PENDAHULUAN
pasien
melakukan
pemeriksaan
rutin atau karena penyakit yang lain. Penyebab munculnya sirosis hepatis
di negara barat tersering akibat alkoholik sedangkan di Indonesia kebanyakan
disebabkan akibat hepatitis B atau C. Patogenesis sirosis hepatis menurut
penelitian terakhir memperlihatkan adanya peranan sel stelata dalam
mengatur
sirosis
ditujukan
untuk
mengurangi
progresi
penyakit,
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
dari penyakit
hati
menahun,
karena
terjadinya
fibrosis
yang
meluas,
a.
b.
c.
Sirosis biliaris yaitu kerusakan sel hati yang dimulai disekitar duktus
bliaris yang menimbulkan pola sirosis. Penyebab tersering sirosis biliaris
adalah obstruksi biliaris pascahepatik. Stasis empedu menyebabkan
penumpukan empedu didalam massa hati dan kerusakan sel-sel hati.
Terbentuk lembar-lembar fibrosa di tepi lobulus, hati membesar, keras,
bergranula halus dan berwarna kehijauan.
Jenis
sirosis
lainnya
menurut
Robin
yaitu
sirosis
pigmen
kelelahan, anoreksia,
dispepsia,
flatulen,
perubahan
kebiasaan
defekasi
(konstipasi atau diare) dan berat badan sedikit berkurang. Mual dan muntah
lazim terjadi (terutama pagi hari). Pada sebagian besar kasus, hati keras dan
mudah teraba tanpa memandang apakah hati membesar atau mengalami atrofi.
Manifestasi utama dan lanjut dari sirosis terjadi akibat dua tipe ganggguan
fisiologis: gagal sel hati dan hipertensi portal. Kegagalan hati menyebabkan
penderita merasa letih dan berat badan menurun. Manifestasi gagal sel hati adalah
ikterus, edema perifer, kecenderungan perdarahan, eritema palmaris (telapak
tangan merah), angioma laba-laba, faktor hepatikum dan ensefalopati hepatik.
Gambaran klinis yang terutama berkaitan dengan hipertensi portal adalah
splenomegali, varises esophagus dan lambung, serta manifestasi sirkulasi kolateral
lain.
2.4
jaringan
pembuluh
darah
intestinal
dan
peningkatan
dan
CSF
(Cerebro
NH3.
Ensefalopati
hepatikum
merupakan
sindrom
sirosis
pigmen,
sedang
pada
sirosis
alkoholik
2.5
2.5.1
Pencegahan Primer
Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar tidak
terjadi penyakit sirosis hati dengan cara mengendalikan faktor risiko dari sirosis
hati dengan sasarannya orang-orang yang masih sehat. Kegiatan yang dilakukan
meliputi promosi kesehatan, pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan.
Tindakan dalam masyarakat yang penting untuk mencegah hepatitis mencakup
penyediaan makanan dan air bersih yang aman, serta sistem pembuangan sampah
yang efektif. Melakukan penyuluhan mengenai hepatitis dan program imunisasi
untuk Hepatitis B dimana bayi dan anak merupakan sasaran utama karena mereka
memiliki risiko besar untuk menderita hepatitis jika terinfeksi, serta masyarakat
dewasa yang berisiko tinggi. Menghindari penyalahgunaan alkohol dan memakai
pelindung diri saat menggunakan bahan kimia beracun. Yang terpenting adalah
menjaga agar organ hati jangan sampai berkembang menjadi sirosis hati.
2.5.2
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan
ketidakmampuan
dengan
cara
deteksi
dini,
a. CT Scan/Biopsi hati
CT scan/biopsi hati bertujuan untuk mendeteksi adanya infiltrasi lemak,
jaringan fibrosis dan kerusakan jaringan hati. Biopsi hati penting untuk
menetapkan morfologi sirosis, menetapkan stadium aktivitas penyakit,
mendapatkan informasi tentang perjalanan penyakit dan komplikasinya,
mengetahui respons penyakit terahadap pengobatan dan menetapkan
dugaan faktor-faktor penyebabnya.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada sirosis hati meliputi hal-hal berikut:
1) Tes biokimia: kadar serum bilirubin menentukan berat ringannya ikterus.
2) Pengamatan radiologi: foto toraks untuk melihat apakah terdapat
peninggian dan gambaran yang irregular dari diafragma kanan, pada
penderita dengan hepatomegali perlu dibuat foto esophagus untuk melihat
apakah ada varises esophagus.
3) Ultrasonografi: menggunakan ultrasound yang merupakan gelombang
suara dengan frekuensi tinggi. Gambaran pada sirosis hati akan terlihat
gema kasar merata didalam sel hati, selain penebalan kapsul, permukaan
irregular.
4) Peritoneoskopi: Pada pemeriksaan dapat dilihat setiap kelainan permukaan
hati. Warna hati yang kehijau-hijauan disertai vesika felea membesar
menunjukkan adanya obstruksi ekstrahepatik. Begitu juga dapat dilihat
permulaan sirosis, mikro atau makronoduler.
10
dibagi menjadi 3 kelompok yaitu A, B dan C, yang diberi skor 1, 2 dan 3 secara
berturut-turut, sehingga berdasarkan nilai total dari kriteria ini dapat
diklasifikasikan dalam 3 tingkatan yakni tingkat Child Pugh A dengan skor 5-6,
tingkat Child Pugh B dengan skor 7-9 dan Child Pugh C dengan skor total 10-15
Tabel 2. Skor Child Pugh
Skor
<2
23
>3
> 3,5
2,8 3,5
< 2,8
Ascites
tidak ada
mudah dikontrol
sulit dikontrol
Gangguan neurologi
tidak ada
minimal
koma
<4
4 6
lanjut>6
hati
berdasarkan
skor
kriteria
Child
Pugh
yang dihubungkan
dengan angka mortalitas terhadap tindakan operasi adalah Child Pugh A 10-15%,
Child Pugh B 30% dan Child Pugh C > 60%.
Serum bilirubin
Bilirubin adalah suatu pigmen kuning dengan struktur tetrapirol yang tidak
larut
dalam
air,
berasal
dari
destruksi
sel
darah
merah
(75%),
feses
menggunakan metode van den Bergh assay, dimana dapat ditentukan tingkat
bilirubin total dalam serum dan jumlah bilirubin terkonyugasi ataupun tak
terkonyugasi. Pada sirosis hati akan dijumpai peningkatan produksi bilirubin.
Serum albumin
Albumin merupakan protein plasma terbanyak dalam tubuh manusia.
Kadarnya berkisar antara 3,5-5,5 g/dL dan merupakan 60% dari seluruh
protein plasma. Kadar albumin darah merupakan hasil kecepatan sintesis hati
dikurangi kecepatan degradasi dan distribusi albumin kedalam ruang intra dan
ekstra vaskuler. Sintesa albumin terutama dihati yaitu sebanyak 9-12 g/hari
pada orang dewasa normal dan merupakan 25% dari total protein hati setiap
hari. Katabolisma albumin terjadi di sel hati, dimana sebanyak 15%
albumin yang sudah tua usianya akan diurai kembali menjadi berbagai
komponen asam amino yang kemudian siap digunakan untuk berbagai
sintesis protein yang dibutuhkan tubuh. Sisanya sebanyak 40-60% di sel otot
dan kulit. Distribusi albumin terjadi di dalam pembuluh darah maupun di luar
pembuluh darah (cairan intertitial). Pada sirosis hati akan dijumpai rendahnya
produksi albumin.
Waktu protrombin
Protrombin (faktor II), faktor VII, IX dan X merupakan faktor koagulasi yang
dihasilkan oleh hati dimana dalam pembentukannya memerlukan vitamin K.
12
Vitamin K ini pun dihasilkan di hati. Adapun peranan vitamin K pada tahap
karboksilasi gugus gamma glutamil. Waktu
protrombin
pertama
kali
rumah
sakit.
Vasopresin
(Pitressin)
telah
digunakan
untuk
14
Pencegahan Tersier
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak terjadi
transplantsi hati sangat meningkatkan kelangsungan hidup setelah operasi. Ratarata, lebih dari 80% pasien yang menerima transplantasi hati bertahan hidup
sampai lima tahun.
16
DAFTAR PUSTAKA
Taylor.
2011.
Cirrhosis
Imaging.
http://emedicine.medscape.com/article/366426-overview#showall
8. Guadalupe Garcia-Tsao. Prevention and Management of Gastroesophageal
Varices and Variceal Hemorrhage in Cirrhosis. Am J Gastroenterol.
2007.102:20862102.