ABSTRAK
SERINA HANARYA DJAJAKIRANA. Gambaran Imunohistokimia Antioksidan
Superoksida Dismutase pada Jaringan Hati Tikus Diabetes Mellitus yang diberi
Virgin Coconut Oil (VCO). Dibimbing oleh TUTIK WRESDIYATI
Virgin coconut oil atau minyak kelapa murni saat ini umum digunakan antara lain
untuk pengobatan beberapa penyakit. Secara empiris dilaporkan, minyak kelapa
murni bermanfaat dalam menurunkan kadar glukosa darah.
Penelitian ini
dengan cara induksi alloxan yang dapat merusak sel Pulau Langerhans.
Sebanyak 25 ekor tikus jantan galur Sprague dawley dikelompokkan menjadi 5
kelompok, yaitu (1) kelompok kontrol negatif (K-), (2) kelompok kontrol
positif/diabetes (K+), (3) kelompok diabetes dengan pemberian VCO A (VA), (4)
kelompok diabetes dengan pemberian VCO B (VB), (5) kelompok diabetes
dengan pemberian minyak goreng (MG). Dosis aquadest, VCO, dan minyak
goreng yang diberikan 5ml/ekor/hari selama 28 hari. Jaringan hati diambil di
akhir perlakuan lalu diproses dengan metode embedding paraffin.
Potongan
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan Pada
Fakultas Kedokteran Hewan
Judul Skripsi
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
: B04104161
Mengetahui,
Wakil Dekan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 24 Juli 1985, sebagai
anak perempuan tertua dari tiga bersaudara pasangan Gunawan Djajakirana dan
Septiana Ismantyo.
Pendidikan Sekolah Dasar ditempuh penulis di SD Budi Mulia Bogor
(1992-1998), SLTP Budi Mulia Bogor (1998-2001), kemudian SMU Budi Mulia
Bogor (2001-2004). Penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa
Baru (SPMB).
Selama menjadi mahasiswa penulis menjadi anggota di Himpunan Minat
Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk
segala hal baik dan berkat yang telah dikaruniakan sehingga penulis dapat
menyelesaikan
skripsi
yang
berjudul
Gambaran
Imunohistokimia
Dr. drh. Damiana R. Ekastuti selaku dosen penguji yang telah memberikan
banyak masukan bagi penulis.
3.
Pak Dadang Supriatna atas kerja sama dan bantuan selama melakukan
penelitian di laboratorium hewan percobaan SEAFAST Center.
4.
Dr. drh. Adi Winarto, drh I Ketut Mudite Adyane, MSi serta Pak Maman
yang membantu penulis selama melakukan penelitian di laboratorium
Histologi.
5.
6.
Papa dan Mama, Stephen, Stephanie, dan Remy atas doa, kasih sayang,
perhatian dan dukungannya sehingga menjadi kekuatan, semangat, dan
kebahagiaan bagi penulis.
7.
8.
Teman-teman: Dika, Adit, Amoy, Novi, Oki, Bagus, Heryu, Janto dan juga
seluruh Asteroidea 41 atas kebersamaan yang indah selama empat tahun ini.
.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi berkat bagi banyak
pihak yang membacanya.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL .
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN .
ix
PENDAHULUAN .
Latar Belakang
Tujuan Penelitian .
1
1
2
TINJAUAN PUSTAKA .
Organ Hati ...
Alloxan ...
Diabetes Mellitus .
Superoksida Dismutase (SOD) .
Virgin Coconut Oil (VCO) ..
3
3
4
4
6
6
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian ..
Materi Penelitian ..
Metode Penelitian
Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus
Persiapan Hewan Coba
Pewarnaan Hematoxylin Eosin
Pewarnaan Imunohistokimia ...
Parameter .
Analisis Data
8
8
8
8
8
8
9
10
10
10
HASIL .. 11
Morfologi Hati .. 11
Profil Cu,Zn-SOD . 11
PEMBAHASAN .. 18
Morfologi Hati .. 18
Profil Cu,Zn-SOD . 19
KESIMPULAN DAN SARAN ...
22
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN .. 25
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
12
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.
2.
3.
13
14
16
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
26
2.
27
3.
28
29
4.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penderita kencing manis (diabetes mellitus) dari tahun ke tahun semakin
meningkat.
melawan radikal bebas O2-. Telah dilaporkan oleh Wresdiyati et al. (2003) bahwa
Cu,Zn-SOD menurun pada jaringan hati Macaca fascicularis diabetes mellitus.
Minyak kelapa murni atau lebih dikenal dengan Virgin Coconut Oil (VCO)
dilaporkan secara empiris memiliki berbagai manfaat antara lain untuk komestika
dan untuk pengobatan penyakit.
mencegah serta mengobati berbagai macam penyakit, antara lain kanker, hepatitis,
penyakit jantung, diabetes, dan lain-lain. Penderita diabetes mellitus dianjurkan
mengkonsumsi
minyak
kelapa
murni
(VCO)
karena
dapat
membantu
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian minyak kelapa
murni (VCO) terhadap profil antioksidan copper,zinc-superoxide dismutase
(Cu,Zn-SOD) pada jaringan hati tikus dalam kondisi diabetes mellitus.
TINJAUAN PUSTAKA
Organ Hati
Hati adalah organ terbesar dalam tubuh, yaitu sekitar 2.5% dari berat
badan orang dewasa (Rodney dan Tanner 2004). Hati terletak di rongga perut
sebelah kanan, tepat di bawah diafragma dan berwarna coklat kemerahan. Suplai
darah ke organ hati didapat dari dua pembuluh darah, antara lain vena porta yang
membawa darah dari lambung, usus, dan limpa yang terdiri dari berbagai hasil
digesti dan sejumlah sel darah putih. Sedangkan, arteri hepatika membawa darah
yang kaya oksigen untuk sel-sel hati (Dellman dan Eurell 1998).
Hati tikus terletak sangat dekat dengan tulang rusuk. Hati tikus terdiri dari
empat lobus, yaitu lateral kiri, lateral kanan, medial dan lobus kanan. Permukaan
viscera berdekatan dengan lambung, duodenum, colon, jejunum dan pankreas.
Tikus tidak memiliki kantung empedu.
saluran hati (hepatic duct) yang melewati pankreas. Cairan empedu dan pankreas
akan masuk melalui suatu saluran umum yang kemudian masuk ke proksimal dari
duodenum yang letaknya berdekatan dengan pilorus (OMalley 2005).
Unit fungsional dasar hati adalah lobulus hati, yang berbentuk silindris
dengan panjang beberapa milimeter dan berdiameter 0,8 sampai 2 milimeter.
Lobulus sendiri dibentuk dari banyak sel hati. Ruangan di antara sel hati disebut
sinusoid. Sinusoid dilapisi oleh sel endotel dan sel Kupffer yang merupakan
makrofag jaringan yang dapat memfagositosis bakteri dan benda asing dalam
darah. Di antara sel endotel dan sel hati terdapat ruang yang sangat sempit yaitu
ruang Disse yang menghubungkan pembuluh limfe di dalam septum interlobularis
(Guyton dan Hall 1997).
Hati mempunyai banyak fungsi fisiologis dalam tubuh, yakni sebagai
tempat metabolisme karbohidrat, protein dan lemak, detoksifikasi racun, tempat
pembentukkan sel darah merah serta penyaring darah dan berperan dalam
penggumpalan darah, menghasilkan empedu, dan sebagai tempat penyimpanan
vitamin dan zat besi (Guyton dan Hall 1997).
Alloxan
Alloxan berbentuk kristal, berwarna putih, dan mudah larut dalam air. Dalam
bentuk larutan, apabila terkena kulit alloxan akan berubah warna menjadi merah.
Alloxan digunakan antara lain untuk menghasilkan kondisi diabetes pada hewan coba,
eksperimennutrisi,dansintesaorganik(Windholz1983).
Pada hewan yang diberi alloxan terjadi defisiensi insulin (Thurston et al.
1975). Alloxan dan hasil dari reduksinya, asam dialurat, menghasilkan suatu
siklus redoks dengan pembentukkan radikal superoksida. Radikal superoksida
mengalami dismutase menjadi hidrogen peroksida (H2O2) (Szkudelski 2001).
Alloxan menghasilkan efek diabetogeniknya dengan produksi hidrogen peroksida
(Drews et al. 2000).
radikal hidroksil bereaktivitas tinggi oleh reaksi Fenton. Hal ini menimbulkan
gangguan dalam sistem homeostasis kalsium intraseluler, yaitu terjadi
peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler yang menyebabkan kerusakan pada
sel pulau Langerhans (Szkudelski 2001). Dunn et al. (1943) dalam Szkudelski
(2001) melaporkan mekanisme alloxan secara singkat dalam merusak sel
pankreas, antara lain dengan oksidasi komponen sel bergugus SH-, menghambat
aktivitas glukokinase, pembentukkan radikal bebas, dan merusak sistem
homeostasis intraseluler kalsium.
Pemberian alloxan menyebabkan terjadinya degenerasi dari sel pulau
Langerhans pankreas sehingga menyebabkan terjadinya penurunan produksi
insulin yang mengakibatkan kondisi diabetes mellitus tipe 1.
Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah suatu kelainan metabolisme ditandai dengan
hiperglikemia, defisiensi sekresi insulin, resistensi insulin, atau bahkan keduanya
(Gardner dan Shoback 2007). Hiperglikemia terjadi karena penyerapan glukosa
ke dalam sel terhambat serta metabolismenya diganggu. Dalam keadaan normal,
kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi
CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan lemak. Pada diabetes mellitus
seluruh proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel
dapat menyebabkan
kebutaan dan nephropathy yang dapat berlanjut menjadi gagal ginjal (WHO
1999). Penyakit lain yang dapat timbul juga adalah penyakit jantung, tekanan
darah tinggi, stroke, katarak, kerusakan saraf, dan kehilangan pendengaran
(Rindengan dan Novarianto 2005).
Penyakit diabetes mellitus dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu:
a. Diabetes mellitus tipe 1 (DM Tipe 1)
Diabetes mellitus tipe 1 diperkirakan sebagai T-lymphocyte-dependent
autoimmune disease yang dicirikan dengan perusakkan sel-sel beta pulau
Langerhans. Tipe ini disebut juvenile diabetes karena kebanyakan penderitanya
adalah anak-anak dan remaja, tetapi kelainan metabolik ini dapat juga diderita
seseorang dalam segala usia. Nama lain untuk tipe diabetes ini adalah Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Terjadinya kerusakan dari sel Pulau
Langerhans pankreas, seringkali secara autoimun, menghasilkan terhentinya
produksi insulin. Penderita IDDM bergantung pada insulin untuk hidup, yaitu
untuk menjaga kestabilan kadar glukosa darah (Chausmer 1998).
b. Diabetes mellitus Tipe 2 (DM Tipe 2)
Diabetes mellitus tipe 2 atau dikenal dengan Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM) biasanya diderita orang dewasa di atas 40 tahun
yang menderita obesitas (Gardner and Shoback 2007). Pada NIDDM, pankreas
mampu menghasilkan insulin, kelainan terjadi karena terjadinya keterlambatan
respon sekresi insulin terhadap kelebihan glukosa (Ganong 2002).
mengandung ion Mangan dan ditemukan di mitokondria, ekstraseluler SOD (ECSOD), dan Cu,Zn-SOD yang terdapat di sitoplasma sel dan memegang peranan
penting pada pertahanan tubuh (Cohen dan Nyska 2002). Cu,Zn-SOD memiliki
151 monomer asam amino dan berat 32 KDa. Kubisch et al. (1994) melaporkan
bahwa Cu,Zn-SOD dapat melindungi sel pankreas dari kerusakan akibat zat
diabetogenik, antara lain alloxan. Hati memiliki kandungan Cu,Zn-SOD yang
tinggi, karena itu pengamatan terhadap enzim ini pada hewan yang terpapar zat
diabetogenik (alloxan) diharapkan dapat memberikan gambaran perubahan
kandungan enzim tersebut pada kondisi sebelum dan sesudah diberi minyak
kelapa murni (VCO).
sangat potensial dalam menstimulir sekresi insulin oleh sel beta pulau Langerhans
(Garfinkel et al. 1992). Dengan demikian, penderita diabetes mellitus dianjurkan
untuk
mengkonsumsi
minyak
kelapa
murni
karena
bermanfaat
METODE PENELITIAN
dalam
Materi Penelitian
Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus jantan galur Sprague dawley
(Rattus norvegicus) dengan berat badan berkisar antara 150-250 gram. Semua
tikus diadaptasikan selama 1 minggu dengan diberi ransum standar sebelum
dilakukan penelitian. Tikus-tikus tersebut kemudian dibagi menjadi 5 kelompok
perlakuan, yaitu kelompok kontrol negatif (K-), kelompok kontrol positif (K+),
kelompok diabetes yang dicekok VCO A (VA), kelompok diabetes yang dicekok
VCO B (VB), serta kelompok diabetes yang dicekok minyak goreng (MG).
Metode Penelitian
Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus
Pertama-tama, tikus percobaan diadaptasikan selama 6 hari.
Sehari
Kelompok kontrol negatif (K-) adalah tikus yang tidak diinduksi alloxan;
b.
Kelompok kontrol positif (K+) adalah tikus diabetes mellitus dan dicekok
aquadest;
c.
d.
e.
minyak goreng.
Dosis aquadest, VCO, dan minyak goreng kelapa yang diberikan
5ml/ekor/hari. Seluruh tikus dalam setiap kelompoknya diberi perlakuan selama
28 hari.
Organ hati
difiksasi dengan larutan Bouin selama 24 jam kemudian masuk dalam alkohol
70%. Setelah itu, dipotong-potong dan dimasukkan dalam tissue cassette untuk
melewati proses dehidrasi dalam seri alkohol bertingkat yaitu mulai dari alkohol
80% sampai alkohol absolut. Penjernihkan jaringan hati dilakukan dalam xylol
lalu di-embedding dalam parafin.
Pewarnaan Immunohistokimia
Pewarnaan immunohistokimia dilakukan untuk mengamati kandungan
enzim Cu,Zn-SOD pada jaringan hati.
Lalu preparat
diaminobenzidin (DAB) dalam tris buffer dan H2O2. Untuk perbandingan dengan
reaksi negatif, dilakukan counterstain dengan hematoxylin.
Langkah akhir
Parameter
Hasil pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE) pada potongan jaringan hati
tikus semua kelompok diamati terhadap morfologi umum sel dan jaringan
termasuk kerusakan sel dan jaringan.
Pengamatan terhadap potongan jaringan hati yang diwarnai dengan teknik
imunohistokimia dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengamatan secara
kualitatif dilakukan dengan cara melihat intensitas warna jaringan hati yang
terwarnai, sedangkan secara kuantitatif dengan menghitung jumlah inti sel hati
pada berbagai tingkat kandungan Cu,Zn-SOD dan menghitung persentase jumlah
inti sel hati yang bereaksi positif dan negatif terhadap Cu,Zn-SOD.
Analisis Data
Hasil pengamatan terhadap jumlah sel inti sel hati pada berbagai tingkat
kandungan Cu, Zn-SOD disusun sebagai Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan
dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dan uji lanjut Duncan.
HASIL
Morfologi Hati
Pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE) dilakukan untuk mewarnai morfologi
sel atau jaringan hati. Hematoxylin bersifat basa akan mewarnai unsur jaringan
yang bersifat asam (basofilik), yaitu inti sel. Sedangkan eosin bersifat asam
sehingga berfungsi mewarnai sitoplasma yang bersifat basa (asidofilik).
Jaringan hati pada kelompok kontrol positif dan kelompok minyak goreng
menunjukkan terjadinya kerusakan-kerusakan sel seperti degenerasi dan nekrosa.
Terdapat beberapa sel dengan inti dan sitoplasma yang membesar dan berwarna
lebih pucat. Nekrosa sel hati ditandai dengan inti sel yang pecah.
Pada kelompok perlakuan VCO A dan VCO B ditemukan degenerasi dan
nekrosa namun tidak sebanyak yang tampak pada kelompok kontrol positif
maupun kelompok perlakuan minyak goreng.
Pada kelompok kontrol negatif ditemukan degenerasi dan nekrosa pada
beberapa bagian sel tetapi masih dalam batas yang normal karena di dalam
jaringan yang normal pasti terdapat beberapa sel yang mengalami degenerasi dan
nekrosa (Gambar 1).
Rata-rata jumlah inti sel hati yang bereaksi pada berbagai tingkat
kandungan Cu,Zn-SOD pada jaringan hati tikus perlakuan perlapang
pandang pada pembesaran 40x
Jumlah Inti Sel Hati
Kelompok
+++
++
K-
71.7 5.5e
47.5 5.9d
26.1 4.7a
27.9 5.6b
K+
30.2 14.1b
35.2 12.3b
55.9 8.6d
57.1 10.0c
VA
48.6 6.6d
44.3 7.9cd
29.3 4.0a
20.5 5.2a
VB
38.1 4.0c
41.1 4.7c
35.3 2.8b
28.3 3.6b
MG
21.5 2.6a
29.3 3.4a
44.5 3.2c
57.9 15.2c
Keterangan : Superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan nilai yang
berbeda nyata (p<0.05)
Gambar 1. Fotomikrograf jaringan hati tikus perlakuan K-: kontrol negatif, K+:
kontrol positif, VA: diabetes + VCO A, VB: diabetes + VCO B, MG:
diabetes + minyak goreng. Pewarnaan Hematoxylin Eosin skala
5m.
Gambar 2. Fotomikrograf jaringan hati tikus perlakuan K-: kontrol negatif, K+:
kontrol positif, VA: diabetes + VCO A, VB: diabetes + VCO B, MG:
diabetes + minyak goreng. Pewarnaan imunohistokimia Cu,Zn-SOD
skala 5m.
Hasil uji statistik terhadap jumlah inti sel hati terhadap berbagai tingkat
kandungan Cu,Zn-SOD menunjukkan kandungan Cu,Zn-SOD pada jaringan hati
pada kelompok K+ lebih rendah dibanding kelompok K-. Hal ini terlihat pada
jumlah inti sel yang bereaksi positif kuat dan positif sedang lebih rendah secara
nyata (p<0.05) pada kelompok diabetes (K+) dibanding kelompok kontrol negatif.
Rendahnya kandungan Cu,Zn-SOD juga terlihat dari jumlah inti sel hati yang
bereaksi negatif lebih tinggi secara nyata (p<0.05) pada kelompok diabetes (K+)
dibanding kelompok kontrol negatif (K-).
Kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada kelompok VA dan VB lebih
tinggi dibanding kelompok K+.
memberikan reaksi positif kuat dan positif sedang lebih tinggi secara nyata
(p<0.05) dibanding kelompok K+. Hal ini juga terlihat dari jumlah inti sel yang
bereaksi negatif lebih rendah secara nyata (p<0.05) pada kelompok VA dibanding
kelompok K+.
kelompok VB lebih tinggi dibanding kelompok K+. Hal ini terlihat dari jumlah
inti sel yang bereaksi positif kuat dan positif sedang lebih tinggi secara nyata
(p<0.05) pada kelompok VB. Tingginya kandungan Cu,Zn-SOD pada kelompok
VB juga dilihat dari jumlah inti sel yang bereaksi negatif lebih rendah secara
nyata (p<0.05) dibanding kelompok K+.
Kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada kelompok MG lebih rendah
dibanding kelompok K-. Jumlah inti sel yang memberikan reaksi positif kuat dan
positif sedang pada MG lebih rendah secara nyata (p<0.05) dibanding kelompok
K-. Rendahnya kandungan Cu,Zn-SOD juga terlihat dari jumlah inti sel bereaksi
negatif pada MG lebih tinggi secara nyata (p<0.05) dibandingkan kelompok K-.
Untuk melihat profil kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada hati tikus
dilakukan dengan perhitungan persentase jumlah inti sel hati yang bereaksi positif
dan negatif terhadap Cu,Zn-SOD (Gambar 3).
%JUMLAH
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
K+
VA
VB
MG
KELOMPOK
Gambar 3.
Persentase jumlah inti sel hati yang bereaksi positif dan negatif
terhadap Cu,Zn-SOD. + : Positif; - : Negatif.
Hasil persentase jumlah inti sel hati yang bereaksi positif dan negatif
terhadap Cu,Zn-SOD menunjukkan kandungan Cu,Zn-SOD lebih rendah pada
kelompok K+ dan MG dibandingkan dengan kelompok K-. Hal ini terlihat dari
persentase jumlah inti sel hati yang memberikan reaksi positif lebih rendah pada
kelompok K+ (67,9%) dan MG (62,1%) dibanding kelompok K- (83,9%).
Rendahnya kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD juga terlihat dari persentase
jumlah inti sel hati yang memberikan reaksi negatif lebih tinggi pada kelompok
K+ (32%) dan MG (37,8%) dibanding kelompok K- (16%).
Kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada kelompok VA lebih tinggi
dibanding kelompok K+. Hal ini terlihat dari persentase jumlah inti sel hati yang
memberikan reaksi positif lebih tinggi pada kelompok VA (85,6%) dibanding
kelompok K+ (67,9%).
terlihat dari persentase jumlah inti sel hati yang memberikan reaksi negatif lebih
rendah pada kelompok VA (14,4%) dibanding kelompok K+ (32%).
Kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD kelompok VB lebih tinggi dibanding
kelompok K+. Hal ini dapat dilihat dari persentase jumlah inti sel hati yang
memberikan reaksi positif lebih tinggi pada kelompok VB (80,2%) dibanding
kelompok K+ (67,9%).
terlihat dari persentase jumlah inti sel hati yang memberikan reaksi negatif lebih
rendah pada kelompok VB (19,8%) dibanding kelompok K+ (32%).
Jika
kelompok VA dan kelompok VB dibandingkan, kandungan antioksidan Cu,ZnSOD kelompok VA lebih tinggi dibanding kelompok VB. Hal ini terlihat dari
persentase jumlah inti sel hati pada reaksi positif lebih tinggi pada kelompok VA
PEMBAHASAN
Morfologi Hati
Hati merupakan organ yang sangat penting untuk proses fisiologi normal
sistem dalam tubuh. Hampir seluruh proses metabolisme terjadi di hati. Hati
berperan penting dalam mengatur metabolisme lemak, protein, karbohidrat dan
juga mempertahankan kadar glukosa darah normal (Rodney dan Tanner 2004).
Apabila terjadi gangguan pada proses metabolisme tersebut maka akan
menyebabkan gangguan pada fungsi hati.
Jaringan hati kelompok diabetes mellitus (K+) yang diinduksi alloxan dan
hanya dicekok aquadest dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE) terlihat
mengalami beberapa perubahan patologis.
kerusakan sel berupa degenerasi dan nekrosa seperti terlihat pada kelompok K+
pada penelitian ini (Halliwell dan Gutteridge 1999).
Jaringan hati kelompok K- mengalami degenerasi sampai dengan nekrosa
terendah. Hal ini disebabkan kelompok K- tidak diinduksi alloxan sehingga tidak
timbul kondisi diabetes mellitus.
Jaringan hati kelompok MG yang diinduksi alloxan dan dicekok minyak
goreng terlihat mengalami perubahan patologis berupa degenerasi sampai dengan
nekrosa yang menyebar pada sel-sel hati. Pada kondisi diabetes mellitus, tubuh
harus mencari sumber energi lain, antara lain dengan peroksidasi lipid.
Peroksidasi lipid menghasilkan produk sampingan berupa radikal bebas. Proses
ini berlangsung secara terus-menerus sehingga jumlah radikal bebas dalam tubuh
bertambah banyak dan berakibat pada kerusakan sel. Jumlah radikal bebas yang
tinggi pada kondisi diabetes mellitus akan bertambah dengan perlakuan cekok
minyak goreng. Minyak goreng mengandung asam lemak tak jenuh tinggi yang
memicu peroksidasi lipid dan hasil sampingannya berupa radikal bebas bertambah
banyak. Jumlah radikal bebas yang tinggi menyebabkan penyerangan terhadap
biomakromolekul, yang merupakan komponen dinding sel, lebih tinggi sehingga
menimbulkan kerusakan sel berupa degenerasi dan nekrosa yang lebih parah.
Pemberian minyak kelapa murni (VCO) pada perlakuan VA dan VB
menunjukkan bahwa kerusakan sel berupa degenerasi dan nekrosa yang terjadi
lebih rendah dibandingkan dengan kelompok diabetes (K+) dan kelompok
perlakuan minyak goreng (MG). Hal ini disebabkan VCO mengandung asam
laurat yang cukup tinggi, mencapai 53% (Rindengan dan Novarianto 2005).
Asam laurat atau lebih dikenal dengan nama medium chain fatty acid (MCFA)
mudah diserap ke dalam mitokondria sel sehingga metabolisme meningkat.
Dengan adanya peningkatan metabolisme maka sel-sel bekerja lebih efisien untuk
membentuk sel-sel baru serta mengganti sel-sel yang rusak lebih cepat. VCO juga
mengandung vitamin E dan polifenol yang merupakan antioksidan kuat. Polifenol
dan vitamin E berperan sebagai antioksidan yang membantu antioksidan endogen
dalam menetralisir radikal bebas. Radikal bebas yang lebih sedikit mengurangi
penyerangan terhadap biomakromolekul sehingga kerusakan pada dinding sel
yang dapat menyebabkan penurunan fungsi sel tidak terjadi dan kerusakan sel
berupa degenerasi dan nekrosa dapat dicegah. Hal inilah yang menyebabkan
kelompok VA dan VB menunjukkan kerusakan sel berupa degenerasi dan nekrosa
lebih sedikit dibandingkan kelompok K+ dan MG.
Profil Cu,Zn-SOD
Pada kondisi diabetes mellitus terjadi gangguan pada metabolisme,
terutama metabolisme karbohidrat. Hal ini disebabkan oleh defisiensi sekresi
insulin, resistensi insulin, atau bahkan keduanya di dalam tubuh sehingga kadar
glukosa dalam darah meningkat dan menimbulkan hiperglikemia. Pada kondisi
diabetes, tubuh tidak dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi sehingga
tubuh mencari sumber energi lain, yaitu lemak. Tubuh akan melakukan proses
lipolisis di dalam hati, yaitu pemecahan lemak sebagai sumber energi. Proses
pemecahan lemak, selain menghasilkan energi juga menghasilkan produk
sampingan, yaitu radikal bebas. Bertambahnya jumlah radikal bebas akibat proses
pemecahan lemak secara terus-menerus untuk menghasilkan energi pada kondisi
diabetes mellitus akan menyebabkan antioksidan tubuh tidak dapat mengatasi
kelebihan radikal bebas tersebut sehingga menimbulkan stres oksidatif di mana
jumlah oksidan melebihi jumlah antioksidan.
Pada kelompok diabetes (K+) dan perlakuan minyak goreng (MG) terlihat
kandungan Cu,Zn-SOD lebih rendah dibanding kelompok K-. Hal ini terjadi
karena pada kondisi diabetes, jumlah radikal bebas dalam tubuh tinggi sehingga
antioksidan tidak mampu mengatasi kelebihan radikal bebas tersebut dan
menghasilkan stres oksidatif. Keadaan stres oksidatif menyebabkan kandungan
antioksidan, seperti Cu,Zn-SOD, lebih rendah. Wresdiyati et al. (2003) telah
melaporkan bahwa pada kondisi diabetes kandungan antioksidan-superoksida
dismutase (SOD) dalam jaringan hati Macaca fascicularis lebih rendah akibat
jumlah radikal bebas yang tinggi dalam tubuh. Sedangkan pada kelompok MG,
minyak goreng mengandung asam lemak tak jenuh tinggi yang dapat
meningkatkan peroksidasi lipid sehingga jumlah radikal bebas yang dihasilkan
lebih tinggi.
VCO
juga
endogen dalam menahan serangan dari radikal bebas. Akibatnya semakin sedikit
antioksidan Cu,Zn-SOD yang melakukan perlawanan terhadap radikal bebas
sehingga sisa antioksidan Cu,Zn-SOD yang dipertahankan lebih banyak. Hal
tersebut yang menyebabkan kandungan antioksidan endogen pada kelompok
perlakuan diabetes yang diberi VCO lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
diabetes.
Kandungan antioksidan Cu,Zn-SOD pada kelompok VA lebih tinggi
dibandingkan kelompok VB. Hal ini disebabkan oleh perbedaan proses produksi
minyak kelapa murni kedua kelompok tersebut. VA atau minyak kelapa murni A
diproduksi tanpa panas, sedangkan VB atau minyak kelapa murni B dengan panas
terkendali. Menurut Subroto (2006), tinggi rendahnya kandungan vitamin E dan
polifenol dalam VCO ditentukan oleh kualitas bahan bakunya dan proses produksi
yang digunakan. Proses produksi yang menerapkan penggunaan panas dapat
menurunkan kadar vitamin E dan polifenol sekitar 25%, bahkan dapat hilang sama
sekali dengan pemanasan berlebihan.
vitamin E dan polifenol yang lebih tinggi dibanding VB sehingga lebih efektif
dalam membantu kerja antioksidan Cu,Zn-SOD untuk menetralisir radikal bebas.
Jumlah radikal bebas pada VA lebih sedikit sehingga jumlah antioksidan Cu,ZnSOD untuk menangkap radikal bebas pun lebih sedikit dan sisa Cu,Zn-SOD yang
dipertahankan pada kelompok VA lebih banyak dibanding pada kelompok VB.
Kesimpulan
1. Minyak
kelapa
antioksidan
murni
copper,zinc
(VCO)
mampu
superoxide
meningkatkan
dismutase
kandungan
(Cu,Zn-SOD)
dan
menurunkan jumlah kerusakan sel pada jaringan hati tikus dalam kondisi
diabetes mellitus.
2. Pengaruh pemberian minyak kelapa murni (VCO) terhadap peningkatan
antioksidan copper,zinc superoxide dismutase (Cu,Zn-SOD) lebih efektif
pada kelompok yang diberi VCO yang diproduksi tanpa panas.
Saran
Disarankan kepada masyarakat, khususnya penderita diabetes mellitus,
untuk mengatur pola makan dan mengkonsumsi antioksidan eksogen, seperti
VCO, secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Chang,
L,
LW.
Slot,
HJ.
Geuze,
JD.
Crapo.
1988.
Molecular
antioxidants,
redox
reaction,
and
methods
for
their
Halliwell BJ, MC. Gutteridge. 1999. Free Radical in Biology and Medicine. 3rd
Ed. Oxford: University Press. Pp. 107-113; 561-562
Kahn, C. 2005. The Merck Veterinary Manual 9th ed. Philadelphia: Merck & Co.
Inc. Pp. 439-441
Kiernan, JA. 1990. Histological and Histochemical Methods: Theory and
Practice. 2nd Ed. Oxford: Pergamont Press. Pp. 96-97
Kubisch, HM, J. Wang, R. Luche, E. Carlson, TM. Bray, CJ. Epstein, JP. Phillips.
1994. Transgenic copper,zinc superoxide dismutase modulates susceptibility
to type I diabetes. Proc. Natl. Acad. Sci. USA 91:9956-9959
OMalley, B. 2005. Clinical Anatomy and Physiology of Exotic Species. London:
Elseviers Saunders. Pp. 217
Rindengan, B, H. Novarianto. 2005. Pembuatan dan Pemanfaatan Minyak Kelapa
Murni. Jakarta: Penebar Swadaya. Pp. 55-63
Rodney, A, GA. Tanner. 2004. Medical Physiology. USA: Lippincott Williams
and Wilkins. Pp. 514-523
Subroto, A. 2006. Antibakteri dan Antioksidan di Minyak Perawan. Trubus. Pp.
36-37 [April 2006]
Szkudelski, T. 2001. The mechanism of alloxan and streptozotocin in cells of
the rat pancreas. Physiol. Res. 50:536-546
Thurston, JH, RE. Hauhart, EM. Jones, JL. Ater. 1975. Effects of alloxan
diabetes, anti-insulin serum diabetes, and non-diabetic dehydration on brain
carbohydrate and energy metabolism in young mice. J. Biol. Chem.
250(8):1751-1758
WHO. 1999. Definition, Diagnosis, and Classification of Diabetes Mellitus and
Its Compilcation. Geneva: WHO. Pp. 14-18
Windholz, M. 1983. The Merck Index 10th ed. USA: Merck and Co. Inc. Pp. 43-44
Wresdiyati T, RPA. Lelana, IKM. Adyane, K. Noor. 2003. Immunohistichemical
study of superoxide dismutase in the liver of alloxan diabetes mellitus
macaques. Hayati : 61-65A
LAMPIRAN
Deparafinisasi Rehidrasi
|
DW (10-15 menit)
|
Hidrogen Peroksida dalam Metanol
|
DW 2x (5-10 menit)
|
PBS 2x (5-10 menit)
|
Serum Normal 10% 60 m/sediaan 60 menit, 37C
|
PBS 3x (5 menit)
|
Antibodi SOD (1:200) 50-60 m/sediaan 2 malam, 4C
|
PBS 3x (10 menit)
|
DAKO Envision Peroxidase System 50-60 m/sediaan
60 menit, 37C dalam gelap
|
PBS 3x (5 menit)
|
DAB + H2O2 (25 menit) cek mikroskop
|
Counterstain dengan Hematoxylin
|
Lampiran 4. Analisis Sidik Ragam dengan uji lanjutan Duncan terhadap Jumlah
Inti Sel Hati
Jumlah Inti Sel Hati
Kelompok
+++
++
K-
71.7 5.5e
47.5 5.9d
26.1 4.7a
27.9 5.6b
K+
30.2 14.1b
35.2 12.3b
55.9 8.6d
57.1 10.0c
VA
48.6 6.6d
44.3 7.9cd
29.3 4.0a
20.5 5.2a
VB
38.1 4.0c
41.1 4.7c
35.3 2.8b
28.3 3.6b
MG
21.5 2.6a
29.3 3.4a
44.5 3.2c
57.9 15.2c
PositifKuat
PositifSedang
PositifLemah
Negatif
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
Perlakuan
Galat
Total
JK
22458.987
4158.000
26616.987
3166.987
3979.733
7146.720
8828.880
1826.267
10655.147
18957.200
5645.467
24602.667
db
4
70
74
4
70
74
4
70
74
4
70
74
F
hitung
94.524
Sig.
.000
791.747
56.853
13.926
.000
2207.220
26.090
84.602
.000
4739.300
80.650
58.764
.000
KT
5614.747
59.400
PositifKuat
Perlakuan
MG
K+
VB
VA
KSig.
N
15
15
15
15
15
a
21.5333
30.2000
38.0667
48.6000
1.000
1.000
1.000
1.000
71.6667
1.000
PositifSedang
Perlaku
an
MG
K+
VB
VA
KSig.
N
15
15
15
15
15
a
29.3333
35.2000
41.0667
44.3333
1.000
1.000
.239
44.3333
47.4667
.259
PositifLemah
Perlaku
an
KVA
VB
MG
K+
Sig.
N
15
15
15
15
15
a
26.1333
29.2667
35.2667
44.5333
.097
1.000
1.000
55.9333
1.000
Negatif
Perlaku
an
VA
KVB
K+
MG
Sig.
N
15
15
15
15
15
Keterangan:
K- : Kontrol negatif
K+ : Kontrol positif
VA : VCO A (VCO yang diproduksi dengan pemanasan)
VB : VCO B (VCO yang diproduksi tanpa panas)
MG : Minyak goreng
+++ : Positif kuat
++ : Positif sedang
+
: Positif lemah
: Negatif