Oleh:
DEWI ISTIYANINGSIH
NIM A1H012007
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidroponik merupakan salah satu sistem pertanian masa depan karena dapat
diusahakan di berbagai tempat, baik di desa, di kota, di lahan terbuka, atau di atas
apartemen sekalipun. Luas tanah yang sempit, kondisi tanah kritis, hama dan
penyakit yang tak terkendali, keterbatasan jumlah air irigasi, musim yang tidak
menentu, dan mutu yang tidak seragam bisa ditanggulangi dengan sistem
hidroponik. Hidroponik dapat diusahakan sepanjang tahun tanpa mengenal
musim. Oleh karena itu, harga jual panennya tidak khawatir akan jatuh.
Pemeliharaan tanaman hidroponik pun lebih mudah karena tempat budidayanya
relatif bersih, media tanamnya steril, tanaman terlindung dari terpaan hujan,
serangan hama dan penyakit relatif kecil, serta tanaman lebih sehat dan
produktivitas lebih tinggi (Hartus, 2008).
NFT merupakan model budidaya hidroponik dengan meletakkan akar
tanaman pada lapisan air yang dangkal. Air tersebut tersirkulasi dan mengandung
nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Perakaran bisa berkembang di dalam larutan
nutrisi. Karena di sekeliling perakaran terdapat selapis larutan nutrisi, maka sistem
ini dikenal dengan nama nutrient film technique (NFT) (Lingga, 2011).
B. Tujuan
tinggi, tanaman jarang terserang hama penyakit karena terlindungi, pemberian air
irigasi dan larutan hara lebih efisien dan efektif, dapat diusahakan terus menerus
tanpa tergantung oleh musim, dan dapat diterapkan pada lahan yang sempit
(Harris, 1988).
Hidroponik, menurut Savage (1985), berdasarkan sistem irigasisnya
dikelompokkan menjadi: (1) Sistem terbuka dimana larutan hara tidak digunakan
kembali, misalnya pada hidroponik dengan penggunaan irigasi tetes drip
irrigation atau trickle irrigation, (2) Sistem tertutup, dimana larutan hara
dimanfaatkan
kembali
dengan
cara
resirkulasi.
Sedangkan
berdasarkan
III. METODOLOGI
1. Talang
2. Air
3. Pipa
4. Kursi
5. Penampung air
6. Popmpa celup
B. Prosedur Kerja
1. Merakit alat NFT dan diletakkan pada kursi untuk bidang miringnya.
2. Menyalakan pompa celup untuk mengalirkan air dari penampung ke talang
dengan menggunakan pipa.
3. Menggambar alat NFT yang suda dirakit.
A. Hasil
Terlampir.
B. Pembahasan
3. Fertigasi
Sering dikenal dengan istilah Drip irrigation atau irigasi tetes. Sistem
hidroponik ini menggunakan prinsip irigasi tetes untuk mengalirkan nutrisinya.
Yaitu aliran nutrisi dialirkan melalui selang irigasi dan disiramkan pada tanaman
dalam bentuk tetesan air (menggunakan dripper) yang sudah diatur dalam selang
waktu tertentu, sehingga nutrisi yang dialirkan bisa optimal dan memenuhi
kebutuhan nutrisi tanaman. Pada sistem ini, aliran nutrisi dialirkan secara terbuka,
artinya larutan nutrisi tidak dialirkan kembali ke bak penampung, sehingga
pengaturan waktu dan frekuensi penyiraman sangat diperlukan dan dilakukan
secara cermat agar pemberian nutrisi dapat efisien tanpa ada nutrisi yang
terbuang. Sistem ini biasanya digunakan pada tanaman sayuran buah (tomat,
paprika, cabe, terong, dll) yang memiliki ukuran yang tinggi dan cukup lebat.
4. Wick
Sistem hidroponik menggunakan sumbu yang dipasangkan ke media/pot
tanaman, sumbu ini berfungsi untuk mengalirkan larutan nutrisi dari bawah
(penampung) ke atas (akar tanaman). Sistem ini merupakan sistem yang paling
mudah, dan murah, dan sangat cocok untuk tahap belajar.
5. Rakit apung
Dikenal dengan istilah Raft system, FHS (Floating Hydroponic System),
atau Water culture system. Prinsip sistem hidroponik ini yaitu tanaman ditanam
dalam keadaan diapungkan tepat di atas larutan nutrisi, biasanya menggunakan
styrofoam sebagai penopangnya. Sistem ini menggunakan aerator (semacam alat
pemompa udara) yang dialirkan di dalam larutan nutrisi, bertujuan untuk memberi
pasokan udara pada akar tanaman.
Dalam sistem hidroponik NFT, air dialirkan ke deretan akar tanaman secara
dangkal. Akar tanaman berada di lapisan dangkal yang mengandung nutrisi sesuai
dengan kebutuhan tanaman. Perakaran dapat berkembang di dalam nutrisi dan
sebagian lainnya berkembang di atas permukaan larutan. Aliran air sangat
dangkal, jadi bagian atas perakaran berkembang di atas air yang meskipun lembab
tetap berada di udara. Di sekeliling perakaran itu terdapat selapis larutan nutrisi.
Dari sinilah muncul istilah NFT, yang didefenisikan sebagai metode budidaya
tanaman dimana akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan
tersirkulasi, yang memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi dan oksigen.
Prinsip kerja dari sistem NFT mengandalakan sirkulasi air bercampur
larutan nutrisi yang dipompa terus menerus melalui selonjor atau serangkaian pipa
(pvc) atau baki panjang (tray). Tanaman yang ditanam dalam netpot ditancapkan
dalam lubang-lubang yang telah disediakan pada pipa pvc, dimana akar tanamna
akan terus tumbuh ke bawah dan terendam dalam aliran air bercampur nutrisi.
Beberapa keuntungan pemakain NFT, antara lain:
1. Dapat memudahkan pengendalian daerah perakaran tanaman
2. Kebutuhan air dapat terpenuhi dengan baik dan mudah
3. Keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi larutan nutrisi yang dibutuhkan
oleh tanaman dapat disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman
4. Tanaman dapat diusahakan beberapa kali dengan periode tanam yang pendek
3. Pompa celup
Pompa celup berfungsi sebagai alat untuk mengalirkan air dari penampung air,
pipa dan talang secara terus menerus.
4. Penampung larutan nutrisi
Penampung larutan nutrisi ini bersfungsi sebagai tempat untuk menampung
dan memantau larutan nutrisi sistem NFT.
Saat ini sudah banyak dilakukan penelitian hidroponik sistem NFT. Salah
satunya yaitu dari penelitian Yessi (2011), tentang uji kemiringan talang sistem
fertigasi hidroponik nft (nutrient film technique) pada budidaya tanaman
selada(Lactuca sativa). Pengujian ini dilakukan untuk mengetaui nilai kemiringan
yang efektif pada penanaman selada. Dari penelitian tersebut ternyata dihasilkan
kemiringan talang 9% memberikan hasil produk dengan keseragaman EC yang
lebih baik dibandingkan dengan kemiringan talang 6%. Dapat disimpulkan dari
hasil yang diperoleh bahwa dengan kemiringan talang 9% lebih efektif.
V.
A. Kesimpulan
B. Saran
Pada praktikum selanjutnya dapat memaksimalkan alat dan bahan yang ada,
serta praktikum dapat lebih aplikatif.
DAFTAR PUSTAKA
Hartus, T. 2008. Berkebun Hidroponik Secara Murah. Edisi IX. Penerbit Penebar
Swadaya. Jakarta.
Lingga, P. 2011. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Cetakan XXXII.
Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Resh, H. M. 1998. Hydroponic Food Production. Woodbridge Press Publ. Co.
Santa Barbara. 527p.
Savage, A.D. 1985. Overview:Background, current situation, and future prospect,
p.6 11. In: A.J. Savage (ed.). Hydroponics worldwide: State of the art in
soiless crop production. Intl. Ctr. Special. Studies Inc. Honolulu, Hawaii.
Yessi, Handayani. 2011. Uji Kemiringan Talang Sistem Fertigasi Hidroponik
NFT (Nutrient Film Technique) Pada Budidaya Tanaman Selada(Lactuca
Sativa). Skripsi sarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara