Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Penggunaan baja dalam perkembangan teknologi dan industri
perkapalan sangat besar peranannya. Akan tetapi dalam kehidupan
sehari-hari banyak faktor yang menyebabkan daya guna baja ini
menurun. Salah satu penyebab hal tersebut adalah terjadinya korosi
pada baja.
Korosi merupakan kerusakan material yang disebabkan oleh
pengaruh lingkungan sekelilingnya. Di sini yang dimaksud dengan
lingkungan sekelilingnya dapat berupa lingkungan asam, udara,
embun, air tawar, air laut, air danau, air sungai dan air tanah,
(Chamberlain, 1991)
Air tawar merupakan media yang korosif. Penyebab korosi
yang terjadi di air tawar antara lain adalah karena kandungan klorida
(Cl-) yang cukup tinggi dan mikrobakteri yang hidup di dalamnya.
Namun, mengingat ketersediaan air yang sangat besar serta
kemudahan dalam pemakaian dan pengambilannya, maka air
merupakan media yang banyak digunakan, selain itu air juga memiliki
kemampuan memindahkan panas yang tinggi, khususnya pada
penukar kalor. Penukar kalor itu sendiri adalah merupakan suatu alat

pada sistem perpindahan panas yang berfungsi untuk meramalkan


perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu
antara benda atau material. Air dalam penukar kalor merupakan suatu
lingkungan korosif bagi material yang dapat mengganggu kinerja
penukar kalor, untuk itu sangat pentingnya mengetahui sejauh mana
pengaruh kandungan unsur-unsur dalam air terhadap ketahanan
korosi material.
Pencegahan korosi pada material logam dapat dilakukan
dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan penambahan
inhibitor pada air yang dapat menghambat laju korosi. Inhibitor adalah
suatu zat kimia yang dapat menghambat atau memperlambat suatu
reaksi kimia. Sedangkan inhibitor korosi adalah suatu zat kimia yang
bila ditambahkan kedalam suatu lingkungan, dapat menurunkan laju
penyerangan

korosi

lingkungan

itu

terhadap

suatu

logam,

(Dalimunthe, 2004) Mekanisme penghambatannya terkadang lebih


dari satu jenis.
Menurut bahan dasarnya Inhibitor dapat dibedakan menjadi 2
jenis yaiu inhibitor yang terbuat dari bahan anorganik dan organik.
Inhibitor anorganik cukup efektif dalam menghambat laju korosi
namun bersifat toksik. Sedangkan inhibitor organik selain dapat
menghambat laju korosi, inhibitor organik bersifat non-toksik, murah,
sudah tersedia di alam, mudah diperbaharui dan tidak merusak

lingkungan, (Agrawal, 2004). Salah satu jenis inhibitor organik adalah


Asam Askorbat (C6H8O6) atau yang biasa dikenal dengan Vitamin C
Vitamin C sebagai inhibitor dapat meningkatkan ketahanan
terhadap korosi, selain itu cukup murah, mudah di dapatkan, ramah
lingkungan dan tingkat kelarutan yang sangat baik (Soejono Tjitro,
2000). Akan tetapi sangat jarang digunakan, sebab apabila kadar
yang digunakan tidak tepat (kurang atau lebih) maka tidak akan
berdampak sebagai Inhibitor, (Wahyudin, 2010).
Atas dasar pemikiran tersebut penulis mencoba mengangkat
permasalahan ini lewat sebuah skema karya tulis (skripsi) dengan
judul : Efisiensi Asam Askorbat (C6H8O6) Sebagai Inhibitor Pada
Sampel Pelat Selonsong Penukar Kalor
I.2. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanaka pengaruh pH terhadap laju korosi pada
sampel pelat selongsong penukar kalor yang menggunakan
Inhibitor Asam Askorbat ?
2. Pada Variasi dosis berapakah Inhibitor Asam Askorbat
menempati titik stabilnya (Titik Efisiensi)?

I.3. Batasan Masalah


Untuk lebih memfokuskan arah dan sistematika penelitian maka
dilakukan batasan dan penyederhanaan masalah sebagai berikut :
1. Volume air percobaan yang digunakan adalah masing
masing 1 Liter untuk setiap wadah.
2. Spesimen uji yang digunakan adalah berapa potong sampel
pelat selongsong penukar kalor dari Lab. Perpindahan
Panas, Teknik Sistem Perkapalan Unhas.
3. Tidak memperhitungkan kecepatan aliran fluida.
I.4. Tujuan dan manfaat
A. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai
berikut :
1. Mengetahui sejauh mana pengaruh pH terhadap laju
korosi pada sampel pelat selongsong penukar kalor yang
menggunakan Inhibitor Asam Askorbat
2. Mengetahui dosis yang tepat Inhibitor Asam Askorbat
akan menempati titik stabilnya ( Titik Efisiensi ).

B. Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan adanya penelitian ini membawa manfaat
sebagai berikut :
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemilik kapal untuk
menambahkan inhibitor dengan takaran yang tepat pada
alat penukar kalor (Heat Exchanger).
2. Sebagai

bahan

pertimbangan

dalam

pemanfaatan

penggunaan Inhibitor Asam Askorbat pada Laboratorium


Perpindahan Panas Teknik Sistem Perkapalan Unhas.
3. Mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan akibat
terjadinya korosi.
4. Sebagai

tambahan

pengetahuan

dan

referensi
wawasan

untuk

bagi

para

utamanya mahasiswa Jurusan Perkapalan.

menambah
pembaca,

Anda mungkin juga menyukai