Anda di halaman 1dari 33

A.

SKENARIO
Seorang wanita umur 53 tahun, datang di poliklinik dengan keluhan nyeri
pada jari-jari tangan, yaitu MCP II, III, IV, V kiri, DIP I, II, III, IV dan V
kiri dan kanan., keluhan ini dialami penderita sejak 3 minggu terakhir.
Penderita juga tidak dapat duduk jongkok oleh karena bengkak pada lutut
kanan sejak 3 hari terakhir. Keluhan nyeri hebat ini pertama kali dialami,
namun keluhan nyeri lutut sudah lama dialami. Tidak ada riwayat dalam
keluarga penyakit seperti ini. TB 163 cm, BB 73 kg, TD 135/85 mmHg.
Pemeriksaan laboraturium yang diperlihatkan; HB 12,3gr% Leukosit
12.000, GDS 325 mg%.
B. KLARIFIKASI KATA SULIT
a. MCP: Metacarpal Phalangeal
b. DIP: Distal Interphalangeal
C. KATA KUNCI
1. Wanita umur 53 tahun
2. Keluhan nyeri pada jari-jari tangan (MCP II, III, IV, V kiri, DIP I, II,
III, IV dan V kiri dan kanan) sejak 3 minggu terakhir.
3. Tidak dapat duduk jongkok karena bengkak pada lutut kanan sejak 3
hari terakhir.
4. Keluhan nyeri hebat ini pertama kali dialami, namun keluhan nyeri
lutut sudah lama dialami.
5. Tidak ada riwayat dalam keluarga penyakit seperti ini
6. TB 163 cm, BB 73 kg, TD 135/85 mmHg
7. Pemeriksaan laboraturium yang diperlihatkan; HB 12,3gr% Leukosit
12.000, GDS 325 mg%.

D. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimana antomi yang berkaitan dengan skenario?
2. Jealskan mekanisme nyeri pada skenario!
3. Apakah yang menyebabkan nyeri pada jari tangan dan bengkak pada
lutut?
4. Faktor apa yang mempengaruhi keluhan yang di derita oleh wanita
tersebut?
5. Apakah ada hubungan antara nyeri pada jari tangan dan pada lutut?

6. Bagaimana kondisi pasien bedasarkan hasil pemeriksaan laboratorium?


7. Sebutkan penyakit yang berkaitan dengan gejala nyeri pada skenario!
8. Jenis jenis pemeriksaan apa saja yang dapat di lakukan ?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari skenario di atas?
10. Sebutkan pencegahan yang dapat di lakukan !
E. ANALISIS MASALAH
1. Bagaimana antomi yang berkaitan dengan skenario
ANATOMI DAN FISIOLOGI TANGAN
OSTEOLOGI1
OSSA CARPI (CARPALIA)
Terdiri dari 8 buah tulang dan terletak dalam
2 baris.
Baris I (deretan proximal) : os scaphoideum (=os
naviculare), os lunatum, os triquentrum dan os
pisiforme.
Baris II (deretan distal) : os trapezium (= os
multangulum majus), os trapezoideum (= os
multangulum

minus),

Os

capitulum

dan

os

hamatum.
Os scaphoideum membentuk tuberculum
ossis scaphoidei. Os trapezium membentuk tuberculum ossis trapezii.
Os hamatum membentuk hamalus ossis hamati. Tonjolan-tonjolan ini
bersama-sama dengan os pisiforme membentuk eminentiae carpi yang
membatasi sulcus carpi. Sulcus carpi ditutupi oleh ligamentum carpi
transcersum dan membentuk canalis carpi.
OSSA METACARPI (METACARPALIA)
Terdiri dari 5 buah os longum. Setiap os metacarpale mempunyai basis
metacarpalis, corpus metacarpalis dan caput metacarpalis.
OSSA DIGITORUM (PHALANGES)
Setiap jari mempunyai 3 ruas, kecuali ibu jari yang mempunyai 2 ruas,
yaitu phalanx proximalis, phalanx media dan phalanx distalis. Setiap
phalanx mempunyai basis phalangis, corpus phalangis dan caput
phalangis.

ARTHROLOGI2
1. ARTICULATIO RADIOCARPALIS (= WRIST JOINT)
Articulus ini bertipe Ellipsoidea, dibentuk oleh os naviculare
manus, os lunatum dan os triquetrum yang membentuk permukaan
konveks dan di pihak lain adalah ujung distal radius bersama-sama
dengan discus articularis yang membentuk permukaan konkaf.
Capsula articularis melekat pada ujung distal radius dan ulna, dan
di pihak lain melekat pada permukaan anterior dan posterior ossa
carpalia deretan proximal. Ligamentum collaterale carpi ulnare
meluas dari ujung processus styloideus ulnae sampai pada os
pisiforme dam os triquetrum. Ligamentum collaterale carpi radiale
melekat pada processus styloideus radii dan pada os naviculare
manus.

PERGERAKAN
Gerakan Flexi dan Extensi terjadi pada transversalis.
Gerakan Abduksi (=deviasi radialis) dan Adduksi (=deviasi ulnaris)
terjadi terhadap axis antero-posterior. Abduksi ulnaris lebih luas
daripada Abduksi radialis oleh karena processus styloideus radii
lebih jauh menjulang ke distal daripada processus styloideus ulnae.
Gerakan Extensi pada wrist joint biasanya kurang luas
daripada gerakan Flexi (extensi sebesar 60 derajat dan flexi sebesar
80 derajat) dan disertai dengan gerakan ke ventral dari os
scaphoideum, os trapezium dan os trapezoideum sehingga
tuberculum ossis navicularis lebih mudah dapat dipalpasi.
Otot-otot yang berperan pada Extensi adalah m.extensor carpi
radialis longus, m.extensor carpi radialis brevis dan m.extensor
carvi ulnaris.
Gerakan Abduksi lebih terbatas daripada gerakan Adduksi,
oleh karena processus styloideus radii terletak lebih ke arah distal
daripada processus styloideus ulnae, sehingga celah yang berada di

antara processus styloideus ulnae dan os triquetrum adalah lebih


besar daripada celah yang terbentuk di antara processus styloideus
radii dengan os naviculare.
Gerakan Abduksi dilakukan oleh m.flexor carpi radialis,
m.extensor carpi radialis longus dan m.extensor carpi radialis
brevis.
Gerakan Adduksi dilakukan oleh m.flexor carpi ulnaris dan
m.extensor carpi ulnaris.
2. ARTICULATIO INTERCARPALIS
Ossa carpalia deretan proximalis membentuk articulus dengan ossa
carpalia

deretan

distalis

membentuk

ARTICULATIO

MEDIOCARPALIS. Pada articulus ini permukaan persendian yang


konveks dibentuk oleh os hamatum dan os capitatum, permukaan
yang cekung dibentuk oleh os scaphoideum, os lunatum dan os
triquetrum, sementara itu permukaann yang konveks dari bagian
distal os scaphoideum membentuk persendian dengan permukaan
yang konkaf yang

dibentuk oleh os trapexium dan os

trapezoideum.
PERGERAKAN
Gerakan

pada

articulatio

intercarpalis

selalu

dikombinasikan dengan gerakan pada Wrist Joint. Gerakan yng


dimaksud terjadi antara ossa carpalia deretan distalis dengan ossa
carpalia

deretan

proximalis,

yang

terjadi pada

articulatio

mediocarpalis.
Pada posisi flexi jari-jari, maka kemungkinan flexi pada
wrist joint menjadi terbatas, yang disebabkan oleh insufficiensi
pasif dari otot-otot extensor dari jari-jari.
3. ARTICULATIO CARPOMETACARPALIS
Ada lima buah articulatio carpometacarpalis. Yang pertama
dibentuk oleh basis ossis metacarpalis dengan os multangulum
majus. Basis metacarpalis II membentuk persendian dengan os
multangulum majus, os multangulum minus dan os capitatum.
4

Basis metacarpalis III membentuk articulus dengan os capitatum.


Basis metacarpalis IV membentuk articulus dengan os capitatum
dan os hamatum. Selanjutnya terbentuk persendian antara basis
metacarpalis II,III dan IV satu sama lainnya.
Articulatio carpometacarpalis I mempunyai bentuk (tipe) Saddle
(=pelana), yang dapat melakukan gerakan flexi-extensi, abduksiadduksi dan gerakan opposisi-reposisi. Capsula articularis dari
articulus ini terpisah daripada articulatio carpometacarplis lainnya.
Gerakan Flexi-Extensi dari ibu jari terjadi pada bidang yang
sama dengan gerakan Abduksi-Adduksi jari-jari lainnya. Extensi
adalah gerakan jari I ke arah lateral, sedangkan gerakan Flexi
adalah sebaliknya. Gerakan Abduksi-Adduksi dari jari I terjadi
pada bidang yang sama dengan gerakan flexi-extensi dari jari-jari
lainya. Gerakan Abduksi jari I dapat juga disebut Abduksi plamaris
dan gerakan Extensi adalah sama dengan gerakan Abduksi radialis.
Gerakan Abduksi dilakukan oleh m.abduktor pollicis
longus dan m.abductor pollicis brevis.
Gerakan Adduksi dilakukan oleh m.adduktor pollicis.
Gerakan Flexi dan Rotasi Medial dilakukan oleh kontraksi
m.flexor pollicis longus, m.flexor pollicis brevis dan m.opponens
pollicis.
Yang dimaksud dengan gerakan Opposisi adalah gabungan gerakan
flexi, rotasi medial dan adduksi sehingga ujung jari I dapat
berpindah-pindah (bertemu) dengan ujung-ujung jari lainnya.
Articulatio carpometacarpalis II dan III pada dasarnya kurang
bergerak, sedangkan articulatio carpometacarpalis V mempunyai
kemampuan gerakan flexi yang lebih baik sehingga dapat
mempertahankan

benda-benda

dalam

genggaman

dengan

sempurna.
4. ARTICULATIO METACARPOPHALANGEALIS
Dibentuk oleh basis phalanx I (proximalis) yang mempunyai
permukaan konkaf dengan capitulum metacarpalis yang berbentuk
bola.

5. ARTICULATIO INTERPHALANGEALIS
Dibentuk antara caput phalangis pada satu phalanx (proximalis)
dengan basis phalangis dari phalanx berikutnya (distalis).
Pergerakan pada articulatio metacarpophalangealis dan articulatio
interphalangealis pada keempat jari yang mesial adalah gerakan
flexi dan extensi.
Gerakan Flexi jari-jari yang dilakukan secara lambat dan tidak
begitu kuat adalah hasil dari kontraksi m.flexor digitorum
profundus pada kedua persendian tersebut tadi. Dan apabila
gerakan Flexi dilakukan secara cepat dan kuat maka m.flexor
digitorum superficialis turut ambil bagian. Pada kontraksi yang
kuat m.lumbricalis turut berperan.
Gerakan Extensi jari-jari yang dilakukan dari posisi fleksi
dikerjakan oleh m.extensor digitorum communis, m.extensor
indicis

proprius,

m.extensor

digiti

quinti

minimi

dan

mm.lumbricales.
ANATOMI DAN FISIOLOGI EXTREMITAS INFERIOR3
OSTEOLOGI
FEMUR

(OS

FEMORIS)
Merupakan
tulang

yang

paling panjang
dan paling berat
dalam

tubuh

manusia.
Panjangnya
kira-kira 1/4 sampai 1/3 dari panjang tubuh. Pada posisi berdiri,
femur meneruskan gaya berat badan dan pelvis menuju ke os tibia.
Terdiri dari corpus, ujung proximal dan ujung distal. Pada
ujung proximal terdapat caput ossis femoris, collum ossis femoris,
trochanter major dan trochanter minor. Pada ujung distal terdapat

condylus medialis dan condylus lateralis. Pada posisi Anatomi


kedua ujung condylus medialis dan condylus lateralis terletak pada
bidang horizontal yang sama.
Caput ossis femoris berbentuk 2/3 bagian dari sebuah
bulatan (bola), letak mengarah ke cranio-medio-anterior. Pada
ujung caput femoris, di bagian caudo-posterior dan titik sentral,
terdapat fovea capitis, yang menjadi tempet perlekatan dari
ligamentum teres femoris.
Collum femoris terletak di antara caput dan corpus ossis
femoris, ukuran panjang 5 cm, membentuk sudut sebesar 125
derajat. Pada bayi dan anak-anak sudut tersebut lebih besar dan
pada wanita lebih kecil.
Trochanter major adalah sebuah tonjolan ke arah lateral
yang terdapat pada perbatasan collum dan corpus ossis femoris.
Pada facies anteriornya melekat m.gluteus minimus. Pada
permukaan lateral melekat m.gluteus medius. Pada sisi medial dari
trochanter major terdapat fossa trochanterica, tempat melekat
m.obturator externus
Trochanter major berada 10 cm di sebelah caudal dari crista iliaca,
dan dapat dipalpasi pada sisi lateral tungkai. Pada posisi berdiri
trochanter major berada pada bidang horizontal yang sama dengan
tuberculum pubicum, caput femoris dan ujung os coccygeus.
Trochanter minor merupakan suatu tonjolan berbentuk
bundar (konus), terletak mengarah ke medial dan berada di bagian
postero-medial perbatasan collum dengan corpus ossis femoris. Di
antara trochanter minor dan trochanter major, pada permukaan
posterior terdapat crista intertrochanterica, tempat melekat
m.quadratus femoris.
Corpus ossis femoris melengkung ke ventral, membentuk
sudut sebesar 10 derajat dengan garis vertical yang ditarik melalui
caput femoris, garis tersebut merupakan axis longitudinalis dari
articulatio coxae. Axis longitudinalis dari corpus ossis femoris
dengan axis longitudianlis dari collum ossis femoris membentuk

sudut inklinasi, yang bervariasi menurut usia dan sex. Apabila


sudut inklinasi mengecil maka kondisi ini dinamakan coxa valga.
Bentuk corpus ossis femoris di bagian proximal bulat dan makin ke
distal menjadi agak pipih dalam arah anterior-posterior. Pada facies
dorsalis terdapat linea aspera, yang terdiri atas labium laterale dan
labium mediale. Ke arah superior labium laterale membentuk
tuberositas glutea dan labium medial menjadi linea pectinea sampai
pada trochanter minor. Ke arah inferior labium laterale berakhir
pada epicondylus lateralis dari labium mediale mencapai
epicondylus medialis femoris. Di antara kedua ujung distal labium
laterale dan labium mediale terdapat planum popliteum. Pada linea
aspera melekat mm.adductores, m.vastus medialis, m.vastus
lateralis dan caput breve m.biceps femoris.
Ujung distal corpus ossis femoris membentuk dua buah tonjolan
yang melengkung, disebut condylus medialis dan condylus
lateralis. Daerah di antara kedua condylus itu, di bagian posterior
dan caudal disebut fossa intercondyloidea. Di bagian ventral, kedua
condylus tersebut membentuk facies patellaris, yang dibagi oleh
sebuah alur menjadi dua bagian yang tidak sama besar, pars
lateralis lebih besar dan kurang menonjol dibandingkan dengan
pars medialis. Pars lateralis mengadakan persendian dengan facies
articularis lateralis patellae. Facies medialis lebih kecil dan lebih
menonjol ke distal, mengadakan persendian dengan facies
articularis patellae.
Bagian distal condylus lateralis secara relatif lebih besar dan terjal,
sedangkan condylus medialis lebih kecil dan melengkung. Facies
medial dari condylus medialis femoris konveks dan kasar, dan
bagian yang paling menonjol disebut epicondylus medialis,
Bagian yang paling menonjol pada facies lateralis condylus
lateralis femoris disebut epicondylus lateralis femoris, bentuknya
lebih kecil daripada yang medial.
PATELLA

Adalah sebuah os sesamoidea, ukuran kira-kira 5 cm, berbentuk


segitiga, berada di dalam tendo (bertumbuh di dalam tendo)
m.quadriceps femoris. Dalam keadaan otot relaksasi, maka patella
dapat digerakkan ke samping, sedikit ke cranial dan ke caudal.
Mempunyai facies anterior dari facies articularis; facies articularis
lateralis bentuknya lebih besar daripada facies articularis medialis.
Margo superior atau basis patellae berada di bagian proximal dan
apex patellae berada di bagian distal. Margo medialis dan margo
lateralis bertemu membentuk apex patellae.
TIBIA
Sebuah os longum, mempunyai corpus, ujung proximal dan ujung
distal, berada di sisi medial dan anterior dari crus. Pada posisi
berdiri, tibia meneruskan gaya berat badan menuju ke pedis.
Ujung proximal lebar, mengadakan persendian dengan os
femur membentuk articulatio genu, membentuk condylus medialis
dan condylus lateralis tibiae, facies proximalis membentuk facies
articularis superior, bentuk besar, oval, permukaan licin.
Facies articularis ini dibagi menjadi dua bagian, dari anterior ke
posterior,

oleh

fossa

intercondyloidea

anterior,

eminentia

intercondyloidea dan fossa intercondyloidea posterior. Fossa


intercondyloidea anterior mempunyai bentuk yang lebih besar
daripada

fossa

intercondyloidea

posterior.

Tepi

eminentia

intercondyloidea membentuk tuberculum intercondylare mediale


dan tuberculum intercondylare laterale. Eminentia epicondylaris
bervariasi dalam bentuk dan sering juga absen.
Facies articularis dari condylus medialis berbentuk oval, sedangkan
facies articularis condylus lateralis hampir bundar. Condylus
lateralis lebih menonjol daripada condylus medialis. Pada facies
inferior dari permukaan dorsalnya terdapat facies articularis,
berbentuk lingkaran, dinamakan facies articularis fibularis,
mengadakan persendian dengan capitulum fibulae. Di sebelah
inferior dari condylus tibiae terdapat tonjolan ke arah anterior,

disebut tuberositas tibiae. Di bagian distalnya melekat ligamentum


patellae.
Corpus tibiae mempunyai tiga buah permukaan, yaitu (1)
facies medialis, (2) facies lateralis dan (3) facies posterior.
Mempunyai tiga buah tepi, yaitu (1) margo anterior, (2) margo
medialis dan (3) margo interosseus.
Fossa medialis datar, agak konveks, ditutupi langsung kulit dan
dapat dipalpasi secara keseluruhan. Facies lateralis konkaf,
ditempati oleh banyak otot. Bagian distalnya menjadi konveks,
berputar ke arah ventral, melanjutkan diri menjadi bagian ventral
ujung distal tibia. Facies posterior berada di antara margo medialis
dan margo interosseus. Pada sepertiga bagian proximal terdapat
linea poplitea, suatu garis yang oblique dari facies articularis
menuju ke margo medialis.
Margo anterior disebut crista anterior, sangat menonjol, di bagian
proximal mulai dari tepi lateral tuberositas tibiae, dan di bagian
distal menjadi tepi anterior dari malleolus medialis. Margo
medialis, mulai dari bagian dorsal condylus medialis sampai ke
bagian posterior malleolus medialis. Margo interosseus mempunyai
bentuk yang lebih tegas daripada margo medialis, tempat melekat
membrana interossea. Di bagian proximal mulai pada condylus
lateralis sampai di apex incisura fibularis tibiae membentuk
bifurcatio.
Ujung

distal

tibia

membentuk

malleolus

medialis.

Malleolus medialis mempunyai facies superior, anterior, posterior,


medial, lateral dan inferior. Pada facies posterior terdapat sulcus
malleolaris, dilalui oleh tendo m.tibialis posterior dan m.flexor
digitorum longus. Pada permukaan lateral terdapat incisura
fibularis yang membentuk persendian dengan ujung distal fibula.
Facies articularis inferior pada ujung distal tibia membentuk
persendian dengan facies anterior corpus tali.
FIBULA

10

Terletak di bagian lateral crus, sejajar dengan tibia, hampir


sepanjang dengan tibia. Di bagian proximal membentuk persendian
dengan tibia dan di bagian distal dengan os talus. Bagian
intermedia difiksasi oleh membrana interossea pada tibia,
membentuk suatu syndesmosis. Fibula tidak menampung gaya
berat badan, dan karena bagian medial ditutupi oleh otot-otot,
maka hanya ujung-ujungnya saja yang dapat dipalpasi. Fibula
terdiri dari corpus, ujung proximalis dan ujung distal.
Ujung proximalis disebut capitulum fibulae, membentuk
persendian dengan ujung proximal bagian posterior tibia, disebut
articulatio tibiofibularis proximalis, dapat dipalpasi di caudalis
condylus lateralis tibiae, di bagian posteriornya.
Capitulum fibulae terletak setinggi dengan tuberositas tibiae. Pada
bagian medial di ujung capitulum fibulae terdapat facies articularis,
yang membentuk persendian dengan condylus laterlis tibiae.
Permukaan persendian ini menghadap ke arah ventro-craniomedial. Facies lateralis capitulum fibulaea kasar, tempat melekat
m.biceps femoris dan ligamentum collaterale. Dari facies lateroposterior terdapat tonjolan yang menjulang ke cranial, disebut apex
capitis fibulae (=processus styloideus).
Corpus fibulae pada 3/4 bagian proximal mempunyai tiga
margo atau crista, yaitu (1) margo anterior, (2) margo interosseus,
(3) margo posterior. Corpus fibulae mempunyai tiga facies, sebagai
berikut : (1) facies lateralis, (2) facies medialis dan (3) facies
posterior.
Margo anterior lebih menonjol daripada margo lainnya, dan
dimulai dari apex capitis fibulae, tempat melekat septum
intermusculare. Margo posterior meluas mulai dari apex capitis
fibulae menuju ke caudo-medial mencapai permukaan posterior
malleolus lateralis.
Facies lateralis berada di antara margo anterior dan margo
posterior, tempat melekat m.peroneus longus dan m.peroneus
brevis. Facies medialis berada di antara margo anterior dan margo
11

interosseus tempat perlekatan m.extensor digitorum longus,


m.extensor hallucis longus dan m.peroneus tertius. Facies posterior
berada di antara margo posterior dan margo interosseus, tempat
melekat m.soleus, m.flexor hallucis longus dan m.tibialis posterior.
Malleolus lateralis mempunyai permukaan medialis yang
berbentuk segitiga, halus dan mengadakan persendian dengan os
tatus. Malleolus lateralis lebih menonjol daripada malleolus
medialis, terletak lebih ke posterior, dan kira-kira 1 cm lebih ke
distal. Pada facies medialis terdapat facies articularis malleoli,
yang mengadakan persendian dengan os talus, dan bagian
superiornya membentuk articulus dengan tibia. Pada permukaan
medialis, disebelah posterior facies articularis terdapat fossa
malleoli lateralis. Pada facies posterior terdapat sulcus malleolaris
(= sulcus tendinis mm. Peronaeorum)

ARTHROLOGI4
1. ARTICULATIO GENUS
Dibentuk oleh ujung distal condylus femoris dengan ujung proximal
condylus tibiae dan dengan facies dorsalis patella. Tipe : Condiloidea.
Permukaan persendian dari condylus femoris yang berhadapan dengan
tibia berbentuk konveks; bentuk facies articulus pada ujung condylus
tibiae datar dan dilengkapi dengan suatu fibrocartilago, yang
dinamakan meniscus, yaitu meniscus lateralis dan meniscus medialis.
Stabilitas articulus ini tergantung pada ligamentum yang terdapat di
situ.
Capsula articularis kuat di bagian dorsal. Di bagian anterior
dibentuk oleh tendo m.quadriceps femoris, yang melekat pada tepi
cranial patella dan ligamentum patellae yang melekat pada tepi caudal
patella dan pada tubberositas tibiae. Pada setiap sisi patella capsula

12

articularis terdiri dari retinaculum patellae mediale at laterate, yang


merupakan perluasan dari m.vastus medialis dan m.vastus lateralis.
Retinaculum laterale diperkuat oleh serabut-serabut dari tractus
iliotibialis. Pada kontraksi m.quadriceps femoris capsula articularis
dibagian

anterior

dan

ligamentum

patellae

menjadi

tegang.

Ligamentum capsulare pada sisi articulatio genus meluas (melekat)


dari condylus femoris sampai di condylus tibiae.
Ligamentum collaterale tibiale (medial) berbentuk datar dan berada
pada bagian medial capsula articularis. Di bagian cranialis ligamentum
ini melekat pada epicondylus medialis femoris, dan di sebelah caudalis
berbentuk lebar, melekat pada condylus medialis tibiae dan pada
bagian cranialis corpus tubiae. Serabut-serabut bagian profunda
melekat pada tepi luar meniscus medialis.
Ligamentum collaterale fibulare (laterale) terletak terpisah
daripada capsula articularis, berbentuk bulat tali dan meluas dari
epicondylus lateralis femoris menuju sisi laterale capitulum fibulae.
Bagian posterior capsula articularis mengadakan perlekatan pada
bagian cranial condylus femoris dan fossa intercondyloidea femoris
dan pada bagian proximal tibiae. Suatu perluasan dari capsula
articularis,

yang

dinamakan

ligamentum

popliteum

arcuatum,

mengadakan perlekatan pada capitulum fibulae. Bagian sentral dari


capsula articularis diperkuat oleh ligamentum popliteum obliquum,
yang merupakan perluasan dari tendo m.semimembranosus, dan
arahnya cranio-lateral, melekat pada condylus lateralis tibiae. Bagian
tepi dari facies posterior capsula articularis tipis dan ditutupi oleh
capus medial dan caput lateral m.gastrocnemius.
Ligamentum cruciatum terdiri atas sepasang ligamentum yang
sangat kuat, melekat pada tibia dan fibula, berada di dalam capsula
articularis, tetapi tetap berada di sebelah superficialis dari membrana
synovialis. Ligamentum ini diberikan nama yang sesuai dengan tempat
origonya pada tibia. Ligametum cruciatum anterius melekat di sebelah

13

ventral eminentia intercondyloidea tibia, di antara kedua buah


meniscus, dan menuju kepada facies medialis condylus lateralis
femoris serta mengadakan perlekatan di tempat ini. Ligamentum
cruciatum posterior mengadakan perlekatan pada tepi posterior
permukaan ujung proximal tibia, berada di antara kedua meniscus,
berjalan ke ventral mengadakan perlekatan pada fecies lateralis
condylus medialis femoris.
Meniscus medialis dan meniscus lateralis adalah dua buah
fibrocartilago yang berbentuk cresentic (sebagian dari lingkaran),
mengadakan perlekatan pada fecies cranialis ujung proximal tibia.
Pada penampang melintang meniscus berbentuk segitiga. Meniscus
medialis bentuknya lebih besar daripada meniscus lateralis, dengan
bagian yang terbuka meliputi (kaki huruf C) meniscus lateralis

14

2. Jelaskan mekanisme nyeri pada skenario


MEKANISME NYERI5
Mekanisme nyeri dimulai dari stimulasi nociceptor oleh stimulus
noxius sampai terjadinya pengalaman subyektif nyeri. Proses nyeri
dibagi menjadi 4 tahapan yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan
persepsi.
Secara singkat mekanisme nyeri dimulai dari stimulus nociceptor
oleh

stimulus

noxius

pada

jaringan

yang

kemudian

akan

mengakibatkan stimulus nosiseptor dimana stimulus noxius tersebut


akan diubah menjadi potensial aksi. Proses ini disebut transduksi atau
aktivasi

reseptor.

Selanjutnya

potensial

aksi

tersebut

akan

ditansmisikan menuju neuron saraf pusat yang berhubungan dengan


nyeri. Tahap pertama transmisi adalah konduksi impuls dari neuron
aferen primer ke kornu dorsalis medulla spinalis pada kornu ini
meuron afferent primer bersinaps dengan neuron susunan saraf pusat.
Dari sini jaringan neuron tersenbut akan naik ke atas medulla spinalis
menuju batang otak dan thalamus. Selanjutnya terjadi hubungan timbal
balik antara thalamus dan pusat- pusat yang lebih tinggi di otak yang
mengurusi respon persepsi dan afektif yang berhubungan dengan
nyeri.tetapi rangsangan nosiseptik tidak selalu menimbulkan persepsi
nyeri dan sebaliknya persepsi nyeri bias terjadi tanpa stimulasi dari
nosisepti. Terdapat modulasi sinyal yang mampu mempengaruhi proses
nyeri tersebut , tempat modulasi sinyal yang paling diketahui adalah
pada kornu dorsalis medulla spinalis . proses terakhir adalah persepsi,
dimana pesan nyeri di relay menuju ke otak dan menghasilkan
pengalaman yang tidak menyenangkan.
3. Apakah yang menyebabkan nyeri pada jari tangan dan bengkak
pada lutut!
Pada rawan sendi pasien OA terjadi proses peningkatan aktivitas
fibrinogenik dan penurunan aktifitas fibrinolitik. Proses ini Dari ciri
ciri yang terdapat pada skenario, kemungkinan penyebabnya yaitu
terjadi kelainan pada sel-sel yang membentuk komponen tulang rawan

15

seperti kolagen dan proteoglikanPada rawan sendi yang normal, proses


degradasi dan sintesis matriks selalu terjadi. Salah satu enzim
proteoloitik yang dihasilkan oleh kondrosit dan berperann pada
degradasi

kolagen

dan

proteoglikan

adalah

kelompok

enzim

metaloprotease, seperti kolagenase dan stromelisin. Berbagai sitokin


juga berperan pada proses degradasi dan sintesis matriks. Interleukin-1
(IL-1) yang dihasilkan oleh makrofag berperan pada degradasi kolagen
dan proteoglikan dan menghambat sintesis proteoglikan. Growth
Factors seperti transforming growth factor-beta (TGF-b) dan insulin
growth factor-1 (IGF-1) berperan merangsang sintesis proteoglikan
dan menghambat kerja IL-1.6
Secara umum awal dari kelainan pada skenario, sel-sel tersebut
terbentuk dalam sendi, tetapi pada akhirnya akan menipis dan
membentuk retakan di permukaan. Rongga kecil akan terbentuk di
dalam sum-sum dari tulang yang teretak di bawah kartilago tersebut
sehingga tulang menjadi rapuh. Akibat osteofit Tulang mengalami
pertumbuhan yang berlebihan di pinggiran sendi dan menyebabkan
benjolan. Benjolan ini mempengaruhi fungsi sendi yang normal dan
menyebabkan nyeri. Jika dihubungkan dengan Osteoartritis(OA), OA
adalah penyakit gangguan homeostasis dari metabolisme kartilago
dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya
masih idiopatik dengan fase hipertrofi kartilago yang berhubungan
dengan suatu peningkatan terbatas dari sintesis matriks makromolekul
oleh kondrosit sebagai kompensasi perbaikan (repair). Osteoartritis
terjadi sebagai hasil kombinasi antara degradasi rawan sendi,
remodeling tulang dan inflamasi cairan sendi.6
Berdasarkan patogesesisnya osteoarthritis dibedakan atas OA
primer dengan OA sekunder. OA primer disebut juga OA idiopatik
yaitu OA yang kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya
dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal sendi. OA
sekunder adalah OA yang didasari oleh kelainan endokrin, inflamasi,

16

metabolic, pertumbuhan, heredditer, jejas mikro dan makro serta


imobilisasi yang terlalu lama.6
Beberapa penyebab OA :
Trauma / instabilitas
Faktor genetik / perkembangan
Penyakit metabolik / endoktin
Osteonekrosis

OA

yang

disebabkan
oleh penyakit
metabolic
berkaitan
dengan
penyakit
jantung
koroner, diabetes mellitus, dan hipertensi.6
Gangguan

muskuloskeletal

Osteoarthritis

dipandang

sebagai

manifestasi salah satu bentuk komplikasi kronik pada Diabetes


Mellitus. Beberapa mekanisme patogenesis diduga terlibat pada
komplikasi muskuloskeletal (tulang, sendi dan jaringan lunak) pada
penderita diabetes mellitus baik itu yang spesifik terjadi pada jaringan
lunak maupun non spesifik seperti pada komplikasi kronis diabetes
melitus yang lain.6
Pada diabetes mellitus tipe 2 terjadi resistensi insulin. Fungsi dari
insulin itu sendiri adalah sebagai kunci atau pintu masuk dari darah
ke dalam sel. Oleh sebab itu terjadi penurunan pemakaian glukosa oleh
sel karena glukosa yang beredar di darah tidak bisa masuk ke dalam sel
sehingga darah mendapat asupan glukosa dalam jumlah yang banyak
atau disebut hyperglikemia. Urin mempunyai komposisi darah
sehingga dalam komposisi urin banyak mengandung glukosa yang
disebut glukosaria. Urin yang mengandung banyak glukosa akan

17

berubah menjadi kental oleh karena adanya tekanan akibat dari


hipoosmotik dan hiperoosmotik pada urin.6
Tekanan hipoosmotik dan hiperosmotik ini mengakibatkan
dehidrasi. Didalam darah terdapat komposisi cairan lebih banyak
daripada komposisi cairan darah akan tetapi jika tekanan pada
hipoosmotik dan hiperosmotik terus berlangsung maka cairan dari
darah akan terus menurun yang mengakibatkan hemokonsentrasi. Jika
cairan dalam darah sudah menjadi kental maka keseimbangan darah
menjadi

terganggu

(trombosis).

Trombosis

ini

menyebabkan

penyempitan pada pembuluh darah atau disebut dengan aterosklerosis.


Aterosklerosis dapat terjadi pada pembuluh darah besar maupun
pembuluh darah kecil. Dengan adanya aterosklerosis menyebabkan
berkurangnya asupan darah yang masuk ke dalam organ-organ yang
dialiri oleh darah tersebut sehingga dapat terjadi komplikasi diabetes
mellitus tipe 2 dan dari komplikasi ini dapat menyebabkan gangguan
muskuloskeletal.6
Menyebabkan terjadinya penumpukan thrombus dan komplek lipid
pada pembuluh darah subkondral yang menyebabkan terjadinya
iskemia dan nekrosis jaringan subkondral tersebut. Ini menyebabkan
dilepaskannya mediator kimiawi seperti prostaglandin dan interleukin
yang selanjutnya menimbulkan bone angina lewat subkondral yang
diketahui memiliki ujung saraf sensibelyang dapat menghantarkan rasa
sakit. Penyebab rasa sakit itu dapat juga berupa akibat dari dilepasnya
mediator kimiawi seperti kinin dan prostaglandin yang menyebabkan
radang sendi., peregangan tendo, atau ligamentum serta spasmus otototot ekstra artikuler akibat kerja yang berlebihan. Sakit pada sendi juga
diakibatkan oleh adanya osteofit yang menekan periosteum dan radiks
saraf yang berasal dari medulla spinalis serta kenaikan vena
intrameduler akibat stasis vena intermeduler karena proses remodeling
pada trabekula dan subkondrial.7

18

Disamping faktor mekanis yang berperan pada timbulnya kaitan


tersebut. Peran faktor lain metabolit dan hormonal pada kaitan antara
OA dan penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, dan hipertensi.
Sendi lutut dan sendi tangan yang mengalami nyeri ternyata
berstruktur diarthrosis. Dimana diarthrosis itu merupakan sambungan
antara dua tulang atau lebih yang memungkinkan tulang-tulang
tersebut bergerak satu sama lain. Sendi diarthrosis disebut juga sendi
synovial. Karena pada sendi tersebut terdapat tulang rawan sendi yang
bertindak sebagai bantalan sendi yang menerima (meredam) beban
benturan

yang

terjadi

selama

gerakan

sendi

normal

dan

meneruskannya ke tulang bawah sendi. Rawan sendi itu merupakan


jaringan ikat avaskuler dan tidak memiliki jaringan saraf yang melapisi
permukaan tulang dari sendi diarthrosis.7
4. Faktor apa yang mempengaruhi keluhan yang di derita oleh
wanita tersebut
Faktor yang mempengaruhi keluhan penderita8
a. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnmya OA, faktor ketuaan
adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya OA semakin
meningkat dengan bertambahnya umur. OA hampur tak oernah
pada anak-anak, jarang dibawah umur 40 tahun dan sering diatas
umur 60 tahun. Akan tetatpi harus diingat bahwa OA bukan akibat
ketuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada ketuaan berbeda
dengan perubahan pada OA
b. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan
lelaki lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan leher.
Secara keseluruhan, dibawah umur 45 tahun frekuensi OSA kurang
lebih sama pada laki-laki dan wanita, tetapi diatas 50 tahun (setelah
menopause) frekuensi OA lebih banyak wanita daripada pria. Ini
menunjukan adanya peran hormonal pada patogenesis OA.
c. Suku Bangsa

19

Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA nampaknya terdapat


perbedaan diantara masing-masing suku bangsa. Misalnya OA
pada paha lebih jarang diantara orang-orang pada kulit hitam dan
asia daripada kaukasia. OA lebih sering dijumpai pada orang
Amerika asli (india) daripada orang-orang kulit putih, hal ini
berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
d. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya OA misalnya pada
ibu dari seorang wanita dengan OA pada sendi-sendi interphalang
distal (nodus heberden) terdapat dua kali lebih sering OA pada
sendi sendi tersebut, dan anak-anak perempuan cenderung
mempunyai 3 kali lebih sering, daripada ibu dan anak-anak
perempuan dari wabita tanpa OA tersebut. Adanya mutasi dalam
gen prokolagen II atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur
tulang rawan sendi seperti kolagen tipe IX dan XII, protein
pengikat atau proteoglikan dikatakan berperan dalam timbulnya
kecenderungan familial pada OA tertentu (terutama OA banyak
sendi)
e. Kegemukan dan Penyakit Metabolik
Berat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya
risiko untuk timbulnya OA baik pada wanita maupun pada pria.
Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan OA pada sendi
yang menanggung beban, tetapi juga dengan OA sendi lain
( tangan atas sternoclavicula). Oleh karena itu disamping faktor
mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis),
diduga terdapat faktor lain (metabolic yang berperan pada
timbulnya kaitan tersebut. Peran faktor metabolic dan hormonal
pada kaitan antara OA dan kegemukan juga disokong oleh adanya
ikatan antara OA dengan penyakit jantung koroner, diabetes
melitus dan hipertensi. Pasien-pasien OA ternyata mempunyai

20

resiko penyakit jantung koroner dan hipertensi yang lebih tinggi


daripada orangf-orang tanpa OA.
f. Cedera sendi, Pekerjaan dan Olah raga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus
menrus (misalnya tukang pahat, pemetik kapas) berkaitan dengan
peningkatan resiko OA tertentu. Demikian juga cidera sendi
berkaitan dengan risiko OA yang lebih tinggi. Peran beban
benturan yang berulanag pada timbulnyaOA masih menjadi
pertentangan.

Aktivitas-aktivitas

terterntu

dapat

menjadi

predisposisi OA cidera traumatik (misalnya robeknya meniscus,


ketidakstabailan ligamen) yang dapat mengenai sendi. Akan tetapi
selain cedera yang nyata, hasil-hasil penelitian tak menyokong
pemakaian yang berlebihan berbagai suatu faktor untuk timbulnya
OA. Meskipun demikian, beban benturan yang berulang dapat
menjadi suatu faktor penentu lokasi pada orang-orang yang
mempunyai

prediposisi

OA

dan

dapat

berkaitan

dengan

perkembangan dan beratnya OA.


g. Kelainan Pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha (misalnya penyakit
Perthes dan dislokasi kongenital paha) telah dikaitkan dengan
timbulnya OA paha pada usia muda. Mekanisme ini juga diduga
berperan pada lebih banyaknya OA paha pada laki-laki dan ras
tertentu.
h. Faktor-faktor lain
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko
timbulnya OA. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih
padat (keras) tak membantu mengurangi benturan beban yang
diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi
menjadi lebih mudah robek.
5. Apakah ada hubungan antara nyeri pada jari tangan dan pada
lutut? 9
Gejala dan tanda osteoarthtritis muncul sangat perlahan dan
biasanya hanya mengenai satu atau beberapa sendi. Sendi yang sering

21

terkena adalah panggul, lutut, vertebra lumbal bawah dan servkalis,


sendi antarfalang distal jari tangan, sendi karpo metacarpal pertama,
dan sendi tarsometatarsal pertama. Adanya predileksi pada sendi sendi
tertentu adalah nyata sekali. Sebagai pernamdingan, OA siku,
pergelangan tangan, glenohumeral atau pergelangan kaki jarang sekali
dan terutama terbatas pada orang tua. Distribusi yang selektif seperti
itu smpai sekarang masih sulit dijelaskan. Salah satu teori mengatakan
bahwa sendi sendi yang sering terkena OA adalah sendi-sendi yang
paling akhir mengalami, perubahan perubahan evolusi., khususnya
dalam kaitan dengan gerakan mencengkram dan berdiri dua kaki.
Sendi sendi itu mungkin mempunyai rancangan bangun yang sub
obtimal untuk gerakan gerakan yang mereka lakukan, mencukupi, dan
dengan demikian lebih sering gagal daripada sendi-sendi yang sudah
mengalami adaptasi lebih lama.
6. Bagaimana

kondisi

pasien

bedasarkan

hasil

pemeriksaan

laboratorium
Hasil Pemeriksaan laboratorium pasien10
HB : 12,3 gr% (Normal)
Normal Laki-laki: 13-18 gr%
Perempuan: 12-16 gr %
Leukosit :12.000 (Leukositosis)
Normal: 3.200-10.000
GDS : 325 mg% (Hiperglikemia)
Normal: < 200 mg %
Tekanan darah: 135/95 mmHg (pre-hipertensi)
Normal
: < 120/80
Pre-Hipertensi
: 120-139/80-89
Hipertensi 1
: 140-159/90-99
Hipertensi 2
: >160/100

22

7. Sebutkan penyakit yang berkaitan dengan gejala nyeri pada


skenario! 11,12,13
8.
9.

Perempuan
53 tahun

OA

Gout

RA

> 45 tahun Setelah pubertas

> 18 tahun

Nyeri Kaki kanan

Bengkak

Nyeri jari tangan

Hiperglikemi

IMT beresiko

10.
11.
12.
13.
14.
15.
Lokalisasi OA pada sendi:

23

Jenis-jenis lokasi persendian yang terkena osteoarthritis: a)OA generalisasi


primer; b)Artropati pirofosfat.15

Lokasi pada persendian jari atau pergelangan tangan yang berpotensi terkena
penyakit atau gangguan persendian.16
8. Jenis jenis pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan!
Pemeriksaan yang dapat dilakukan:16
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisis
Hambatan gerak
Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang
masih dini (secara radiologis). Biasanya bertambah berat dengan
semakin

beratnya

penyakit,

samapi

sendi

hanya

bias

digoyangkan dan menjadi kontraktur. Hambatan gerak dapat


konsentris (seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu
arah gerakan saja).
Krepitasi
Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinik OA lutut. Pada
awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah
atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Dengan
bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat terdengar sampai
jarak tertentu. Gejala ini mungkin timbul karena gesekan kedua
permukaan sendi pada saat sendi digerakkan atau secara pasif
dimanipulasi.
Pembengkakan Sendi yang Seringkali Asimetris

24

Pembengkakan sendi pada OA dapat timbul karena efusi pada


sendi yang biasanya tak banyak (<100cc). Sebab lain ialah
karena adanya osteofit yang dapat mengubah permukaan sendi.
Tanda-tanda Peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangant yang merata dan warna
kemerahan) mungkin dijumpai pada OA karena adanya
sinovitis. Biasanya tanda tanda ini menonjol dan timbul
belakangan, seringkali dijumpai di lutut, pergelangan kaki dan
sendi-sendi kecil tangan dan kaki.
Perubahan Bentuk (deformitas) Sendi yang Permanen
Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama,
perubahan permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya
berdiri dan perubahan pada tulang dan permukaan sendi.
Perubahan Gaya Berjalan
Keadaan ini hampir selalu berhubungan dengan nyeri karena
menjadi tumpuan berat badan. Terutama dijumpai pada OA
lutut, sendi paha dan OA tulang belakang dengan stenosis spinal.
Pada sendi-sendi lain, seperti tangan bahu, siku dan pergelangan
tangan, osteoarthritis juga menimbulkan gangguan fungsi.
c. Pemeriksaan Diagnostik
a. Radiografis sendi yang terkena
Pada sebagian besar kasus, radiografi pada sendi yang terkena
OA sudah cukup memberikan gambaran diagnostik yang lebih
canggih. Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis
OA ialah:
1. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih
berat pada bagian yang menanggung beban)
2. Peningkatan densitas(sclerosis) tulang subkondoral.
3. Kista tulang
4. Osteofit pada pinggir sendi
5. Perubahan struktur anatomi sendi
Berdasarkan perubahan-perubahan radiografi di atas, secara
radiografi OA dapat digradasi menjadi ringan sampai berat
(kriteria Kellgren dan Lawrence). Harus diingat bahwa pada
awal penyakit, radiografi sendi seringkalimasih normal
25

Pemeriksaan pengindraan dan radiografi sendi lain.


1. Pemeriksaan radiografi sendi lain atau pengindraan
magnetik mungkin diperlukan pada beberapa keadaan
tertentu. Bila OA pada pasien dicurigai berkaitan dengan
penyakit metabolic atau genetic seperti alkaptonuria,
oochronosis, displasia epifisis, hiperparatiroidisme, penyakit
paget

atau

hemokromatosis

(terutama

pemeriksaan

radiografi pada tengkorak dan tulang belakang).


2. Radiografi sendi lain perlu dipertimbangkan juga pada
pasien yang mempunyai keluhan banyak sendi (osteoartritis
generalisa)
3. Pasien-pasien yang dicurigai mempunyai penyakit-penyakit
yang meskipun jarang tapi berat (osteonekrosis, neuropati
Charcot, pigmented sinovitis) perlu pemeriksaan yang lebih
mendalam. Untuk diagnosis pasti penyakit-penyakit tersebut
seringkali diperlukan pemeriksaan lain yang lebih canggih
seperti sidikan tulang, pengindraan dengan resonansi (MRI),
artroskopi dan artrografi.
4. Pemeriksaan lebih lanjut (khususnya MRI) dan mielografi
mungkin juga diperlukan pada pasien dengan OA tulang
belakang untuk menetapkan sebab-sebab gejala dan keluhankeluhan kompresi radikular atau medula spinalis.
d. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboraturium pada OA biasanya tak banyak
berguna. Darah tepi (Hemoglobin, leukosit, laju endap darah)
dalam batas-batas normal, kecuali OA generalisata yang harus
dibedakan dengan artritris peradangan. Pemeriksaan imunologi
(ANA, faktor reumatoid dan komplemen) juga normal. Pada OA
yang

disertai

peradangan,

mungkin

didapatkan

penurunan

viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan ringan


sel peradangan (<8000/m) dan peningkatan protein.
9. Bagaimana penatalaksanaan dari skenario di atas
PENATALAKSANAAN17

26

Pengelolaan OA berdasarkan atas distribusinya (sendi mana yang


terkena) dan berat ringannya sendi yang terkena. Pengelolaannya
terdiri dari tiga hal.
1. Terapi non-farmakologis
a. Edukasi atau peradangan
Maksud dari penerangan adalah agar pasien mengetahui sedikit
seluk-beluk tentang penyakitnya, bagaimana menjaganya agar
penyakitnya tidak bertambah parah serta persendiannya tetap
dapat dipakai.
b. Terapi Fisik dan rehabilitasi
Terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat
dipakai dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit.
c. Penurunan berat badan
Berat badan yang berlebihan ternyata merupakan faktor yang
akan memperberat penyakit OA. Oleh karenanya berat badan
harus selalu dijaga agar tidak berlebihan. Apabila berat badan,
bila mungkin mendekati berat badan ideal.
2. Terapi Farmakologis
a. Analgesik oral non opiat
Pada umumnya pasien telah mencoba untuk mengobati sendiri
penyakitnya,

terutama

dalam

hal

mengurangi

atau

menghilangkan rasa sakit. Banyak sekali obat-obatan yang


dijual bebas yang mampu mengurangi rasa sakit. Pada
umumnya pasien mengetahui hal ini dari iklan pada media
massa, baik cetak (koran) , radio maupun televisi.
b. Analgesik Topikal
Analgesik topikal dengan mudah dapat kita dapatkan dipasaran
dan banyak sekali dijual bebas. Pada umumnya pasien telah
mencoba terapi dengan cara ini, sebelum memakai obat-obatan
peroral lainnya.
c. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Apabila dengan cara-cara tersebut diatas tidak berhasil, pada
umumnya pasien mulai datang ke dokter. Dalam hal ini kita
pikirkan untuk pemberian OAINS, oleh karena obat golongan
ini diamping mempunyai efek analgesik juga mempunyai efek
anti inflamasi. Oleh karena pasien OA kebanyakan usia lanjut,
27

maka pemberian obat-obatan jenis ini harus sangat hati-hati.


Jadi pilihlah obat yang efek sampingnya minimal dan dengan
cara pemakaian yang sederhana, disamping itu pengawasan
terhadap kemungkinan timbulnya efek samping selalu harus
dilakukan.
d. Chondroprotective Agent
Yang dimaksud dengan chondroprotective agent adalah obatobatan yang dapat menjaga atau merangsang perbaikan (reapir)
tulang

rawan

sendi

pada

pasien

OA.

Sebagian

penilitimenggolongkan obat-obatan tersebut dalam Slow Acting


Anti Osteoarthritis Drugs (SAOODs) atau Disease Modifying
Anti Osteoarthritis Drugs (DMAODs). Sampai saat ini yang
termasuk dalam kelompok obat ini adalah: tetrasiklin, asam
hilauronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin-C,
superoxide desmutase dan sebagainya.
Tetrasiklin dan derivatnya mempunyai kemampuan untuk
menghambat

kerja

enzim

MMP

dengan

cara

menghambatnya. Salah satu contoh adalah doxycyclin,


sayangnya obat ini baru dipakai pada hewan dan belum

dipakai pada manusia.


Asam hilauronat disebut juga sebagai viscosuplement oleh
karena

salah

satu manfaat

obat ini adalah

dapat

memperbaiki viskositas cairan sinovial, obat ini diberikan


secara intra-artikuler. Asam hilauronat ternyata memegang
peranan penting dalam pembentukan tulang rawan melalui
agregasi dengan proteoglikan. Disamping itu pada binatang
percobaan, asam hilauronat dapat mengurangi inflmasi
pada sinovium, menghambat angiogenesis dan khemotaksis

sel-sel inflamasi.
Glikosaminoglikan, dapat menghambat sejumlah enzim
yang berperan dalam proses degradasi tulang rawan, antara
lain: hilauronidase, protease, elastase dan cathepsin B1 In

28

vitro dan juga merangsang sintesis proteoglikan dan asam


hilauronat pada kultur tulang rawan sendi manusia. Dari
penelitian Rejholec tahun 1987 (dikutip dari Fife &Brandt,
1992) pemakaian glikosaminoglikan selama 5 tahun dapat
memberikan perbaikan dalam rasa sakit pada lutut, naik

tangga.
Kondroitin sulfat, merupakan komponen penting pada
jaringan kelompok vertebrata, dan terutama terdapat pada
matrix ekstraseluler sekeliling sel. Salah satu jaringan yang
mengandung kondroitin sulfat adalah tulang rawan sendi

dan zat ini bagian dari proteoglikan.


Vitamin-C dalam penelitian ternyata dapat menghambat
aktivitas

enzim

lisosim.

Pada

pengamatan

ternyata

vitaminC mempunyai manfaat dalam terapi (Fife & Brandt,

1992).
Superoxide Dismutase,
mamalia

dan

dapat dijumpai pada setiap sel

mempunyai

kemampuan

untuk

menghilangkan superoxide dana hydroxil radicals. Secara


in vitro, radical superoxide mampu merusak asam
hilauronat, kolagen dan proteogilikansedang hydrogen

peroxide dapat merusak kondrosit secara langsung.


Steroid intra-artikuler, pada penyakit RA menunjukan hasil
baik. Kejadian inflamasi kadang-kadang dijumpai pada
pasien OA, oleh karena itu kortikosteroid intra artikuler
telah dipakan dan mampu mengurangi rasa sakit, walaupun
hanya dalam waktu yang singkat. Penelitian selanjutnya
tidak menunjukan keuntungan yang nyata pada pasien OA,

sehingga pemakaiannya dalam hal ini masih kontroversial.


3. Terapi Bedah
10. Sebutkan pencegahan yang dapat di lakukan!
Berikut ada beberapa cara untuk mencegah osteoarthritis: 18

Menjaga berat badan


29

Hal ini merupakan faktor yang penting agar bobot tubuh yang
ditanggung oleh sendi menjadi ringan. Menurut penelitian
medis,

mempunyai

berat

badan

berlebih

mempunyai

kecenderungan untuk membangun penyakit jantung, diabetes,


osteoarthritis, gout (asam urat) dan kanker tertentu.

Berolahraga rigan
Hendaknya melakukan jenis olahraga yang tidak banyak
menggunakan persendian atau yang menyebabkan terjadinya
perlukaan sendi (radang sendi). Contohnya berenang dan
olahraga yang bisa dilakukan dalam posisi duduk dan tiduran.

Sesuaikan dengan umur berolahraga


Aktivitas olahraga hendaknya disesuaikan dengan umur.
Jangan memaksa untuk melakukan olahraga porsi berat pada
usia lanjut. Namun, jangan pula tidak melakukan aktivitas
gerak sama sekali.

Menghindari luka di persendian


Menghindari terjadinya luka pada persendian. Sendi yang
mengalami trauma karena terluka atau kecelakaan akan
mengalami kerusakan lebih awal dari seharusnya.

Mengonsumsi suplemen
Mengonsumsi suplemen khusus untuk kesehatan persendian.
Namun hal ini sebaiknya dilakukan atas anjuran dari dokter.
Sangat

disarankan

jika

ingin

mengonsumsi

suplemen,

sebaiknya memilih suplemen alami yang sudah teruji dan

30

terbukti penggunaannya pada manusia, agar lebih yakin dan


mencapai kesembuhan yang sempurna.

Mengonsumsi makanan sehat


Mengonsumsi makanan sehat. Konsumsi makanan sehat akan
sangat membantu Anda terhindar dari berbagai penyakit.

F. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Untuk mengetahui antomi yang berkaitan dengan skenario.
2. Untuk mengetahui mekanisme nyeri dan yang menyebabkan nyeri
3.
4.
5.
6.

pada skenario.
Untuk mengetahui factor-faktor yang menyebabkan nyeri tersebut.
Untuk mengetahui pencegahan dan pengobatannya.
Untuk mengetahui pemeriksaan yang dapat dilakukan.
Untuk mengetahui penyakit apa saja yang berkaitan dengan skenario.

G. KESIMPULAN
Dari skenario di atas dapat disimpulkan bahwa wanita ini diduga
mengalami Osteoarthritis yang menyebabkan nyeri pada sendi lutut dan
sendi bagian distal tangannya akibat dari efusi kondrosit kedalam cavum
synovial. Hal ini dapat dilihat dari etiologi,gejala klinis yang timbul,serta
waktu dan lokasi timbulnya gejala

31

DAFTAR PUSTAKA
(1) Razak Datu, Abdul. Diktat Anatomi. Bagian Anatomi Universitas
Hasanuddin ,Makassar. Osteologi ossa carpalia. 2005. hlm 7.
(2) Razak Datu, Abdul. Diktat Anatomi. Bagian Anatomi Universitas
Hasanuddin ,Makassar. Articulatio ossa carpalia. 2005. hlm 12-14.
(3) Razak Datu, Abdul. Diktat Anatomi. Bagian Anatomi Universitas
Hasanuddin ,Makassar. Osteologi extremitas bawah. 2005. hlm 10-12.
(4) Razak Datu, Abdul. Diktat Anatomi. Bagian Anatomi Universitas
Hasanuddin, Makassar. Articulatio genu. 2005. hlm 16-17.
(5) Setiyohadi, Bambang, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi
III. Jakarta Pusat : Interna Publishing. 2010. hlm 2484.
(6) Djagat Purnomo, Heri. Gangguan Muskuloskeletal Pada Pasien Diabetes
Melitus. Pengaruh endokrin dan metabolic. 2002. hlm 5.
(7) Soeroso, Joewono, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi III.
Jakarta Pusat: Interna Publishing. Pengaruh jejas makro mikro. 2010. hlm
2539-2541.
(8) Soeroso, Joewono, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III Edisi V.
Jakarta Pusat : Interna Publishing. Faktor penyebab Osteoartritis. 2010.
hlm 1197.
(9) Soeroso, Joewono, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III Edisi V.
Jakarta Pusat : Interna Publishing. Sendi yang terkena. 2010. hlm 2542.
(10) Kementrian Kesehatan. Pedoman Interpretasi Data Klinik Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Kadar Hemoglobin, Leukosit,
Glukosa. 2011. hlm 10-33.

32

(11) Daud, Rizasyah, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III Edisi V.
Jakarta Pusat: Interna Publishing. Artritis Rheumatoid. 2010. hlm 24952510.
(12) Soeroso, Joewono, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III Edisi V.
Jakarta Pusat: Interna Publishing. Osteo Artritis. 2010. hlm 2538-2548.
(13) Stefanus Tehupeiory, Edward. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III
Edisi V. Jakarta Pusat: Interna Publishing. Artritis Gout. 2010. hlm 25562560.
(14) Parveen Kumar dan Michael Clark. Clinical medicine Edisi VII. Jenisjenis lokasi persendian yang terkena osteoarthritis. 2009. hlm 519.
(15) Dennis L. Kasper, dkk. Harrison's Principle of Internal Medicine Edisi
XIV. 2005. hlm 2035.
(16) Soeroso, Joewono, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III Edisi V.
Internal Jakarta Pusat : Interna Publishing. Pemeriksaan Osteoartritis.
2010. hlm 198.
(17) Soeroso, Joewono, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III Edisi V.
Jakarta Pusat: Interna Publishing. Penatalaksanaan Osteoartritis. 2010. hlm
1200-1201.
(18) ilmukesehatan.com. Cara untuk mencegah Osteoartrisis. 2012. Available from
URL:http://www.ilmukesehatan.com/462/cara-untuk-mencegah
osteoarthritis.html. Accessed September 14, 2013.

33

Anda mungkin juga menyukai