Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

RANCANG BANGUN KETEKNIKAN

Nutrient Film Technique (NFT)

Oleh:
DEWI ISTIYANINGSIH
NIM A1H012007

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hidroponik merupakan salah satu sistem pertanian masa depan karena dapat
diusahakan di berbagai tempat, baik di desa, di kota, di lahan terbuka, atau di atas
apartemen sekalipun. Luas tanah yang sempit, kondisi tanah kritis, hama dan
penyakit yang tak terkendali, keterbatasan jumlah air irigasi, musim yang tidak
menentu, dan mutu yang tidak seragam bisa ditanggulangi dengan sistem
hidroponik. Hidroponik dapat diusahakan sepanjang tahun tanpa mengenal
musim. Oleh karena itu, harga jual panennya tidak khawatir akan jatuh.
Pemeliharaan tanaman hidroponik pun lebih mudah karena tempat budidayanya
relatif bersih, media tanamnya steril, tanaman terlindung dari terpaan hujan,
serangan hama dan penyakit relatif kecil, serta tanaman lebih sehat dan
produktivitas lebih tinggi (Hartus, 2008).
NFT merupakan model budidaya hidroponik dengan meletakkan akar
tanaman pada lapisan air yang dangkal. Air tersebut tersirkulasi dan mengandung
nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Perakaran bisa berkembang di dalam larutan
nutrisi. Karena di sekeliling perakaran terdapat selapis larutan nutrisi, maka sistem
ini dikenal dengan nama nutrient film technique (NFT) (Lingga, 2011).

B. Tujuan

1. Mampu menyiapkan peralatan dan komponen system hidroponik NFT.


2. Mampu merancang dan memasang peralatan dan system hidroponik NFT.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Hidroponik, budidaya tanaman tanpa tanah, telah berkembang sejak pertama


kali dilakukan penelitian-penelitian yang berhubungan dengan penemuan unsurunsur hara essensial yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Penelitian
tentang unsur-unsur penyusun tanaman ini telah dimulai pada tahun 1600-an.
Akan tetapi budidaya tanaman tanpa tanah ini telah dipraktekkan lebih awal dari
tahun tersebut, terbukti dengan adanya taman gantung (Hanging Gardens) di
Babylon, taman terapung (Floating Gardens) dari suku Aztecs, Mexico dan Cina
(Resh, 1998).
Istilah hidroponik yang berasal dari bahasa Latin yang berarti hydro (air)
dan ponos (kerja). Istilah hidroponik pertama kali dikemukakan oleh W.F.
Gericke dari University of California pada awal tahun 1930-an, yang melakukan
percobaan hara tanaman dalam skala komersial yang selanjutnya disebut
nutrikultur atau hydroponics. Selanjutnya hidroponik didefinisikan secara ilmiah
sebagai suatu cara budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah, akan tetapi
menggunakan media inert seperti gravel, pasir, peat, vermikulit, pumice atau
sawdust, yang diberikan larutan hara yang mengandung semua elemen essensial
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal tanaman (Resh,
1998).
Budidaya tanaman secara hidroponik memiliki beberapa keuntungan
dibandingkan dengan budidaya secara konvensional, yaitu pertumbuhan tanaman
dapat di kontrol, tanaman dapat berproduksi dengan kualitas dan kuantitas yang

tinggi, tanaman jarang terserang hama penyakit karena terlindungi, pemberian air
irigasi dan larutan hara lebih efisien dan efektif, dapat diusahakan terus menerus
tanpa tergantung oleh musim, dan dapat diterapkan pada lahan yang sempit
(Harris, 1988).
Hidroponik, menurut Savage (1985), berdasarkan sistem irigasisnya
dikelompokkan menjadi: (1) Sistem terbuka dimana larutan hara tidak digunakan
kembali, misalnya pada hidroponik dengan penggunaan irigasi tetes drip
irrigation atau trickle irrigation, (2) Sistem tertutup, dimana larutan hara
dimanfaatkan

kembali

dengan

cara

resirkulasi.

Sedangkan

berdasarkan

penggunaan media atau substrat dapat dikelompokkan menjadi (1) Substrate


System dan (2) BareRoot System.

III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Talang
2. Air
3. Pipa
4. Kursi
5. Penampung air
6. Popmpa celup

B. Prosedur Kerja

1. Merakit alat NFT dan diletakkan pada kursi untuk bidang miringnya.
2. Menyalakan pompa celup untuk mengalirkan air dari penampung ke talang
dengan menggunakan pipa.
3. Menggambar alat NFT yang suda dirakit.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Terlampir.

B. Pembahasan

Hidroponik NFT adalah pengerjaan atau pengelolaan air yang digunakan


sebagai media tumbuh tanaman dan juga sebagai tempat akar tanaman menyerap
unsur hara yang diperlukan dimana budidaya tanamannya dilakukan tanpa
menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Hidroponik NFT juga termasuk
bercocok tanam dalam air dimana unsur hara telah dilarutkan didalamnya. Jenisjenis sistem hidroponik adalaha sebagai berikut.
1. Aeroponik
Sistem hidroponik dengan posisi tanaman dalam keadaan menggantung,
pemberian nutrisi menggunakan sprayer nozzle/kabut. Kabut disemprotkan pada
bagian akar sehingga terserap oleh akar tanaman dalam bentuk partikel-partikel
mikro. Sistem ini merupakan sistem yang paling canggih saat ini, serta harga
peralatan-peralatannya pun cukup mahal.
2. Ebb and Flow
Sistem hidroponik ini juga dikenal dengan istilah Flood and Drain system,
atau sistem pasang surut. Maksudnya, tanaman dialiri nutrisi pada waktu tertentu
(pasang), kemudian nutrisi dialirkan keluar pada waktu tertentu (surut).

3. Fertigasi
Sering dikenal dengan istilah Drip irrigation atau irigasi tetes. Sistem
hidroponik ini menggunakan prinsip irigasi tetes untuk mengalirkan nutrisinya.
Yaitu aliran nutrisi dialirkan melalui selang irigasi dan disiramkan pada tanaman
dalam bentuk tetesan air (menggunakan dripper) yang sudah diatur dalam selang
waktu tertentu, sehingga nutrisi yang dialirkan bisa optimal dan memenuhi
kebutuhan nutrisi tanaman. Pada sistem ini, aliran nutrisi dialirkan secara terbuka,
artinya larutan nutrisi tidak dialirkan kembali ke bak penampung, sehingga
pengaturan waktu dan frekuensi penyiraman sangat diperlukan dan dilakukan
secara cermat agar pemberian nutrisi dapat efisien tanpa ada nutrisi yang
terbuang. Sistem ini biasanya digunakan pada tanaman sayuran buah (tomat,
paprika, cabe, terong, dll) yang memiliki ukuran yang tinggi dan cukup lebat.
4. Wick
Sistem hidroponik menggunakan sumbu yang dipasangkan ke media/pot
tanaman, sumbu ini berfungsi untuk mengalirkan larutan nutrisi dari bawah
(penampung) ke atas (akar tanaman). Sistem ini merupakan sistem yang paling
mudah, dan murah, dan sangat cocok untuk tahap belajar.
5. Rakit apung
Dikenal dengan istilah Raft system, FHS (Floating Hydroponic System),
atau Water culture system. Prinsip sistem hidroponik ini yaitu tanaman ditanam
dalam keadaan diapungkan tepat di atas larutan nutrisi, biasanya menggunakan
styrofoam sebagai penopangnya. Sistem ini menggunakan aerator (semacam alat

pemompa udara) yang dialirkan di dalam larutan nutrisi, bertujuan untuk memberi
pasokan udara pada akar tanaman.
Dalam sistem hidroponik NFT, air dialirkan ke deretan akar tanaman secara
dangkal. Akar tanaman berada di lapisan dangkal yang mengandung nutrisi sesuai
dengan kebutuhan tanaman. Perakaran dapat berkembang di dalam nutrisi dan
sebagian lainnya berkembang di atas permukaan larutan. Aliran air sangat
dangkal, jadi bagian atas perakaran berkembang di atas air yang meskipun lembab
tetap berada di udara. Di sekeliling perakaran itu terdapat selapis larutan nutrisi.
Dari sinilah muncul istilah NFT, yang didefenisikan sebagai metode budidaya
tanaman dimana akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan
tersirkulasi, yang memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi dan oksigen.
Prinsip kerja dari sistem NFT mengandalakan sirkulasi air bercampur
larutan nutrisi yang dipompa terus menerus melalui selonjor atau serangkaian pipa
(pvc) atau baki panjang (tray). Tanaman yang ditanam dalam netpot ditancapkan
dalam lubang-lubang yang telah disediakan pada pipa pvc, dimana akar tanamna
akan terus tumbuh ke bawah dan terendam dalam aliran air bercampur nutrisi.
Beberapa keuntungan pemakain NFT, antara lain:
1. Dapat memudahkan pengendalian daerah perakaran tanaman
2. Kebutuhan air dapat terpenuhi dengan baik dan mudah
3. Keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi larutan nutrisi yang dibutuhkan
oleh tanaman dapat disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman
4. Tanaman dapat diusahakan beberapa kali dengan periode tanam yang pendek

Kelemahan tipe NFT adalah sebagai berikut:


1. Investasi dan biaya perawatan yang mahal
2. Sangat tergantung terhadap energi listrik
3. Penyakit tanaman akan dengan cepat menular ke tanaman lain
Pemilihan jenis komoditas ini merupakan pertimbangan awal yang perlu
ditetapkan untuk pengusahaan tanaman dengan kultur hidroponik secara
komersial (bukan sekedar hobi). Hanya komoditas yang bernilai ekonomi tinggi,
dengan produktivitas dan kualitas yang tinggi, diikuti kontinyuitas yang terjamin,
yang akan merangsang motivasi produsen mencapai kesuksesan, sekaligus
memenuhi preferensi konsumen di pasaran. Beberapa jenis sayuran yang dapat
dibudidayakan dengan sistem hidroponik NFT antara lain pakcoi, selada, stroberi,
sawi dan lain-lain. Pergantian larutan dan air pada sistem NFT dilakukan secara
periodik. Pergantian larutan dan air pada sistem NFT juga dapat dilakukan jika
dalam larutan dan air sudah tidak terdapat gelembung-gelembung udara.
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum NFT adalah sebagai
berikut;
1. Talang
Talang disini digunakan sebagai tempat menggantungnya akar dan jalur
larutan untuk diserap oleh tumbuhan.
2. Pipa
Pipa berfungsi sebagai media penyalur larutan dari penampung larutan menuju
telang.

3. Pompa celup
Pompa celup berfungsi sebagai alat untuk mengalirkan air dari penampung air,
pipa dan talang secara terus menerus.
4. Penampung larutan nutrisi
Penampung larutan nutrisi ini bersfungsi sebagai tempat untuk menampung
dan memantau larutan nutrisi sistem NFT.
Saat ini sudah banyak dilakukan penelitian hidroponik sistem NFT. Salah
satunya yaitu dari penelitian Yessi (2011), tentang uji kemiringan talang sistem
fertigasi hidroponik nft (nutrient film technique) pada budidaya tanaman
selada(Lactuca sativa). Pengujian ini dilakukan untuk mengetaui nilai kemiringan
yang efektif pada penanaman selada. Dari penelitian tersebut ternyata dihasilkan
kemiringan talang 9% memberikan hasil produk dengan keseragaman EC yang
lebih baik dibandingkan dengan kemiringan talang 6%. Dapat disimpulkan dari
hasil yang diperoleh bahwa dengan kemiringan talang 9% lebih efektif.

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hidproponik dengan sistem NFT merupakan sistem hidroponik yang


sederhana dan mudah diaplikasikan. Sestem NFT menggunakan alat antara lain
talang, pipa, pompa celup, bak penampung dan media tanam. Alat tersebut dirakit
dan diletekkan di tempat dengan kemiringan tertentu untuk memudahkan aliran
air pada talang.

B. Saran

Pada praktikum selanjutnya dapat memaksimalkan alat dan bahan yang ada,
serta praktikum dapat lebih aplikatif.

DAFTAR PUSTAKA

Hartus, T. 2008. Berkebun Hidroponik Secara Murah. Edisi IX. Penerbit Penebar
Swadaya. Jakarta.
Lingga, P. 2011. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Cetakan XXXII.
Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Resh, H. M. 1998. Hydroponic Food Production. Woodbridge Press Publ. Co.
Santa Barbara. 527p.
Savage, A.D. 1985. Overview:Background, current situation, and future prospect,
p.6 11. In: A.J. Savage (ed.). Hydroponics worldwide: State of the art in
soiless crop production. Intl. Ctr. Special. Studies Inc. Honolulu, Hawaii.
Yessi, Handayani. 2011. Uji Kemiringan Talang Sistem Fertigasi Hidroponik
NFT (Nutrient Film Technique) Pada Budidaya Tanaman Selada(Lactuca
Sativa). Skripsi sarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai