Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecenderungan meningkatnya angka gangguan mental psikiatrik dikalangan masyarakat saat ini dan yang akan terus menjadi masalah
sekaligus menjadi tantangan bagi tenaga kesehatan khususnya komunikasi profesi keperawatan.
Ketidakmampuan individu dalam menghadapi berbagai masalah social dalam kehidupan menimbulkan masalah kejiwaan yang lebih
mengacu pada kerusakan interaksi social menarik diri yaitu seseorang cenderung menyendiri dan sering melamun. Pada dasarnya kemampuan
hubungan social berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang individu mulai dari bayi sampai dengan dewasa lanjut, untuk
mengembangkan hubungan social positif. Setiap tugas perkembangan sepanjang daur kehidupan diharapkan dilalui dengan sukses kemampuan
berperan serta proses hubungan diawali dengan kemampuan saling tergantung. Oleh karena itu, perawat harus mempunyai kemampuan profesi
dalam memberikan asuhan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal. Untuk itu perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik yaitu proses keperawatan.
Menurut penelitian WHO, jika provalensi gangguan jiwa di atas 100 jiwa pertahun penduduk dunia, maka berarti Indonesia mencapai
264 orang per 1000 penduduk yang merupakan anggota keluarga. Data hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995), artinya 2,6
kali lebih tinggi dari ketentuan WHO. Ini adalah sesuatu yang sangat serius.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahas tentang gangguan jiwa dengan masalah utama kerusakan interaksi
social menarik diri.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
- Untuk memperoleh gambaran umum mengenai skizofrenia paranoid/isolasi social menarik diri) dan perawatannya
- Untuk mengembangkan buah pikiran yang ada manfaatnya bagi masyarakat
- Untuk menambahkan ilmu pengetahuan dan melihat secara langsung atau mengaplikasikan teori psikiatri yang diperoleh dari bangku
perkuliahan melalui praktek lapangan di Rumah Sakit Jiwa pusat Medan atau sekaligus di dalamnya melatih pembuatan studi kasus ini.
2. Tujuan Khusus
- Membantu penderita agar dapat memenuhi kebutuhan kesehatannya dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal

Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi penulis dalam melaksanakan proses keperawatan
C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis membuat batasan sesuai dengan yang penulis pelajari yaitu dalam bidang keperawatan. Ruang
lingkup yang penulis kemukakan adalah asuhan keperawatan pada Tn.JM, dengan gangguan perubahan isolasi sosial menarik diri pada
skizofrenia paranoid di Ruangan Napza Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatra Utara Medan 15 Mei s/d 26 Mei 2012.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan cara :
1. Observasi
Penulis mengadakan penelitian dan pengawasan langsung terhadap penderita skizofrenia tipe paranoid/isolas social (menarik diri).
2. Wawancara
Dalam wawancara ini penulis mengadakan :
Auto anamnese
: Tanya jawab langsung pada pasien yang bersangkutan
Auto anamnese
: Mengadakan Tanya jawab dengan keluarga pasien
3. Rekomendasi
Diperoleh dari perawatan dan status pasien
4. Perpustakaan
Penulis menggunakan buku-buku atau diktat berhubungan dengan penderita skizoprenia paranoid (Isolasi social : Menarik diri) dan
perawatannya.

E. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari 5 bab, yaitu :
Bab I
Pendahuluan

Terdiri atas : latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan
Bab II
Landasan Teoritis
Terdiri atas :
a. Tinjauan Teoritis medis
- Definisi
- Faktor predisposisi
- Rentang respon keperawatan
b. Tinjauan teoritis keperawatan
- Definisi, karakteristik, prilaku, masalah keperawatan, tujuan tindakan keparawatan,
Bab III Tinjauan Kasus
Bab IV Pembahasan
BabV
Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka

evaluasi

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Tinjauan Teoritis Medis


2.1.1. Pengertian
Kerusakan interaksi sosial merupakan kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai
suatu keadaan negatif atau mengancam, kelainan interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana seorang individu beradaptasi dalam suatu
kuantitas yang tidak cukup/berlebihan kualitas interaksi sosial yang tidak efektif. (Marry C.Townsand, Edisi V, 1998, Hal. 1927)
Menarik diri adalah reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis. Reaksi fisik yaitu individu pergi atau
menghindari sumber stresor. Misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain. Sedangkan reaksi psikologis individu
menunjukkan prilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat sering disertai rasa takut dan bermusuhan. (Rasmus, 2001, Hal 18)
Menarik diri adalah usaha menghindari interaksi dengan orang lain individu dengan orang lain. Individu merasa ia kehilangan hubungan
akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalannya. Orang lain yang di manifestasikan dengan
sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan sanggup membagi pengalaman dengan orang lain. (Standart Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi
Pertama, Bandung 1996, Hal 47)
2.1.2 Faktor Predisposisi
Adapun faktor prespitasi adalah dibagi atas 2, yaitu :
A. Faktor Prestasi
Adapun faktor pencetus terdiri dari 4 sumber utama yang dapat menentukan alam perasaan adalah:
Kehilangan ketertarikan yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk kehilangan cinta seseorang. Fungsi fisik, kedudukan atau harga diri,
karena elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka konsep persepsi lain merupakan hal yang sangat penting.
Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang
dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi depresi terutama pada wanita
Perubahan fisiologis di akibatkan oleh obat-obatan berbagai penyakit fisik seperti infeksi, meoplasma dan gangguan keseimbangan metabolik
dapat mencetus gangguan alam perasaan. (Gail W.Stuart- dkk. Edisi III. 1998)
Faktor Pendukung
Faktor genetik dianggap mempunyai transmin gangguan efektif melalui riwayat keluarga atau keturunan.

Teori agresi menyerang kedalam menunjukkan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang ditujukan pada diri sendiri.
Teori kehilangan objek merasakan kepada perpisahan traumatik individu dengar benda atau yang sampai sangat berarti.
Teori organisasi kepribadian mengenai bagian konsep yang negatif dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan penilaian seseorang
terhadap dirinya.
Metode kognitif menyatakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri dunia
seseorang di masa depan seseorang.
Metode ketidakberdayaan yang dipelajari menunjukkan bahwa semata-mata trauma menyebabkan depresi tetapi keyakinan bahwa seseorang
tidak mampu mengendalikan terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya. Oleh karena itu dia menolak respon dan adaktif.
Model perilaku berkembang dari kerangka teori belajar sosial yang mengasumsikan keinginan penyebab depresi terlacak pada kerangka
keinginan positif dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Metode biologi menguraikan perubahan kimia dalam tubuh terjadi selama masa depresi, termasuk depresi katakoloni, disfungsi endoktrim dan
variasi periodik serta irama biologis.

2.1.3 Rentang Respon Sosial


Respon Adaptif

Menyendiri
Otonomi
Bekerjasama
Interdependen

Menarik diri
Manipulasi
Tergantung
Curiga

Respon Maladaptif

Merasa sunyi
Epseploitasi
Menarik diri
Paranoid

Keterangan :
Respon adaptif
Yaitu respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat. Dimana individu dalam
menyelesaikan masalahnya masih dalam batas norma.
Menyendiri
Respon yang masih dibutuhkan individu untuk menuangkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri
untuk menentukan langkah selanjutnya
Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide pelaksanaan perasaan dalam hubungan sosial.
Bekerjasama
Suatu kondisi hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
Interdependen
Saling ketergantungan antar individu dengan yang lain dalam interaksi sosial dalam membina hubungan independen.
Respon mal adaptif
Adalah respon yang diberikan individu dalam menyelesaikan masalahnya, menyimpang dari norma-norma sosial kebudayaan suatu tempat.
Menarik diri
Terjadi apabila individu menemukan kesakitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
Manipulasi
Individu menganggap orang lain sebagai objek individu serta tak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
Tergantung
Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuan untuk mengembalikan rasa percaya diri.
Curiga
Bila individu gagal mengembalikan rasa percaya diri dengan orang lain
2.1.4. Tanda dan Gejala
Apatis, ekpresi sedih, efek tumpul

Komunikasi kurang, klien tidak tampak berkomunikasi dengan pasien lain atau perawat
Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
Berdiam di kamar
Menolak berhubungan dengan orang lain, pasien memutuskan atau langsung pergi jika diajak bicara
Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, seperti : perawatan diri dan aktivitas sehari-hari
(Budi Anna Keliat)
2.1.5. Etiologi
Teori biologik dan genetik
Hipotesis neurotransmitter
Pencetus psikososial
(Buku Saku Psikiatri, PenerbitBuku Kedokteran, EGC, hal)
2.1.6. Karakteristik
a. Gangguan pola : tidak nafsu makan atau makan berlebihan
b. Berat badan menurun atau meningkat secara drastis
c. Kemunduran kesehatan fisik
d. Tinggal di tempat tidur dalam waktu lama
e. Banyak tidur siang
f. Kurang bergairah
g. Tidak mempedulikan lingkungan
h. Immobilitas
i.
Mondar-mandir/sikap menantang, melakukan kegiatan berulang-ulang
j.
Keinginan seksual menurun
(Standar Pelayanan Dari Asuhan Keperawatan Jiwa, hal)
2.1.7. Pengobatan
1. Farmakoterapi
2. Terapi fisik ECT (Elektro Compution Teraphy)
3. Terapi psikologi

4. Terapi social
5. Bila serangan pertama
Membangkitkan dan diagnosis
Pemeriksaan psikologi
Pemeriksaan kimia rutin, skrinning, roksikologi, VDRL dan uji fungsi tiroid
Elektroensefologram (untuk menyingkirkan epilepsy logus temperralit, neoplasma)
(Buku saku psiatri, penerbit buku kedokteran EGC, Hal)
2.2. Tinjauan Teoritis Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Tiap individu mempunyai potensi untuk berlibat berhubungan social sebagai tingkat hubungan yaitu hubungan intim dan hubungan
saling ketergantungan dalam menghadapi dan mengatasi berbagai kebutuhan setiap hari. Pada pengkajian klien-klien sulit diajak bicara,
pendiam, suka melamun dan menyendiri di sudut-sudut.
Pemutusan proses hubungan terkait erat dengan ketidakpuasan individu terhadap pasien hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran
peserta respon lingkungan yang negatif kondisi ini dapat mengembangkan rasa tidak percaya pada orang lain (Budi Anna Keliat S.Kep, M.App,
BSC, 1995)
2.2.2. Diagnosa Keperawatan

Isolasi sosial menarik diri

Harga diri rendah

Koping keluarga inefektif

Gangguan komunikasi verbal

Intoleransi aktifitas

Defisit perawatan diri


Koping individu inefektif
Regiment therapeutik inefektif

Resiko tinggi perilaku kekerasan

Perubahan persepsi
Tujuan Keperawatan

Klien dapat meningkatkan harga diri


Melakukan kegiatan asuhan diri
Merasa puas berhubungan dengan orang lain dan mampu menggunakan
alternatif untuk menggantikan prilaku menarik diri

Menggunakan koping yang efektif

Meningkatkan kemampuan melakukan komunikasi

Mengadakan hubungan dengan lingkungan


2.2.3. Intervensi
Bina hubungan saling percaya
Berkomunikasi dengan pasien secara jelas dan terbuka
Kenal dan dukung kelebihan pasien
Bantu klien mengurangi ansietas ketika berhubungan interpersonal
2.2.4. Tindakan Keperawatan / Implementasi
a. Psikotherapeutik
1. Bina hubungan saling percaya
Buat kontrak dengan pasien, perkenalan, tujuan dan waktu interaksi
Ajak klien berbicara dengan memanggil nama panggilan pasien
Jelaskan pada klien bahwa informasi tentang pribadi pasien tidak perlu dibertahukan kepada orang lain yang tidak berkepentingan
2. Berkomunikasi dengan pasien secara jujur, jelas dan terbuka.
Bicara dengan pasien secara jelas dan terbuka dengan istilah yang sederhana
Gunakan komunikasi verbal dan non verbal yang sesuai, singkat, jelas dan teratur
Bersama pasien menilai manfaat pembicaraannya dengan perawat
Tunjukkan sikap empati dan beri pasien kesempatan untuk mengungkapan perasaan
3. Kenal dan dukung kelebihan klien
Tanya cara-cara menyelesaikan masalah (koping) yang bisa digunakan klien
Diskusi bersama pasien tentang koping yang konstruktif
Dukung koping pasien yang konstruktif

Ajarkan pada pasien untuk menggunakan interpersonal


4. Bantu klien mengurangi ansietas
Batasi pengunjung pada awal terapi
Lakukan interaksi pada pasien sesering mungkin
Temani pasien dalam berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
Libatkan dalam aktivitas kelompok
b. Pendidikan Kesehatan
1. Jelaskan pada pasien cara mengungkapkan perasaan
2. Bicarakan dengan pasien peristiwa yang menyebabkan menarik diri
3. Jelaskan dan anjurkan kepada keluarga agar tetap mengadakan hubungan
4. Anjurkan kepada keluarga mengikutsertakan pasien dalam kegiatan di lingkungan masyarakat
c. Kegiatan Kehidupan Sehari hari
1. Bantu pasien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai dapat melaksanakan secara mandiri
2. Bimbing pasien berpakaian yang rapi
3. Batasi kesempatan tidur siang
4. Sediakan sarana informasi dan hiburan
d. Terapi Somatik
1. Beri obat sesuai dengan prinsip 5 benar (benar orang, obat, dosis, waktu dan guna)
2. Pantau reaksi obat pada pasien
3. Catat pemberian obat yang telah dilaksanakan
4. Pastikan obat apakah telah diminum

e. Lingkungan therapeutik

Lingkungan fisik
Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan pasien maupun orang lain
Cegah pasien tidak berada dalam ruangan sendiri dalam jangka waktu lama
Beri rangsangan sesuai seperti gambar masuk dan gambar hiasan
Lingkungan Sosial
Fasilitasi pasien untuk berperan serta terapi kelompok ekupasi serta terapi keluarga
Libatkan pasien dalam berinteraksi dengan klien lain dan perawat secara bertahap
2.2.5. Evaluasi
1. Pasien dapat menggunakan koping yang efektif dalam menyelesaikan masalah
2. Harga diri pasien meningkat
3. Pasien dapat melakukan interpersonal dengan orang lain
4. Pasien dapat melakukan kegiatan mandiri
5. Persiapan berinisiatif untuk berkomunikasi/melakukan komunikasi secara verbal.

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. PENGKAJIAN
3.1.1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. S
Umur
: 37 Tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
No. RM
: 01.62.69
Ruang Rawat
: Singgalang
Tanggal masuk
: 28 April 2012
Suku/Bangsa/Agama
: Batak/Indonesia/Kristen
Status
: Belum menikah
3.1.2. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT
- suka menyendiri
- suka mengurung diri
- rendah diri
- merasa kesepian
- tidak percaya diri
- merasa tidak berarti
- suka termenung
- malas mandi
3.1.3.. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, pengobatan sebelumnya berhasil, karena klien pulang dengan keadaan tenang.namun setelah
dirumah klien tidak pernah kontrol/minum obat.secara teratur hingga kambuh kembali.
Masalah Keperawatan : Regiment terapeutik inefektif.

2. Keluarga kurang perhatian terhadap perawatan dan pengobatan klien


Masalah Keperawatan : Koping keluarga inefektif.
3. klien tidak memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, klien gagal dalam melamar pekerjaan/ polisi.
Masalah keperawatan : koping individu inefektif.
3.1.4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda tanda Vital
T/D : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 37 C
BB : 43 kg
TB : 150 cm
b. Keluhan Fisik
Klien tidak memiliki keluhan fisik.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
3.1.5. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan :
:

: klien

:
Jelaskan
Masalah Keperawatan
2. Konsep Diri
a. Gambaran Diri
b. Identitas Diri
c. Peran
d. Ideal Diri

:Os anak ke 4 dari 5 bersaudara


: Tidak ada faktor endogen
: Klien menyenangi seluruh bagian tubuhnya
: Klien tidak bekerja dan belum menikah
: Klien sebagai seorang anak
: Klien ingin cepat sembuh, pulang dan berkumpul
dengan keluarga
: Klien merasa dirinya tidak berguna
: Harga Diri Rendah

e. Harga diri
Masalah Keperawatan
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti bagi klien adalah Ibunya
b. Klien tidak aktif dalam kegiatan kelompok/masyarakat.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, klien malu karena diejek
Masalah Keperawatan
: Isolasi sosial menarik diri

1.

2.

3.

4.

5.

3.1.6. STATUS MENTAL


Penampilan
Klien berpakaian tidak rapi, rambut acak acakan, kuku kotor
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri
Pembicaraan
Klien hanya mau berbicara kalau sudah dibujuk, bicara lambat.
Masalah keperawatan : Gangguan komunikasi verbal
Aktivitas Motorik
klien tampak lesu, lebih suka menyendiri, kurang mau beraktivitas.
Masalah keperawatan : Intoleransi aktivitas
Alam Perasaan
Klien tampak sedih.
Masalah keperawatan : gangguan konsep diri/Harga diri rendah.
Afek
Klien masih dapat merespon sesuai stimulus yang diberikan.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

6. Interaksi Selama Wawancara


Selama wawancara klien kebanyakan menunduk dan diam
Masalah keperawatan : Gangguan interaksi sosial
7. Persepsi
Klien tidak ada mendengar suara-suara.
Masalah keperawatan ; tidak ada masalah keperawatan
8. Proses Pikir

orang lain dan suka menyendiri.

Klien hanya diam saat belum dimulai pembicaraan, dan hanya menjawab sebatas apa yang ditanyakan
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
9. Isi fikir
Klien tidak mengalami waham dan gangguan isi fikir yang lain.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
10. Tingkat kesadaran
Saat diwawancarai, klien masih dapat diwawancarai
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
11. Memori
Klien dapat mengingat kejadian masa lalu
Masalah keperawatan tidak ada.
12. Tingkat kesadaran dan Berhitung
Klien mampu berkonsentrasi dan berhitung sederhana
13. Kemampuan penilaian
Klien mampu membuat kesimpulan sederhana
Masalah keperawatan tidak ada
14. Daya tilik diri
Klien mengatakan di rumah sakit karena diantar orang tua dan klien mengingkari dirinya sakit.
Masalah keperawatan ; koping individu inefektif

3.1.7. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memahami/menyediakan kebutuhan klien tinggal dirumah dengan keluarganya, sehingga keluarga dapat membantu dalam
keperawatan kesehatan klien, klien bekerja membantu keluarganya/orangtuanya.
Masalah keperawatan tidak ada.
2. Kegiatan kehidupan seharihari

a.
b.

3.

4.

Klien tidak bisa mandi sendiri, ganti baju sendiri sehingga dibantu oleh keluarga.
Masalah keperawatan : defisit perawatan diri
Nutrisi
Klien puas dengan pola makan klien, makan 3 x sehari.
Tidur
Klien tidak memiliki masalah dengan tidur dan merasa segar setelah bangun tidur. Klien biasanya tidur siang lebih kurang 1 jam.klien tidur
malam pada pukul 21.00 wib dan bangun pada pukul 06.00 wib.
Masalah keperawatan tidak ada.
Kemampuan klien
Klien mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, membuat keputusan berdasarkan kebutuhan sendiri.
Masalah keperawatan tidak ada.
Mekanisme koping
Klien dalam mengatasi masalahnya dengan menangis, melamun dan mengurung diri di kamar
Masalah keperawatan : koping individu inefektif.
3.1.8. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
a. Masalah dan dukungan kelompok (spesifik)
Klien selalu merasa dirinya tak berharga
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan (spesifik)
Klien selalu minder jika bergabung/interaksi dengan lingkungan
c. Masalah dengan perumahan (spesifik)
Klien tidak terbuka dengan keluarga
d. Masalah dengan pelayanan kesehatan (spesifik)
Selama klien di RSJ, klien mengikuti pengobatan dengan baik
3.1.9. ANALISA DATA
No
Data
Masalah
DS
1 : Klien mengatakan malas bergaul dan lebih sering
Kerusakan

menyendiri
DO : Klien jarang kontak mata dengan perawat saat
berbicara
DS
2 : Klien mengatakan malas bergaul dan berbicara
DO : Klien tampak duduk di kolong tempat tidur
DS
3 : Klien mengatakan bahwa ia dijauhi oleh keluarganya
karena merasa tidak berguna bagi orang lain
DO : Klien selalu menyendiri dan sedih
DS
4 : Klien mengatakan bahwa ia rajin mandi, hanya saja
bajunya kotor dan asal mandi saja
DO : Kuku klien panjang, kotor, gigi tidak bersih
5DS : klien mengatakan malas melakukan aktivitas
apapun
DO : Klien tampak lesu, lebih suka menyendiri, kurang
mau beraktivitas
6
DS : klien mengatakan dirinya tidaak sakit.
DO : klien mengingkari dirinya sakit
7DS : klien mengatakan keluarganya kurang
memperhatikannya
DO : klien tidak pernah dibawa kontrol ke RSJ
8DS : Klien mengatakan tidak pernah kontrol/minum obat
DO : klien kembali dirawat di RSJ

interaksisocial
menarik diri
Kerusakan
komunikasi verbal
Gangguan harga diri
rendah
Defisit Perawatan Diri

Intoleransi aktivitas

Koping individu
inefektif
Koping keluarga
inefektif
Regiment therapeutik
inefektif

3.1.10. Masalah Keperawatan


1. Kerusakan komunikasi verbal
2. Menarik diri
3. Harga diri rendah
4. Defisit perawatan diri
5. Intoleransi aktiftas
6. Koping individu inefektif
7. Koping keluarga inefektif
8. Regiment terapeutik inefektif
Diagnosa Keperawatan :
Isolasi sosial menarik diri
Harga diri rendah
Koping keluarga inefektif
defisit perawatan diri

3.1.11. Pohon Masalah


Gangguan
Komunikasi Verbal

Regiment Terapeutik ---------Infektif

Isolasi sosial
menarik diri

Defisit perawatan diri

Intoleransi
aktivitas

Gangguan konsep
Diri: Harga diri rendah

Koping keluarga
inefektif

Koping individu
inefektif

ASUHAN KEPERAWATAN

No
1

Nama

: Tn. S

Ruangan

: Singgalang

Diagnosa
Keperawatan

Perencanaan
Tujuan

Kriteria Hasil

Tindakan
Keperawatan

Rasional

Implementasi

Tujuan umum :
isolasi sosial Klien
dapat
menarik diri
berkomunikasi
dengan baik pada
orang lain
TUK :
1. Klien
dapat Klien
dapat
membina hubungan mengungkapkan
saling percaya
perasaannya dan
keadaan saat ini
secara verbal

1. Bina hubungan
saling percaya :
- Salam perkenalan
diri
- Ciptakan
lingkungan yang
tenang
- Jelaskan tujuan
interaksi
- Buat
kontraksi
yang jelas
- Tepat waktu

Hubungan saling 1. Membina hubungan


percaya
sebagai saling percaya :
dasar
utama - Memberi
salam
interaksi
yang perkenalan diri
penting
- Menjelaskan tujuan
interaksi
- Menciptakan
lingkungan
yang
tenang
- Membuat kontraksi
yang jelas

Evaluasi

2. Dorong dan beri


kesempatan untuk
mengungkapkan
perasaannya

Ungkapkan
perasaan
klien
kepada
perawat
sebagai
bukti
bahwa
klien
mempunyai
perawat,
rasa
empati
akan
meningkatkan
hubungan
saling
percaya

2. Mendorong
dan
memberi kesempatan
untuk
mengungkapkan
perasaannya
mendengarkan klien
dengan em

Anda mungkin juga menyukai