Anda di halaman 1dari 3

A.

Peran Serta Lembaga Pemasyarakatan dan Masyarakat bagi Perlindungan Anak


yang Berhadapan dengan Hukum
1.

Peran Serta Lembaga Pemasyarakatan

Terkait

dengan peranan lembaga penampungan dan pembimbing kemasyarakatan dalam hal


pembimbingan

dan

penyelenggaraan

peradilan

anak,

tehadap

lembaga

pemasyarakatan serta organ di dalamnya dilakukan pembatasan peranan1 :


a. Sedapat mungkin anak tidak dipisahkan dari orang tua/wali/pengasuhnya,
karena sebaik-baiknya sebuah panti/lembaga penampungan, di rumahlah anak
akan mendapat perlindungan, asuhan, pendidikan, pengawasan dan sebagainya
yang lebih baik, biarpun masih jelek, karena anak memerlukan cinta kasih,
perhatian perorangan (individual), yang langsung ditujukan kepadanya,
pendidikan physical dan spiritual, pengawasan dan sebagainya yang wajar,
bukan surogat dan masal.
b. Peradilan yang wajar adalah, jika dari mulai polisi, petugaas social, jaksa,
pembimbing kemasyarakatan, hakim secara teliti membahas laporan-laporan
mengenai keadaan anak, keluarganya, lingkungannya, sekolahnya, tempat
pekerjaannya dan sebagainyayang menyebabkan anak menjadi nakal atau
melanggar hokum, baik mengenai kasus yang berat maupun yang enteng, denga
meneliti pa latar belakangnya, karena nak tersebut masih belum dewasa.
c. Petugas-petugas yang wajib menangani kasu-kasus anak nakal/pelanggar hukum,
di samping mendapatkan didikan umum yang dibutuhkan bagi tugasnya, karena
akan menghadapi anak yang dalam kesulitan dan karena putusan terakhir
mengenai pidana anak adalah demi keselamatan/kesejahteraan anak dengan
perbaikan-perbaikan dalam perkembangan kehidupannya supaya menjadi warga
yang bertanggungjawab dan ikut membangun masyarakat dan negaranya, maka
seyogyanya pengetahuan petugas social, polisi, jaksa anak, pembimbiing
kemasyarakatan, hakim, ditambah dengan pengetahuan-pengetahuan yang
dibutuhkan bagi masing-masing tugas.
d. Sambil menunggu kasus anak disidangkan, maka anak sedapat mungkin
dipenuhi kebutuhannya baik materiil, maupun moril dan diberi pelajaran jika
masih sekolah atau latihan-latihan kerja, sambil disadarkan, bahwa pelanggaran

H. S. Soetarman, 1981, Sarana Penunjang Penyelenggaraan Peradilan Anak, Peranan Panti-panti dan
Petugas- petugas Kemasyarakatan, Bina Cipta, Bandung, hlm. 59.

hukum adalah suatu gejala dan hambatan yang menghancurkan cita-cita dalam
mencapai perkembangan kehidupan yang murni dan wajar.
e. Orang tua/wali/pengasuh anak pun harus disadarkan kekurangan-kekurangannya
dalam melaksanakn kewajibannya, terhadap anaknya yang merupakn amanat
Tuhan Yang Maha Esa, sehingga berjanji baik kepada diri sendiri maupun
kepada petugas-petugas bahwa ia akan memperbaiki kekhilafan-kekhilafannya
jika perlu dibantu oleh petugas social, atau pembimbing kemasyarakatan, atau
petugas Badan Swasta yangberwenang, dengan usaha-usaha dalam batas
kemampuannya.
f. Tugas Hakim adalah dengan dibantu oleh pembimbing Kemasyarakatan sesudah
menerima laporan mengenai keadaan anak dan sebagainya hingga jatuh putusan
terakhir

melaksankaan

pengawasan

atas

pelaksanaan

kegiatan-kegiatan

peradilan dan putusan mengenai anak tersebut.


g. Putusan mengenai anak, karena tidak ada jalan lain, harus masuk panti
penampungan, supaya diteliti sebelumnya, panti mana yang kiranya dapat
melindungi dan menbantu anak tersebut, sehingga akibatnya betul-betul positif,
bagi kemajuan dan perbaikan anak.
h. Mengenai pembimbing kemasyarakatan, sebagai petugas dari lembaga BISPA,
Departemen Kehakiman yang membantu Hakim dan Pengadilan, untuk
sementara waktu baru untuk anak saja, yakni mengenai anak dari mulai menjadi
penghambat kehidupan keluarga, menjadi pelanggar hokum, ditindak polisi,
seterusnya ditahan jaksa, kadang-kadang kurang diperhatikan hukum yang ada,
sehingga seolah-olah ada gejala perampasan kemerdekaan seorang warga ditelit
oleh pembimbing kemasyarakatan keadaan si anak yang menjadi satu laporan
pre-sentence sebagai bahan untuk menentukan putusan hakim, selanjutnya
sebagai pembantu hakim, maengawasi pelaksanaan putusan siding antara lain
mengawasi anak-anak yang dipidana tanpa syarat (dikembalikan kepada orang
tua/wali/pengasuhnya), jika perlu dan diminta, membantu anak-anak yang
dipidana dengan ditampung di panti pendidikan paksa, lembaga pelatihan kerja
dan lain-lain panti dan lembaga pemasyarakatan anak. Secara singkat pada
akhirnya dapat dikatakan bahwa putusan pengadilan anak tidak akan tidak baik,
jika tidak dilengkapi dengan laporan pembimbing kemasyarakatan.2
2

Shanty Dellyana, 1998, Wanita dan Anak di Mata Hukum, Liberty, Yogyakarta, hlm. 107.

2.

Peran Serta Masyarakat


Masyarakat juga perlu berpartisipasi dan berperan serta dalam upaya perlindungan
anak dan pemulihan kondisi anak yang ditempatkan di dalam Lembaga
Pemasyarakatan. Hal ini juga disebutkan dalam Pasal Undang-undang Nomor 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,

Masyarakat dapat

berperan serta dalam perlindungan Anak mulai dari pencegahan sampai dengan
reintegrasi sosial Anak dengan cara:
a. menyampaikan laporan terjadinya pelanggaran hak Anak kepada pihak yang
berwenang;
b. mengajukan usulan mengenai perumusan dan kebijakan yang berkaitan dengan
Anak;
c. melakukan penelitian dan pendidikan mengenai Anak;
b. berpartisipasi dalam penyelesaian perkara Anak melalui Diversi dan
pendekatan Keadilan Restoratif;
c. berkontribusi dalam rehabilitasi dan reintegrasi sosial Anak, Anak Korban
dan/atau Anak Saksi melalui organisasi kemasyarakatan;
d. melakukan pemantauan terhadap kinerja aparat penegak hukum dalam
penanganan perkara Anak; atau
e. melakukan sosialisasi mengenai hak Anak serta peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan Anak.

Anda mungkin juga menyukai