Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN KONJUNGTIVITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


BALOWERTI KEDIRI

Kelompok III
1. Lizete A. Costa M.
2. Diah Eliya Humaida
3. Widyas Ayu Kusuma
4. Anastasia Wae
5. Wiyanggar Pranoto
6. M. Tohari
7. Aris Purnawan

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2014

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan


Konjungtivitis di Wilayah Kerja Puskesmas Balowerti
Kediri

A. Definisi
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang
menutupi belakang kelopak dan bola mata (Sidartan Ilyas, 2010).
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva mata yang disebabkan
oleh proses infeksi, iritasi fisik atau respon alergi (Elizabeth J Corwin, 2001).
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva dan ditandai dengan
pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata nampak merah, sehingga
sering disebut mata merah (Brunner & Suddarth, 2007).
B. Klasifikasi
a. Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi adalah salah satu dari penyakit mata eksternal yang
paling sering terjadi. Bentuk konjungtivitis ini mungkin musiman atau
musim-musim tertentu saja dan biasanya ada hubungannya dengan
kesensitifan dengan serbuk sari, protein hewani, bulu-bulu, debu, bahan
makanan tertentu, gigitan serangga, obat-obatan. Konjungtivitis alergi
mungkin juga dapat terjadi setelah kontak dengan bahan kimia beracun
seperti hair spray, make up, asap, atau asap rokok. Asthma, gatal-gatal
karena alergi tanaman dan eksim, juga berhubungan dengan alergi
konjungtivitis.
b. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bakteri disebut juga Pink Eye. Bentuk ini adalah
konjungtivitis yang mudah ditularkan, yang biasanya disebabkan oleh
staphylococcus aureus. Mungkin juga terjadi setelah sembuh dari
haemophylus influenza atau neiseria gonorhe.
c. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut

Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri


hiperakut yang berat dan mengancam penglihatan.
d. Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus (yang
paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika) atau dari penyakit
virus sistemik seperti mumps dan mononukleus. Biasanya disertai dengan
pembentukan folikel sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata
yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.
e. Konjungtivitis Blenore
Konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore).
Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi
yang baru lahir.
C. Etiologi
Pembagian konjungtivitis berdasarkan penyebabnya :
Konjungtivitis akut bacterial, mis: konjungtivitis blenore, konjungtivitis
gonore, - konjungtivitis difteri, konjungtivitis folikuler, konjungtivitis
katarak.
Konjungtivitis akut viral, mis: keratokonjungtivitis epidemik, demam
faringokonjungtiva, keratokonjungtivitis herpetic.
Konjungtivitis akut jamur
Konjungtivitis akut alergik
Konjungtivitis kronis, mis: trakoma.
Personal hygiene dan kesehatan lingkungan yang kurang, alergi, nutrisi
kurang vitamin A, iritatif (bahan kimia, suhu, listrik, radiasi ultraviolet), juga
merupakan etiologi dari konjungtivitis (Mansjoer dkk, 2007).

D. Patofisiologi
Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga kemungkinan
terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar. Apabila ada mikroorganisme
yang dapat menembus pertahanan konjungtiva berupa tear film yang juga
berfungsi untuk mmelarutkan kotoran-kotoran dan bahan-bahan toksik melalui
meatus nasi inferior maka dapat terjadi konjungtivitas.

Konjungtivitis merupakan penyakit mata eksternal yang diderita oleh


masyarakat, ada yang bersifat akut atau kronis. Gejala yang muncul tergantung
dari factor penyebab konjungtivitis dan factor berat ringannya penyakit yang
diderita oleh pasien. Pada konjungtivitis yang akut dan ringan akan sembuh
sendiri dalam waktu 2 minggu tanpa pengobatan. Namun ada juga yang berlanjut
menjadi kronis, dan bila tidak mendapat penanganan yang adekuat akan
menimbulkan kerusakan pada kornea mata atau komplikasi lain yang sifatnya
local atau sistemik.
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan
factor lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi
permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsure berairnya
mengencerkan materi infeksi, mucus menangkap debris dan kerja memompa dari
pelpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata
mengandung substansi antimikroba termasul lisozim. Adanya agen perusak,
menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian
sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema
pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma
(pembentukan folikel). Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui
epitel kepermukaan. Sel-sel kemudian bergabung dengan fibrin dan mucus dari sel
goblet, embentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian
palpebra saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluhpembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hoperemi yang tampak paling
nyata pada forniks dan mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini
biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papilla yang sering disertai
sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensai ini merangsang
sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang
hyperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris
atau badan siliare berarti kornea terkena.

E. Manifestasi Klinis
Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasar ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada
benda asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya
hipertrofi papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing
didalam mata. Gejala objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air
mata berlebihan), pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak
semacam membrane atau pseudomembran akibat koagulasi fibrin.
Adapun manifestasi sesuai klasifikasinya adalah sebagai berikut :
a) Konjungtivitis Alergi

Edema berat sampai ringan pada konjungtivitas

Rasa seperti terbakar

Injekstion vaskuler pada konjungtivitas

Air mata sering keluar sendiri

Gatal-gatal adalah bentuk konjungtivitas yang paling berat

b) Konjungtivitis Bakteri

Pelebaran pembuluh darah

Edema konjungtiva sedang

Air mata keluar terus

Adanya secret atau kotoran pada mata

Kerusakan kecil pada epitel kornea mungkin ditemukan

c) Konjungtivitis Viral

Fotofobia

Rasa seperti ada benda asing didalam mata

Keluar air mata banyak

Nyeri prorbital

Apabila kornea terinfeksi bisa timbul kekeruhan pada kornea

Kemerahan konjungtiva

Ditemukan sedikit eksudat

d) Konjungtivitis Bakteri hiperakut

Infeksi mata menunjukkan secret purulen yang massif

Mata merah

Iritasi

Nyeri palpasi

Biasanya terdapat kemosis

Mata bengkak dan adenopati preaurikuler yang nyeri

e) Konjungtivitis Blenore

Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO

Menyebabkan penyebab utama oftalmia neinatorm

Memberikan secret purulen padat secret yang kental

Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5


hari

Perdarahan subkonjungtita dan kemotik

F. Komplikasi
1.

Infeksi bakteri tertentu (genore, beberapa jenis konjungtivitis klamidia)


dan infeksi virus dapat menyebabkan kerusakan permanen pada mata jika
tidak diobati.

2.

Benda asing dimata dapat menyebabkan abrasi kornea dan pembentukan


jaringan parut.

3.

Konjungtivitis dapat menjadi gejala awal penyalit sistemik berat, yaitu


penyakit kawasaki. Penyakit ini adalah salah satu vaskulitis yang tersebar
luas yang mempengaruhi banyak organ tubuh (Elisabeth J Crown, 2009).

G. Pencegahan
Pencegahan dari konjungtivitis dapat dilakukan :
1. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah
membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci
tangannya bersih-bersih.
2. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani
mata yang sakit.
3. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni
rumah lain.
4. Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik
pembuatnya.
5. Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.
6. Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.

7. Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk


keperluan tertentu), dan hindari mengucek-ngucek mata.
8. Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue
atau sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata.

H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan
tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa
dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear.

Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan


giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.

Pada pemeriksaan klinik didapat adanya hiperemia konjungtiva, sekret


atau getah mata dan edema konjungtiva.

Pemeriksaan darah, dan kadar IgG (Paul Riordan et al, 2009).

I. Penatalaksanaan
1.

Penatalaksanaan Medis
a. Konjungtivitis bakteri biasanya diobati dengan tetes mata atau krim
antibiotik tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol, folimiksin
selama 3-5 hari.
b. Konjungtivitis yang berhubungan dengan otitis media diobati dengan
antibiotik sistemik. Kompres hangat pada mata dapat menegeluarkan
sekret.
c. Konjungtivitis viral biasanya diobati dengan kompres hangat pada
mata. Teknik mencuci tangan yang baik diperlukan untuk mencegah
penularan.
d. Konjungtivitis alergi diobati dengan obat antihistamin atau bahan
vasokonstriktor dan pemberian astringen, sodium kromolin, steroid
tropical dosis rendah.
e. Penatalaksanaan pada konjungtivitis blenore berupa pemberian
penesilin topical mata dibersihkan dari secret.

f. Konjungtivitis

yang

disebabkan

oleh

iritan

diobati

dengan

menggeluarkan benda asing, diikuti dengan penggunaan obat


antibakteri.
2.

Penatalaksanaan Keperawatan
a. Berikan kompres hangat pada klien yang mengalami konjungtivitis.
b. Bersihkan sekret dengan tissue dengan sekali pemakaian.
c. Berikan pendidikan kepada pasien agar tidak mengucek mata untuk
menghindari penularan dan memperparah keadaan.
d. Anjurkan klien menggunakan kaca mata hitam untuk menghindari
alergen dan pancaran sinar matahari.

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian
1. Biodata yang meliputi: Tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK.
Nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, alamat, penanggung jawab.
2. Keluhan Utama biasanya berupa keluhan yang dirasakan klien pada saat
itu.
3. RPS ( riwayat penyakit sekarang ) biasanya berisi tentang penyakit yang
dialami klien.
4. RPK ( riwayat penyakit keluarga ) biasanya diambil dari penyakit yang
pernah diderita oleh keuarga pasien.
5. RPD ( riwayat penyakit dahulu ) diambil dari riwayat penyakit dahulu.
Sedangkan data dasar pengkajian pada klien dengan konjungtivitis adalah :
Aktivitas/Istirahat
Gejala : Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan
gangguan penglihatan.
Neurosensori
Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), kehilangan bertahap
penglihatan perifer.
Nyeri
Gejala : Ketidaknyamanan ringan/mata berair. Nyeri tiba-tiba/berat,
menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala.

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada konjungtiva.
2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penglihatan yang
terganggu.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi yang kurang didapat.

C. Rencana Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada konjungtiva.
-

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan nyeri yang


dirasakan klien dapat berkurang, dan klien tidak merasa kesakitan.

KH: Nyeri berkurang atau terkontrol.

Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.
b. Ajarkan teknik distraksi relaksasi selama nyeri.
c. Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman aman dan tenang.
d. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik.

- Rasional :
a. Untuk menentukan pilihan intervensi yang tepat.
b. Berguna dalam intervensi selanjutnya.
c. Merupakan suatu cara pemenuhan rasa nyaman kepada klien
dengan mengurangi stressor yang berupa kebisingan.
d. Menghilangkan nyeri, karena memblokir saraf penghantar nyeri.
2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penglihatan yang
terganggu.
-

Tujuan: Setelah diberikan askep keperawatan diharapkan gangguan


persepsi sensori berkurang atau hilang

KH : Pasien dapat melihat dengan baik, pasien tidak mengalami


kesusahan waktu melihat atau berinteraksi dg orang lain.

Intervensi :
a. Kaji ketajaman penglihatan pasien
b. Anjurkan kepada keluarga atau orang terdekat klien untuk tinggal
bersama klien
c. Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk mematuhi progam
terapi yang telah dilaksanakan.

Rasional :
a. untuk mengkaji sejauh mana pasien dapat melihat
b. Mengawasi dan membimbing selama pengobatan berlangsung.
c. Untuk mempercepat dalam proses penyembuhan.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi yang kurang didapat.


-

Tujuan : pasien tidak dalam keadaan cemas maupun gelisah cemas.

KH : Klien mengatakan pemahaman tentang proses penyakitnya dan


dalam keadaan tenang.

Intervensi :
a. Kaji tingkat ansietas / kecemasan
b. Beri penjelasan tentang proses penyakitnya
c. Beri dukungan moril berupa doa untuk klien.

- Rasional:
a. Bermanfaat dalam penentuan intervensi
b. Meningkatkan pemahaman klien tentang proses penyakitnya
c. Memberikan perasaan tenang kepada klien.

D. Implementasi Keperawatan
No.

Implemetasi

Evaluasi (SOAP)

Diagonsa
1

- Mengkaji tingkat nyeri yang

S : Klien mengatakan

dialami oleh klien.

nyeri

- Mengajarkan teknik distraksi

dirasakan

relaksasi selama nyeri.


- Menciptakan

yang
sudah

mulai berkurang

lingkungan

O : Klien menunjukkan

tidur yang nyaman aman dan

perasaan

yang

tenang.

rileks

tidak

- Mengkolaborasikan

dengan

mengalami

tim medis dalam pemberian


analgesik.

dan

kesakitan lagi
A : Masalah teratasi
P

Hentikan
intervensi

- Mengkaji

ketajaman

penglihatan pasien
- Menganjurkan

S : Klien mengatakan
tidak bisa melihat

kepada

keluarga atau orang terdekat


klien untuk tinggal bersama

seseorang jika dari


jarak jauh
O : Klien menunjukkan

klien

sikap kebingungan

- Menganjurkan kepada pasien

ketika

diajak

dan keluarga untuk mematuhi

bertatap muka, dan

progam terapi yang telah

sering

dilaksanakan.

berhadapan dengan

salah

jika

orang lain.
A

Masalah

belum

teratasi
P

Lanjutkan
intervensi

- Mengkaji tingkat ansietas /

S : Klien mengatakan

kecemasan

cemas dan gelisah

- Memberi penjelasan tentang


proses penyakitnya
- Memberi

dukungan

berupa doa untuk klien.

moril

ketika

ditanya

tentang

penyakit

yang ia derita.
O

Klien

tampak

bingung

dan

wajah pucat, akral


dingin dan cemas
A

Masalah

belum

teratasi
P

Lanjutkan
intervensi

DAFTAR PUSTAKA

Tamsuri, Anas. 2010. Buku ajar klien dengan gangguan mata dan penglihatan.
Jakarta: EGC.
Ilyas, Sidarta dkk. 2010. Ilmu penyakit mata perhimpunan dokter spesialis mata
indonesia. Jakarta: CU. Sagung Seto.
Doengoes, 2007. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Mansjoer, 2007. Kapita selekta kedokteran jilid 2. Ed III. Jakarta, media
aeuscualpius.

Anda mungkin juga menyukai