Anda di halaman 1dari 23

POLIMER

Kata polimer berasal dari bahasa yunani polymer, poly berarti banyak dan mer berarti
bagian atau unit. Jadi polimer tersusun atas banyak unit yang disebut monomer. Kombinasi dari
monomer disebut diner dan kombinasi dari tiga monomer disebut trimer. Misalkan A adalah
molekul monomer, dan A- menyatakan satuan dasar, maka sebuah molekul polimer dapat
dinyatakan oleh :
-A - A A A - A

atau

[-A-]n

Notasi n menyatakan bilangan bulat dan disebut sebagai derajat polimerisasi molekul tersebut, dan
[-A-]n disebut unit perulangan [1]
Monomer adalah senyawa yang terdiri atas sejumlah molekul kecil sederhana yang dapat
bereaksi satu sama lain atau dengan molekul yang lain[2].
Polimer meliputi bahan plastik dan karet. Polimer yang paling umum dikenal adalah polimer
organik yang tersusun dari rantai karbon yang panjang, Hidrogen dan unsur-unsur non-logam.
Polimer pada umumnya memiliki rapat massa yang kecil dan sangat lentur. Selain polimer organik
dikenal pula polimer anorganik yang penyusun utamanya tidak terdiri dari atom karbon[2].

A. Jenis-Jenis Polimer
Polimer terbentuk dari reaksi sejumlah monomer dan membentuk rantai panjang
hidrokarbon (hydrocarbon) yang sering disebut molekul makro (macromolecule).
1. Polimer Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan asalnya, polimer dibedakan atas polimer alam dan polimer buatan.
Polimer alam telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, seperti amilum, selulosa, kapas,
karet, wol, dan sutra. Polimer buatan dapat berupa polimer regenerasi dan polimer sintetis.
Polimer regenerasi adalah polimer alam yang dimodifikasi. Contohnya rayon, yaitu serat
sintetis yang dibuat dari kayu (selulosa). Polimer sintetis adalah polimer yang dibuat dari
molekul sederhana (monomer) dalam pabrik.Berdasarkan asal polimer , dikenal polimer alami
dan polimer sintetik.
a.

Polimer Sintetis
Berdasarkan pada sumbernya, polimer dibedakan atas polimer organik sintetik,
biopolimer, polimer semi-sintetik, dan polimer anorganik . Polimer organik sintetik
(polimer) adalah kelas utama material makromolekul. Kebanyakan material organik
tergolong hidrokarbon, yakni tersusun atas hodrogen dan karbon.
Polimer sintetis yang pertama kali yang dikenal adalah bakelit yaitu hasil
kondensasi fenol dengan formaldehida, yang ditemukan oleh kimiawan kelahiran Belgia

Leo Baekeland pada tahun 1907. Bakelit merupakan salah satu jenis dari produk-produk
konsumsi yang dipakai secara luas. Beberapa contoh polimer yang dibuat oleh pabrik
adalah nylon dan poliester, kantong plastik dan botol, pita karet, dan masih banyak
produk lain yang Anda lihat sehari-hari.
Ahli kimia telah mensintesis polimer di dalam laboratorium selama 100 tahun.
Dapatkah Anda membayangkan kehidupan tanpa mengenal polimer sintesis ini? Pada
musim hujan, Anda mungkin akan kehujanan saat pergi sekolah tanpa membawa jas
hujan yang terbuat dari nilon, makan makanan yang basi untuk makan siang tanpa
kantong plastik atau suatu wadah dari bahan polimer, dan memakai seragam olahraga
yang terbuat dari bahan tekstil yang lebih berat dari buatan pabrik sintesis. Banyak
polimer telah membantu kita dalam menyumbang kehidupan kita.

b.

Polimer alam
Laboratorium bukan satu-satunya tempat mensintesis polimer. Selsel kehidupan
juga merupakan pabrik polimer yang efisien. Protein, DNA, kitin pada kerangka luar
serangga, wool, jaring laba-laba, sutera dan kepompong ngengat, adalah polimer-polimer
yang disintesis secara alami. Serat-serat selulosa yang kuat menyebabkan batang pohon
menjadi kuat dan tegar untuk tumbuh dengan tinggi seratus kaki dibentuk dari monomermonomer glukosa, yang berupa padatan kristalin yang berasa manis.
Banyak polimer-polimer sintesis dikembangkan sebagai pengganti sutra.
Gagasan untuk proses tersebut adalah benang-benang sintesis yang dibentuk di pabrik
diambil dari laba-laba. Karet merupakan polimer alam yang terpenting dan dipakai
secara luas. Bentuk utama dari karet alam, terdiri dari 97% cis-1,4-poliisoprena, dikenal
sebagai hevea rubber. Karet ini diperoleh dengan menyadap kulit sejenis pohon (hevea
brasiliensis) yang tumbuh liar. Hampir semua karet alam diperoleh sebagai lateks yang
terdiri dari sekitar 32 35% karet dan sekitar 5% senyawa lain, termasuk asam lemak,
gula, protein, sterol, ester dan garam. Polimer alam lain adalah polisakarida, selulosa dan
lignin yang merupakan bahan dari kayu.

2.

Polimer Berdasarkan Jenis monomernya


Berdasarkan jenis monomernya, polimer dibedakan atas homopolimer dan kopolimer.
Homopolimer terbentuk dari sejenis monomer, sedangkan kopolimer terbentuk lebih dari
sejenis monomer. Uraian berikut menjelaskan perbedaan dua golongan polimer tersebut.
a. Homopolimer
Homopolimer merupakan polimer yang terdiri dari satu macam monomer, dengan
struktur polimer. . .
A A A A A A -.

b. Kopolimer
Kopolimer merupakan polimer yang tersusun dari dua macam atau lebih monomer.
Contoh: polimer SBS (polimer stirena-butadiena-stirena). Jenis-jenis kopolimer
1. Kopolimer acak, yaitu kopolimer yang mempunyai sejumlah satuan berulang yang
berbeda tersusun secara acak dalam rantai polimer. Strukturnya: . . . A B A A
B B A A -. . . .
2. Kopolimer bergantian, yaitu kopolimer yang mempunyai beberapa kesatuan ulang
yang berbeda berselang-seling adanya dalam rantai polimer. Strukturnya:. . . A B
ABABAB...
3. Kopolimer balok (blok), yaitu kopolimer yang mempunyai suatu kesatuan berulang
berselang-seling dengan kesatuan berulang lainnya dalam rantai polimer. Strukturnya:
. . . A A A A B B B B A A A A -. . .
4. Kopolimer tempel/grafit, yaitu kopolimer yang mempunyai satu macam kesatuan
berulang menempel pada polimer tulang punggung lurus yang mengandung hanya
satu macam kesatuan berulang dari satu jenis monomer.

3. Struktur Polimer
Karakteristik fisik polimer tidak hanya bergantung pada bentuk dan berat molekulnya, tetapi
juga pada perbedaan struktur rantai molekul. Teknik sistesis polimer modern memungkinkan kita
untuk mengendalikan struktur polimer. Pada bagian ini akan ditinjau sejumlah struktur molekul,
seperti struktur linier, cabang (branched), bersilangan (crosslinked) atau jaringan (network)[1].
Salah satu bentuk pengelompokan polimer adalah dengan struktur molekulnya.berdasarkan
struktur molekulnya polimer dibedakan menjadi polimer linier, polimer bercabang, dan polimer
berikatan silang.
1.

Polimer linier
Polimer linear adalah polimer yang satuannya mer-nya berkaitan antara yang satu
dengan yang lainnya dalam satu rantai. Polimer yang memiliki struktur linier antara lain
polyethylene, polyvinyl chlorida, polystyrene, polymethil methacylate, nylon, dan
fluorocartons. Polimer linier umumnya berikatan dengan ikatan Van der Waals [1].

Gambar 1. struktur polimer linier


2.

Polimer bercabang
Polimer Bercabang, yaitu polimer yang terbentuk jika beberapa unit ulang
membentuk cabang pada rantai utama.

Gambar 2. struktur polimer bercabang


3.

Polimer berikatan silang


Pada polimer crosslinked, rantai linier yang berdekatan saling berhubungan pada
titik tertentu dengan ikatan kovalen. Crosslinked terbentuk melalui proses kimia
nonreversible pada suhu tinggi. Bahan elastis seperti karet (vulcanisasi) umumnya
merupakan polimer crosslinked [1].

Gambar 3. struktur Polimer Berikatan Silang


Berdasarkan struktur molekul polimer maka terdapat konfigurasi molekul dari polimer
linier dan polimer bercabang. Polimer yang memiliki satu atau sekelompok atom terikat pada
rantai utama, keterauran dan simetrinya mempengaruhi sifat polimer seluruhnya. Perhatikan
satuan mer berikut

R menyatakan atom atau kelompok atom sisi selain hydrogen (mis. Cl,CH 3 ). Salah satu susunan
yang mungkin adalah cisi group R dari R yang berurutan menggantikan atom karbon, sebagai
berikut:

Konfigurasi ini disebut konfigurasi kepala-ekor (head to tail). Selanjutnya, konfigurasi


kepala-kepala (head to head), terjadi bila group R berikatan dengan atom rantai terdekat,

Konfigurasi kepalaekor mendominasi konfigurasi polimer. Kadangkala terjadi gaya


tolak polar antara group R pada konfigurasi kepala kepala. Isomerisme juga didapatkan pada
molekul polimer seperti halnya pada molekul hydrocarbon. Dikenal 2 jenis isomerism pada
molekul polimer yakni streoisomerism dan geometrical isomerism[2].

1. Streoisomerism
Streoisomerism adalah keadaan di mana atom atom saling berkaitan pada urutan
yang sama (kepala-ekor) tetapi berbeda pada susunan spasialnya. Salah satu jenis
stereoisomerism adalah konfigurasi isotactic,

Bila R terletak bergantian pada sisi rantai, disebut konfigurasi syndiotatic,

bila letak R tidak beraturan, di sebut konfigurasi atactic,

2. Geometrical isomerism
Konfigurasi ini mungkin terjadi pada mer yang berikatan ganda. Sebuah atom sisi
atau atom radikal terikat pada atom C, seperti pada mer isoprene berikut ini,

CH3 dan H terletak pada sisi yang sama. Kondisi ini disebut struktur cis, dan polimer yang
dihasilkan disebut cis-isoprene, yakni karet alam. Bila CH3 dan H terletak pada sisi yang
berbeda, konfigurasinya disebut trans, misalnya trans-isoprene.

C. Bentuk-bentuk polimer (organik)


a. Elastomer ( Karet )
Proses lain yang sering terjadi pada gabungan reaksi dengan reaksi adisi atau reaksi
kondensasi merupakan gabungan/ikatan bersama dari banyak rantai polimer. Hal ini disebut
ikatan silang, dan ikatan silang ini memberikan kekuatan tambahan terhadap polimer. Pada
tahun 1844, Charles Goodyear telah menemukan bahwa lateks dari pohon karet yang
dipanaskan dengan belerang dapat membentuk ikatan silang antara rantai-rantai hidrokarbon
di dalam lateks cair. Karet padat yang dibentuk dapat digunakan pada ban dan bola-bola karet.
Proses ini disebut vulkanisasi, untuk menghormati dewa Romawi yang bernama Vulkan.
Kekuatan rantai dalam elastomer (karet) terbatas, akibat adanya struktur jaringan, tetapi
energi kohesi harus rendah untuk memungkinkan peregangan. Contoh elastomer yang banyak
digunakan adalah poli (vinil klorida), polimer stirena-butadiena-stirena (SBS) merupakan
jenis termoplastik elastomer.
Saat perang dunia II, persediaan karet alam berkurang, industri polimer tumbuh
dengan cepat karena ahli kimia telah meneliti untuk pengganti karet. Beberapa pengganti yang
berhasil dikembangkan adalah neoprena yang kini digunakan untuk membuat selang/pipa air
untuk pompa gas, dan karet stirena buatdiena (SBR /styrene butadiene rubber), yang
digunakan bersama dengan karet alam untuk membuat ban-ban mobil. Meskipun pengganti
pengganti karet sintesis ini mempunyai banyak sifatsifat yang diinginkan, namun tidak ada
satu pengganti karet sintesis ini yang mempunyai semua sifat-sifat dari karet alam yang
dinginkan.

b. Serat
Serat adalah polimer yang perbandingan panjang terhadap diameter molekulnya kirakira 100:1. Sifat serat ditentukan oleh struktur makromolekul dan teknik produksinya. Supaya
dapat dibuat menjadi serat, polimer harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Polimer harus linier dan mempunyai berat molekul lebih dari 10.000, tetapi tidak boleh
terlalu besar karena sukar untuk dilelehkan atau dilarutkan.
2. Molekul harus simetris dan dapat mempunyai gugus-gugus samping yang besar yang
dapat mencegah terjadinya susunan yang rapat.
3. Polimer harus memberi kemungkinan untuk mendapatkan derajat orientasi yang tinggi,
yang dengan cara penarikan mempunyai kekuatan serat yang tinggi dan kurang elastik.
4. Polimer harus mempunyai gugus polar yang letaknya teratur untuk mendapatkan kohesi
antar molekul yang kuat dan titik leleh yang tinggi.
5. Mudah diberi zat warna, apabila serat diberi zat warna maka sifat fisika serat tidak boleh
mengalami perubahan yang mencolok dan warna bahan makanan jadinya harus tetap
tahan terhadap cahaya dan pencucian.
Sejarah perkembangan serat sintetis dimulai dengan dibuatnya serat poliamida oleh
Dupont pada tahun 1938 dengan nama nilon, dan oleh IG Farben pada tahun 1939 dengan
nama perlon. Serat dapat juga diperoleh dari hasil pengolahan selulosa secara kimiawi.
Selulosa merupakan serat alami dan merupakan bagian terbesar yang terdapat dalam tumbuhtumbuhan. Serat diperoleh dari hasil pengolahan selulosa adalah rayon. Serat banyak
digunakan dalam industri tekstil.
Dengan ditemukannya beberapa macam serat sintetis, perkembangan selanjutnya
diarahkan pada memperbaiki cara pembuatan dan pengubahan bahan serat untuk
mendapatkan kualitas hasil akhir yang lebih baik. Serat poliamida (nilon) mempunyai banyak
jenis antara lain: nilon 66, nilon 6, nilon 610, nilon 7, nilon 11 (krislan). Nomor yang ada di
belakang nama nilon menunjukkan jumlah atom karbon monomer pembentuknya.
c. Plastik
Meskipun istilah plastik dan polimer seringkali dipakai secara sinonim, namun tidak
berarti semua polimer adalah plastik. Plastik merupakan polimer yang dapat dicetak menjadi
berbagai bentuk yang berbeda. Umumnya setelah suatu polimer plastik terbentuk, polimer
tersebut dipanaskan secukupnya hingga menjadi cair dan dapat dituangkan ke dalam cetakan.
Setelah penuangan, plastik akan mengeras jika plastik dibiarkan mendingin.
Sifat plastik pada dasarnya adalah antara serat dan elastomer. Jenis plastik dan
penggunaannya sangat luas. Plastik yang banyak digunakan berupa lempeng, lembaran dan
film. Ditinjau dari penggunaannya plastik digolongankan menjadi dua yaitu plastik keperluan
umum dan plastik untuk bahan konstruksi (engineering plastics). Plastik mempunyai berbagai
sifat yang menguntungkan, diantaranya:
a. Umumnya kuat namun ringan.
b. Secara kimia stabil (tidak bereaksi dengan udara, air, asam, alkali dan berbagai zat
kimia lain).
c. Merupakan isolator listrik yang baik.

d. Mudah dibentuk, khusunya dipanaskan.


e. Biasanya transparan dan jernih.
f.

Dapat diwarnai.

g. Fleksibel/plastis
h. Dapat dijahit.
i.

Harganya relatif murah.


Beberapa contoh plastik yang banyak digunakan antara lain polietilen, poli(vinil

klorida), polipropilen, polistiren, poli(metil pentena), poli (tetrafluoroetilen) atau teflon.


1) Polietilen
Polietilen adalah bahan termoplastik yang kuat dan dapat dibuat dari yang
lunak sampai yang kaku. Ada dua jenis polietilen yaitu polietilen densitas rendah
(low-density polyethylene / LDPE) dan polietilen densitas tinggi (high-density
polyethylene / HDPE). Polietilen densitas rendah relatif lemas dan kuat, digunakan
antara lain untuk pembuatan kantong kemas, tas, botol, industri bangunan, dan lainlain.
Polietilen densitas tinggi sifatnya lebih keras, kurang transparan dan tahan
panas sampai suhu 1000C. Campuran polietilen densitas rendah dan polietilen densitas
tinggi dapat digunakan sebagai bahan pengganti karat, mainan anak-anak, dan lainlain.
2) Polipropilen
Polipropilen mempunyai sifat sangat kaku; berat jenis rendah; tahan terhadap
bahan kimia, asam, basa, tahan terhadap panas, dan tidak mudah retak. Plastik
polipropilen digunakan untuk membuat alat-alat rumah sakit, komponen mesin cuci,
komponen mobil, pembungkus tekstil, botol, permadani, tali plastik, serta bahan
pembuat karung.
3) Polistirena
Polistiren adalah jenis plastik termoplast yang termurah dan paling berguna
serta bersifat jernih, keras, halus, mengkilap, dapat diperoleh dalam berbagai warna,
dan secara kimia tidak reaktif. Busa polistirena digunakan untuk membuat gelas dan
kotak tempat makanan, polistirena juga digunakan untuk peralatan medis, mainan,
alat olah raga, sikat gigi, dan lainnya.
4) Polivinil klorida (PVC)
Plastik jenis ini mempunyai sifat keras, kuat, tahan terhadap bahan kimia, dan
dapat diperoleh dalam berbagai warna. Jenis plastik ini dapat dibuat dari yang keras
sampai yang kaku keras. Banyak barang yang dahulu dapat dibuat dari karet sekarang
dibuat dari PVC. Penggunaan PVC terutama untuk membuat jas hujan, kantong

kemas, isolator kabel listrik, ubin lantai, piringan hitam, fiber, kulit imitasi untuk
dompet, dan pembalut kabel.
5) Potetrafluoroetilena (teflon)
Teflon memiliki daya tahan kimia dan daya tahan panas yang tinggi (sampai
2600C) Keistimewaan teflon adalah sifatnya yang licin dan bahan lain tidak melekat
padanya. Penggorengan yang dilapisi teflon dapat dipakai untuk menggoreng telur
tanpa minyak.
6) Polimetil pentena (PMP)
Plastik poli metil pentena adalah plastik yang ringan dan melebur pada suhu
0

240 C. Barang yang dibuat dari PMP bentuknya tidak berubah bila dipanaskan
sampai 2000C dan daya tahannya terhadap benturan lebih tinggi dari barang yang
dibuat dari polistiren.Bahan ini tahan terhadap zat-zat kimia yang korosif dan tahan
terhadap pelarut organik, kecuali pelarut organik yang mengandung klor, misalnya
kloroform dan karbon tetraklorida. PMP cocok untuk membuat alatalat laboratorium
dan kedokteran yang tahan panas dan tekanan, tanpa mengalami perubahan, Barangbarang dari bahan ini tahan lama.

D. Bentuk Polimer Anorganik


1. Kaolin
Kaolin merupakan mineral tanah lempung yang berwarna putih atau agak keputihan.
Kata kaolin berasal dari bahasa cina yang berarti tanah yang berwarna putih. Kandungan kaolin
itu sendiri terdiri dari Al2Si2O5(OH )4 yaitu mineral alumina silikat. Mineral kaolin memiliki
struktur kristal yang tidak reaktif terhadap larutan aktivator. Untuk membuat kaolin menjadi
lebih reaktif, maka fase kristal kaolin diubah menjadi fase amorf dengan cara dipanaskan pada
suhu 600-800 selama 4-6 jam dan berubah menjadi metakaolin [12].

Pengeringan Di bawah 100 C, paparan udara kering perlahan akan menghapus air dari
kaolin Antara 100 C dan sekitar 550 C, air cair yang tersisa dikeluarkan dari kaolinit.
Kaolin Dehidrasi endotermik kaolinit dimulai pada 550-600 C memproduksi

menjadi

metakaolin , tapi terus menerus hidroksil kerugian diamati hingga 900 C. Meskipun secara
historisada banyak ketidak sepakatan tentang sifat fase metakaolin [12].

E. Metode Sintesis Polimer


Pada dasarnya, ada dua teknik polimerisasi yang dapat digunakan untuk memproduksi
polimer, yaitu teknik homogen dan teknik heterogen. Teknik homogen dapat dilakukan secara
polimerisasi massa dan larutan, sedangkan teknik heterogen dilaksanakan secara emulsi dan
suspense [11].
1) Teknik Polimerisasi Homogen
Dalam teknik polimerisasi homogen, terdiri dari 2 sub polimerisasi, yaitu polimerisasi
massa dan polimerisasi larutan.
a. Polimerisasi Massa
Teknik polimerisasi massa atau yang sering disebut bulk polimerisation adalah
teknik yang bertujuan untuk pembuatan polimer kondensasi, reaksinya bersifat
eksotermis dengan viskositas campuran yang rendah sehingga panas dapat berpindah
melalui pengeluaran gelembung. Sistem pada polimerisasi massa jarang digunakan
secara komersil untuk pembuatan polimer visual, kecuali untuk membuat polimetil
metakrilat tuang [11].
Penentuan bobot molekul polimer dapat dilakukan dengan fraksinasi polimer
yakni untuk memisahkan sampel polimer tertentu ke dalam beberapa golongan
bermassa molekul sama. Umumnya cara yang digunakan dalam fraksinasi didasarkan
pada kenyataan bahwa kelarutan polimer berkurang dengan naiknya massa molekul.
Cara - cara melakukan fraksinasi:
1. Pengendapan bertingkat
Langkah-langkahnya:
i. Sampel dilarutkan dalam pelarut yang cocok sehingga membentuk larutan
yang berkonsentrasi 0,1 persen.
ii. Kedalam larutan ini ditambahkan bukan pelarut setetes demi setetes sambil
diaduk cepat. Bahan bermassa molekul paling tinggi menjadi tak larut dan
segan terpisah.
iii. Tambahkan lagi bukan - pelarut sebagai pengendap untuk mengendapkan
polimer bermassa molekul tertinggi berikutnya.
iv. Tata kerja ini dilakukan berulang - ulang sampai terpisah menjadi beberapa
fraksi yang kian berkurang massa molekulnya.

2. Elusi bertingkat
Langkah-langkahnya:
i. Polimer diekstraksi dari zat padat kedalam larutan.
ii. Kolom diisi dengan bahan polimer dan diisi sampel, lalu dielusi dengan
campuran pelarut dan bukan pelarut secara bertahap. Jadi polimer yang

bermassa molekul rendah keluar dari kolom pertama kali, diikuti oleh fraksi
yang mengandung bahan bermassa molekul lebih besar.

3. Kromatografi Permiasi Gel (KPG)


Cara kerja:
i.

Kolom diisi dengan beberapa bentuk bahan kemasan polimer.

ii.

Larutan sampel polimer yang sedang diteliti dilewatkan ke dalam kolom dan
dielusi dengan lebih banyak pelarut.

b.

Polimerisasi Larutan
Contoh dari polimerisasi larutan ialah konversi polivinil asetat menjadi
polivinil alcohol ester akrilik. Polimerisasi monomer vinil, berlangsung dalam
larutan untuk memudahkan perpindahan panas dan control. pada pembuatan
polimerisasi monomer vinil, diperlukan pelarut yang benar sehingga tidak terjadi
chain transfer, dan polimer yang akan dihasilkan dapat digunakan dalam larutan.
Karakteristik Polimerisasi Larutan :
1. Dapat dilakukan untuk polimerisasi vinil dengan pelarut yang sesuai
2. Keuntungan: panas dapat dipindahkan kepelarut.
3. Kesukaran: dapat terjadi pemindahan rantai kepelarut
4. Sukar menghilangkan pelarut

2) Teknik Polimerisasi Heterogen


Dalam teknik polimerisasi hoterogen, terdiri dari 2 sub polimerisasi, yaitu
polimerisasi emulsi dan polimerisasi suspensi.

Contoh : The high pressure free radical process for the manufacture of Low Density
Polyethylene

Polyethylene membentuk cabang karena proses self-branching. Cabang yang lebih


panjang dari metil tidak dapat masuk ke kisi kristal polyethylene, sehingga polimer padat
yang dihasilkan kurang bersifat kristal (tidak transparan) dan lebih kaku daripada HDPE
(0.935-0.96 g cm-3) yang dibuat dengan reaksi coordination polymerization.
a. Polimerisasi Emulsi
Polimerisasi jenis ini, dapat menghasilkan polimer dengan laju dan berat
molekul yang tinggi. Sistem pada polimerisasi emulsi merupakan dua fase cairan
yang tidak larut, Fase pertama ialah fase kontinu aqueous, yang merupakan inisiator,
sedangkan fase kedua ialah fase diskontinu nonaqueous yang merupakan bentuk
monomer dan polimer. Contoh teknik polimerisasi ini adalah pada pembuatan karet
SBR.
Pada tahun 1998 kebutuhan dunia akan polimer emulsi sebesar 7,4 juta metrik
ton dan diramalkan kebutuhan tersebut pada tahun 2007 akan meningkat menjadi 10,1
juta metrik ton dengan pertumbuhan per tahun sebesar 3,6% . Salah satu faktor yang
menentukan sifat/karakter polimer emulsi adalah ukuran partikel. Polimer emulsi
mengandung partikel dengan diameter berkisar antara 10 sampai dengan 1.500 nm.
Pada umumnya ukuran partikel polimer emulsi berkisar antara 100 sampai dengan
250 nm. Ukuran partikel sangat menentukan sifat polimer emulsi seperti sifat aliran
dan kestabilan polimer. Sebagai contoh suatu bahan pelapis dengan ukuran partikel
yang kecil akan memberikan hasil coating yang halus, kekuatan adhesi yang baik,
ketahanan terhadap air yang cukup baik serta kestabilan lateks yang cukup lama.
Disamping itu ukuran diameter partikel polimer yang kecil dapat menyebabkan bahan
pelapis akan lebih glossy atau transparan karena partikel-partikel polimer dari pelapis
akan lebih rapat, jadi tidak ada ruang untuk ditempati partikel lain.
Karakteristik Polimerisasi Emulsi :
a. Ada 2 fasa cair saling bercampur :
Fasa luar = fasa kontinu = medium pendispersi = air
Fasa dalam = fasa terkontinu = medium terdispersi = monomer + polimer
b. Inisiator berada dalam fsa cair. Partikel monomer polimer = 0,1m
c. Dispersi cair-cair = emulsi memerlukan stabilisator (emulgator).
d. Disperse padat-cair = suspensi
Polimerisasi emulsi polimer menghasilkan nilai yang tinggi dengan biaya rendah,
ramah lingkungan proses. Dorongan untuk mengembangkan metode produksi ramah
lingkungan untuk polimer telah mengakibatkan luas dalam pengembangan dan
implementasi dari teknik polimerisasi emulsi. Selain itu, bila dikombinasikan dengan
mekanisme polimerisasi novel proses dapat menimbulkan berbagai produk polimer
dengan polimerisasi properties.Emulsion sangat berguna adalah proses yang kompleks,

diatur oleh interaksi dari kedua kimia dan sifat fisik termasuk kinetika polimerisasi dan
stabilitas dispersi. aplikasi industri yang sukses bergantung pada pemahaman dan
pengendalian properti tersebut.
b. Polimerisasi Suspensi
Teknik pada polimerisasi suspensi berlangsung dalam system aqueous dengan
monomer sebagai fase terdispersi sehingga menghasilkan polimer yang berada fase solid
terdispersi. Metode polimerisasi ini digunakan secara komersil untuk menghasilkan
polimer vinil yang keras, contohnya polistirena, polimetil metaklirat, polivinil klorida
serta poliakrilonitril. Contoh teknik polimerisasi suspense adalah pada proses pembuatan
PMMA.

Polimerisasi Suspensi :

Diagram alir polimerisasi suspensi untuk pembuatan methyl methacrylate


Dalam polimerisasi suspensi, monomer + inisiator yang terlarut didispersikan dalam
bentuk tetesan kecil ke dalam air yang mengandung

sedikit suspension agent. Begitu

polimerisasi berlangsung, tetesan monomer berubah menjadi kental dan lengket. Hasil akhir
reaksi mengandung polimer 25-50% yang terdispersi dalam air. Jika polimerisasi sudah selesai,
suspensi polimer dialirkan ke blowdown tank atau stripper untuk memisahkan sisa monomer.
Slurry dipompa ke centrifuge atau filter untuk menyaring, mencuci, dan mengeringkan polimer.
Polimer basah (30% air) dikeringkan dengan udara hangat (66 to 149C) dalam dryer. Polimer
kering dikirim ke storage.

F. Termodinamika
Karakteristik termal memegang peranan penting terhadap sifat suatu bahan karena
berkaitan erat dengan struktur dalam bahan itu sendiri. Suatu bahan bila dipanaskan akan terjadi
perubahan struktur yang mengakibatkan adanya perubahan dalam kapasitas panas atau energi
termal bahan tersebut. Teknik analisa termal digunakan untuk mendeteksi perubahan fisika

(penguapan) atau kimia (dekomposisi) suatu bahan yang ditunjukkan dengan penyerapan panas
(endotermik) dan pengeluaran panas (eksotermik). Proses termal meliputi antara lain proses
perubahan fase (transisi gelas), pelunakan, pelelehan, oksidasi, dan dekomposisi.
Tanpa adanya pengetahuan data-data termal, pemrosesan suatu bahan akan sangat sulit
dilakukan. Sifat termal suatu bahan menggambarkan kelakuan dari bahan tersebut jika dikenakan
perlakuan termal (dipanaskan / didinginkan). Dengan demikian pengetahuan tentang sifat termal
suatu bahan menjadi sangat penting dalam kaitannya dengan pemrosesan bahan menjadi barang
jadi maupun untuk kontrol kualitas. Dengan memahami jenis perubahan struktur yang terjadi,
dapat ditentukan langkah proses yang sesuai. Berdasarkan kriteria material rekayasa, polimer
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kategori:
1.

Termoplastik
Polimer termoplastik adalah polimer yang mempunyai sifat tidak tahan terhadap
panas. Jika polimer jenis ini dipanaskan, maka akan menjadi lunak dan didinginkan akan
mengeras. Proses tersebut dapat terjadi berulang kali, sehingga dapat dibentuk ulang dalam
berbagai bentuk melalui cetakan yang berbeda untuk mendapatkan produk polimer yang
baru.Polimer yang termasuk polimer termoplastik adalah jenis polimer plastik. Jenis plastik
ini tidak memiliki ikatan silang antar rantai polimernya, melainkan dengan struktur molekul
linear atau bercabang. Bentuk struktur termoplastik sebagai berikut.

Bentuk struktur bercabang termoplastik

Sifat polimer termoplastik


Karakteristik yang menentukan suatu polimer termoplastik adalah bahwa ia dapat
dipanaskan dari keadaan padat ke keadaan cair viskos dan kemudian didinginkan kembali ke
padat, dan bahwa ini siklus pemanasan dan pendinginan dapat diterapkan beberapa kali
tanpa degradasi polimer. Alasan untuk ini adalah bahwa karakteristik polimer TP terdiri dari
linear (dan / atau bercabang) makromolekul yang tidak bercabang pada pemanasan.
Polimer termoplastik memiliki sifat sifat khusus sebagai berikut:

2.

Berat molekul kecil

Tidak tahan terhadap panas.

Jika dipanaskan akan melunak.

Jika didinginkan akan mengeras.

Mudah untuk diregangkan.

Fleksibel.

Titik leleh rendah.

Dapat dibentuk ulang (daur ulang).

Mudah larut dalam pelarut yang sesuai.

Memiliki struktur molekul linear/bercabang.

Termoset
Polimer termoseting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan terhadap panas.
Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh. Sehingga tidak dapat dibentuk ulang
kembali. Susunan polimer ini bersifat permanen pada bentuk cetak pertama kali (pada saat
pembuatan). Bila polimer ini rusak/pecah, maka tidak dapat disambung atau diperbaiki lagi.
Plomer termoseting memiliki ikatan ikatan silang yang mudah dibentuk pada
waktu dipanaskan. Hal ini membuat polimer menjadi kaku dan keras. Semakin banyak
ikatan silang pada polimer ini, maka semakin kaku dan mudah patah. Bila polimer ini
dipanaskan untuk kedua kalinya, maka akan menyebabkan rusak atau lepasnya ikatan silang
antar rantai polimer.
Bentuk struktur ikatan silang sebagai berikut

Sifat polimer termoseting sebagai berikut.

3.

Keras dan kaku (tidak fleksibel)

Jika dipanaskan akan mengeras.

Tidak dapat dibentuk ulang (sukar didaur ulang).

Tidak dapat larut dalam pelarut apapun.

Jika dipanaskan akan meleleh.

Tahan terhadap asam basa.

Mempunyai ikatan silang antarrantai molekul.

elastomer

Elastomer adalah polimer mampu deformasi elastis besar ketika mengalami tekanan
yang relatif rendah. Beberapa elastomer dapat menahan perpanjangan dari 500% atau lebih
dan masih kembali ke bentuk aslinya. Istilah yang lebih populer untuk elastomer adalah,
tentu saja, karet. Kita dapat membagi karet ke dalam dua kategori: (1) karet alam, yang
berasal dari tanaman biologis tertentu, dan (2) Polimer sintetik, yang dihasilkan oleh proses
polimerisasi serupa dengan yang digunakan untuk termoplastik dan polimer termoseting.
Sebelum membahas alam dan karet sintetis, marilah kita mempertimbangkan karakteristik
umum elastomer.

G. Kinetika polimerisasi
Reaksi polimerisasi umumnya dikelompokkan kedalam reaksi kondensasi dan reaksi
adisi, tergantung pada alam dimana monomer bereaksi satu sama lain atau dengan penumbuhan
rantai polimer untuk membentuk struktur molekul yang lebih tinggi dan berat. Reaksi kondensasi
dikarakterisasikan oleh reaksi dari dua kelompok fungsional yang mengakibatkan hilangnya
sebuah molekul kecil. Dengan demikian, unit selanjutnya memiliki rumus molekul yang berbeda
dari monomer ketika monomer itu dibentuk. Molekul kecil yang terbentuk selama kondensasi
kebanyakan adalah air, meskipun pembentukan spesifik air bukanlah suatu keharusan untuk
reaksi kondensasi. Sebaliknya, polimerisasi adisi tidak terjadi kehilangan molekul kecil seperti
polimerisasi kondensasi. Jenis reaksi polimerisasi ini biasanya membutuhkan pusat yang aktif,
seperti radikal bebas atau ion, untuk memulai. Analisis kinetik untuk dua reaksi ini memberikan
beberapa perbedaan yang menarik tidak hanya dalam bagaimana polimer terbentuk, tapi
bagaimana reaksi dapat dikontrol[4].
1.

Kinetika dari polimerisasi kondensasi


Polimer kondensasi terjadi dari reaksi antara gugus fungsi pada monomer yang sama
atau monomer yang berbeda. Dalam polimerisasi kondensasi kadang-kadang disertai dengan
terbentuknya molekul kecil seperti H2O, NH3, atau HCl. Di dalam jenis reaksi polimerisasi
yang kedua ini, monomer-monomer bereaksi secara adisi untuk membentuk rantai. Namun
demikian, setiap ikatan baru yang dibentuk akan bersamaan dengan dihasilkannya suatu
molekul kecil biasanya air dari atom-atom monomer. Pada reaksi semacam ini, tiap
monomer harus mempunyai dua gugus fungsional sehingga dapat menambahkan pada tiap
ujung ke unit lainnya dari rantai tersebut. Jenis reaksi polimerisasi ini disebut reaksi
kondensasi.
Dalam polimerisasi kondensasi, suatu atom hidrogen dari satu ujung monomer
bergabung dengan gugus-OH dari ujung monomer yang lainnya untuk membentuk air.
Reaksi kondensasi yang digunakan untuk membuat satu jenis nilon ditunjukkan pada
Gambar 9 dan Gambar 10.

Gambar 9. Kondensasi terhadap dua monomer yang berbeda yaitu 1,6


diaminoheksana dan asam adipat yang umum digunakan untuk
membuat jenis nylon. Nylon diberi nama menurut jumlah atom karbon
pada setiap unit monomer. Dalam gambar ini, ada enam atom karbon di
setiap monomer,
Mengingatreaksihexametilen diamindanasam adipat:

Perhatikan bahwa dakarakteristik molekul kecil yang hilang dari reaksikondensasi,


dalam hal iniadalahair, dan hilangnya air itu menghasilkan rantai amida (HN-CO); maka
polimer yang dihasilkan disebut poliamida. Poliamida khusus ini sangat umum dan lebih
dikenal dengan nama dagang nilon. Ada banyak jenis nilon, tergantung pada formula yang
tepat dari diamina dan asam bervalensi dua yang digunakan untuk membentuk poliamida,
tetapi dalam kasus ini, ada enam unit karbon antara nitrogen dalam diamina dan ada enam
unit karbon (termasuk karbon yang mengandung oksigen ganda berikat) diasam bervalensi
dua, sehingga poliamida ini disebut Nylon66[4].

2.

Kinetika dari polimerisasi adisi


Seperti namanya, polimerisasi adisi berasal daripenam bahan banyak unit monomer
ke pusat aktif tunggal pada rantai polimer yang berkembang. Meski pun ada banyak jenis
pusa aktif, dengan demikian banyak pula jenispolimerisasiadisi,sepertianionik, kationik,
danpolimerisasikoordinasi, pusat aktif yang paling umumadalahradikal, biasanya terbentuk
padaikatan ganda dalam monomer, seperti vinilklorida. Akibatnya, polimerisasi adisi

kadang-kadang disebut polimerisasi radikal bebas, atau bahkan polimerisasi vinil, meskipun
perlu dicatat bahwa masing-masing istilah ini semakin sempit dalam definisi. Namun,
analisis dari polimerisasi vinil memberikan contoh yang baik bagaimana kinetika dari
polimerisasi adisi[4].
Reaksi pembentukan teflon dari monomer-monomernya tetrafluoroetilen, disebut
reaksi adisi. Perhatikan Gambar 7 yang menunjukkan bahwa monomer etilena mengandung
ikatan rangkap dua, sedangkan di dalam polietilena tidak terdapat ikatan rangkap dua.

Gambar 7. Monomer etilena mengalami reaksi adisi membentuk polietilena yang


digunakan sebagai tas plastik, pembungkus makanan, dan botol. Pasangan elektron ekstra
dari ikatan rangkap dua pada tiap monomer etilena digunakan untuk membentuk suatu
ikatan baru menjadi monomer yang lain
Menurut jenis reaksi adisi ini, monomer-monomer yang mengandung ikatan rangkap
dua saling bergabung, satu monomer masuk ke monomer yang lain, membentuk rantai
panjang. Produk yang dihasilkan dari reaksi polimerisasi adisi mengandung semua atom dari
monomer awal. Berdasarkan Gambar 7, yang dimaksud polimerisasi adisi adalah polimer
yang terbentuk dari reaksi polimerisasi disertai dengan pemutusan ikatan rangkap diikuti
oleh adisi dari monomermonomernya yang membentuk ikatan tunggal. Dalam reaksi ini
tidak disertai terbentuknya molekul-molekul kecil seperti H2O atau NH3.
Dalam reaksi polimerisasi adisi, umumnya melibatkan reaksi rantai. Mekanisme
polimerisasi adisi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

Sebagai contoh mekanisme polimerisasi adisi dari pembentukan polietilena


a) Inisiasi, untuk tahap pertama ini dimulai dari penguraian inisiator dan adisi molekul
monomer pada salah satu radikal bebas yang terbentuk. Bila kita nyatakan radikal bebas
yang terbentuk dari inisiator sebagai R, dan molekul monomer dinyatakan dengan CH2 =
CH2, maka tahap inisiasi dapat digambarkan sebagai berikut:

b) Propagasi, dalam tahap ini terjadi reaksi adisi molekul monomer pada radikal monomer
yang terbentuk dalam tahap inisiasi

Bila proses dilanjutkan, akan terbentuk molekul polimer yang besar, dimana ikatan rangkap
C= C dalam monomer etilena akan berubah menjadi ikatan tunggal C C pada polimer
polietilena

c) Terminasi, dapat terjadi melalui reaksi antara radikal polimer yang sedang tumbuh
dengan radikal mula-mula yang terbentuk dari inisiator (R) CH2 CH2 + R CH2
CH2- R atau antara radikal polimer yang sedang tumbuh dengan radikal polimer lainnya,
sehingga akan membentuk polimer dengan berat molekul tinggi R-(CH2)n-CH2 + CH2(CH2)n-R R-(CH2)n-CH2CH2-(CH2)n-R Beberapa contoh polimer yang terbentuk
dari polimerisasi adisi dan reaksinya antara lain.
Polivinil klorida
n CH2 = CHCl [ - CH2 - CHCl - CH2 - CHCl - ]n Vinil klorida polivinil klorida
Poliakrilonitril
n CH2 = CHCN [ - CH2 - CHCN - ]n
Polistirena

Pada tahun 1930, Paul Flory menunjukkan bahwa polimerisasi radikal umumnya
terdiri dari tiga langkah yang berbeda: inisiasi, propagasi, dan terminasi. Radikal bebas pada
awalnya diinisiasi, maka harus diperbanyak melalui penambahan rantai monomer, dan

akhirnya harus di hentikan ,baik melalui konsumsi monomeratau melalui penambahana gen
yang membunuh radikal bebas. Ada banyak cara untuk menginisiasi radikal, seperti radiasi
ultraviolet, inisiasi elektrokimia, atau reaksi oksidasi-reduksi, tetapi yang paling umum
adalah melalui penambahan sebuah inisiator yang mentransfer radikalnya kemonomer untuk
memulai polimerisasi. Peroksida organik, sepertibenzoil peroksida, adalah ini siator umum
yang dapat mentransfer radikal mereka ke unit monomer:

di mana adalah kelompok fenol. Sebagian besar inisiator ini memiliki efisiensi
antara 60% dan hampir 100%, rekombinasi dari pasangan radikal merupakan penyebab
paling umum dari rendahnya efisiensi[4].
Setelah monomer radikal diinisiasi, polimer tinggi dibentuk melalui penambahan
unit monomer dengan radikal dalam fase propagasi dari polimerisasi. Setiap kali sebuah unit
monomer ditambahkan, transfer radikal sampai ke akhir rantai untuk memungkinkan
polimerisasi berlanjut:

Reaksi propagasi menghasilkan kelipatan radikal sampai monomer habis, atau sampai salah
satu dari dua jenis umum dari reaksi pemutusan terjadi: baik kombinasi atau
disproporsionasi[4].

H. Proses mekanik polimer


Sifat mekanik polimer adalah salah satu aspek yang sering banyak dipelajari. Dengan
mengetahui sifat polimer, maka akan diketahui polimer tersebut cocok untuk digunakan dalam
bidang apa saja. Sifat mekanik polimer yang paling penting yaitu kuat tarik dan elastisitas
modulus Young. Penggolongan kualitas mekanik polimer biasanya dilakukan dengan
menggunakan parameter kuat putus, kuat tekan, dan modulus Young. Pada umumnya sifat

mekanik penting untuk bahan polimer bentuk film adalah kuat lumer (yield strength), kuat putus
(strength at break), perpanjangan saat putus (elongation at break), dan modulus Young[6].
Menurut lis sopyan (2002), sifat mekanik polimer dibedakan menjadi:
1.

Kekuatan (Strength)
Kekuatan merupakan salah satu sifat mekanik dari polimer. Menurut Lis Sopyan
(2002), Ada beberapa macam kekuatan dalam polimer, diantaranya yaitu sebagai berikut:
a.

Kekuatan Tarik (Tensile Strength)


Kekuatan tarik adalah tegangan yang dibutuhkan untuk mematahkan suatu sampel.
Kekuatan tarik penting untuk polymer yang akan ditarik, contohnya fiber, harus
mempunyai kekuatan tarik yang baik.

b.

Compressive strength
Adalah ketahanan terhadap tekanan. Beton merupakan contoh material yang memiliki
kekuatan tekan yang bagus. Segala sesuatu yang harus menahan berat dari bawah harus
mempunyai kekuatan tekan yang bagus.

c.

Flexural strength
Adalah ketahanan pada bending (flexing). Polimer mempunyai flexural strength jika
dia kuat saat dibengkokkan

d.

Impact strength
Adalah ketahanan terhadap tegangan yang datang secara tiba-tiba. Polimer mempunyai
kekuatan impak jika dia kuat saat dipukul dengan keras secara tiba-tiba seperti dengan
palu.

2.

Elongatio
Semua jenis kekuatan memberitahu kita berapa tegangan yang dibutuhkan untuk
mematahkan sesuatu, tetapi tidak memberitahu kita tentang apa yang terjadi pada sampel
kita saat kita mencoba untuk mematahkannya, itulah kenapa kita mempelajari elongation
dari polimer. Elongasi merupakan salah satu jenis deformasi. Deformasi merupakan
perubahan ukuran yang terjadi saat material di beri gaya.
% Elongasi adalah panjang polimer setelah di beri gaya (L) dibagi dengan panjang
sampel sebelum diberi gaya (Lo) kemudian dikalikan 100.
Elongation-to-break (ultimate elongation) adalah regangan pada sampel pada saat
sampel patah.

3.

Modulus
Modulus diukur dengan menghitung tegangan dibagi dengan elongasi. Satuan
modulus sama dengan satuan kekuatan (N/cm2)

4.

Ketangguhan (Toughness)
Ketangguhan adalah pengukuran sebenarnya dari energi yang dapat diserap oleh
suatu material sebelum material tersebut patah.

Stabilitas panas
Ketika zat-zat organik dipanaskan sampai suhu tinggi mereka memiliki kecenderungan
untuk membentuk senyawa-senyawa aromatik. Agar suatu polimer layak dianggap stabil panas
atau tahan panas, polimer tersebut harus tidak terurai di bawah suhu 4000 C dan dapat
mempertahankan sifat-sifatnya yang bermanfaat pada suhu-suhu dekat suhu dekomposisi
tersebut.
Stabilitas panas merupakan fungsi dari energi ikatan. Ketika suhu naik ke titik di mana
energi getaran menimbulkan putusnya ikatan, polimer tersebut akan terurai. Dalam kasus unitunit ulang siklik putusnya satu ikatan dalam suatu cincin tidak menghasilkan penurunan berat
molekul. Dengan demikian, polimer-polimer tangga atau semitangga diharapkan memiliki
stabilitas panas yang lebih tinggi dari pada polimer-polimer dengan rantai terbuka.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Subaer. 2012. Pengantar Fisika Geopolimer. Makassar: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
[2]Subaer & Haris,Abdul. 2007. Fisika Material 1. Makassar: Badan Penerbit UNM
[3] Tri Windarti. 2007. Kimia Polimer. Semarang: Jurusan Kimia FMIPA UNDIP
[4] Mitchell, Brian. 1962 . An Introduction To Materials Engineering And Science. Canada : wileyintercience
[5] Anonim. 2014. Klasifikasi polimer berdasarkan jenis monomernya.

http://www.chem-is-

try.org/materi_kimia/kimia-polimer/klasifikasi-polimer/berdasarkan-jenis-monomernya/.
Diakses pada tanggal 18 November 2014
[6] Lis Sopyan, 2002. Polimer. Jakarta: cetakan pertama, PT Pradnya Paramita.
[7] Anonim. 2008 . Sifat Senyawa Polimer. Universitas Sumatera Utara.
[8] Anonim .2014 . Makala termal polimer. http://www.HIMKA POLBAN.com . Diakses pada
tanggal 16 November 2014.

[9] Anonim. 2014. Polimer .http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-polimer/klasifikasipolimer/polimer-termoplastik-dan-termosetting/ . Diakses pada tanggal 16 November


2014.
[10]

Anonim.

2014.

Polimer

Berdasarkan

Reaksi

Pembentukannya.

http://www.chem-is-

try.org/materi_kimia/kimia-polimer/klasifikasi-polimer/polimer-termoplastik-dantermosetting/ . Diakses pada tanggal 16 November 2014.


[11]Anonim.

2014.

TEKNIK

POLIMERISASI.

http://polychem.kaist.ac.kr/bk_home/lecture2005/Chap4.pdf . Diakses pada tanggal 16


November 2014.
[12] Anonim. 2014. Kaolin. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-polimer/klasifikasipolimer/polimer-termoplastik-dan-termosetting/ . Diakses pada tanggal 16 November
2014.

Anda mungkin juga menyukai