Makalah Polapikir Kel1 Gp12 Gabungan
Makalah Polapikir Kel1 Gp12 Gabungan
PENDAHULUAN
beberapa waktu lalu, menyebutkan produktivitas PNS di Indonesia sangat rendah dan
buruk.
Melihat kinerja PNS sekarang ini, maka kita sedang menghadapi sebuah persoalan
besar yang dari tahun ke tahun tampaknya belum terselesaikan. Dimana jumlah PNS
yang sangat besar dengan produktivitas yang rendah sehingga pelayanan kepada
masyarakat masih belum sempurna.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apa penyebab displin kerja PNS rendah?
2. Bagaimana meningkatkan displin kerja PNS?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui penyebab disiplin kerja PNS rendah
2. Merumuskan upaya yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan disiplin kerja
PNS
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pola Pikir
2.1.1. Definisi Pola Pikir
Pola pikir adalah pola yang menetap dalam pikiran bawah sadar yang dibentuk
oleh pengalaman baik positif maupun negatif yang terekam. Pola pikir yang dibentuk oleh
pengalaman tersebut bisa terbentuk melalui informasi yang terus-menerus diberikan
dalam jangka waktu yang lama yang seringkali terjadi waktu sangat muda.
Sebelum berbicara tentang pola pikir, maka perlu diketahui apa yang dimaksud dengan
berpikir. Sebagai contoh, ketika mendapatkan tugas dari pimpinan untuk membuat surat
dan mengantar surat saat kita juga mendapatkan tugas lain, maka kita akan memikirkan
mana yang dikerjakan terlebih dahulu dan lain sebagainya. Berpikir adalah suatu kegiatan
mental yang melibatkan kinerja otak (Alek Sobur, 2003). Dalam berpikir, setiap individu
menggunakan pola-pola pikir tertentu.
Pola pikir adalah paradigma yang digunakan seseorang untuk memandang
sesuatu yang dapat mempengaruhi dan menentukan cara bersikap dan bertindak. Pola
pikir ini dipengaruhi oleh keyakinan dan nilai-nilai. Keyakinan adalah pemahaman atau
pandangan sseorang terhadap benar dan salah, sedangkan nilai-nilai adalah pengertian
terhadap baik dan buruk. Pola pikir juga dapat dibentuk oleh imprint, yaituperistiwa masa
lalu yang sangat membekas. Imprint dapat bersifat positif atau negatif. Imprint bisa
berubah, tergantung pada individu yang bersangkutan. Selain itu, faktor lingkungan juga
sangat mempengaruhi pola pikir seseorang, terutama lingkungan keluarga dimana
seseorang dibesarkan.
Menurut Dweck (2006),terdapat dua pendapat tentang pola pikir:
a. Pola pikir yang tidak berubah
Di dalam lingkungan masyarakat, orang diukur melalui hasil karyanya. Mereka
yang memiliki karya bagus akan disanjung sebagai orang hebat. Sebaliknya mereka
yang menunjukkan karya pas-pasan dicap sebagai orang tidak cerdas dan tidak
terampil. Tingkat kecerdasan seseorang diukur menggunakan tes IQ,di mana semakin
tinggi IQ maka orang tersebut semakin pintar dan sebaliknya. Dari persepsi ini kita
diyakinkan bahwa potensi individu sudah terberi (given) dan tidak mungkin diubah.
Akibatnya, sekelompok orang berkesimpulan bahwa jika mengalami kegagalan sudah
lumrah karena kemampuan mereka hanya rata-rata.
Pola pikir ini meyakini bahwa potensi awal yang kita miliki hanyalah dasar untuk
pengembangan. Potensi dasar individu ini merupakan tambang yang dapat diolah
menjadi emas melalui proses belajar dan pengalaman.
Pola pikir PNS adalah salah satu pola pikir profesi, di samping misalnya profesi
politikus, pedagang, pengusaha, petani dsb. Karena perbedaan karakteristik dengan
profesi lainnya, maka pola pikir PNS juga berbeda. Salah satu ciri khas yang
membedakannya adalah tugas dan karakteristik pelayanan publik (public services).
Pola pikir dunia profesi merupakan pola yang telah menetap dalam pikiran bawah
sadar seseorang tentang profesi atau pekerjaan yang ditekuninya. Hal ini terkait dengan
kepribadian yang mengacu pada semua ciri pribadi, pengalaman, sifat, jenis kelamin, latar
belakang budaya, dan pendidikan seseorang.
Para profesional sebaiknya melaksanakan profesinya dengan landasan etika. Profesi
yang dijalankan tanpa landasan etika dapat menimbulkan perilaku yang tidak baik atau
tidak etis. Banyak contoh yang menunjukkan bahwa perilaku yang tidak etis dapat dan
telah menimbulkan dampak yang merugikan. Misalnya para dosen, tidak etis jika
mempersulit mahasiswa dalam menyelesaikan studinya dengan alasan yang mengadaada.
Pola pikir sangat dipengaruhi oleh keyakinan dan nilai-nilai. Bagi orang awam,
keyakinan dibangun atas dasar kebenaran (common sense) dan nilai-nilai berbasis
kebiasaan dan budaya terbatas. Sedangkan pada pola pikir profesi, keyakinan dibangun
atas kebenaran keilmuan dan nilai-nilai berbasis universalitas. Jadi sangat jelas bedanya
bagi orang yang berpola pikir awam dengan pola pikir profesional di dalam pengambilan
keputusan, sikap dan tindakan.
Pola pikir positif (pola pikir berkembang) PNS tercermin dalam berbagai prestasi
yang telah dicapai oleh para PNS selama ini sesuai bidang tugasnya masing-masing,
maupun dalam bentuk acuan norma dan aturan yang berlaku. Norma dan aturan tersebut
diarah oleh PNS dalam bentuk menjaga sikap dan perilakunya, karena secara periodik
dijadikan acuan penilaian antara lain dalam bentuk DP3.DP3 atau Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan PNS tersebut terdiri atas delapan norma-norma sikap perilaku,
yaitu:
1.
2.
3.
4.
Kesetiaan
Prestasi Kerja
Tanggung jawab
Ketaatan
5.
6.
7.
8.
Kejujuran
Kerjasama
Prakarsa
Kepemimpinan
b. Sikap mental tertentu atau watak yang menentukan respons dan pemaknaan
seseorang terhadap situasi.
2.1.2.
yaitu pola pikir dipandang sebagai sesuatu yang tidak berubah, tetap,
(Fixed Mindset), dan pola pikir dipandang sebagai sesuatu yang
atau
ajeg
(Growth Mindset).
2.2 Disiplin
2.2.1
Pengertian Disiplin Kerja
Secara umum disiplin kerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk melatih
diri dalam melaksanakan kegiatan dengan baik dan benar. Untuk memperkuat tentang
pengertian disiplin kerja, maka ada beberpa pengertian disiplin kerja
ahli. Menurut Tohardi (2002:393) Disiplin kerja adalah perilaku
menurut
para
2.2.2
manusia berangkat dari pandangan bahwa tidak ada manusia yang sempurna, oleh
karena itu setiap organisasi perlu memiliki berbagai ketentuan yang harus diatasi oleh
para anggotanya :
Menurut Siagian
organisasi yaitu :
1. Pendisiplinan Preventif adalah tindakan yang mendorong para pegawai supaya
taat atau patuh kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi yang
telah diterapkan.
2. Pendisiplinan Korektif adalah tindakan yang dilakukan sesudah terjadi pada
pelanggaran, atau bertujuan agar tidak terjadi pelanggaran lebih jauh dan bisa
dijamin bahwa di masa mendatang para pegawai ini akan mengikutu semua aturaaturan organisasi.
Selanjutnya Moenir (2006:96) mengatakan bahwa Disiplin kerja dapat dilihat dari
dua yaitu :
1. Disiplin Waktu adalah Jenis disiplin yang sangat mudah dilihat dan dikontrol baik
oleh manajemen yang bersangkutan dengan masyarakat, contohnya melalui
sistem daftar absensi atau sistem apel.pendisiplinan pegawai atau pekerja yang
dapat ditempuh,misalnya mengadakan absensi 2-3 kali sehari, dan apel pagi dan
apel waktu terkhir jam kerja atau lain-lain.
2. Disiplin Kerja Isi pekerja pada dasarnya terdari dari metode pengerjaan,prosedur
kerja, waktu dan junlah unit yang diterapkan dengan mutu yang telah dibakukan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa diharapkan setiap pegawai dapat
mengetahui dan menerapkan disiplin pada diri mereka masing-masing, sehingga dapat
memberikan hasil yang memuaskan kepada diri pegawai sendiri kepada instansi dimana
pegawai itu bekerja.
2.2.3
itulah agar
seseorang agar menjadi disiplin dapat dimulai sejak kecil, remaja dan dapat juga
dilakukan pada orang dewasa, yaitu mereka yang bekerja di berbagai organisasi atau
perusahaan.
Menurut Tohardi (2002:397) ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam
metode pembinaan disiplin tersebut, antara lain adalah :
1. Funishment and Reward ialah Funishment (hukuman) dan Reward (Hadiah) dapat
digunakan sebagai upaya penerapan disiplin seorang pekerja, pegawai maupun
buruh organisasi dalam perusahaan.
2. Adil dan tegas ialah Penegakan hukum, peraturan, prosedur kerja harus dilakukan
secara tegas dan untuk hukuman harus diterapkan secara adil untuk semua orang
yang ada di organisasi atau perusahaan.
3. Motivasi ialah Pihak-pihak yang berkopotensi diorganisasi atau perusahaan harus
memberikan penjelasan apa manfaat yang akan diperoleh organisasi oleh
karyawan yang bersangkutan apa yang akan diperoleh organisasi atau
perusahaan bila seseorang disiplin dalam bekerja.
4. Keteladanan ialah bimbingan-bembingan yang dapat memberikan keteladanan
yang baik, akan menambah bahwa sehingga segala sikap dan perilaku pimpinan
selalu menjadi rujukan atau panutan bawahan.
5. Lingkungan yang kondusif ialah lingkungan sosial yang tepat kerja yang kondusif,
bila mengharapkan orang-orang yang bekerja di sana berdisiplin tinggi.
Metode di atas dapat dijadikan acuan PNS dalam berdisiplin. Dalam penerapan
metode pembinaan disiplin adalah pada penemuan fakta dan bimbingan untuk
mendorong perilaku yang diharapkan. Dari pendapat para ahli diatas diambil kesimpulan
bahwa dalam setiap metode pembinaan disiplin kerja bagi pegawai banyak hal yang bisa
dilakukan untuk merubah tingkah laku seorang pegawai masalah pekerjaanya.
2.2.4
yang akan meningkatkan kemajuan kedisiplinan bagi pegawai, serta dengan semangat
yang tinggi dalam melakukan pekerjaan dapat membangkitkan gairah kerja yang tinggi
dan untuk meningkatkan inisiatif dalam pencapaian tujuan.Manfaat penerapan disiplin
kerja yang baik pada pegawai dalam upaya mencapai disiplin kerja dikemukakan oleh
Tohardi (2002:395), sebagai berikut :
1. Pegawai
akan
mendapatkan
kepuasan
dalam
bekerja
diorganisasi
atau
perusahaan.
2. Produktivitas organisasi akan berjalan dengan lancar dan sesuai dengan
perencanaan.
3. Dengan adanya disiplin yang baik seorang pegawai dapat menghindari dari
kecelakaan ditempat dia bekerja.
4. Sebagai panutan bagi pegawai yang bekerja.
5. Tercapainya tujuan dalam organisasi atau perusahaan.
6. Terpelihara citra bagi sebuah organisasi atau perusahaan.
Menurut Saydam (2006:54) Manfaat dari penerapan disiplin kerja yang akan
terlihat pada :
1. Tingginya rasa kepedulian karyawan terhadap pencapaian tujuan perusahaan.
2. Tingginya semangat dan gairah kerja para karyawan melakukan pekerjaanya.
dengan
kewajiban untuk masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja adalah
setiap
PNS wajib datang, melaksanakan tugas, dan pulang sesuai ketentuan jam
kerja
berhalangan
Keterlambatan
(tujuh setengah) jam sama dengan 1 (satu) hari tidak masuk kerja.
2. Keppres no 68 tahun 1995 tentang Hari Kerja di Lingkungan Lembaga Pemerintahan
a. Hari kerja bagi selluruh lembaga pemerintah tingkat pusat dan
pemerintah
daerah khusus ibu kota Jakarta Raya ditetapkan 5 hari kerja mulai senin sampai
jumat.
b. Jam kerja efektif :
Hari Senin s.d. Kamis Jam 07.30 16.00 WIB (Waktu istirahat jam 12.00
3.
13.00)
Hari Jumat Jam 07.30 16.30 WIB (Waktu Istirahat jam 11.30 13.00)
Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 08 Tahun1996
tanggal 15 Maret 1996 tentang Pedoman Pelaksanaan Hari Kerja di Lingkungan
Lembaga Pemerintah bahwa hari kerja bagi seluruh Lembaga Pemerintah tingkat
Pusat dan Pemerintah DKI Jakarta ditetapkan 5 (lima) hari kerja mulai hari Senin s.d.
hari Jumat dan jumlah jam kerja efektif adalah 37,5 jam dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Hari Senin s.d. Kamis Jam 07.30 16.00 WIB (Waktu istirahat jam 12.00
4.
13.00)
b Hari Jumat Jam 07.30 16.30 WIB (Waktu Istirahat jam 11.30 13.00)
Pasal 7 PP no 53 tahun 2010 menyebutkan tingkat hukuman disiplin pada PNS:
(1) Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:
8
Tidak Masuk
5 hari kerja
6 10 Hari Kerja
11 15 Hari Kerja
16 20 Hari Kerja
21 25 Hari Kerja
Tingkat Hukuman
Ringan
Ringan
Ringan
Sedang
Sedang
Jenis Hukuman
Teguran lisan
Teguran tertulis
Pernyataan tidak puas secara tertulis
Pernyataan tidak puas secara tertulis
Penundaan
kenaikan
pangkat
26 30 Hari Kerja
Sedang
7.
31 35 Hari Kerja
Berat
8.
36 40 Hari Kerja
Berat
9.
41 45 Hari Kerja
Berat
rendah
Pembebasan dari jabatan bagi PNS
yang menduduki jabatan struktural
10.
Berat
permintaan
sendiri
atau
2.
3.
ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas Negara lainnya dan
digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) terdiri dari:
a. Pegawai Negeri Sipil Pusat
1. Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) dan bekerja pada Departemen, Lembaga Non
Departemen, Kesekretariatan Lembaga tertinggi/Tinggi Negara, dan kepaniteraan
pengadilan.
2. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang bekerja pada perusahaan jawatan.
3. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan atau dipekerjakan pada daerah
otonom.
4. Pegawai Negeri Pusat Pusat yang berdasarkan suatu peraturan perundangundangan diperbantukan atau dipekerjakan pada badan lain, seperti perusahaan
umum, yayasan, dan lain-lain.
5. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang menyelenggarakan tugas negara lain, seperti
hakim pada pengadilan negeri, pengadilan tinggi, dan lain-lain.
b. Pegawai Negeri Sipil Daerah
Pegawai
Negeri
Sipil
yang
bekerja
di
daerah
otonom
seperti
daerah
43
Tahun
1999
tentang
Pokok-pokok
Kepegawaian.
Peraturan
yang
berupa
Peraturan
Pemerintah
(PP)
maupun
Keputusan
Presiden
harus
mampu
mengelola
pemerintahan.
Artinya
pelayanan
pada
abdi
negara
dan
masyarakat
diharapkan
PNS
dalam
laku
dan
kedisiplinannya
dalam
melaksanakan
tugas
secara
11
BAB III
ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
3.2
Analisis Masalah
Kasus tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor berikut ini:
1.
2.
3.
4.
5.
dari rendahnya disiplin kerja PNS di beberapa instansi di Indonesia yang digambarkan
dalam diagram Fishbone di bawah ini.
13
Mindse
t
Fixed mindset, PNS
berada di zona nyaman
Money
Peratura
n
Pemberian Insentif
yang dirasa kurang
Penerapan sanksi
kurang tegas
Kurang meratanya
distribusi beban kerja
Kurangnya pengawasan
terhadap penerapan aturan
SDM
Lemahnya
hukum yang ada
Rendahnya
disiplin kerja
PNS
Ketidaksamaan
visi dan misi
Ketidakdisiplinan
yang menjadi
tradisi
Jumlah PNS
yang banyak
Budaya
kerja
Dari diagram tulang ikan di atas, terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab
kurangnya disiplin kerja PNS, yaitu Fixed mindset dalam comfort zone,kurangnya
pengawasan terhadap penerapan peraturan, jumlah PNS yang sangat banyak. Selain itu
ketidaksamaan persepsi atas visi dan misi, penerapan sanksi terhadap pelanggar yang
tidak jelas dan tidak tegas, kurang meratanya distribusi beban kerja, ketidakdisiplinan
yang menjadi tradisi, pemberian insentif yang dirasa kurang, tidak adanya uang lembur.
Fixed mindset dirasakan menjadi salah satu penyebab kurangnya disiplin terwujud
dalam bentuk rasa nyaman berada dalam comfort zone. Terdapat pendapat umum bahwa
PNS adalah salah satu pekerjaan yang stabil. Seorang PNS sulit untuk diberhentikan dari
pekerjaannya karena banyaknya perlindungan yang diberikan oleh peraturan-peraturan
pemerintah.
Dua penyebab yang menurut kami juga perlu mendapat sorotan adalah penerapan
sanksi terhadap pelanggar yang tidak jelas dan tidak tegas serta ketidakdisiplinan yang
menjadi tradisi. Sanksi yang dirasa kurang jelas dan tegas ini berkontribusi pada
ketidakdisiplinan. Sedangkan perilaku tidak disiplin yang sering terlihat dari sesama PNS
atau bahkan senior menjadi justifikasi perilaku tersebut yang kemudian menjadi tradisi.
Adapun dampak dari rendahnya disiplin pada PNS tersebut antara lain:
1.
2.
3.
4.
3.3
Urgensi
Seriousness
Growth
Score
13
14
11
12
Priority
Prioritas masalah
Masalah
tidak tegas
Kurang meratanya
distribusi beban kerja
Ketidakdisiplinan yang
menjadi tradisi
Pemberian insentif
yang dirasa kurang
Tidak adanya uang
lembur
Urgensi
Seriousness
Growth
Score
15
10
Skala Likert :
1. Sangat tidak
2. Tidak setuju
3. Netral
setuju
Priority
Prioritas
4. Setuju
5. Sangat setuju
bahwa
permasalahan
ini
memiliki
tingkat
urgensi
yang
tinggi,
permasalahan yang sangat serius dan pertumbuhan dari permasalahan yang juga tinggi
sehingga dijadikan penyebab utama dari topik kami.
3.4
Solusi
Berdasarkan analisis Fishbone di atas, solusi untuk pemecahan masalah
rendahnya disiplin kerja PNS dapat dilihat dalam tabel berikut ini yaitu:
Rencana Aksi
No
1.
Kegiatan
Penerapan
Sasaran
Terciptanya
sanksi yang
growth
lebih tegas
mindset pada
PNS
Indikator
- SDM
- Biaya
- Adanya pikiran
negatif tentang
mangkir dan
bolos
- pegawai yang
tepat waktu
2.
Meningkatkan
Terciptanya
pengawasan
growth mindset
pada PNS
- SDM (pimpinan)
- terawasinya
aktivitas kerja
- meningkatnya
kinerja PNS
Mekanisme
- Sosialisasi PP no. 53
tahun 2010 pasal 7
tentang tingkat
hukuman disiplin
- pengawasan terhadap
penerapan sanksi
- mutasi bagi PNS yang
tidak disiplin
- evaluasi mingguan
- Pimpinan melakukan
supervisi
- Mengadakan CCTV
- Penunjukan
penanggung jawab
pengawasan CCTV,
dan petugas pengawas
No
Kegiatan
Sasaran
Indikator
Mekanisme
dapat mengoperasikan
CCTV dengan efaktif
- Membuat kebijakan
berupa kewajiban
membuat laporan
Memberikan
Terciptanya
apresiasi pada
growth mindset
PNS yang
pada PNS
disiplin
- Dana
- Suasana kerja
menyenangkan
- Meningkatnya
kinerja PNS
mingguan
- Memberikan pujian
- Memberikan
penghargaan
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis permasalahan pada bab sebelumnya, simpulan yang dapat
ditarik ialah:
1) PNS tidak disiplin karena adanya fixed mindset yang merasa berada di zona
nyaman, penerapan sanksi yang kurang tegas, lemahnya hukum yang ada,
kurang meratanya distribusi beban kerja, kurangnya pengawasan terhadap
penerapan aturan, jumlah PNS yang banyak, ketidaksamaan visi dan misi,
ketidakdisiplinan yang menjadi tradisi
2) Peningkatan kedisiplinan PNS dapat dilakukan dengan penerapan sanksi yang
lebih tegas, meningkatkan pengawasan, dan memberikan apresiasi pada PNS
yang disiplin.
4.2. Saran
1. Pimpinan sebagai teladan sebaiknya memahami aturan kepegawaian PNS dan
menerapkan aturan tersebut pada dirinya sendiri agar dapat menjalankan
pengawasan dengan optimal
2. Sebaiknya menyediakan sarana penunjang dalam rangka pengawasan yang
optimal
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Pola Pikir Pegawai Negeri Sipil, Diklat
Prajabatan Golongan 3, Jakarta.
Dweck S.C. 2006. Mindset: The New Psychology of Success. NewYork: Random
House.
Peraturan Pemerintah nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Panjaitan, Janter. Disiplin PNS Di Kabupaten Bogor Sangat Rendah 2012. HarianTerbit.
Available at URL www.harianterbit.com/2012/10/02 [cited 2012 November 15]