Kemudian berproses hingga mewujudkan bentuk manusia yang sempurna
(seperti dijelaskan dalam ayat diatas).
Para ahli dari barat baru menemukan masalah pertumbuhan embrio
secara bertahap pada tahun 1940 dan baru dibuktikan pada tahun 1955, tetapi
dalam Al Quran dan Hadits yang diturunkan 15 abad lalu hal ini sudah
tercantum. Ini sangat mengagumkan bagi salah seorang embriolog terkemuka
dari Amerika yaitu Prof. Dr. Keith Moore, beliau mengatakan : "Saya takjub
pada keakuratan ilmiyah pernyataan Al Quran yang diturunkan pada abad
ke-7 M itu".
Selain itu beliau juga mengatakan, "Dari ungkapan Al Quran dan hadits
banyak mengilhami para scientist (ilmuwan) sekarang untuk mengetahui
perkembangan hidup manusia yang diawali dengan sel tunggal (zygote) yang
terbentuk ketika ovum (sel kelamin betina) dibuahi oleh sperma (sel kelamin
jantan). Kesemuanya itu belum diketahui oleh Spalanzani sampai dengan
eksperimennya pada abad ke-18, demikian pula ide tentang perkembangan
yang dihasilkan dari perencanaan genetik dari kromosom zygote belum
ditemukan sampai akhir abad ke-19. Tetapi jauh sebelumnya Al Quran telah

Pendidikan Agama Islam | 5

menegaskan dari nutfah Dia (Allah) menciptakannya dan kemudian (hadits


menjelaskan bahwa Allah) menentukan sifat-sifat dan nasibnya."
Sebagai bukti yang konkrit di dalam penelitian ilmu genetika (janin)
bahwa selama embrio berada di dalam kandungan ada tiga selubung yang
menutupinya yaitu dinding abdomen (perut) ibu, dinding uterus (rahim), dan
lapisan tipis amichirionic (kegelapan di dalam perut, kegelapan dalam rahim,
dan kegelapan dalam selaput yang menutup/membungkus anak dalam rahim).
Hal ini ternyata sangat cocok dengan apa yang dijelaskan oleh Allah di dalam
Al Quran :
"...Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian
dalam tiga kegelapan (kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan
kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim)..." (QS. Az
Zumar (39) : 6).
d. Proses kejadian Nabi Isa a.s
Seperti telah kita ketahui bersama, nabi Isa a.s diciptakan oleh Allah
dengan proses yang agak berbeda dengan kejadian manusia biasa. Penciptaan
nabi Isa ini tidak melalui pembauran antara sel telur (ovum) dengan sel
sperma, namun proses kehidupan embriyonya di dalam rahim berjalan normal
seperti biasa, yaitu kelahiran nabi Isa a.s dari seorang wanita yang bernama
Siti Maryam. Proses kejadian Nabi Isa a.s ini secara lengkap dijelaskan oleh
Allah di dalam Surat Maryam (19) ayat 16 s/d 40. Di dalam Al Quran Allah
berfirman :
"Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti
penciptaan Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah
berfirman kepadanya : Jadilah (seorang manusia) maka jadilah dia"
(QS. Al Imran (3) : 59)
Ayat ini memberi gambaran kepada manusia bahwa Allah Maha Kuasa
menciptakan segala sesuatu baik yang dapat diterima oleh akal maupun tidak
akibat dari keterbatasan akal manusia. Hal ini juga dijelaskan oleh Allah di
dalam firman-Nya :
"Jibril berkata : Demikianlah. Tuhanmu berfirman : Hal itu adalah
mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi
manusia dan sebagai ramat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara
yang sudah diputuskan" (QS. Maryam (19) : 21)

2. Fungsi dan Peran Manusia


Dari sekian banyak makhluk yang hidup di muka bumi, ada satu golongan yang
paling sempurna akhlak dan pancainderanya, dititipi akal dan pengetahuan yang luas,
lebih mulia dari makhluk hidup lain. Golongan yang dimaksud adalah manusia.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Israa ayat 70, tentang manusia
sebagai khalifah Allah.

Pendidikan Agama Islam | 6

Dan sungguh Kami telah muliakan keturunan Adam, dan Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik baik,
dan Kami lebihkan mereka dari kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan
dengan kelebihan yang sempurna.
A. Fungsi dan Peran Manusia sebagai Hamba Allah
Fungsi dan peran manusia sebagai hamba Allah atau disebut juga dengan
Abdullah. Tugas hidup manusia sebagai Abdullah merupakan realisasi dari
mengemban amanah dalam arti: memelihara beban/tugas-tugas kewajiban dari
Allah yang harus dipatuhi, kalimah La ilaaha illa Allah atau kalimat tauhid, dan
atau marifah kepadaNya. Sedangkan Khalifah Allah merupakan realisasi dari
mengemban amanah dalam arti: memelihara, memanfaatkan, atau
mengoptimalkan penggunaan segala anggota badan, alat-alat potensial (termasuk
indera, akal dan qalbu) atau potensi-potensi dasar manusia, guna menegakkan
keadilan,
kemakmuran
dan
kebahagiaan
hidup.
Tugas hidup manusia sebagai abdullah bisa difahami dari firman Allah dalam
Q.S. Adz-Dzariyat ayat 56:
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.
Dari uraian terdahulu dapat difahami bahwa pada dasarnya manusia terdiri
atas dua substansi, yaitu jasad/materi dan roh/immateri. Jasad manusia berasal
dari alam materi (saripati yang berasal dari tanah), sehingga eksistensinya mesti
tunduk kepada aturan-aturan atau hukum Allah yang berlaku di alam materi
(Sunnatullah). Sedangkan roh-roh manusia, sejak berada di alam arwah, sudah
mengambil kesaksian di hadapan Tuhannya, bahwa mereka mengakui Allah
sebagai Tuhannya dan bersedia tunduk dan patuh kepadaNya (Q.S. al-Araf: 172).
Karena itulah, jika manusia ingin konsisten terhadap eksistensi dirinya atau
alamnya, maka salah satu tugas hidup yang harus dilaksanakannya adalah
abdullah (hamba Allah yang senantiasa tunduk dan patuh kepada aturan dan
KehendakNya serta hanya mengabdi kepadaNya).
Hanya saja diri manusia juga telah dianugerahi kemampuan dasar untuk
memilih atau mempunyai kebebasan (Q.S. al-Syams: 7-10), sehingga walaupun
roh Ilahi yang melekat pada tubuh material manusia telah melakukan perjanjian
dengan Tuhannya (untuk bersedia tunduk dan taat kepadaNya), tetapi
ketundukannya kepada Tuhan tidaklah terjadi secara otomatis dan pasti
sebagaimana robot, melainkan karena pilihan dan keputusannya sendiri. Dan
manusia itu dalam perkembangannya dari waktu ke waktu melupakan perjanjian
tersebut, sehingga pilihannya ada yang mengarah kepada pilihan baiknya (jalan
ketaqwaan) dan ada pula yang mengarah kepada pilihan buruknya (jalan
kefasikan). Karena itu Allah selalu mengingatkan kepada manusia, melalui para
Nabi atau Rasul-rasulNya sampai dengan Nabi Muhammad SAW. sebagai
nabi/rasul terakhir, agar manusia senantiasa tetap berada pada naturnya sendiri,
yaitu taat, patuh dan tunduk kepada Allah SWT. (abdullah).

Pendidikan Agama Islam | 7

Setelah rasulullah SAW. wafat, maka tugas memperingatkan manusia itu


diteruskan oleh para shahabat, dan para pengikut Nabi SAW. (dulu sampai
sekarang) yang setia terhadap ajaran-ajaran Allah dan rasulNya, termasuk di
dalamnya adalah para pendidik muslim.
B. Fungsi dan Peran Manusia sebagai Khalifah Allah
Karena kesempurnaan yang dimilikinya, manusia dijadikan Allah sebagai
khalifah atau pemimpin di muka bumi ini. Fungsi manusia sebagai khalifah adalah
manusia sebagai penguasa yang mengatur apaapa yang ada di bumi seperti air,
hutan, gunung, sungai, laut, termasuk hewan dan tumbuhannya agar dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya. Dalam Surat Al Baqarah ayat 30, Allah SWT
berfirman :
Dan
ingatlah
ketika
Tuhanmu
berfirman
kepada
malaikat,Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi. Mereka berkata,Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di
muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah
padanya, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan
Engkau? Tuhan berfirman, Sesungguhnya Aku lebih mengetahui yang tidak
kamu ketahui.
Manusia memiliki dua peran penting yang diamanahkan padanya untuk
dijalankan sampai hari kiamat. Dua peran tersebut sebagai bagian dari fungsi
kekhalifahannya di bumi.
1.

Memakmurkan bumi atau al imarah, manusia secara kelompok memiliki


kewajiban untuk mengeksplorasi kekayaan alam agar dapat dimanfaatkan
seluas-luasnya bagi umat manusia. Pemanfaatan tersebut haruslah adil dan
merata dengan tetap menjaga kelestarian agar tidak punah demi generasi
selanjutnya.

2.

Memelihara bumi atau ar riayah, termasuk di dalamnya memelihara akidah


dan akhlak manusianya sebagai Sumber Daya Manusia ( SDM ). Menjaga
dan memelihara bumi dari kerusakan dan kehancuran alam yang dilakukan
oleh manusia maupun alam itu sendiri. Sumber daya manusia yang rusak dan
tidak memiliki iman dapat berpotensi merusak alam.

3.

Menghiasi diri dengan akhlak yang mulia. Kata akhlaq berasal dari kata
khuluq atau khalq. Khuluq merupakan bentuk batin/rohani, dan khalq
merupakan bentuk lahir/ jasmani. Keduanya tidak bisa dipisahkan, dan
manusia terdiri atas gabungan dari keduanya itu yakni jasmani (lahir) dan
rohani (batin). Jasmani tanpa rohani adalah benda mati, dan rohani tanpa
jasmani adalah malaikat. Karena itu orang yang tidak menghiasi diri dengan
akhlak yang mulia sama halnya dengan jasmani tanpa rohani atau disebut
mayit (bangkai), yang tidak saja membusukkan dirinya, bahkan juga
membusukkan atau merusak lingkungannya.

Pendidikan Agama Islam | 8

Beberapa tugas kekhalifahan yang harus dijalankan manusia dalam kehidupan


sehari-hari adalah sebagai berikut:
1. Tugas kekhalifahan dalam keluarga/rumah tangga
Tugas kekhalifahan dalam keluarga/rumah tangga meliputi tugas
membentuk rumah tangga bahagia dan sejahtera atau keluarga sakinah dan
mawaddah wa rahmah/cinta kasih (Q.S. ar-Rum: 21) dengan jalan menyadari
akan hak dan kewajibannya sebagai suami-isteri atau ayah-ibu dalam rumah
tangga.
2. Tugas kekhalifahan dalam masyarakat
a. Mewujudkan persatuan dan kesatuan umat (Q.S. al-Hujurat: 10 dan 13,
al-Anfal: 46);
b. Tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan (Q.S. al-Maidah: 2);
c. Menegakkan keadilan dalam masyarakat (Q.S. al-Nisa: 135);
d. Bertanggung jawab terhadap amar ma^ruf nahi munkar (Q.S. Ali Imran:
104 dan 110); dan
e. Berlaku baik terhadap golongan masyarakat yang lemah, termasuk di
dalamnya adalah para fakir dan miskin serta anak yatim (Q.S. alTaubah: 60, al-Nisa: 2), orang yang cacat tubuh (Q.S. Abasa: 1-11),
orang yang berada di bawah penguasaan orang lain dan lain-lain.
3. Tugas kekhalifahan terhadap alam
a. Mengkulturkan natur (membudayakan alam), yakni alam yang tersedia
ini agar dibudayakan, sehingga menghasilkan karya-karya yang
bermanfaat bagi kemaslahatan hidup manusia;
b. Menaturkan kultur (mengalamkan budaya), yakni budaya atau hasil
karya manusia harus disesuaikan dengan kondisi alam, jangan sampai
merusak alam atau lingkungan hidup, agar tidak menimbulkan
malapetaka bagi manusia dan lingkungannya; dan
c. MengIslamkan kultur (mengIslamkan budaya), yakni dalam berbudaya
harus tetap komitmen dengan nilai-nilai Islam yang rahmatan lilalamin, sehingga berbudaya berarti mengerahkan segala tenaga, cipta,
rasa dan karsa, serta bakat manusia untuk mencari dan menemukan
kebenaran ajaran Islam atau kebenaran ayat-ayat serta keagungan dan
kebesaran Ilahi.
Tidak ada kesia-siaan dalam proses penciptaan alam oleh Allah Swt.
Seperti proses penciptaan manusia dengan maksud untuk menjadikannya
khalifah yang bisa memakmurkan kehidupan bumi sesuai petunjuk, yaitu
pedoman yang ada dalam agama Islam.

Pendidikan Agama Islam | 9

Anda mungkin juga menyukai