Bab I1
Bab I1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecenderungan meningkatnya angka gangguan mental psikiatrik dikalangan masyarakat saat ini dan yang akan terus menjadi masalah
sekaligus menjadi tantangan bagi tenaga kesehatan khususnya komunikasi profesi keperawatan.
Ketidakmampuan individu dalam menghadapi berbagai masalah social dalam kehidupan menimbulkan masalah kejiwaan yang lebih
mengacu pada kerusakan interaksi social menarik diri yaitu seseorang cenderung menyendiri dan sering melamun. Pada dasarnya kemampuan
hubungan social berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang individu mulai dari bayi sampai dengan dewasa lanjut, untuk
mengembangkan hubungan social positif. Setiap tugas perkembangan sepanjang daur kehidupan diharapkan dilalui dengan sukses kemampuan
berperan serta proses hubungan diawali dengan kemampuan saling tergantung. Oleh karena itu, perawat harus mempunyai kemampuan profesi
dalam memberikan asuhan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal. Untuk itu perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik yaitu proses keperawatan.
Menurut penelitian WHO, jika provalensi gangguan jiwa di atas 100 jiwa pertahun penduduk dunia, maka berarti Indonesia mencapai
264 orang per 1000 penduduk yang merupakan anggota keluarga. Data hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995), artinya 2,6
kali lebih tinggi dari ketentuan WHO. Ini adalah sesuatu yang sangat serius.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahas tentang gangguan jiwa dengan masalah utama kerusakan interaksi
social menarik diri.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
- Untuk memperoleh gambaran umum mengenai skizofrenia paranoid/isolasi social menarik diri) dan perawatannya
- Untuk mengembangkan buah pikiran yang ada manfaatnya bagi masyarakat
- Untuk menambahkan ilmu pengetahuan dan melihat secara langsung atau mengaplikasikan teori psikiatri yang diperoleh dari bangku
perkuliahan melalui praktek lapangan di Rumah Sakit Jiwa pusat Medan atau sekaligus di dalamnya melatih pembuatan studi kasus ini.
2. Tujuan Khusus
- Membantu penderita agar dapat memenuhi kebutuhan kesehatannya dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal
Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi penulis dalam melaksanakan proses keperawatan
C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis membuat batasan sesuai dengan yang penulis pelajari yaitu dalam bidang keperawatan. Ruang
lingkup yang penulis kemukakan adalah asuhan keperawatan pada Tn.JM, dengan gangguan perubahan isolasi sosial menarik diri pada
skizofrenia paranoid di Ruangan Napza Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatra Utara Medan 15 Mei s/d 26 Mei 2012.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan cara :
1. Observasi
Penulis mengadakan penelitian dan pengawasan langsung terhadap penderita skizofrenia tipe paranoid/isolas social (menarik diri).
2. Wawancara
Dalam wawancara ini penulis mengadakan :
Auto anamnese
: Tanya jawab langsung pada pasien yang bersangkutan
Auto anamnese
: Mengadakan Tanya jawab dengan keluarga pasien
3. Rekomendasi
Diperoleh dari perawatan dan status pasien
4. Perpustakaan
Penulis menggunakan buku-buku atau diktat berhubungan dengan penderita skizoprenia paranoid (Isolasi social : Menarik diri) dan
perawatannya.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari 5 bab, yaitu :
Bab I
Pendahuluan
Terdiri atas : latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan
Bab II
Landasan Teoritis
Terdiri atas :
a. Tinjauan Teoritis medis
- Definisi
- Faktor predisposisi
- Rentang respon keperawatan
b. Tinjauan teoritis keperawatan
- Definisi, karakteristik, prilaku, masalah keperawatan, tujuan tindakan keparawatan,
Bab III Tinjauan Kasus
Bab IV Pembahasan
BabV
Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
evaluasi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Teori agresi menyerang kedalam menunjukkan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang ditujukan pada diri sendiri.
Teori kehilangan objek merasakan kepada perpisahan traumatik individu dengar benda atau yang sampai sangat berarti.
Teori organisasi kepribadian mengenai bagian konsep yang negatif dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan penilaian seseorang
terhadap dirinya.
Metode kognitif menyatakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri dunia
seseorang di masa depan seseorang.
Metode ketidakberdayaan yang dipelajari menunjukkan bahwa semata-mata trauma menyebabkan depresi tetapi keyakinan bahwa seseorang
tidak mampu mengendalikan terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya. Oleh karena itu dia menolak respon dan adaktif.
Model perilaku berkembang dari kerangka teori belajar sosial yang mengasumsikan keinginan penyebab depresi terlacak pada kerangka
keinginan positif dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Metode biologi menguraikan perubahan kimia dalam tubuh terjadi selama masa depresi, termasuk depresi katakoloni, disfungsi endoktrim dan
variasi periodik serta irama biologis.
Menyendiri
Otonomi
Bekerjasama
Interdependen
Menarik diri
Manipulasi
Tergantung
Curiga
Respon Maladaptif
Merasa sunyi
Epseploitasi
Menarik diri
Paranoid
Keterangan :
Respon adaptif
Yaitu respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat. Dimana individu dalam
menyelesaikan masalahnya masih dalam batas norma.
Menyendiri
Respon yang masih dibutuhkan individu untuk menuangkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri
untuk menentukan langkah selanjutnya
Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide pelaksanaan perasaan dalam hubungan sosial.
Bekerjasama
Suatu kondisi hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
Interdependen
Saling ketergantungan antar individu dengan yang lain dalam interaksi sosial dalam membina hubungan independen.
Respon mal adaptif
Adalah respon yang diberikan individu dalam menyelesaikan masalahnya, menyimpang dari norma-norma sosial kebudayaan suatu tempat.
Menarik diri
Terjadi apabila individu menemukan kesakitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
Manipulasi
Individu menganggap orang lain sebagai objek individu serta tak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
Tergantung
Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuan untuk mengembalikan rasa percaya diri.
Curiga
Bila individu gagal mengembalikan rasa percaya diri dengan orang lain
2.1.4. Tanda dan Gejala
Apatis, ekpresi sedih, efek tumpul
Komunikasi kurang, klien tidak tampak berkomunikasi dengan pasien lain atau perawat
Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
Berdiam di kamar
Menolak berhubungan dengan orang lain, pasien memutuskan atau langsung pergi jika diajak bicara
Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, seperti : perawatan diri dan aktivitas sehari-hari
(Budi Anna Keliat)
2.1.5. Etiologi
Teori biologik dan genetik
Hipotesis neurotransmitter
Pencetus psikososial
(Buku Saku Psikiatri, PenerbitBuku Kedokteran, EGC, hal)
2.1.6. Karakteristik
a. Gangguan pola : tidak nafsu makan atau makan berlebihan
b. Berat badan menurun atau meningkat secara drastis
c. Kemunduran kesehatan fisik
d. Tinggal di tempat tidur dalam waktu lama
e. Banyak tidur siang
f. Kurang bergairah
g. Tidak mempedulikan lingkungan
h. Immobilitas
i.
Mondar-mandir/sikap menantang, melakukan kegiatan berulang-ulang
j.
Keinginan seksual menurun
(Standar Pelayanan Dari Asuhan Keperawatan Jiwa, hal)
2.1.7. Pengobatan
1. Farmakoterapi
2. Terapi fisik ECT (Elektro Compution Teraphy)
3. Terapi psikologi
4. Terapi social
5. Bila serangan pertama
Membangkitkan dan diagnosis
Pemeriksaan psikologi
Pemeriksaan kimia rutin, skrinning, roksikologi, VDRL dan uji fungsi tiroid
Elektroensefologram (untuk menyingkirkan epilepsy logus temperralit, neoplasma)
(Buku saku psiatri, penerbit buku kedokteran EGC, Hal)
2.2. Tinjauan Teoritis Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Tiap individu mempunyai potensi untuk berlibat berhubungan social sebagai tingkat hubungan yaitu hubungan intim dan hubungan
saling ketergantungan dalam menghadapi dan mengatasi berbagai kebutuhan setiap hari. Pada pengkajian klien-klien sulit diajak bicara,
pendiam, suka melamun dan menyendiri di sudut-sudut.
Pemutusan proses hubungan terkait erat dengan ketidakpuasan individu terhadap pasien hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran
peserta respon lingkungan yang negatif kondisi ini dapat mengembangkan rasa tidak percaya pada orang lain (Budi Anna Keliat S.Kep, M.App,
BSC, 1995)
2.2.2. Diagnosa Keperawatan
Intoleransi aktifitas
Perubahan persepsi
Tujuan Keperawatan
e. Lingkungan therapeutik
Lingkungan fisik
Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan pasien maupun orang lain
Cegah pasien tidak berada dalam ruangan sendiri dalam jangka waktu lama
Beri rangsangan sesuai seperti gambar masuk dan gambar hiasan
Lingkungan Sosial
Fasilitasi pasien untuk berperan serta terapi kelompok ekupasi serta terapi keluarga
Libatkan pasien dalam berinteraksi dengan klien lain dan perawat secara bertahap
2.2.5. Evaluasi
1. Pasien dapat menggunakan koping yang efektif dalam menyelesaikan masalah
2. Harga diri pasien meningkat
3. Pasien dapat melakukan interpersonal dengan orang lain
4. Pasien dapat melakukan kegiatan mandiri
5. Persiapan berinisiatif untuk berkomunikasi/melakukan komunikasi secara verbal.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. PENGKAJIAN
3.1.1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. S
Umur
: 37 Tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
No. RM
: 01.62.69
Ruang Rawat
: Singgalang
Tanggal masuk
: 28 April 2012
Suku/Bangsa/Agama
: Batak/Indonesia/Kristen
Status
: Belum menikah
3.1.2. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT
- suka menyendiri
- suka mengurung diri
- rendah diri
- merasa kesepian
- tidak percaya diri
- merasa tidak berarti
- suka termenung
- malas mandi
3.1.3.. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, pengobatan sebelumnya berhasil, karena klien pulang dengan keadaan tenang.namun setelah
dirumah klien tidak pernah kontrol/minum obat.secara teratur hingga kambuh kembali.
Masalah Keperawatan : Regiment terapeutik inefektif.
Keterangan :
:
: klien
:
Jelaskan
Masalah Keperawatan
2. Konsep Diri
a. Gambaran Diri
b. Identitas Diri
c. Peran
d. Ideal Diri
e. Harga diri
Masalah Keperawatan
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti bagi klien adalah Ibunya
b. Klien tidak aktif dalam kegiatan kelompok/masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, klien malu karena diejek
Masalah Keperawatan
: Isolasi sosial menarik diri
1.
2.
3.
4.
5.
Klien hanya diam saat belum dimulai pembicaraan, dan hanya menjawab sebatas apa yang ditanyakan
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
9. Isi fikir
Klien tidak mengalami waham dan gangguan isi fikir yang lain.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
10. Tingkat kesadaran
Saat diwawancarai, klien masih dapat diwawancarai
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
11. Memori
Klien dapat mengingat kejadian masa lalu
Masalah keperawatan tidak ada.
12. Tingkat kesadaran dan Berhitung
Klien mampu berkonsentrasi dan berhitung sederhana
13. Kemampuan penilaian
Klien mampu membuat kesimpulan sederhana
Masalah keperawatan tidak ada
14. Daya tilik diri
Klien mengatakan di rumah sakit karena diantar orang tua dan klien mengingkari dirinya sakit.
Masalah keperawatan ; koping individu inefektif
a.
b.
3.
4.
Klien tidak bisa mandi sendiri, ganti baju sendiri sehingga dibantu oleh keluarga.
Masalah keperawatan : defisit perawatan diri
Nutrisi
Klien puas dengan pola makan klien, makan 3 x sehari.
Tidur
Klien tidak memiliki masalah dengan tidur dan merasa segar setelah bangun tidur. Klien biasanya tidur siang lebih kurang 1 jam.klien tidur
malam pada pukul 21.00 wib dan bangun pada pukul 06.00 wib.
Masalah keperawatan tidak ada.
Kemampuan klien
Klien mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, membuat keputusan berdasarkan kebutuhan sendiri.
Masalah keperawatan tidak ada.
Mekanisme koping
Klien dalam mengatasi masalahnya dengan menangis, melamun dan mengurung diri di kamar
Masalah keperawatan : koping individu inefektif.
3.1.8. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
a. Masalah dan dukungan kelompok (spesifik)
Klien selalu merasa dirinya tak berharga
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan (spesifik)
Klien selalu minder jika bergabung/interaksi dengan lingkungan
c. Masalah dengan perumahan (spesifik)
Klien tidak terbuka dengan keluarga
d. Masalah dengan pelayanan kesehatan (spesifik)
Selama klien di RSJ, klien mengikuti pengobatan dengan baik
3.1.9. ANALISA DATA
No
Data
Masalah
DS
1 : Klien mengatakan malas bergaul dan lebih sering
Kerusakan
menyendiri
DO : Klien jarang kontak mata dengan perawat saat
berbicara
DS
2 : Klien mengatakan malas bergaul dan berbicara
DO : Klien tampak duduk di kolong tempat tidur
DS
3 : Klien mengatakan bahwa ia dijauhi oleh keluarganya
karena merasa tidak berguna bagi orang lain
DO : Klien selalu menyendiri dan sedih
DS
4 : Klien mengatakan bahwa ia rajin mandi, hanya saja
bajunya kotor dan asal mandi saja
DO : Kuku klien panjang, kotor, gigi tidak bersih
5DS : klien mengatakan malas melakukan aktivitas
apapun
DO : Klien tampak lesu, lebih suka menyendiri, kurang
mau beraktivitas
6
DS : klien mengatakan dirinya tidaak sakit.
DO : klien mengingkari dirinya sakit
7DS : klien mengatakan keluarganya kurang
memperhatikannya
DO : klien tidak pernah dibawa kontrol ke RSJ
8DS : Klien mengatakan tidak pernah kontrol/minum obat
DO : klien kembali dirawat di RSJ
interaksisocial
menarik diri
Kerusakan
komunikasi verbal
Gangguan harga diri
rendah
Defisit Perawatan Diri
Intoleransi aktivitas
Koping individu
inefektif
Koping keluarga
inefektif
Regiment therapeutik
inefektif
Isolasi sosial
menarik diri
Intoleransi
aktivitas
Gangguan konsep
Diri: Harga diri rendah
Koping keluarga
inefektif
Koping individu
inefektif
ASUHAN KEPERAWATAN
No
1
Nama
: Tn. S
Ruangan
: Singgalang
Diagnosa
Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Kriteria Hasil
Tindakan
Keperawatan
Rasional
Implementasi
Tujuan umum :
isolasi sosial Klien
dapat
menarik diri
berkomunikasi
dengan baik pada
orang lain
TUK :
1. Klien
dapat Klien
dapat
membina hubungan mengungkapkan
saling percaya
perasaannya dan
keadaan saat ini
secara verbal
1. Bina hubungan
saling percaya :
- Salam perkenalan
diri
- Ciptakan
lingkungan yang
tenang
- Jelaskan tujuan
interaksi
- Buat
kontraksi
yang jelas
- Tepat waktu
Evaluasi
Ungkapkan
perasaan
klien
kepada
perawat
sebagai
bukti
bahwa
klien
mempunyai
perawat,
rasa
empati
akan
meningkatkan
hubungan
saling
percaya
2. Mendorong
dan
memberi kesempatan
untuk
mengungkapkan
perasaannya
mendengarkan klien
dengan em