Proposal Penelitian UAS FIX
Proposal Penelitian UAS FIX
USULAN PENELITIAN
Disusun oleh
Nama
NIM
: 12/328567/HK/19043
YOGYAKARTA
2014
Penyusun
: 12/328567/HK/19043
Menyetujui:
Dosen Pembimbing
A. JUDUL
KAJIAN MENGENAI PENEMPATAN ANAK DALAM LEMBAGA
PEMASYARAKATAN SERTA STRATEGI KOPING BAGI ANAK DIDIK
PEMASYARAKATAN ATAS DAMPAK PSIKIS YANG TIMBUL
AKIBAT PENEMPATAN DALAM LEMBAGA PEMASYARAKATAN
B. LATAR BELAKANG
Setara dengan negara-negara lainnya di dunia, negara
Indonesia juga tentunya ingin mengembangkan sayapnya di berbagai sektor.
Untuk itu maka perlu adanya pembangunan yang terintegrasi dan tentu saja
berpegang teguh pada asas-asas dan pandangan negara yang luhur yang telah
dirumuskan dalam Pancasila serta apa yang dicita-citakan oleh para pendiri
bangsa yang telah terumuskan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Namun dengan berpikir realistis kita
juga mengetaui bahwa keberhasilan suatu negara tidak hanya cukup dengan
cita-cita dan pemikiran luhur yang kemudian dituangkan dalam suatu dasar
negara, tetapi itu semua memerlukan implementasi yang tidak hanya omong
kosong belaka. Di sini, tindakan nyata perlu dilakukan guna mencapai
keberhasilan negara yang diidan-idamkan seluruh masyarakat Indonesia yang
nantinya
juga
selalu
dapat
bersaing
di
kancah
Internasioanal.
tertanam
dan
berkembang
sampai
anak
itu
dewasa.
warga
binaan
pemasyarakatan
berdasarkan
sistem,
anak
didik
ini
kemudian
juga
perlu
Dalam
diperhatikan
dengan
Lembaga
Pemasyarakatan
untuk
membina
narapidana dewasa.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Lembaga
Permasyarakatan yang digunakan untuk membina anak yang berstatus
narapidana dipisahkan dengan Lembaga Permasyarakatan untuk narapidana
dewasa. Hal ini dilakukan karena anak mempunyai sifat dan ciri yang khas
yang berbeda dengan orang dewasa sehingga jika dicampur dengan
narapidana dewasa, dikhawatirkan akan memberikan pengaruh buruk
terhadap anak tersebut, misalnya adanya tekanan atau kekerasan dari
narapidana dewasa yang dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan mental
anak yang berstatus narapidana. Namun ironisnya pengkhususan penempatan
bagi Anak Didik Pemasyarakatan ini tampaknya belum dapat terwujud
dengan maksimal. Dapat dikatakan bahwa dari 17 Lembaga Pemasyarakatan
Anak, hanya 8 Lembaga Pemasyarakatan Anak yang benar-benar murni
Gatot Supramono, 2007, Hukum Acara Pengadilan Anak, Djambatan, Jakarta, hlm. 115.
untuk anak.2 Hal ini sangat miris mengingat fokus pemisahan yang dilakukan
di sini adalah untuk turut menjaga psikis anak yang dikhawatirkan dapat
tercemar oleh pengaruh orang dewasa di dalam Lapas.
Berbicara lebih jauh mengenai penempatan anak di dalam Lembaga
Pemasyarakatan serta hubungannya dengan kondisi psikis anak, maka tanpa
kita bisa hindarkan akan timbul reaksi tersendiri terhadap emosi anak. Emosi
ini merupakan wujud dari tekanan yang didapatkan anak akibat permasalahan
yang dihadapinya sampai pada penempatannya di dalam Lembaga
Pemasyarakatan juga suasana yang dihadapinya di dalam Lembaga
Pemasyarakatan. Emosi yang mengarah pada stres semacam ini sebenarnya
wajar dimiliki oleh manusia, dan dalam menghadapinya, seseorang
melakukan penyesuaian terhadap dirinya sendiri untuk menghadapi emosi
yang timbul yang mengakibatkan ketidaktenangan dalam dirinya itu.
Coping merupakan strategi-strategi social, personal dan kontekstual yang
digunakan oleh individu dalam menghadapi situasi yang dipersepsikan
sebagai kondisi yang menyebabkan stress atau distress psikologis. Strategi
social, personal dan kontekstual ini dapat berbentuk usaha-usaha kognitif
maupun behavioral untuk mengatur tuntutan-tuntutan eksternal dan
internal yang dinilai mengancam sumber daya individu.3
Maka jika merujuk pada hal-hal tersebut di atas kiranya dapat pula
menjadi bahan pemikiran dan fokus kita untuk kembali mengingat kepedulian
kita kepada anak dan melindungi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa
walaupun anak-anak itu sudah pernah menjadi penghuni Lembaga
Pemasyarakatan sebelumnya. Namun begitu, kita tidak seharusnya langsung
menuding penjahat kepada anak-anak tersebut. Anak-anak tersebut malah
2
2.
3.
Bagaimana
dampak
psikis
yang
dapat
ditimbulkan
Lembaga
D. TUJUAN PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian ini, tujuan yang ingin dicapau adalah
sebagai berikut:
1. Tujuan Obyektif
dampak
psikis
yang
dapat
ditimbulkan
Lembaga
E. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang diharapkan dapat dicapai dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.
Manfaat Teoritis
a. Mengembangkan ilmu di bidang hukum pidana dalam hal sistem
pemidanaan bagi anak yang dimasyarakatkan di dalam Lembaga
Pemasyarakatan.
b. Memberi gambaran mengenai kondisi anak yang menjadi anak didik
Pemasyarakatan di dalam Lembaga Pemasyarakatan maupun setelah
berada di luar Lembaga Pemasyarakatan.
2.
Manfaat Praktis
a. Membantu
memberi
masukan
kepada
petugas
Lembaga
F. KEASLIAN PENELITIAN
Untuk mengetahui keaslian penelitian ini, telah dilakukan penelusuran
hasil penelitian baik di media cetak maupun elektronik, serta perpustakaan
Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Berdasarkan penelusuran tersebut
ditemukan ada penelitian mahasiswa yang ditujukan untuk skripsi, yang
dilakukan oleh:
Nama
Tahun Penelitian
: 2009
Judul
pada
dampak
psikis
yang
ditimbulkan
oleh
Lembaga
G. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Umum tentang Kenakalan Anak
Rumusan Kenakalan yang berupa tindak pidana dan perbuatan lain
yang dinyatakan terlarang bagi anak secara akademik ada 2 (dua) kategori
dengan istilah status offender dan juvenile delinquency.4
Satus offender adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan
oleh orang dewasa tidak dianggap sebagai kejahatan, misalnya tidak
menurut, membolos sekolah dan kabur dari rumah. Juvenile Deliquency
adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan oleh orang
dewasa dianggap kejahatan atau pelanggaran hukum.5
Juvenile Delinquency sebagai istilah kenakalan pertama kali digunakan
pada Badan Peradilan di Amerika Serikat dalam rangka usaha membentuk
suatu Undang-undang Peradilan bagi anak di negara tersebut.
Juvenile
delinquency
ialah
perilaku
jahat/dursila,
atau
b.
Abintoro Prakoso, 2013, Pembaruan Sistem Perdailan PIDANA Anak , Laksbang Grafika,
Yogyakarta, hlm. 20.
5
Ibid.
6
Kartini Kartono, 1992, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, Rajawali, Jakarta, hlm.7.
hal
kenakalan
anak
dalam
Juvenile
Delinquency,
Moeljatno, 2009, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 69.
Wagiati Soetodjo, 2006, Hukum Pidana Anak, PT Refika Aditama, Bandung, hlm. 12.
untuk
melakukan
pemasyarakatan
di
lembaga-lembaga
terhadap
para
narapidana
di
lembaga-lembaga
10
1995
tentang
Pemasyarakatan,
kedudukan
Lembaga
Pemasyarakatan adalah:
Ayat (1)
LAPAS dan BAPAS didirikan di setiap ibukota kabupaten atau
kotamadya.
Ayat (2)
Dalam hal ini dianggap perlu, di tingkat kecamatan atau kota
administratif dapat didirikan cabang LAPAS dan cabang BAPAS.
Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) bertugas memberikan bimbingan
kemasyarakatan
dan
pelayanan
masyarakat,
bimbingan
klien
untuk
meningkatkan
kualitas
Warga
Binaan
11
Mega Prihatanti, 2006, Peranan Lembaga Pemasyarakatan dalam Perspektif Kesatuan Konsep
Sistem Peradilan Pidana (Studi Kasus Pembinaan Anak Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak
Kutoarjo), Skrips S1 Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, hlm. 26.
dengan
fungsi
Sistem
Pemasyarakatan
1995
tentang
Pemasyarakatan
yaitu
bahwa
Sistem
12
Padmo Wahjono, 1981, Bahan-bahan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, Aksara
Baru, Jakarta, hlm. 26-27.
Penyelenggaraan
Kesejahteraan
Sosial
yang
sosial
yang
melaksanakan
penyelenggaraan
fungsi
penelitian
kemasyarakatan,
pembimbingan,
pengayoman;
b.
c.
pendidikan;
d.
pembimbingan;
e.
f.
g.
orang
tertentu.
BAPAS.
sebagaimana
diatur
lebih
tua
asuh
atau
badan sosial;
c. Anak Negara yang berdasarkan Keputusan Menteri atau
pejabat di
lingkungan
Direktorat
Jenderal
bimbingannya
atau
badan
sosial;
dan
d. Anak
yang
bimbingannya
berdasarkan
penetapan
pengadilan,
walinya.
3. Dampak yang Ditimbulkan Lembaga Pemasyarakatan bagi Anak
Didik Pemasyarakatan
Lembaga Pembinaan Khusus Anak tidak bisa menjadi pengganti
rumah bagi anak. Banyak yang merasa bahwa Lembaga Pembinaan
Khusus Anak menimbulkan kerugian bagi anak-anak dan selayaknya
13
pembimbingan,
pengawasan,
pendampingan,
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1998, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung, hlm.
235.
14
Fifth United Nationn Congress on The Prevention of Crime and Treatment of Offenders, 1975, hlm.
32, dalam Abintoro Prakoso, op. cit., hlm. 243
wajib
menyelenggarakan
pendidikan,
pelatihan
Kemasyarakatan
melakukan
penelitian
justru harus mengikuti jadwal kegiatan yang dibuat oleh pembina lembaga
pemasyarakatan.16
Terhadap keadaan ini, dapat menyebabkan pengaruh yang buruk
bagi perkembangan emosi anak. Mereka bisa saja menjadi lebih tertutup
dari sebelumnya atau bahkan suka menyendiri. Yang lebih dikhawatirkan
lagi adalah jika emosi seperti ini malah akan menimbulkan perilaku yang
lebih buruk dari si anak dibandingkan sebelumnya. Maka perlu
diperhatikan pula bagaimana cara yang biasa dilakukan para anak didik
dalam
upaya
menerima
tekanan-tekanan
tersebut.
dalam
rangka
menyesuaikan diri dari sebuah tekanan atau yang dapat disebut stres, maka
dikenal startegi yang dinamakan Coping. Terkait dengan strategi coping
ini, yang sering dilakukan oleh para Anak Didik Pemasyarakatan
berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya adalah,
Melamun, berdoa, berdiam diri di dalam kamar. Selain cara-cara umum
di atas, terdapat cara-cara lain yang dapat dilakukan seperti berupaya
mengikuti kegiatan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan, menaati
peraturan, menatapi foto keluarga, berpikir untuk mencari solusi yang
terbaik untuk masalahnya dengan harapan pemikirannya tepat, meminta
saran pada petugas atau teman lain sesama Anak Didik
Pemasyarakatan.17
4. Peran Serta Lembaga Pemasyarakatan dan Masyarakat bagi
Perlindungan Anak yang Berhadapan dengan Hukum
a.
dengan
peranan
kemasyarakatan
lembaga
dalam
hal
penampungan
dan
pembimbingan
dan
Ibid.
Ibid, hlm. 36
18
H. S. Soetarman, 1981, Sarana Penunjang Penyelenggaraan Peradilan Anak, Peranan Panti-panti
dan Petugas- petugas Kemasyarakatan, Bina Cipta, Bandung, hlm. 59.
17
1. Sedapat
mungkin
tua/wali/pengasuhnya,
anak
tidak
karena
dipisahkan
dari
sebaik-baiknya
orang
sebuah
dan spiritual,
laporan-laporan
mengenai
keadaan
anak,
perbaikan-perbaikan
dalam
perkembangan
kemasyarakatan,
hakim,
ditambah
dengan
tua/wali/pengasuh
anak
pun
harus
disadarkan
dengan
usaha-usaha
dalam
batas
kemampuannya.
6. Tugas Hakim adalah dengan dibantu oleh pembimbing
Kemasyarakatan sesudah menerima laporan mengenai keadaan
anak
dan
sebagainya
hingga
jatuh
putusan
terakhir
seorang
warga
ditelit
oleh
pembimbing
kemasyarakatan keadaan si anak yang menjadi satu laporan presentence sebagai bahan untuk menentukan putusan hakim,
selanjutnya sebagai pembantu hakim, maengawasi pelaksanaan
putusan siding antara lain mengawasi anak-anak yang dipidana
tanpa syarat (dikembalikan kepada orang tua/wali/pengasuhnya),
jika perlu dan diminta, membantu anak-anak yang dipidana
dengan ditampung di panti pendidikan paksa, lembaga pelatihan
kerja dan lain-lain panti dan lembaga pemasyarakatan anak.
Secara singkat pada akhirnya dapat dikatakan bahwa putusan
pengadilan anak tidak akan tidak baik, jika tidak dilengkapi
dengan laporan pembimbing kemasyarakatan.19
b. Peran Serta Masyarakat
Masyarakat juga perlu berpartisipasi dan berperan serta dalam
upaya perlindungan anak dan pemulihan kondisi anak yang
ditempatkan di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Hal ini juga
disebutkan dalam Pasal Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,
Masyarakat dapat
Shanty Dellyana, 1998, Wanita dan Anak di Mata Hukum, Liberty, Yogyakarta, hlm. 107.
H. METODE PENELITIAN
1.
Jenis Penelitian
a.
Penelitian Normatif/Kepustakaan
Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan dengan
mencari data sekunder yang diperoleh dengan studi dari berbagai
buku, literatur, peraturan perundang-undangan, skripsi, makalah,
jurnal hukum, majalah, surat keputusan, serta bahan-bahan lainnya
yang terkait dengan penelitian yang dilakukan, yang setelah itu
untuk dipelajari dan dianalisis dengan menghubungkannya dengan
data yang diperoleh.
b.
ataupun
narasumber
yang
dianggap
Sumber/Bahan Penelitian
Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
mengetahui
a.
Pemasyarakatan
(Lembaran
Negara
Repubulik
c.
Yogyakarta
tersebut
adalah
satu-satunya
Lembaga
Responden
Penentuan responden dalam penelitian ini menggunakan teknik non
random sampling dengan jenis purposive sampling yaitu 10 orang
anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Khusus
Anak Kelas II B Wonosari Yogyakarta.
b.
Narasumber
Penentuan narasumber dalam penelitian ini adalah Kepala Lembaga
Pemasyarakatan Khusus Anak Kelas II B Wonosari Yogyakarta dan
2 (dua) orang petugas pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan
Khusus Anak Kelas II B Wonosari Yogyakarta.
5.
b.
dari
narasumber.
Pedoman
wawancara
dalam
Alat rekam
Penulis menggunakan alat rekam untuk memudahkan penulis dalam
melakukan wawancara dengan narasumber sehingga jika dalam
proses melakukan wawancara penulis tidak terlalu mahir dalam
menulis cepat, maka penulis dapat menyempurnakan hasil
wawancara berdasarkan rekaman yang penulis peroleh.
d.
Catatan lapangan
Penulis menggunakan catatan lapangan untuk mencatat hal-hal
penting berkaitan dengan penelitian yang mungkin akan penulis
temukan dalam proses penelusuran lapangan yang nantinya
membuka pemikiran penulis dalam penelitian.
6.
b.
Analisis Hasil
Seluruh data yang diperoleh dari hasil penelitian ini baik data yang
diperoleh dari penelitian lapangan maupun kepustakaan , dianalisis
dengan cara kualitatif, dengan terlebih dahulu memilah-milah data yang
diperoleh yaitu yang sesuai dengan permasalahan. Setelah itu data yang
telah dipilah-pilah tersebut disandingkan satu sama lain yaitu data yang
diperoleh dari penelitian lapangan dihubungkan dengan data yang
diperoleh dari penelitian kepustakaan yaitu yang berupa peraturan
perundang-undangan
atau
teori-teori
yang
berhubungan
dengan
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Keaslian Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Kenakalan Anak
B. Tinjauan Umum tentang Sistem Pemidanaan Anak dan
Penempatan Anak dalam Lembaga Pemasyarakatan
C. Tinjauan
Umum
tentang
Dampak
Lembaga
Penelitian Kepustakaan
2.
Penelitian Lapangan
Besar
yang
Menyebabkan
Seorang
Anak
Diperlukan
bagi
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Perlindungan
Anak
yang
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Dellyana , Shanty. 1998. Wanita dan Anak di Mata Hukum. Yogyakarta: Liberty.
Hamzah Andi. 2006. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Kartono, Kartini. 1992. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali.
Moeljatno. 2009. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta.
Muladi, Barda Nawawi Arief. 1998. Teori-teori dan Kebijakan Pidana. Bandung:
Alumni.
Prakoso, Abintoro. 2013. Pembaruan Sistem Perdailan PIDANA Anak. Yogyakarta:
Laksbang Grafika.
Soetarman. 1981. Sarana Penunjang Penyelenggaraan Peradilan Anak, Peranan
Panti-panti dan Petugas- petugas Kemasyarakatan. Bandung: Bina Cipta.
Soetodjo, Wagiati. 2006. Hukum Pidana Anak. Bandung: PT Refika Aditama.
Supramono, Gatot. 2007. Hukum Acara Pengadilan Anak. Jakarta: Djambatan
Lamintang. 1994. Hukum Penitensier Indonesia. Bandung: Armico.
Wahjono, Padmo. 1981. Bahan-bahan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila. Jakarta: Aksara Baru.
Peraturan Perundang-Undangan :
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
Lembaran Negara Repubulik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77. Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3614.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.
Lembaran Negara Repubulik Indonesia Tahun 1997 Nomor 3. Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3668.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak. Lembaran Negara Repubulik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109.
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3614.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 153. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5532.
Jurnal :
Solichatun, Yulia. 2011. Stres dan Staretegi Coping pada Anak Didik di Lembaga
Pemasyarakatan Anak. Psikoislamika Jurnal Psikologi Islam Lembaga
Penelitian Pengembangan dan Keislaman. Vol. 8 No. 1. 23-42.
Skripsi :
Mega Prihatanti. 2006. Peranan Lembaga Pemasyarakatan dalam Perspektif
Kesatuan Konsep Sistem Peradilan Pidana (Studi Kasus Pembinaan Anak
Pidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kutoarjo). Skripsi S1 Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret: Tidak diterbitkan.
Website :
Awi, Lollong M.
http://www.cds.or.id/konten.php?nama=Artikel&op=detail_artikel&id=21.
Diakses pada hari Selasa tanggal 7 Oktober 2014 pukul 09.52 WIB.