Anda di halaman 1dari 28

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1

LED
Dioda cahaya atau lebih dikenal dengan sebutan LED (light-emitting
diode)

adalah

suatu

semikonduktor

yang

memancarkan

cahaya

monokromatik yang tidak koheren ketika diberi tegangan maju. Sebuah LED
adalah sejenis dioda semikonduktor istimewa. Seperti sebuah dioda normal,
LED terdiri dari sebuah chip bahan semikonduktor yang diisi penuh, atau didop, dengan ketidakmurnian untuk menciptakan sebuah struktur yang
disebut p-n junction. Pembawa muatan

elektron dan lubang mengalir ke

junction dari elektroda dengan voltase berbeda. Ketika elektron bertemu


dengan lubang, dia jatuh ke tingkat energi yang lebih rendah, dan melepas
energi dalam bentuk photon.
Tak seperti lampu pijar dan neon, LED mempunyai kecenderungan
polarisasi. Chip LED mempunyai kutub positif dan negatif (p-n) dan hanya
akan menyala bila diberikan arus maju. Ini dikarenakan LED terbuat dari
bahan semikonduktor yang hanya akan mengizinkan arus listrik mengalir ke
satu arah dan tidak ke arah sebaliknya. Bila LED diberikan arus terbalik,
hanya akan ada sedikit arus yang melewati chip LED. Ini menyebabkan chip
LED tidak akan mengeluarkan emisi cahaya.

2
Chip LED pada umumnya mempunyai tegangan rusak yang relatif
rendah. Bila diberikan tegangan beberapa volt ke arah terbalik, biasanya
sifat isolator searah LED akan rusak menyebabkan arus dapat mengalir ke
arah sebaliknya. Karakteristik chip LED pada umumnya adalah sama
dengan karakteristik dioda yang hanya memerlukan tegangan tertentu untuk
dapat beroperasi. Namun bila diberikan tegangan yang terlalu besar, LED
akan rusak walaupun tegangan yang diberikan adalah tegangan maju.
Tegangan yang diperlukan sebuah dioda untuk dapat beroperasi adalah
tegangan maju.
Berikut ini adalah gambar penampakan dari LED :

Gambar 2.1 Gambar LED


2.2

Multiplexing pada Led Matrix


Multiplexing adalah teknik penyusunan untuk mengoperasikan led
matrix. Pada multiplexing akan mengaktifkan satu baris pada led matrix
pada saat-saat tertentu, karena satu kaki dari tiap-tiap led (katoda atau
anoda) dihubungkan menjadi satu. Secara penyusunan dan common yang

diberikan multiplexing ada 2 macam yaitu common katoda atau common


anoda.
Multiplexing menggunakan Red Green Led yaitu menyusun tiap-tiap
led berwarna merah dan hijau menjadi satu titik dan menghubungkan kaki
katoda

atau

anoda

pada

tiap

led

menjadi

satu.

Gambar 2.2 Multiplex Led Matrix R/G


Pada gambar diatas multiplexing common-row katoda terjadi
menghubungkan tiap-tiap led berwarna merah dan hijau menjadi 1 titik dan
masing-masing kaki katoda terhubung menjadi satu baris dan kaki anoda
pada tiap-tiap led terhubung menjadi satu kolom. Dapat disimpulkan pada
COL pin 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 dan 12 menghubungkan kaki anoda led yang
berwarna hijau (green) dan COL pin 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20

menghubungkan kaki anoda led yang berwarna merah (red) sedangkan


ROW pin 1, 2, 3, 4, 21, 22, 23, 24 menghubungkan kaki katoda dan pada
pin ROW ini-lah yang menjadi pin perintah untuk menyalakan tiap led
dengan memberi logik low selain itu diperlukan data yang berasal dari pin
COL untuk mentukan warna led yang ingin dinyalakan dengan memberikan
logik high.

2.3

Shift Register
Shift register adalah suatu register yang memiliki empat model
operasi bitwise (serial ke serial, serial ke paralel, paralel ke serial, dan
paralel ke paralel) disebut sebagai universal shift register (USR)
Dalam praktek, untuk mengisi register atau untuk menyimpan data
dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Dimasukkan secara Jajar (Parallel In):
Pada cara ini semua bagian resgister diisi pada saat yang
bersamaan. Cara yang pertama (Parallel in) ditunjukkan sesuai
gambar di bawah ini:
Data:

Output:

Prinsip kerja parallel In :


Output masing-masing register akan respon sesuai data
secara serempak setelah input kontrol diberi nilai logika 1.
2. Dimasukkan secara Deret (Serial In):
Pada cara ini data dimasukkan bit demi bit mulai dari nilai
yang paling ujung (dapat dari kiri atau dari kanan), dan digeser
sampai semuanya terisi. Penggeseran data diatur oleh sinyal Clock
tiap kali data dimasukkan satu-persatu.
Sedangkan pada cara yang kedua (serial in), bila data digeser
dari kanan ke kiri disebut Register bergeser ke kiri (Shift-Left
Register), sebaliknya bila data digeser dari kiri ke kanan disebut
Register bergeser ke kanan (Shift-Right Register). Masingmasing cara tersebut digambarkan sesuai gambar di bawah ini:
0

1101

Ket: Register dalam keadaan kosong. Data siap masuk, menunggu


Clock.
0

1010

Ket: Sinyal clock pertama, satu bit data mulai masuk.


0

0100

Ket: Sinyal clock kedua, data yang pertama bergeser, data kedua
mulai masuk.
0

Ket: Sinyal clock ketiga, data yang pertama dan kedua bergeser,
data ketiga mulai masuk
1

Ket: Sinyal clock keempat, data yang pertama, kedua dan ketiga
bergeser, data keempat mulai masuk

2.4

Mikrokontroller
Mikrokontroller merupakan sebuah processor yang digunakan untuk
kepentingan kontrol. Meskipun mempunyai bentuk yang jauh lebih kecil
dari suatu komputer pribadi dan computer mainframe, mikrokontroller
dibangun dari elemen elemen dasar yang sama. Seperti umumnya
komputer, mikrokontroller adalah alat yang mengerjakan instruksi
instruksi yang diberikan kepadanya. Artinya, bagian terpenting dan utama
dari suatu sistem terkomputerisasi adalah program itu sendiri yang dibuat
oleh seorang programmer. Program ini menginstruksikan komputer untuk
melakukan tugas yang lebih kompleks yang diinginkan oleh programmer.

Beberapa fitur yang umumnya ada di dalam mikrokontroller adalah


sebagai berikut :
RAM ( Random Access Memory )
RAM digunakan oleh mikrokontroller untuk tempat penyimpanan
variable. Memori ini bersifat volatile yang berarti akan kehilangan
semua datanya jika tidak mendapatkan catu daya.
ROM ( Read Only Memory )
ROM seringkali disebut sebagai kode memori karena berfungsi
untuk tempat penyimpanan program yang akan diberikan oleh user
Register
Merupakan tempat penyimpanan nilai nilai yang akan digunakan
dalam proses yang telah disediakan oleh mikrokontroller
Special Function Register
Merupakan register khusus yang berfungsi untuk mengatur jalannya
mikrokontroller. Register ini terletak pada RAM
Input dan Output Pin
Pin input adalah bagian yang berfungsi sebagai penerima signal dari
luar, pin ini dapat dihubungkan ke berbagai media inputan seperti
keypad, sensor, dan sebagainya. Pin output adalah bagian yang
berfungsi untuk mengeluarkan signal dari hasil proses algoritma

mikrokontroller
Interrupt
Interrupt bagian dari mikrokontroller yang berfungsi sebagai bagian
yang dapat melakukan interupsi, sehingga ketika program utama
sedang berjalan, program utama tersebut dapat diinterupsi dan
menjalankan program interupsi terlebih dahulu.
Beberapa interrupt pada umumnya adalah sebagai berikut :
Interrupt Eksternal
Interrupt akan terjadi bila ada inputan dari pin interrupt
Interrupt timer
Interrupt akan terjadi bila waktu tertentu telah tercapai
Interrupt serial
Interupt yang terjadi ketika ada penerimaan data dari
komunikasi serial

2.4.1

Fitur AVR ATMega328


ATMega328 adalah mikrokontroller keluaran dari atmel yang
mempunyai arsitektur RISC (Reduce Instruction Set Computer)
yang dimana setiap proses eksekusi data lebih cepat dari pada

arsitektur CISC (Completed Instruction Set Computer).


Mikrokontroller ini memiliki beberapa fitur antara lain :

130 macam instruksi yang hampir semuanya dieksekusi


dalam satu siklus clock.

32 x 8-bit register serba guna.

Kecepatan mencapai 16 MIPS dengan clock 16 MHz.

32 KB Flash memory dan pada arduino memiliki


bootloader yang menggunakan 2 KB dari flash memori
sebagai bootloader.

Memiliki

EEPROM

(Electrically

Programmable Read Only Memory)

Erasable
sebesar 1KB

sebagai tempat penyimpanan data semi permanent


karena EEPROM tetap dapat menyimpan data meskipun
catu daya dimatikan.

Memiliki SRAM (Static Random Access Memory)


sebesar 2KB.

Memiliki pin I/O digital sebanyak 14 pin 6 diantaranya


PWM (Pulse Width Modulation) output.

Master / Slave SPI Serial interface.

Mikrokontroller ATmega 328 memiliki arsitektur Harvard,


yaitu memisahkan memori untuk kode program dan memori untuk
data sehingga dapat memaksimalkan kerja dan parallelism.
Instruksi instruksi dalam memori program dieksekusi dalam satu
alur tunggal, dimana pada saat satu instruksi dikerjakan instruksi
berikutnya sudah diambil dari memori program. Konsep inilah
yang memungkinkan instruksi instruksi dapat dieksekusi dalam
setiap satu siklus clock.
32 x 8-bit register serba guna digunakan untuk mendukung
operasi pada ALU ( Arithmatic Logic unit ) yang dapat dilakukan
dalam satu siklus. 6 dari register serbaguna ini dapat digunakan
sebagai 3 buah register pointer 16-bit pada mode pengalamatan tak
langsung untuk mengambil data pada ruang memori data. Ketiga
register pointer 16-bit ini disebut dengan register X ( gabungan
R26 dan R27 ), register Y ( gabungan R28 dan R29 ), dan register
Z ( gabungan R30 dan R31 ).
Hampir semua instruksi AVR memiliki format 16-bit. Setiap
alamat memori program terdiri dari instruksi 16-bit atau 32-bit.
Selain register serba guna di atas, terdapat register lain yang
terpetakan dengan teknik memory mapped I/O selebar 64 byte.
Beberapa register ini digunakan untuk fungsi khusus antara lain
sebagai register control Timer/ Counter, Interupsi, ADC, USART,

SPI, EEPROM, dan fungsi I/O lainnya. Register register ini


menempati memori pada alamat 0x20h 0x5Fh.
Berikut ini adalah tampilan architecture ATmega 328 :

Gambar 2.3 Architecture ATmega328

2.4.2

Konfigurasi PIN ATMega328

Gambar 2.4 Konfigurasi Pin ATMega328

Table 2.1 Konfigurasi Port B

Table 2.2 Konfigurasi Port C

Tabel 2.3 Konfigurasi Port D

2.4.3

Arduino
Arduino

adalah sebuah board mikrokontroller yang

berbasis ATmega328. Arduino memiliki 14 pin input/output yang


mana 6 pin dapat digunakan sebagai output PWM, 6 analog input,
crystal osilator 16 MHz, koneksi USB, jack power, kepala ICSP,
dan tombol reset. Arduino mampu men-support mikrokontroller;
dapat dikoneksikan dengan komputer menggunakan kabel USB.

Gambar 2.5 Board Arduino ATmega328


Berikut ini adalah konfigurasi dari arduino duemilanove 328 :
Mikronkontroler ATmega328
Beroperasi pada tegangan 5V

Tegangan input (rekomendasi) 7 - 12V


Batas tegangan input 6 - 20V
Pin digital input/output 14 (6 mendukung output PWM)
Pin analog input 6
Arus pin per input/output 40 mA
Arus untuk pin 3.3V adalah 50 mA
Flash Memory 32 KB (ATmega328) yang mana 2 KB
digunakan oleh bootloader
SRAM 2 KB (ATmega328)
EEPROM 1KB (ATmega328)
Kecepatan clock 16 MHz

Power
Arduino dapat diberikan power melalui koneksi USB atau power
supply. Powernya diselek secara otomatis. Power supply dapat
menggunakan

adaptor

DC

atau

baterai.

Adaptor

dapat

dikoneksikan dengan mencolok jack adaptor pada koneksi port


input supply. Board arduino dapat dioperasikan menggunakan
supply dari luar sebesar 6 - 20 volt. Jika supply kurang dari 7V,
kadangkala pin 5V akan menyuplai kurang dari 5 volt dan board
bisa menjadi tidak stabil. Jika menggunakan lebih dari 12 V,

tegangan

di

regulator

bisa

menjadi

sangat

panas

dan

menyebabkan kerusakan pada board. Rekomendasi tegangan ada


pada 7 sampai 12 volt.
Penjelasan pada pin power adalah sebagai berikut :
Vin
Tegangan input ke board arduino ketika menggunakan
tegangan dari luar (seperti yang disebutkan 5 volt dari
koneksi

USB

atau

tegangan

yang

diregulasikan).

Pengguna dapat memberikan tegangan melalui pin ini,


atau jika tegangan suplai menggunakan power jack,
aksesnya menggunakan pin ini.
5V
Regulasi

power

supply

digunakan

untuk

power

mikrokontroller dan komponen lainnya pada board. 5V


dapat melalui Vin menggunakan regulator pada board,
atau supply oleh USB atau supply regulasi 5V lainnya.
3V3.
Suplai 3.3 volt didapat oleh FTDI chip yang ada di board.
Arus maximumnya adalah 50mA
Pin Ground berfungsi sebagai jalur ground pada arduino

Memori
ATmega328 memiliki 32 KB flash memori untuk menyimpan
kode, juga 2 KB yang digunakan untuk bootloader. ATmega328
memiliki 2 KB untuk SRAM dan 1 KB untuk EEPROM.

Input dan Output


Setiap 14 pin digital pada arduino dapat digunakan sebagai input
atau output, menggunakan fungsi pinMode(), digitalWrite(), dan
digitalRead(). Input/output dioperasikan pada 5 volt. Setiap pin
dapat menghasilkan atau menerima maximum 40 mA dan
memiliki internal pull-up resistor (disconnected oleh default) 2050 KOhms. Beberapa pin memiliki fungsi sebagai berikut :
Serial : 0 (RX) dan 1 (TX). Digunakan untuk menerima
(RX) dan mengirim (TX) TTL data serial. Pin ini
terhubung pada pin yang koresponding dari USB FTDI ke
TTL chip serial.
Interupt eksternal : 2 dan 3. Pin ini dapat dikonfigurasikan
untuk trigger sebuah interap pada low value, rising atau
falling edge, atau perubahan nilai.
PWM : 3, 5, 6, 9, 10, dan 11. Mendukung 8-bit output
PWM dengan fungsi analogWrite().

SPI : 10 (SS), 11 (MOSI), 12 (MISO), 13 (SCK). Pin ini


mensuport komunikasi SPI, yang mana masih mendukung
hardware, yang tidak termasuk pada bahasa arduino.
LED : 13. Ini adalah dibuat untuk koneksi LED ke digital
pin 13. Ketika pin bernilai HIGH, LED hidup, ketika pin
LOW, LED mati.

2.5

Sensor Ping Ultrasonic


Dalam sistem otomatisasi perubahan informasi pada led matrix untuk
mendeteksi adanya suatu objek digunakan sensor ping))) ultrasonic. Sensor
PING Ultrsonic yang digunakan adalah sensor dari perusahan PARALLAX
yang memiliki karakterisitik sebagai berikut :
1. Sumber catu daya yang digunakan adalah 5 Volt dan sumber arus
30 mA (minimum) dan 35 mA (maksimum).
2. Jarak objek yang dideteksi adalah 2 cm (minimum) sampai dengan
3 m (maksimum).
3. Mempunyai 3 pin interface (power) inputan volt sebesar 5 volt,
(ground) pin ground terhubung dengan ground mikrokontroller dan
yang terakhir pin (SIG) signal input output.
4. Input Triger-nya merupakan pulsa TTL positif sebesar 2 s, typical
5 s.

5. Pulse Echo merupakan pulsa TTL positif sebesar 115 s (minimum)


dan 18 ms (maksimum).
6. Hold off Echo-nya merupakan 350 s dari kondisi falling dari
kondisi trigger.
7. Frekuensi burst-nya

merupakan 40

KHz (diatas

frekuensi

pendengaran manusia).
o

8. Berkerja dengan baik pada range temperatur 0 C sampai dengan 70


o

C.

9. Sensor ping ))) tidak dapat menditeksi objek yang terlalu kecil.

Gambar 2.6 dimensi Sensor PING Ultrasonic

Gambar 2.7 Konfigurasi Sensor PING Ultrasonic

Gambar 2.8 Diagram waktu sensor PING)))


Sensor Ping mendeteksi jarak objek dengan cara memancarkan
gelombang ultrasonik (40 kHz) selama tBURST (200 s) kemudian
mendeteksi pantulannya. Sensor Ping memancarkan gelombang ultrasonik
sesuai dengan kontrol dari mikrokontroller pengendali (pulsa trigger dengan

tOUT min. 2 s). Gelombang ultrasonik ini melalui udara dengan kecepatan
344 meter per detik, mengenai objek dan memantul kembali ke sensor. Ping
mengeluarkan pulsa output high pada pin SIG setelah memancarkan
gelombang ultrasonik dan setelah gelombang pantulan terdeteksi Ping akan
membuat output low pada pin SIG. Lebar pulsa High (tIN) akan sesuai
dengan lama waktu tempuh gelombang ultrasonik untuk 2x jarak ukur
dengan objek. Maka jarak yang diukur adalah [(tIN s x 344 m/s) 2] meter.

Gambar 2.9 Proses Kerja Sensor PING Ultrasonic


2.5.1

Gelombang Ultrasonik
Gelombang ultrasonic adalah gelombang sinusoidal dengan
besar frekuensi di atas frekuensi gelombang suara yaitu lebih dari
20 KHz sampai dengan 500 KHz. Sensor Ultrasonic bekerja
berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara, dimana sensor ini
menghasilkan gelombang suara yang kemudian menangkapnya
kembali dengan perbedaan waktu sebagai dasar penginderaanya.
Perbedaan waktu antara gelombang suara yang dipancarkan

dengan

ditangkapnya

kembali

gelombang

suara

tersebut

merupakan representasi jarak. Kecepatan rambat gelombang


ultrasonic dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain suhu,
tekanan, kelembapan, dan signal radio
Beberapa hal yang penting dalam pemantulan gelombang
sensor ultrasonic adalah sebagai berikut :

Bahan atau jenis matrial


Objek padat akan memantulkan gelombang yang jauh
lebih baik dari pada objek cair. Objek padat terbuat dari
besi baja akan memberikan pemantulan echo yang lebih
baik dibandingkan objek padat kayu atau gabus,
dikarenakan

kayu

sedikit-banyak

dapat

menyerap

gelombang yang mengenai dan dipantulkan kembali.


Dalam hal ini objek manusia cukup baik dalam proses
pemantulan gelombang ultrasonik.

Pola permukaan objek


Objek dengan permukaan datar, halus dan tegak lurus
dengan sinyal ultrasonik akan memberikan pemantulan
(Echo) yang lebih baik dibanding dengan permukaan
yang tidak rata dan posisi objek tidak mendukung
pemaantulan gelombang secara sempurna.

Ukuran dan bentuk objek


Objek

dengan

ukuran

yang

lebih

besar

akan

memantulkan lebih banyak gelombang dibandingkan


dengan objek yang lebih kecil sehingga memberikan
hasil yang tidak baik bahkan sampai tidak terdeteksi
adanya suatu objek.
Objek

dengan

gelombang

bentuk

ultrasonik

bola
ke

dapat

segalah

memantulkan
arah

sehingga

pemantulan gelombang yang diterima oleh sensor PING


Ultrasonic menjadi lemah atau tidak baik dan sebaliknya
jika objek dengan bentuk datar akan memantulkan
gelombang yang lebih baik atau sempurna.
2.6

Serial Peripheral Interface (SPI)


Serial Peripheral Interface ( SPI ) merupakan salah satu mode
komunikasi serial synchrounous kecepatan tinggi yang dimiliki oleh
ATmega 328. Komunikasi SPI membutuhkan 3 jalur yaitu MOSI, MISO,
dan SCK. Melalui komunikasi ini data dapat saling dikirimkan baik antara
mikrokontroller maupun antara mikrokontroller dengan peripheral lain di
luar mikrokontroller
Penjelasan 3 jalur utama dari SPI adalah sebagai berikut :
MOSI : Master Output Slave Input
Artinya jika dikonfigurasi sebagai master maka pin MOSI sebagai

output tetapi jika dikonfigurasi sebagai slave maka pin MOSI


sebagai input.
MISO : Master Input Slave Output
Artinya jika dikonfigurasi sebagai master maka pin MISO sebagai
input tetapi jika dikonfigurasi sebagai slave maka pin MISO
sebagai output.
CLK : Clock
Jika dikonfigurasi sebagai master maka pin CLK berlaku sebagai
output tetapi jika dikonfigurasi sebagai slave maka pin CLK
berlaku sebagai input.
Untuk mengatur mode kerja komunikasi SPI ini dilakukan dengan
menggunakan register SPCR (SPI Control Register), SPSR (SPI Status
Register) dam SPDR (SPI Data Register)
2.6.1

SPI Control Register (SPCR)


Mode SPCR yang digunakan adalah sebagai berikut :

Bit-6 SPE (SPI Enable)


SPE digunakan untuk mengaktifkan dan menonaktifkan
komunikasi SPI dimana jika SPI bernilai 1 maka
komunikasi SPI aktif sedangkan jika bernilai 0 maka
komunikasi SPI tidak aktif.

Bit-4 MSTR (Master or Slave Select)


MSTR digunakan untuk mengkonfigurasi sebagai master
atau slave secara software dimana jika MSTR bernilai 1
maka terkonfigurasi sebagai master sedangkan MSTR
bernilai 0 maka terkonfigurasi sebagai slave. Pengaturan
bit MSTR ini tidak akan bisa dilakukan jika pin SS
dikonfigurasi

sebagai

input

karena

jika

pin

SS

dikonfigurasi sebagai input maka penentuan master atau


slavenya otomatis dilakukan secara hardware yaitu
dengan membaca level tegangan pada SS
Bit-1 SPR1/0 (SPI Clock Rate Select)
SPR1 dan SPR0 digunakan untuk menentukan kecepatan
clock yang digunakan dalam komunikasi SPI.
2.6.2

SPI Status Register (SPSR)


Dalam SPSR mode pengaturan yang dilakukan adalah sebagai
berikut :

SPIF (SPI Interrupt Flag)


SPIF

merupakan

bendera

yang

digunakan

untuk

mengetahui bahwa proses pengiriman data 1 byte sudah


selesai. Jika proses pengiriman data sudah selesai maka
SPIF akan bernilai satu (high).

2.6.3

SPI Data Register (SPDR)


SPDR merupakan register yang digunakan untuk menyimpan
data yang akan dikirim atau diterima pada komunikasi SPI.

2.7

KOMUNIKASI SERIAL
Komunikasi serial merupakan komunikasi data dengan pengiriman
data secara satu per satu pada waktu tertentu. Sehingga komunikasi data
serial hanya menggunakan dua kabel yaitu kabel data untuk pengiriman
yang disebut transmit ( TX ) dan kabel data untuk penerimaan yang disebut
receive ( RX ). Kelebihan dari komunikasi serial adalah jarak pengiriman
dan penerimaan dapat dilakukan dalam jarak yang cukup jauh dibandingkan
dengan komunikasi parallel tetapi kekurangannya kecepatannya lebih
lambat dibandingkan komunikasi parallel
Dalam komunikasi serial dikenal ada dua mode komunikasi serial :

Mode Sinkron
Mode sinkron merupakan mode komunikasi yang pengiriman
tiap bit data dilakukan dengan menggunakan sinkronisasi
clock. Pada saat transmitter hendak mengirimkan data, harus
disertai clock untuk sinkronisasi antara transmitter dan
receiver

Mode Asinkron
Komunikasi asinkron serial merupakan sebuah protocol
transmisi

asinkronous,

dimana

komunikasi

ini

tidak

menggunakan clock, tetapi telah memiliki baudrate yang telah


disepakati

oleh

masing-masing

sistem

yang

sedang

berkomunikasi. Kerja dari komunikasi ini adalah, signal start


dikirimkan pada saat sebelum data dikirimkan dan signal stop
dikirimkan setelah setiap data selesai dikirimkan. Signal start
digunakan untuk mempersiapkan mekanisme penerimaan
untuk menerima dan memproses data yang akan dikirimkan
dan signal stop berguna untuk mempersiapkan mekanisme
penerimaan data berikutnya.
Berikut ini adalah protocol pengiriman data secara serial
asinkron :
1. Start bit selalu berlogic LOW
2. Pengiriman data bit dari 0 sampai 8
3. Parity bit
4. Stop bit selalu berlogic HIGH

5. IDLE jika tidak ada pengiriman data selanjutnya

Gambar 2.10 Protocol UART

Anda mungkin juga menyukai