Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN PENDAHULUAN
terhadap bakteri, sel-sel darah putih berkumpul di tempat yang terinfeksi dan mulai
memproduksi enzim yang menyerang bakteri. Enzim ini menghancurkan dan membunuh
bakteri, akan tetapi enzim ini juga mencerna jaringan tubuh. Cairan (pus) abses
merupakan suatu campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yag sudah
mati, yang dicairkan oleh enzim autolitik. Pada saat tekanan di dalam rongga meningkat,
maka pus (nanah) mengambil jalur pada daya tahan terendah dan dapat keluar melalui
kulit atau ke dalam rongga atau visera tubuh bagian dalam.
Sedangkan abses steril bukan disebabkan oleh bakteri, tetapi disebabkan oleh iritasi
seperti jarum suntik. Abses steril tidak menyebabkan infeksi, biasanya berupa benjolan
padat dan keras karena bekas luka, dan tidak mengandung cairan nanah.
tulang karpal tersebut terdapat sendi geser. Ke delapan tulang tersebut adalah scaphoid,
lunate, triqutrum, piriformis, trapezium, trapezoid, capitate, dan hamate.
a. Metakarpal
Metakarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat di pergelangan tangan dan bagian
proksimalnya berartikulasi dengan bagian distal tulang-tulang karpal. Persendian yang
dihasilkan oleh tulang karpal dan metakarpal membuat tangan menjadi sangat fleksibel. Pada
ibu jari, sendi pelana yang terdapat antara tulang karpal dan metakarpal memungkinkan ibu
jari tersebut melakukan gerakan seperti menyilang telapak tangan dan memungkinkan
menjepit/menggenggam sesuatu. Khusus di tulang metakarpal jari 1 (ibu jari) dan 2 (jari
telunjuk) terdapat tulang sesamoid.
b.
Falang
C. Etiologi
Abses pada tangan cukup sering terjadi, dan biasanya disebabkan oleh cedera. Abses bisa
terjadi di bagian mana saja di tangan. Infeksi dapat terjadi setelah adanya cedera pada
3
kulit, misalnya kulit terluka akibat tertusuk benda tajam. Abses pada telapak tangan juga
bisa terjadi akibat adanya kalus (kapalan) yang terinfeksi.
Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa
cara :
a) Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum
yang tidak steril
b) Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
c) Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan
tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya
abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika:
Abses bisa terbentuk di seluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru, mulut, rektum dan
otot. Abses sering ditemukan di dalam kulit atau tepat dibawah kulit, terutama jika
timbul di wajah. Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai
benjolan. Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses
akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis.
Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh
lebih besar. Paling sering, abses akan menimbulkan Nyeri tekan dengan massa
yang berwarna merah, hangat pada permukaan abses, dan lembut
D. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang dapat ditemukan meliputi:
nyeri yang hebat,
rasa hangat, dan
kemerahan pada daerah terbentuknya abses.
pembengkakan pada kelenjar getah bening didekatnya.
Abses pada telapak tangan awalnya dirasakan sebagai nyeri berdenyut yang hebat
dengan pembengkakan dan sakit sekali jika disentuh. Pembengkakan dan rasa nyeri yang
terjadi bisa lebih hebat pada punggung tangan dibandingkan pada telapak tangan.
Abses juga bisa berbentuk di sekitar tendon yang berada di sepanjang bagian dalam
jari tangan. Abses jenis ini disebabkan oleh cedera yang menembus salah satu lipatan jari
pada telapak tangan. Akibatnya, mekanisme pergerakan pada tendon yang terkena
menjadi terganggu, sehingga jari tangan hampir tidak dapat digerakkan. Selain itu,
serngkali ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening di dekat abses dan juga
demam.
E. Patofisiologi
Jaringan rusak/mati/nekrosis
Peradangan
5
Demam
Pembedahan
Pecah
Reaksi Peradangan
(Rubor, Kalor, Tumor, Dolor, Fungsiolaesea)
Luka Insisi
Nyeri
(Pre Operasi)
Nyeri
(Post Operasi)
(leucopenia)
5. Defisiensi pengetahuan b.d kurang pengetahuan tentang proses penyakit
6. Ansietas b.d krisis situasional (tindakan yang akan dilakukan)
G. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium : Peningkatan jumlah sel darah putih.
2) Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan pemeriksaan
rontgen,USG, CT Scan, atau MRI
3) Kultur : mengidentifikasi organisme penyebab abses sentivitas menentukan
obat yang paling efektif.
H. Komplikasi
Komplikasi mayor dari abses adalah penyebaran abses ke jaringan sekitar atau
jaringan yang jauh dan kematian jaringan setempat yang ekstensif (gangren). Pada
sebagian besar bagian tubuh, abses jarang dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga
tindakan medis secepatnya diindikasikan ketika terdapat kecurigaan akan adanya
abses.
Suatu
abses
dapat
menimbulkan
konsekuensi
yang
fatal.
Meskipun jarang, apabila abses tersebut mendesak struktur yang vital, misalnya abses
leher dalam yang dapat menekan trakea. (Siregar, 2004)
I. Penatalaksanaan Medis
Menurut Morison (2003), Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanganan
menggunakan antibiotik. Namun demikian, kondisi tersebut butuh ditangani dengan
intervensi bedah dan debridement. Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk
mengidentifikasi penyebabnya, terutama apabila disebabkan oleh benda asing, karena
benda asing tersebut harus diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda asing,
biasanya hanya perlu dipotong dan diambil absesnya, bersamaan dengan pemberian
obat analgetik dan antibiotik.
Drainase abses dengan menggunakan pembedahan diindikasikan apabila abses
telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah yang lebih
lunak. Drain dibuat dengan tujuan mengeluarkan cairan abses yang senantiasa
diproduksi bakteri. Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang
kritis, tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir
yang perlu dilakukan. Memberikan kompres hangat dan meninggikan posisi anggota
gerak dapat dilakukan untuk membantu penanganan abses kulit.
Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus,
antibiotik antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan.
Dengan adanya kemunculan Staphylococcus aureus resisten Methicillin (MRSA) yang
didapat melalui komunitas, antibiotik biasa tersebut menjadi tidak efektif. Untuk
menangani MRSA yang didapat melalui komunitas, digunakan antibiotik lain:
clindamycin, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan doxycycline.
7
2.
No
1
Diagnosa Keperawatan
Nyeri Akut
Kriteria Hasil
Definisi : pengalaman
Intervensi
- Lakukan pegkajian nyeri
Mampu mengontrol
secara komprehensif
termasuk lokasi,
nyeri, mampu
karakteristik, durasi,
menggunaka teknik
nonfarmakologi untuk
faktor prepitasi
mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
sedemikian rupa
(International Association
berkurang dengan
manajemen nyeri
(skala, intensitas,
nyeri)
Menyatakan rasa
Batasan Karakteristik:
berkurang
tentang ketidakefektifan
Peerubahan frekuensi
jantung
Perubahan frekuensi
menemukan dukungan
pernapasan
Laporan isyarat
Diaforesis
pencahayaan, dan
berjalan mondar-mandir
kebisingan
nyeri
- Pilih dan lakukan
Mengekspresikan
penangana nyeri
(farmakologi, non
meregek, menangis)
farmakologi dan
interpersonal)
untuk menentukan
intervensi
meringis)
nyeri
Fokus menyempit
(mis.,gangguan persepsi
- Tingkatkan istirahat
berfikir, penurunan
- Kolaborasikan dengan
dan lingkungan)
diamati
Analgesic Administration
menghindari nyeri
Tentukan lokasi,
dilatasi pupil
pemberian obat
verbal
gangguan tidur
frekuesi
10
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
Hipertermia
Kriteria Hasil:
normal
Nadi dan RR dalam
mungkin
-
Monitor IWL
rentang normal
Tidak ada perubahan
Kejang
Takikardi
Takipnea
Anastesia
Penurunan respirasi
Selimuti pasien
Dehidrasi
Pemajanan lingkungan
cairan intravena
yang panas
Penyakit
Kolaborasi pemberian
lingkungan
Penigkatan laju
metabolisme
mencegah terjadinya
menggigil
Medikasi
Temperature regulation
Trauma
Aktivitas berlebihan
jam
- Rencanakan monitoring
suhu secara kontinu
- Monitor TD, nadi, dan RR
- Monitor warna dan suhu
kulit
- Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hiotermi
- Tingkatkan intake nutrisi
dan cairan
- Selimuti asien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
- Ajarkan pada pasien cara
mecegah keletihan akibat
panas
- Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan
- Bertitahukan tentang
indikasi dari hipotermia dan
penanganan yang diperlukan
12
Kerusakan integritas
Kriteria hasil:
jaringan
longgar
13
infeksi
Ketebalan dan tekstur
jaringan normal
pemahaman dalam
mukosa, kornea,
Menunjukkan
kornea, membaran
Kerusakan jaringa
Menunjukkan terjadinya
Gangguan sirkulasi
proses penyembuhan
luka
Defisit cairan
Kelebihan cairan
mobilisasi pasien
-
robekan, friksal)
kekurangan atau
traktus
kelebihan)
Radiasi
Suhu ekstrem
-
14
Resiko infeksi
Kriteria Hasil
Definisi : mengalami
peningktanan resiko
terserang organisme
Bersihkan limgkungan
setelah dipakai pasien lain
Mendeskripsikan proses
patogenik
penularan penyakit,
Faktor-faktor resiko:
faktor yang
Penyakit kronis
mempengaruhi
perlu
-
Instruksikan pada
DM
penularan serta
Obesitas
penatalaksanaannya
meninggalka pasien
Menunjukkan
kemampuan untuk
pemajanan patogen
mencegah timbulnya
Gangguan peritalsis
Kerusakan integritas
kulit (pemasangan
kateter intravena,
infeksi
keperawatan
batas normal
Menunjukkan perilaku
hidup sehat
pelindung
-
Pertahankan ligkungan
prosedur invasif)
Perubahan sekresi
alat
PH
Penurunan kerja
siliaris
umum
Merokok
kandung kemih
Trauma jaringan
(mis., trauma
deftruksi jaringan)
Ketidakadekuatan
pertahanan sekunder
-
Penurunan Hb
infeksi)
-
15
Imunosupresi
(mis.,imunitas
WBC
-
didapat tidak
adekuat, agen
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
farmaseutikal
Batasi pengunjung
termasuk
imunosupresan,
penyakit menular
steroid, antibodi
monoklonal,
imunomudulator)
-
Supresi respon
inflamasi
Pemajanan terhadap
patogen lingkungan
mukosa terhadap
meningkat
Wabah
Prosedur invasif
malnutrisi
Dorong istirahat
Defisiensi pengetahuan
Kriteria Hasil:
menyatakan pemahaman
tentang
tertentu
penyakit,kondisi,
Batasan karakeristik:
Perilaku hiperbola
pengobatan
mampu melaksananakan
secara benar
histeria, bermusuhan,
mapu menjelaskan
tepat
agitasi, apatis)
Ketidakakuratan
mengikuti perintah
Ketidakakuratan
melakukan tes
Perilaku tidak tepat (mis.,
Pengungkapan masalah
Faktoryanng
yang spesifik
-
Keterbatasan kognitif
-
belajar
informasi
Kurang pajanan
berhubungan
Salah interpretasi
sumber informasi
17
Instruksikan pasien
mengenai tanda gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan,
dengan cara yang tepat
Ansietas
Definisi : perasaan tidak
Kriteria Hasil
Klien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala
cemas
pasien
Mengidentifikasikan,
mengungkapkan dan
menunjukkan teknik
selama prosedur
merupakan isyarat
kewaspadaan yang
memperingatkan individu
mengurangi takut
aktivitas menunjukkan
berkurangnya
bertindak menghadapi
kecemasan
ancaman
Batasan karakteristik
Perilaku:
-
Penurunan
produktivitas
Gerakan yang
irevelen
kecemasan
Gelisah
Melihat sepintas
mengungkapkan perasaan,
Insomnia
ketakutan, persepsi
- Instruksikan pasien
buruk
menggunakan teknik
Mengekspresikan
relaksasi
kekhawatiran karena
perubahan dalam
peristiwa hidup
-
Agitasi
Mengintai
Tampak waspada
Afektif :
-
Gelisah, distres
Kesedihan yang
mendalam
Ketakutan
Perasaan tidak
adekuat
Peningkatan
kewaspadaan
Iritabilitas
Gugup senang
berlebihan
Peningkatan rasa
ketidakberdayaan
Peningkatan rasa
ketidakberdayaan
yang persisten
19
Bingung, menyesal
Khawatir
Fisiologis
-
Peningkatan keringat
Peningkatan
ketegangan
Gemetar, tremor
Suara bergetar
Simpatik :
-
Anoreksia
Eksitasi
kardiovaskuler
Wajah merah
Jantung berdebarberdebar
Peningkatan TD
Peningkatan denyut
nadi
Peningkatan reflek
Peningkatan
frekuensi pernapasan,
pupil melebar
Kesulitan bernapas
Vasokontriksi
superfisial
Parasimpatik:
20
Nyeri abdomen
Penurunan TD
Penurunan denyut
nadi
Kesemutan pada
ekstremitas
Sering berkemih
Anyang-anyangan
Dorongan segera
berkemih
Kognitif
-
Menyadari gejala
fisiologis
Bloking fikiran,
konfusi
Penurunan lapang
persepsi
Kesulitan
berkonsentrasi
Penurunan
kemampuan untuk
memecahkan
masalah
Ketakutan terhadap
konsekuensi yang
tidak spesifik
Lupa, gangguan
perhatian
Khawatir, melamun
Cenderung
menyalahkan orang
21
lain
Faktor yang berhubungan
Pemajanan toksin
Terkait keluarga
Herediter
Infeksi / kontaminan
interpersonal
Penularan penyakit
interpersonal
Penyalahgunaan zat
22
3.
Implementasi Keperawatan
Implementasi dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.Tujuan dari pelaksanaan yaitu
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.( Nursalam, 2001. Hal. 63).
Pelaksanaan Keperawatan untuk abses adalah Drainase abses dengan
menggunakan pembedahan diindikasikan apabila abses telah berkembang dari
peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak, Karena sering
kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus, antibiotik antistafilokokus
seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan, kompres hangat bisa
membantu
mempercepat
penyembuhan
serta
mengurangi
peradangan
dan
pembengkakan.
4.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan
sudah berhasil ( Nursalam, 2001). Evaluasi Keperawatan pada klien dengan abses
adalah :
a) Klien melaporkan rasa nyeri berkurang
b) Rasa nyaman klien terpenuhi
c) Daerah abses tidak terdapat pus
d) Tidak ditemukan adanya tanda tanda infeksi ( pembengkakan,
demam,kemerahan )
e) Tidak terjadi komplikasi.
23
DAFTAR PUSTAKA
S, David R.Hand and Finger Infections. Merck Manual Home Health Handbook. 2008.
Pearce, Evelyn C.2008.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Editor dalam bahasa Inggris : kurt
J.Lessebacher. Et. Al : editor bahasa Indnesia Ahmad H. Asdie. Edisi 13. Jakarta
:EGC. 1999.
Siregar, R,S. Atlas Berwarna Saripati Kulit . Editor Huriawati Hartanta. Edisi
2. Jakarta:EGC,2004.
Suzanne, C, Smeltzer, Brenda G Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Bruner and
Suddarth. Ali Bahasa Agung Waluyo. ( et,al) Editor bahasa Indonesia : MonicaEster.
Edisi 8 jakarta : EGC,2001
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Askep Berdasarkan Diagnosa medis
& NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Mediaction Publishing
24