Anda di halaman 1dari 17

Bismillahirrohmanirrohim

Ujian dr. S. Hendradewi, Sp.THT-KL, MSi, Med


SOAL
1. Anatomi dan fisiologi telinga, hidung, dan tenggorok
2. Anatomi sistem keseimbangan
3. Kelainan2 yang terjadi bila ada gangguan sistem keseimbangan
4. Kelainan-kelainan patologis telinga, hidung, tenggorok
5. Anatomi dan fisiologi laring
6. Sistem saraf pada laring
7. Macam2 keganasan di bidang THT, bagaimana tanda2nya
JAWAB
ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROK
A. Telinga
Dibagi menjadi 3: auris externa, auris media, dan auris interna.
Auris externa
Auricula
Bangunan yang terdapat pada auricula:

o terdapat glandula sebasea & modifikasi dari gld. apokrin (gld. cerumina)
o fungsi: resonator
Vaskularisasi:
o a. auricularis profunda, cab a. maxillaris, cab a. carotis externa
o a. auricularis posterior, cab a. carotis externa
o vena: v. auricularis anterior & posterior
Innervasi:
o n. auriculotemporalis cab N.V, mempercabangkan:
n. meatus acusticus externus
n. auricularis anterior
o n. auricularis magnum
o Rr. auricularis nervi vagi
o n. auricularis posterior
o R. temporalis n. facialis
Auris media
Membrana tympani

Meatus acusticus externus


Canalis auricularis externus
o saluran pendek, berbelok-belok seperti huruf S
o dipisahkan oleh cavum tympani oleh membrana tympani
o rangka penyusunnya: pars cartilaginea (1/3 luar) & pars ossea (2/3 dalam)

Cavum tympani
batas2: medial : canalis semicircularis, canalis facialis, fenestravestibuli / oval
window, fenestra cochlea / round window.
lateral : membrana tympani
superior : tegmen tympani
inferior : v. / bulbus jugularis
anterior : tuba eustachius
posterior : aditus ad anthrum

Bangunan:

chorda tympani
ossicula auditiva
m. tensor tympani, m. stapedius
(muara) tuba eustachius
ligamen2

Ossicula auditiva
o Maleus

Incus

Stapes

Vaskularisasi:

- a. tympanica superior
- a. tympanica anterior
- a. tympanica inferior
- a. tympanica posterior
Innervasi: - n. tympanicus cab N.IX
- nn. caroticotympanici cab plexus caroticus internus

Auris interna (= labyrinth)


Pembagian major: - labyrinthus osseus
- labyrinthus membranaceus
Pembagian anatomi:

Vestibulum
Batas2: - anterior
: cochlea
- posterior : canalis semicircularis
- lateral
: auris media
- frontolateral: fenestra vestibuli
- dasar
: caecum vesibulare
Di dalamnya terdapat 2 kantong kecil:
- sacculus ()
: di antor berhub dg ductus cochlearis
- utriculus ()
: di postor berhub dg ductus semicircularis
Keduanya dihubungkan dengan ductus utriculosaccularis.
Di dalam sacculus & utriculus terdapat macula (respon terhadap gravitasi &
perubahan kepala.
Canalis & ductus semicircularis
Dibagi 3: anterior, posterior, lateralis.
Tiap ductus mengalami pelebaran tiap ujungnya ampulla.
Tiap ampulla ditempati reseptor keseimbangan crista ampullaris
(mendeteksi gerakan angular / rotasi kepala)
Canalis spiralis cochlea / ductus cochlearis

Dibagi menjadi 3 skala:


Skala vestibuli:
- kelanjutan dari vestibuli & dibatasi oleh fenestra vestibuli
- terletak superior dari ductus cochlearis
- berisi cairan perilimfe
Skala media:

- terletak di tengah
- dipisahkan dari skala vestibuli oleh membrana Reissner
- dipisahkan dari skala tympani oleh membrana basilaris
- membrana basilaris ditempati oleh organon corti
- berisi cairan endolimfe
- menyempit ke arah apex cochlea
- terbuka pada ujungnya helicotrema
Skala tympani:
- berisi cairan perilimfe
- bermuara ke dalam fenestra cochlea
Vascularisasi: a. labyrinthi cab a. cerebelli ant inf cab a. basilaris.
Innervasi:
- N. VIII
- N. VII

FISIOLOGI PENDENGARAN

gelombang bunyi ditangkap dan dikumpulkan oleh auricula diteruskan ke MAE


menggetarkan membrana tympani maleus incus stapes fenestra vestibuli
pergerakan (gelombang) perilimfe getaran diteruskan (ke bawah) ke membrana
Reissner menggerakkan endolimfe menggerakkan membrana basilaris ke atas
dan ke bawah organon Corti bergerak defleksi stereocilia (akibat pergeseran
membrana basilaris terhadap membrana tektorial yang relatif kaku & stasioner)
kanal ion terbuka depolarisasi menghasilkan neurotransmitter melalui N.VIII
dilanjutkan ke cortex pendengaran lobus temporalis (area 39 40).

B. Hidung
Dibagi menjadi dua: hidung luar & dalam
Hidung luar
berbentuk pyramid dengan bagian2:

- pangkal hidung (bridge)


- dorsum nasi
- ala nasi
- columela
- nares anterior

Dibedakan menjadi 3 bagian:


kerangka tulang, terdiri dari:
os nasalis
proc. nasalis os frontalis
proc. frontalis os maxillaris
kerangka kartilago, terdiri dari:
sepasang cartilago nasalis lateralis supor
sepasang cartilago nasalis lateralis infor
cartilago ala minor
tepi anterior cartilago septum

lobulus
Batas: medial
: columela
lateral
: ala nasi
anterosuperior : ujung hidung
Fungsi mobilitas lobulus: ekspresi wajah, gerakan mengendus, bersin.

Hidung dalam
Batas2 cavum nasi:
anterior
: nares anterior
posterior
: nares posterior / choana
lateral
: agger nasi
medial
: septum nasi : - lamina perpendicularis os ethmoidalis
- os vomer
- crista nasalis os maxillaris et os palatine
- lamina quadrangularis
- columela
superior
: lamina cribiformis os ethmoidalis
inferior
: - lamina horizontalis os palatina
- proc palatine os maxillaris

Pada dinding lateral terdapat:


Concha
: inferior
media
superior
suprema
Meatus:
o Superior : muara sinus sphenoidalis & ethmoidalis posterior

Media

: muara sinus maxillaris, frontalis, ethmoidalis anterior


terdapat bangunan:
bula ethmoidalis
infundibulum ethmoidalis
proc. uncinatus
hiatus semilunaris
meatus sinus maxl, front, ethm ant
Inferior : muara ductus nasolakrimalis

Vaskularisasi:
- bag. bawah : cab a. maxilla interna: a. palatina mayor, a. sphenopalatina
- bag. depan : cab a. facialis
- bag. septum depan : plexus Kiesselbach / little area (anastomosis a.
sphenopalatina, a. ethmoidalis anterior, a. labialis superior, a. palatina mayor).
- bag. septum belakang ; a. sphenopalatina, a. ethmoidalis posterior
Innervasi:
N. I penghidu
N. ethmoid antor sensoris
ganglion sphenopalatina sensoris & otonom
Fisiologi:
Organ penghidu:

Dua teori:
- kimia: partikel bau berdifusi melalui udara reaksi kimia di epitel
olfactorius
- undulasi : gelombang energy ujung saraf olfactorius
Airway resistention
- normal tekanan cavum nasi : 10-15 mmH2O
- aliran : 0-140 mL/menit
- Inspirasi : tek. cavum nasi udara keluar sinus
- Ekspirasi : tek. cavum nasi udara masuk sinus
Speech modification
- power : paru
- produksi suara : laring
- articulator : bibir, lidah, gigi, palatum
- hidung : articulator m, n, ng
Penyaring dan pelindung : oleh vibrisea, silia, mucus blanket, lisosim.
Air conditioning: mempersiapkan udara yang masuk ke paru dengan mengatur
kelembaban & suhu udara.

Sinus paranasal
Sinus maxillaris (anthrum highmori)
o bentuk : irregular pyramid
o apex : proc. zygomaticus
o basis : dinding lateral cartilago nasi
o Batas:
cranial: permukaan orbita os maxillaris
caudal: proc. alveolaris os maxillaris
antor:
permukaan facialis os maxillaris
medial: pars descendens os lacrimalis
proc. maxillaris concha inferior
proc. uncinatus os ethmoidalis
lamina perpendicularis os palatum
o Vaskularisasi : a. labialis supor, a. infraorbitalis, a. alveolaris.
o Innervasi : cab n. petrosus supor, n. maxillaris.
Sinus ethmoidalis
Batas:
lateral: lamina papyracea os lacrimalis
medial: concha superor et media
supor: os frontalis
antor:
os nasal
postor: sinus sphenoidalis

Vaskularisasi : a. sphenopalatina, a. ethmoidalis antor et postor.


Innervasi : n. ophtalmicus, n. maxillaris.
Sinus frontalis
o Batas:
- atap orbita
- fossa crania anterior
o Muara: - melalui ductus frontalis
- langsung ke cavum nasi :
- recessus frontalis
- infundibulum ethmoid
o Vaskularisasi : a. supraorbitalis
o Innervasi : n. supraorbitalis
Sinus sphenoidalis
Batas :
cranial: fossa cranii media
lateral: sinus cavernosus, a. carotis interna
postor: fossa cranii posterior
infor:
atap nasofaring
Muara : bagian atas dinding posterior recessus sphenoidalis.
Vaskularisasi : a. sphenopalatina, a. ethmoid posterior
Innervasi : ganglion sphenopalatina
Fungsi sinus:
air conditioning
resonansi suara
pelindung organ penting
membantu keseimbangan kepala.

C. Tenggorok
Tenggorok atau pharynx dibagi menjadi 3:
Nasopharynx
Batas2 :
superior : basis cranii (corpus os sphenoidalis)
inferior : palatum mole, isthmus pharyngeus
posterior : VC I-II
anterior : choana
tepi lateral :
ostium tuba eustachii
torus tubarius
fossa Rossenmulleri (recessus pharyngeus)
Tonsilla pharyngealis (adenoid) di dinding mukosa posterior
Oropharynx
Batas2 :
superior : palatum molle, isthmus pharyngeus
inferior : tepiatas epiglotis setinggi os hyoid
posterior : VC II-III

anterior : isthmus faucium


lateral : arcus palatoglosus
Terdapat tonsilla palatina pada fossa tonsillaris (antara arcus palatoglosus & arcus
palatopharyngeus.
Waldeyer ring : tonsilla palatina, tonsilla lingualis, tonsilla tuba, tonsilla pharyngea
Laringopharynx
Batas2 :
superior : tepi atas epiglottis setinggi os hyoid
inferior : tepi bawah cartilago cricoid
posterior : VC IV-VI
cartilago aritenoid
cartilago cricoid
anterior : aditus laryngeus

Otot2 pharynx :
otot sirkuler di sebelah luar : m. constrictor superior, media, inferior N.X
otot2 longitudinal di sebelah dalam : m. stylopharyngeus, m. palatopharyngeus
m. stylopharyngeus : menarik larynx dan melebarkan pharynx N.IX
m. palatopharyngeus : menaikkan bagian bawah larynx & pharynx N.X
Pada palatum mole terdapat 5 musculus :
m. levator veli palatini menyempitkan isthmus pharyngeus & melebarkan
ostium tuba eustachii N.X
m. tensor veli palatini mengencangkan bag anterior palatum mole &
membuka tuba eustachii N.X
m. palatoglossus menyempitkan isthmus pharyngeus N.X, membentuk
arcus anterior

m. palatopharyngeus membentuk arcus posterior N.X


m. azygos uvula memperpendek dan menaikkan uvula ke belakang atas
N.X
Vascularisasi : cabang2 a. carotis externa
Fungsi tenggorok :
Fungsi respirasi
Fungsi menelan 3 fase : fase oral, pharyngeal, osifagal.
Fungsi resonansi suara dan artikulasi
gerakan penutupan yang melibatkan m. stylopharyngeus, m. palatopharyngeus,
m. levator veli palatini, & m. constrictor pharyng superior ke arah dinding
belakang pharynx.

ANATOMI SISTEM KESEIMBANGAN


Penting untuk mengetahui posisi dan gerakan
Dibedakan :
Vestibuler
o sentral : cerebellum pengendalian & pemantauan posisi & gerakan badan
o perifer : macula reseptor keseimbangan
utriculus : - sejajar dengan basis cranii
- mengatur lurus ke depan (percepatan linier horizontal )
sacculus : - tegak lurus dengan basis cranii
- mengatur gerakan lurus jatuh bebas (percepatan linier
vertical )
crista ampularis : mengatur gerakan berputar (percepatan anguler)
Nonvestibuler : mata
sistem propioceptif : otot, tendo, kulit, persendian
GANGGUAN SISTEM KESEIMBANGAN
Vertigo
Definisi : sensasi seolah2 penderita berputar terhadap ruang sekitarnya atau sebaliknya.
Penyebab :
Gangguan input sensorik : - gangguan visual
- gangguan vestibuler :
gangguan labirin :
meniere disease
lesi ototoksik
vertigo paroksismal labirin
gangguan vaskuler labirin
trauma

neuronal :

neuritis vestibuler
vestibuler neurektomi
neuroma akustik
gangguan propioseptif : multiple sklerosis
Gangguan integrasi dan kesadaran :
- tumor
- psikosis
- vaskuler
- endokrin
- infeksi
- intoksikasi obat
- post trauma
- epilepsy
Pembagian vertigo vestibuler:
o sentral : neoplasma
degenerasi
inflamasi sel saraf
o perifer
primer
sekunder :
meniere disease
postural vertigo
neuritis vestibuler
labirinitis
tumor N.VIII
obat ototoksik
otitis media kronik
Gejala / tanda
Vertigo Vestibuler
Vertigo Vestibuler
Sentral
Perifer
Onset
cepat
lambat
Derajat
sedang berat
ringan sedang
Pengaruh gerakan kepala / posisi
+++
+/Mual, muntah, keringat (otonom)
+++
+
Tuli, tinitus
+
Tanda fokal otak
_
+
Nistagmus
horizontal, berputar
banyak arah
Meniere Disease
Etiologi : hidrops endolimfe, karena :

meningkatnya tekanan hidrostatik


berkurangnya tekanan osmotik dalam kapiler
meningkatnya tekanan osmotik ekstrakapiler
jalan keluar sakus endolimfe tersumbat
Gejala : trias meniere vertigo, tinitus, SNHL (nada rendah)

Diagnosis :

vertigo hilang timbul, serangan kedua lebih ringan


fluktuasi SNHL
menyingkirkan penyebab dari sentral
Meniere Disease
Meniere Syndrome
Etiologi
hidrops endolimfe
labirinitis
Vertigo
+
+
Nistagmus
+
+
Tinnitus
+
+
Tuli
SNHL
mixed deafness
Terapi : obat2 vasodilator perifer

Pseudomeniere
tubair cathar
+
+/+
CHL

BPPV
Etiologi :

Kristal kalsium karbonat pada canalis semicircularis


Degeneratif idiopatik
Trauma
Gejala : vertigo segera setelah perubahan posisi
Dx : provokasi tes tes Dix-Hallpike yang diikuti Canalith Repositioning Treatment
Terapi : CRT / Epley Mannuver

KELAINAN2 PATOLOGIS THT


A. Telinga
1. Fistula periaurikuler
Gejala : obstruksi
abses
keluar cairan putih berbau
bisa meluas ke retroaurikuler
Terapi : ekstirpasi
2. Pseudohematom
Definisi : isi serum
Etiologi : trauma
Gejala dan tanda : - daun telinga terasa tebal
- benjolan lunak di daun telinga
- fluktuasi
- dipijat membesar
3. Othematom
Definisi : isi darah
Etiologi : trauma
Gejala dan tanda : - bengkak daun telinga
- benjolan merah kebiruan

- keras / lunak
- tidak panas
- sakit / tidak
- tidak nyeri tekan
- benjolan lunak
- tidak tembus sinar
Terapi : - 3-5 hari aspirasi perban tekan
- jika keras / lama incisi kuret jahit perban
- antibiotik oral / antiinflamasi
- fiksasi dengan gips
Komplikasi : perikondritis, cauli flower ear (hancurnya kerangka telinga)
4. Perikondritis
Etiologi : - trauma atau inflamasi
- post operasi telinga (mastoiditis)
- komplikasi pseudokista
- furunkel yang tidak diobati adekuat
Gejala dan tanda : aurikula membengkak, panas, merah, sangat nyeri tekan
Terapi : - antibiotik sesuai kultur
- analgesik
- antiinflamasi
- incisi drain
- eksisi kartilago diangkat
Komplikasi : cauli flower ear
5. Otomikosis
Etiologi : - Aspergillus niger
- Aspergillus flavus
- Pityrisporum
- Candida albicans
Gejala : gatal
Dx :
- serbuk keabu-abuan skuama
- lab dengan kolt micros mycellum
- kultur
Terapi : pembersihan debris
asam asetat 2% dalam alkohol
nystatin zalf
6. Otits Eksterna Furunkulosa
Letak : 1/3 lateral canalis auricularis externus
Etiologi : dikorek, lingkungan lembap
Gejala & tanda :
otalgia karena berkurangnya jaringan ikat longgar kulit melekat pada
perikondrium tension sakit

o posterior retroaurikula, mastoid pain


o anterior tragus pain
partial deafness
tinnitus
Terapi : - antibiotik lokal : polymixin B / Bacitracin
-analgesik
-incisi drain
Pencegahan : hindari dikorek
Komplikasi :
furunkel abses
selulitis meluas 1/3 lateral
OE maligna pada DM
7. OE Herpetika
Nama lain : Herpes Zooster otikus, Ramsay Hunts syndrome, Hunts disease
Etiologi : neurotobe virus menyerang sepanjang truncus N.V sampai dengan
ganglion geniculatum.
Gx dan tanda : - stadium prodormal : malise, headache, demam
- stadium klinis : - tampak erupsi di aurikula dan kanalis yang
dipersarafi n. auriculotemporalis N.V
- ipsilateral facial palsy
- auricula panas seperti terbakar
- tinitus
- penurunan pendengaran
- gangguan keseimbangan
Komplikasi : facial palsy
Terapi : - antiviral : acyclovir 5 x 800 mg selama 7 hari
- analgesik : ibuprofen 2 x 400 mg
- kortikosteroid dosis tinggi : MP 4 x 20 mg selama 14 hari (tap off)
- antipiretik
- vitamin neurotropik
8. OE Diffusa
Letak :2/3 medial canalis auricularis externus
Nama lain : swimmer ear
Etiologi : kelembapan, mengorek
Gejala dan tanda : - otalgia
- discharge serous
- penurunan pendengaran (CHL)
- canalis sempit
- membrana tympani sde

Terapi : - ear toilet


- tampon zalf : antiseptik + antibiotik
- hindari kelembapan
9. OE Maligna
Kriteria : difus & merusak sekitar telinga
Predisposisi : DM, imunosupresi, ALL, aterosklerosis, usia tua
Etiologi : Pseudomonas aeruginosa
neurotoksin : cranial neuropathy
eksotoksin : nekrosis jaringan lunak
Gx dan tanda : - dimulai dari gatal diikuti nyeri hebat, sekret banyak, dan
pembengkakan liang telinga.
- granulasi pada isthmus
- segging sign : telinga bagian posterior menonjol dan nyeri
- paresis wajah
Terapi : - antibiotik dosis tinggi
- debridement
10. OMA
Onset : < 6 minggu
Etiologi : ISPA tubair cathar
Gx dan tanda : sesuai stadium (otalgia, tinitus, penurunan pendengaran, telinga
terasa penuh, demam, otorea)
Stadium oklusi
: MT retraksi tekanan negatif pada cavum tympani
Stadium hiperemis : vasodilatasi
Stadium supurasi : - transudasi MT bulging
- rasa sakit meningkat
Stadium perforasi : - terjadi dorongan iskemik vasa darah MT
tromboflebitis nekrosis ruptur
- rasa sakit menurun
Stadium resolusi : rasa sakit menurun
Terapi :
Stadium oklusi
: - HCl efedrin 0,5% untuk usia < 12 tahun (tetes hidung)
- HCl efedrin 1% untuk usia > 12 tahun
- antihistamin
- antibiotik
- mukolitik
Stadium hiperemis : - antibiotik 7 hari
- tetes hidung
- antihistamin

- mukolitik
Stadium supurasi : - antibiotik
- miringotomi
Stadium perforasi : - H2O2 3% 3-5 hari
- antibiotik adekuat
Stadium resolusi : OMA rekuren
: - kemoprofilaksis, miringotomi + pemasangan Grommet
- adenotonsilektomi
Komplikasi : - intratemporal : mastoiditis, labirinitis, tympanosklerosis, petrositis
- intrakranial : ensefalitis, meningitis, abses otak
- ekstratemporal : - abses bezold (pada m. sternocleidomastoideus)
- abses mauret (pada m. digastricus)
11. OMSK
Kriteria : - > 8 minggu
- perforasi membrana tympani
Dibagi menjadi : OMSK benigna (mukosa)
OMSK maligna (ossea)
Berdasarkan stadium :
OMSK std tenang
OMSK std aktif
Etiologi : lanjutan dari OMA + virulensi yang tinggi, lingkungan jelek &
imunocompromise host
OMSK maligna : - kolesteatoma
- jaringan granulasi
- perforasi atik / marginal
- bau busuk khas
- fistel atau abses retroaurikuler
- mastoiditis berat
Pmx penunjang : - audiometri
- kultur + uji sensitivitas kuman
- rontgent mastoid
Terapi : OMSK benigna : - antibiotik oral
- H2O2 3% 3-5 hari
- tetes telinga antibiotik + kortikosteroid
OMSK maligna : mastoidektomi, dengan atau tanpa tympanoplasty
OMSK tenang : - miringoplasti
- timpanoplasti
- paper patch
OMSK aktif
: adenotonsilektomi

12. Otitis Media Efusi


Definisi : radang telinga tengah dengan cairan dan membrana tympani utuh.
Etiologi : obstruksi tuba kronis, alergi, barotrauma.
Gx dan tanda : telinga penuh, tinitus, penurunan pendengaran.
Terapi : - mengeluarkan cairan (miringotomi dengan / tanpa Grommet)
- dekongestan
- mukolitik
- antihistamin
- pengelolaan alergi
- steroid intranasal / sistemik
- adenotonsilektomi
B. Hidung
1. Polip
Definisi : kelainan mukosa hidung berupa massa lunak yang bertangkai,
berberntuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan, dengan permukaan
licin dan agak bening karena mengandung banyak cairan.
Etiologi 3 faktor :
o peradangan kronik berulang mukosa hidung dan sinus
o gangguan keseimbangan vasomotor
o peningkatan tekanan cairan interstisial dan edema mukosa hidung
Gx dan tanda : - hidung tersumbat (menetao, semakin lama semakin berat
- gx2 alergi : hidung gatal, bersin, rinorea, kongesti, riw atopi
- anosmia / hiposmia
- suara sengau
- gx sekunder : PND, sakit kepala, suara sengau, ggn tidur, dll
Stadium
I : polip masih terbatas di meatus medius
II : polip sudah keluar dari meatus medius, tampak di rongga
hidung tapi belum memenuhi
III : polip masif
DD : keganasan / tumor, hipertrofi konka, deviasi septum.
Pmx penunjang : nasoendoskopi, Rontgent SPN, CT Scan
Terapi :
- kortikosteroid
- CWL
- polipektomi
- FESS
- ethmoidektomi (polip ethmoid)
2. Septum deviasi
Etiologi : - trauma
- kelainan pertumbuhan
Gx dan tanda : - hidung tersumbat
- nyeri kepala di sekitar mata

- anosmia / hiposmia
- konka hipotrofi pada sisi deviasi
- konka hipertrofi pada sisi kontralateral
Terapi : - reseksi submukosa
- septoplasti
3. Rhinitis Alergi
Definisi : kelainan pada hidung dengan gejala bersin (> 5x), rinorea, gatal, dan
blocking / tersumbat setelah hidung terpapar alergen yang diperantarai IgE.
Tanda : - rhinoskopi anterior : mukosa edem, basah, livid, konka hipertrofi,
sekret cair banyak
- allergic shiner: bayangan gelap di bawah mata
- allergic salute: sering menggosok2 hidung karena gatal
- allergic crease: garis melintang di dorsum nasi 1/3 bawah
- facies adenoid
- cobble stone appearance pada DPP
- geographic tongue pada lidah
Pmx penunjang :
- AE
- IgE spesifik
- IgE total
- skin prick test
Terapi : - avoidance
- antihistamin
- dekongestan oral / topical
- kortikosteroid oral / topical
- sodium kromoglikat stabilkan sel mastoid
- antikolinergik
- imunoterapi
- operatif : pemotongan konka inferior
4. Rhinitis Vasomotor
Etiologi : rangsangan non-spesifik (asap, bau menyengat, parfum, alkohol,
stres, perubahan suhu, dll)
Gejala dan tanda :
- hidung tersumbat
- edema mukosa hidung
- rinorea mukoid / serous
- konka merah gelap
- memburuk pada pagi hari - permukaan licin atau berbenjol2
Terapi : - avoidance
- dekongestan oral
- cuci hidung dengan NaCl 0,9%
- kortikosteroid topical

- kauterisasi AgNO3 25%


- kortikosteroid oral 100-200 mg
- operatif : elektrokauter, pemotongan konka, neurektomi n. vidianus
5. Rhinitis Atrofi
Etiologi :
- Klebsiella ozaena
- rhinosinusitis kronik
- defisiensi Fe
- kelainan hormonal
- defisiensi vitamin A
- penyakit kolagen
Gejala dan tanda :
- napas bau
- sakit kepala
- ingus kental hijau purulen
- hidung tersumbat
- krusta hijau
- rongga hidung sangat lapang
- anosmia
- atrofi konka
Pmx penunjang : - PA
- kultur + uji sensitivitas
- CT scan SPN
Terapi : - antibiotik
- NaCl + NaHCO3 + aquadest atau 100 cc air + 1 sdm betadin
- vitamin A 3 x 50.000 IU selama 2 minggu
- Ferous selama 2 minggu
- operatif
6. Rhinitis Medikamentosa
Etiologi : pemakaian vasokonstriktor topical jangka lama
kadar agonis alfa adrenergik meningkat
penurunan reseptor alfa adrenergic pada vasa darah
menghilangnya aktivitas simpatis
dilatasi & kongesti jaringan mukosa hidung
Patofisiologi : silia rusak sel goblet berubah ukuran, membran basal
menebal, pembuluh darah melebar stroma edema hipersekresi kelenjar
mukus dan perubahan pH sekret hidung lapisan submukosa menebal
lapisan periosteum menebal.
Gejala dan tanda : - hidung tersumbat dan berair
- hipertrofi konka dengan sekret hidung berlebih
- edema tidak berkurang dengan tampon adrenalin
Terapi : - menghentikan obat vasokonstriktor topical
- kortikosteroid dosis tinggi, jangka pendek dengan tappering off atau
kortikosteroid topical selama 2 minggu
- dekongestan oral

7. Rhinosinusitis
Etiologi: rhinogen (alergi, non alergi), dentogen
Gx & tanda : kriteria Taskforce :
Major factors :
a. facial pain / pressure
b. facial congestion / fullness
c. nasal obstruction / blockage
d. PND
e. decrease or absent of smell
f. pus in the nose on physical examination
g. fever
Minor factors :
a. headache
b. fever
c. halitosis
d. fatigue
e. dental pain
f. cough
g. ear pain / pressure / fullness
Dx : - 2 major factors
- 1 major factor + 2 minor factors
- pus in the nose on examination
Klasifikasi berdasarkan gejala :
akut : < 4 minggu
subakut : 4-12 minggu
kronik : > 12 minggu
akut rekuren : > 4 episode akut dalam 1 tahun
kronik eksaserbasi akut
Pmx penunjang : - CT scan SPN
- foto polos SPN
- biopsi
- kultur + uji sensitivitas
- sinuskopi
Terapi : - antibiotik
- dekongestan oral / topical
- analgesik
- mukolitik
- kortikosteroid oral & topical

- cuci hidung dengn NaCl 0,9%


- jika etiologinya alergi : AH2
- operatif : CWL , FESS (jika medikamentosa tidak bisa)
Komplikasi : - kelainan orbita
- kelainan intrakranial
- abses periosteal
8. Epistaksis
Etiologi : - sistemik : - hormonal
- tekanan atmosfer
- kardiovaskuler
- kelainan darah
- kongenital
- lokal :
- kelainan anatomi
- kelainan pembuluh darah setempat
Letak : - anterior : plexus Kiesselbach
- posterior : - a. ethmoidalis posterior
- a. sphenopalatina
Terapi : - tampon sementara : adrenalin 1:10.000
anterior : tampon gulung (zalf + betadine)
posterior : tampon bullock
C. Tenggorokan
1. Faringitis akut
Viral
Gx & tanda : demam, rinorea, nyeri tenggorok, sulit menelan, DPP hiperemis
Tx : - istirahat + minum cukup
- kumur air hangat
- analgesik
- metisoprenol (antiviral) untuk infeksi herpes simplek
Bakterial
Etiologi : tersering infeksi Streptococcus hemolyticus group A
Gx & tanda: - nyeri kepala hebat
- muntah
- demam
- hipertrofi tonsil
- faring dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat
- petechie pada palatum dan faring
- limfadenopati anterior leher

Terapi :
jika diduga Streptococcus hemolyticus group A injeksi Penicillin G
Banzatin 50.000 U / kgBB dosis tunggal, atau Amoxicillin 50 mg/kgBB
dosis dibagi 3x sehari selama 10 hari, pada dewasa 3 x 500 mg selama 6-10
hari atau eritromisin 4 x 500 mg / hari.
kortikosteroid : dexamethason 8-16 mg im, 1x
analgesik
kumur dengan air hangat / antiseptik
2. Faringitis Kronik
hipertrofik
Gx & tanda :
tenggorok kering gatal batuk berdahak
DPP bergranulasi
hipertrofi kelenjar limfe submukosa
Terapi: obat kumur
ekspektoran
larutan nitras argenti
atrofi
Gx dan tanda : tenggorok kering
bau
mukosa ditutup lendir kental, jk diangkat mukosa kering
Terapi : - terapi rhinitis atrofi
- + obat kumur
leutika
std primer : bercak / ulkus pada palatum molle, tonsil, DPP, & tidak sakit
std sekunder : eritema di faring sampai laring
std tersier : guma di tonsil dan palatum
3. Tonsilitis Akut
Viral
Gx & tanda : - seperti common cold
- seperti luka2 kecil pada faring & tonsil & terasa nyeri
Tx : - istirahat + minum cukup
- antiviral jika memberat
Bakterial
Ada 3 macam (ringan sampai berat) :
a. tonsillitis parenchimatosa : tonsil membengkak dan hiperemis
b. tonsillitis folikularis : bintik2 kecil putih pada permukaan tonsil
c. tonsillitis membranosa : membran (exudat) putih pada permukaan tonsil.
(Akut exudat ; Kronis detritus)

Bedanya dengan tonsillitis difteri : pd tonsillitis difteri, membran putih


abu2 meluas sampai keluar dari permukaan tonsil (ke uvula, palatum
molle, dinding lateral cavum oris, dll.
Gx & tanda: - tonsil membesar, hiperemis
- detritus (folikularis) / bentuk lacuna (lacunaris) / membran
- masa inkubasi 2-4 hari
- nyeri tenggorok
- nyeri menelan
- demam dengan suhu tinggi, rasa lesu, rasa sakit pada sendi
- nyeri telinga
- tidak nafsu makan
- kelenjar submandibula membengkak dan nyeri
Terapi : - antibiotik
- antipiretik
- obat kumur
Komplikasi : - OMA
- sinusitis
- abses peritonsil
- abses parafaring
- OSAS
4. Tonsilitis Kronik
Ada 3 macam :
a. Tonsilitis folikularis : terdapat detritus di dalam kripta
Detritus : kumpulaan sisa2 makanan, jaringan yang mati, bakteri
b. Tonsilitis hipertrofikan : tonsil membesar ( tidur ngorok)
c. Tonsilitis fibrotikan : tonsil mengecil dan mengkerut oleh karena jaringannya
digantikan oleh jaringan fibrous yang kenyal dan padat, hiperemis pada arcus
anterior, jika ditekan keluar pus
Gx dan tanda : - tonsil membesar dengan permukaan tidak rata
- kripte melebar dengan detritus (di dalam kripte)
- rasa mengganjal di tenggorok dan kering
- napas bau
Terapi : - obat kumur
- obat hisap
Indikasi tonsilektomi :
serangan tonsillitis > 3x / tahun
maloklusi gigi
OSAS

rhinosinusitis kronis, abses peritonsil yang tidak berhasil dengan pengobatan


napas bau
tonsillitis berulang akibat Streptococcus hemolyticus group A
dicurigai keganasan
otitis media
5. Hipertrofi Adenoid
Gx dan tanda : - faringitis & bronchitis
- facies adenoid
- gangguan drainase sinus paranasal
- palatum molle tidak terangkat saat fonasi
Pmx penunjang : foto lateral kepala
Terapi : adenoidektomi
Indikasi AE : - sumbatan : - bernapas melalui mulut
- OSAS
- gangguan menelan
- gangguan bicara
- facies adenoid
- infeksi : - adenoiditis berulang
- OME / OMA berulang
- curiga keganasan
6. Abses Peritonsil
Etiologi : komplikasi tonsillitis
Gx dan tanda : - odinofagi 1 sisi
- trismus
- otalgia
- palatum bengkak
- muntah
- tonsil bengkak 1 sisi
- mulut bau
- uvula bengkak + edem
- hipersalivasi
- uvula terdorong ke kontralateral
- drawling
Terapi : - antibiotik dosis tinggi
- antiinflamasi
- fluktuasi (+) pungsi insisi
- trismus xylocain
- operatif
- durante incise a chaud
- 3-4 hari a tiede
- 4-6 hari a froid
Komplikasi : - pecah spontan perdarahan aspirasi
- perjalanan infeksi mediastinitis

- ke cranial abses otak


7. Abses Retrofaring
Etiologi : ISPA, corpal, adenoidektomi, ET
Gx dan tanda : - odinofagi
- disfagia
- demam
- leher kaku & nyeri
Terapi : - antibiotik iv dosis tinggi

sesak napas jika abses di hipofaring


stridor jika meluas ke laring
suara sengau
benjolan pd DPPkonsistensi lunak

- pungsi dan insisi posisi Tredelenberg


8. Abses Parafaring
Etiologi : perjalanan infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring, submandibula
Gx dan tanda : - trismus
- bengkak pada angulus mandibula
- demam
- bengkak pada dinding lateral faring
- otalgia, odinofagi, disfagi
- edema m. sternocleidomastoideus
Pmx penunjang : - rontgen jaringan lunak lat / AP
- CT scan
9. Abses Submandibula
Etiologi : infeksi gigi, dasar mulut, faring, kelenjar limfe
Gx dan tanda : - demam
- nyeri di leher bawah mandibula, di bawah lidah
- trismus
Terapi : - antibiotik iv
- evakuasi abses
10. Angina Ludovici
Adl infeksi ruang submandibula berupa selulitis dengan tanda khas pembengkakan
seluruh ruang submandibula, tidak membentuk abses keras pada perabaan.
Etiologi : infeksi gigi, peradangan dasar mulut
Gx dan tanda : - odinofagi dan nyeri leher
- bengkak submandibula & keras
- sesak napas
Terapi : - antibiotik dosis tinggi
- evakuasi abses
Komplikasi : - sumbatan jalan napas
- mediastinitis
- sepsis

ANATOMI DAN FISIOLOGI LARING


Kerangka Larynx

Cartilago thyroidea (tunggal) : bentuk segiempat dua lembar bersatu pada linea
mediana membentuk prominentia laryngea (Adams Apple)
Cartilago cricoidea (tunggal) : bentuk cincin stempel
Cartilago epiglottica (tunggal) : bentuk seperti daun, terletak di belakang radix
lingua dan os hyoid
Cartilago arytenoid (sepasang) : tiap cartilago berbentuk limas segitiga, pada
facies anterolateralis terdapat proc. vocalis tempat melekatnya ligamentum vocale
Cartilago corniculata : bentuk dua nodul kecil berbentuk kerucut
Cartilago cuneiformis : bentuk batang

Ligamenta dan Membran


Ekstrinsik fiksasi larynx, os hyoid & trachea
membrana thyroidea
lig. hyoepiglottica
lig. cricotracheale

Intrinsik :
membrana quadrangularis
membrana cricovocalis
lig. cricoarytenoideum posterior
lig. cricopharyngeum
lig. thyroepiglotticum
Articulationes larynges
o Articulatio cricothyroidea perubahan ukuran panjang plica vocalis
o Articulatio cricoaritenoidea memendekkan, mengendurkan, menegangkan
plica vocalis
Otot-otot larynx
Ekstrinsik salah satu perlekatan pada larynx
depressors larynx : - m. sternohyoid
- m. sternothyroid
- m. omohyoid
levators larynx :
- m. thyrohyoid
- m. digastricus
- m. stylohyoid
- m. stylopahryngeus
- m. palatopharyngeus
Intrinsik origo + insersinya di larynx, derivat arcus VI
- m. cricothyroid
- m. vocalis
- m. cricoaritenoid posterior
- m. ariepiglotticus
- m. cricoaritenoid lateral
- m. thyroaritenoid
- m. cricoaritenoid trans
- m. thyroepiglottis
- m. arytenoid obliquus
Fungsi
membuka glottis : m. cricoarytenoid posterior
menutup glottis : m. cricoarytenoid lateral
m. cricoarytenoid trans
m. thyroarytenoid
menegangkan lig. vocale : m. cricothyroid
mengendorkan lig. vocale : m. thyroarytenoid
m. vocale
menutup aditus laryngis : m. arytenoid obliquus
m. aryepiglotticus
membuka aditus laryngis : m. thyroepiglotticus
Glottis : plica vocale, proc. vocalis, rima glottidis

Cavitas Laryngis

Aditus laryngis
Batas2 : - anterior
: epiglottis
- posterior
: plica interadytenoid
- lateral
: plica aryepiglottica
Vestibulum laryngis
di bawah aditus laryngis, di atas plica vestibularis
Rima vestibuli
- celah di antara kedua plica vestibularis dextra et sinistra
- terletak di antara vestibulum laryngis dan ventriculus laryngis
Ventriculus laryngis
- di bawah rima vestibuli
- terdapat sacculus laryngis lubrikasi plica vocalis
Rima glottidis
- celah di antara kedua plica vocalis dextra et sinistra
- menghubungkan ventriculus laryngis dan cavitas infraglottica
Cavitas infraglottica
di bawah plica vocalis dan berhubungan dengan lumen trachea

Skeletopis larynx : VC III-VI


Gerakan plica vocalis
bernapas tenang
: - pars intermembranous rima glottidis trianguler
- pars intercartilaginea quadrangular
inspirasi kuat
: - pars rima glottidis trianguler jajar genjang
- lig. vocale abduksi sempurna
phonasi / berbicara : lig. vocale adduksi celah
berbisik
: - pars intermembranous rima glottidis menutup
- pars intercartilaginea membuka lebar
Vascularisasi
a. laryngea superior cabang a. thyroidea superior
a. laryngea inferior cabang a. thyroidea inferior
SISTEM SARAF PADA LARYNX
Berasal dari cabang2 N.X
Motorik (Special Visceral Efferent Brachiomotorik)
semua otot larynx diinnervasi oleh n. laryngeus recurren kecuali m. cricothyroideus
yang diinnervasi oleh n. laryngeus externus (r. externus n. laryngeus superior)
Sensorik
o n. laryngeus internus sensorik (SVA dan GVA) mukosa larynx di atas plica
vocalis, termasuk permukaan superior plica vocalis
o n. laryngeus recurren sensorik (GVA) mukosa larynx di bawah plica vocalis
MACAM2 KEGANASAN DI BIDANG THT DAN TANDA2NYA
Karsinoma Nasofaring
- telinga
: tinnitus, rasa penuh, CHL
- mata
: diplopia, ptosis, strabismus (kalau sudah ke intracranial)
- hidung
: hidung buntu (unilateral), epistaksis, discharge, pilek tidak sembuh2
- kepala
: pusing, rasa sakit di muka (N.V), disfagia (N.XII)
- leher
: limfadenopati region II dan III, disfagia
Karsinoma Laring
suara serak
sesak nafas & stridor
nyeri tenggorok
disfagi
odinofagi
batuk dan hemoptisis

Gejala lebih lanjut : - nyeri alih ke telinga ipsilateral


- pembengkakan pada leher
- nyeri tekan laring
- penurunan berat badan
Pembagian menurut letak : - supraglottik : disfagi dahulu
- glottik
: serak dahulu
- subglottik
: sesak / stridor dahulu
Karsinoma Hidung dan Paranasal
- Gejala nasal
: obstruksi hidung unilateral & rhinorrea berbau, epistaksis
- Gejala orbital
: diplopia, ptosis, ophtalmoplegia, ggn visus & epifora
- Gejala oral
: penonjolan / ulkus di palatum / proc. alveolaris, gigi goyah
- Gejala facial
: penonjolan pipi disertai nyeri
- Gejala intracranial : sakit kepala hebat, trismus, LCS bisa keluar
Karsinoma Orofaring
disfagia
terasa massa mengganjal
odinofagia
nyteri alih telinga
kadang disertai trismus
pembesaran tonsil unilateral dengan permukaan tidak rata dan ulserasi

Karsinoma Parotis
- massa pada pipi posterior tanpa rasa sakit
- kelumpuhan saraf wajah
- adanya riwayat lesi di sekitar pipi
- trismus
- bengkak pada leher (jika sudah bermetastase)
- hipersalivasi
Karsinoma Tonsil
massa bengkak unilateral dan mudah berdarah, ulseratif
kesulitan mengunyah
kesulitan berbicara
kesulitan menelan
kadang nyeri, kadang dialihkan pada telinga
bengkak pada leher (jika sudah bermetastasis)
gangguan bernapas

Karsinoma Rongga Mulut


- disfagia
- rasa nyeri di telinga
- trismus
- bercak keputihan dan kemerahan
- permukaan tidak rata
- rasa nyeri pada massa tersebut
Karsinoma Telinga
perubahan kulit di sekitar telinga diikuti benjolan yang keras, tidak sakit, tampak
ulserasi, dan tidak berdarah
rasa sakit di liang telinga
keluarnya cairan dari telinga, kadang bercampur darah
rasa penuh di telinga dan penurunan pendengaran
muka perot

Dan sungguh, akan Kami jadikan isi neraka Jahannam banyak dari kalangan jin dan
manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayatayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). (Al-Araf : 179)

Anda mungkin juga menyukai