Anda di halaman 1dari 20

KAJIAN PANJANG JALAN KARTAMA

DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERKEMBANGAN WILAYAH

PROPOSAL TUGAS AKHIR


Disusun Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Program Studi
Teknik Sipil Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Sipil

Oleh:
ARDA DWI CAHYO RUSPIANOF
113110103

PROGRAM STUDY TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2014

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Proposal ini. Proposal yang
disusun untuk melengkapi persyaratan dalam menempuh pendidikan sarjana pada Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam Riau ini berjudul Kajian Panjang Jalan
Kartama dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Wilayah.
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis tidak terlepas dari berbagai kesulitan, untuk
itu dengan segala rasa hormat dan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ir. H. Abdul Kudus Zaini, MT selaku Dosen dan Muchammad Zaenal
Muttaqin, ST selaku asisten dosen yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk memberikan bimbingan dalam penyelesaian Proposal ini.
2. Kedua Orang Tua yang telah membesarkan dan mendidik tanpa lelah serta penuh
tulus ikhlas dalam memberikan semangat dan doa kepada penulis sehingga penulis
dapat melewati semua kesulitan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
3. Teman-teman seperjuangan, sahabat-sahabat, serta adik-adik seperkuliahan yang telah
banyak memberikan dorongan serta bantuan.
Saya menyadari bahwa penulisan Proposal ini jauh dari sempurna karena keterbatasan
pengetahuan, pengalaman, dan referensi yang saya miliki. Penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran demi perbaikan pada masa mendatang.
Akhir kata, semoga Allah memberikan manfaat dan melimpahkan berkah atas
Proposal ini sehingga dapat berarti bagi ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya pada
bidang Teknik Sipil.

Pekanbaru,

Juni 2014

Arda Dwi Cahyo Ruspianof

ABSTRAK
Dengan terbitnya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1998 dan
disahkan pada tanggal 23 Nopember 1998 tentang pembentukan Kabupaten Mandailing Natal
maka Kabupaten Tapanuli Selatan dimekarkan menjadi 2 Kabupaten, yaitu Kabupaten
Mandailing Natal (Ibukota Panyabungan) dengan jumlah daerah Administrasi 8 Kecamatan
dan Kabupaten Tapanuli Selatan (Ibukotanya Padangsidimpuan) dengan jumlah daerah
administrasi 16 Kecamatan. Perkembangan pembangunan kabupaten Mandailing Natal
selama 11 tahun setelah dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Selatan sampai kondisi
sekarang mulai dapat dilihat kemajuan dari kecamatan-kecamatan yang berada di kabupaten
tersebut. Penelitian ini membahas pengaruh panjang jalan terhadap pengembangan wilayah di
Kabupaten Mandailing Natal. Dalam penelitian ini, parameter pengembangan wilayah yang
dipakai adalah berdasarkan tipologi desa dengan melihat peningkatan status desa terhadap
panjang jalan dengan menggunakan analisis regresi dan korelasi.
Tipologi desa adalah merupakan salah satu indikator perkembangan wilayah di suatu
kabupaten. Dengan adanya tipologi desa pada tiap kecamatan, kita bisa mendeskripsikan
seberapa jauh keberhasilan suatu kabupaten dalam mengelola desa-desa pada tiap
kecamatannya.
Berdasarkan analisis Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah bekerja sama dengan
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan dan Center for Urban and Regional
Development Curds Medan (April 2009), Di Indonesia, sistem klasifikasi dan tipologi desa
didasarkan atas pendekatan ekosistem.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Ruang Lingkup
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
2.2 Sistem Transportasi
2.3 Jaringan Transportasi
2.4 Fungsi Jalan Berkaitan dengan Pembangunan
2.5 Teori Lokasi dan Pusat Pertumbuhan
2.6 Pengertian, Karakteristik, dan Tipologi Desa
2.7 Pengantar Statistika
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Bahan dan Peralatan penelitian
3.2 Teknik Pengumpulan Data
3.3 Tahap Pengolahan dan Penyajian Data
3.4 Diagram Alir Penelitian

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Jalan raya sebagai bagian dari sistem transportasi nasional mempunyai peran penting
dalam mendukung kegiatan ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan. Jalan
dikembangkan dengan pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan
pemerataan pembangunan antar daerah, membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional
untuk memantapkan pertahanan dan keamanan nasional, serta membentuk struktur ruang
dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional.
Pembangunan merupakan usaha sadar dan berencana untuk meningkatkan mutu hidup
yang dalam pelaksanaanya akan selalu menggunakan dan mengelola sumber daya baik
sumber daya manusia maupun sumber daya buatan (Sugeng Martopo, 1997). Salah satu
tujuan pokok dari pembangunan itu adalah pembangunan wilayah-wilayah yang ada
didalamnya terutama dalam keserasian perkembangan atau laju pertumbuhan antar wilayah
dalam daerah tersebut. Faktor pendorong perkembangan suatu wilayah sangat terkait dengan
ketersediaan sarana dan prasarana wilayah khususnya sarana dan fasilitas sosial ekonomi.
Sarana dan fasilitas ekonomi seringkali merupakan faktor dominan yang berperan dalam
memajukan wilayah.
Dari defenisi di atas dapat dilihat bahwa dalam pengembangan wilayah dibutuhkan
suatu program yang menyeluruh dan terpadu. Hal ini dapat berupa berbagai program
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat setempat. Dalam
mengembangkan wilayah terdapat dua pendekatan yang dilakukan, yakni pendekatan sektoral
atau fungsional (yang dilaksanakan melalui departemen atau instansi sektoral), misalnya
pembangunan jalan oleh Dinas Pekerjaan Umum, pembangunan gedung sekolah oleh Dinas
Pendidikan, rumah sakit oleh Dinas Kesehatan.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan dan pengaruh (regresi dan korelasi) antara rasio panjang jalan
dengan tipologi Jalan Kartama Tahun 2014.

2. Bagaimanai hubungan dan pengaruh (regresi dan korelasi) antara rasio tipe
permukaan jalan dengan tipologi Jalan Kartama Tahun 2014.
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah panjang jalan berpengaruh terhadap
pengembangan wilayah.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
3. Mengetahui hubungan dan pengaruh (regresi dan korelasi) antara rasio panjang jalan
dengan tipologi Jalan KartamaTahun 2014.
4. Mengetahui hubungan dan pengaruh (regresi dan korelasi) antara rasio tipe
permukaan jalan dengan tipologi Jalan KartamaTahun 2014.

1.4. MANFAAT PENELITIAN


Adapun manfaat dari Penelitian ini :
1. Mengetahui seberapa besar dampak pembangunan prasarana transportasi terhadap
perkembangan wilayah di sepanjang Jalan Kartama yang berdampak langsung
terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi dan investasi, perkembagan kehidupan
sosial budaya maupun lingkungan.
2. Menambah wawasan mengenai kegiatan Pembangunan Prasarana Transportasi
berdasarkan dari parameter-parameter yang ada.
1.5. RUANG LINGKUP
Karena luasnya permasalahan dalam penelitian ini maka ruang lingkup dan
pembatasan masalah dibatasi oleh hal-hal berikut:
1. Penelitian ini membahas pengaruh panjang jalan terhadap pengembangan wilayah di
kawasan Jalan Kartama. Dalam penelitian ini, parameter pengembangan wilayah yang
dipakai adalah berdasarkan tipologi desa dengan melihat peningkatan status desa
terhadap panjang jalan
2. Data yang digunakan dalam studi adalah data panjang jalan, dan data kelas desa yang
diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum Pertambangan dan Energi dan Badan Pusat
Statistika kota Pekanbaru.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. UMUM
Defenisi arah perkembangan suatu daerah adalah adanya hubungan antara faktor
lokasi suatu daerah terhadap suatu pusat. Sedangkan defenisi tingkat perkembangan ialah
suatu respon dari daerah tersebut terhadap pusat yang lain. Misalnya pola perkembangan dari
daerah agraris menjadi daerah industri/agraris dan seterusnya. Faktor faktor diatas akan
menentukan perubahan bentuk (modifikasi) suatu daerah, dengan demikian akan didapat
suatu tipe daerah yang sebenarnya disebut tipe pokok. Dalam tipe pokok tersebut telah
mengandung pengertian faktor dasar (endogen) dan faktor perkembangan (development
potential) yang merupakan potensi khusus daerah (eksogen) seperti: pusat-pusat kota, jalan
perhubungan, pelabuhan utama dan pusat-pusat industri.

2.2. SISTEM TRANSPORTASI


Sistem transportasi memiliki satu kesatuan definisi yang terdiri atas: sistem, yakni
bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variable dengan variable lain dalam tatanan
yang terstruktur, serta transportasi, yakni kegiatan pemindahan penumpan dan barang dari
satu tempat ke tempat lain. Dari dua pengertian di atas, pengertian sistem transportasi dapat
diartikan sebagai bentuk keterkaitan dan keterikatan yang integral antara berbagai variable
dalam suatu kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain.
Maksud adanya sistem transportasi adalah untuk mengatur dan mengkoordinasikan
pergerakan penumpang dan barang yang bertujuan untuk memberikan optimalisasi proses
pergerakan tersebut.
Transportasi merupakan bagian integral dari suatu fungsi masyarakat yang sangat erat
kaitannya dengan gaya hidup, keterjangkauan dari lokasi kegiatan produktif, dan selingan
serta barang-barang dan pelayanan yang tersedia untuk dikonsumsi (Morlok, 2005).
Sistem transportasi memiliki hubungan yang sangat erat dengan cabang-cabang ilmu
lain. Beberapa hubungan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Ekonomi; sistem transportasi berhubungan dengan proses dan analisis perhitungan
manfaat dan biaya (cost and benefit) yang timbul akibat adanya sistem pengangkutan.

b) Planologi; transportasi memungkinkan penduduk berubah dari makhluk yang hidup


secara nomad menjadi penghuni pemukiman permanen dan akan menciptakan suatu
peradaban. Sistem transportasi berhubungan erat dengan pertumbuhan suatu daerah,
fasilitas umum, pusat-pusat kegiatan, daerah industri dan pariwisata. Dalam
perencanaan dan pengembangan kota, sistem transportasi memiliki fungsi yang sangat
urgen.
c) Sosial-Politik; dari segi sosial sistem transportasi berkaitan dengan konektivitas antar
daerah (misalnya daerah terisolir), serta pemerataan pembangunan. Dari segi politik,
sistem transportasi berkaitan erat dengan wawasan nusantara dan sistem Hankamnas
(pertahanan dan keamanan nasional).
d) Lingkungan; sistem transportasi selalu identik dan bersinggungan dengan aspek
lingkungan, seperti polusi udara dan suara. Polusi udara sebagian besar disebabkan
oleh kendaraan yang merupakan bagian dari sistem transportasi.
e) Hukum; sistem transportasi berkaitan erat dengan hukum dan perundang-undangan
sebagai aspek legal dalam hal pengaturan teknis seluruh sistem transportasi. Misalnya
UU No.22/2009 tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan.
f) Budaya; sistem transportasi dapat mempermudah pengembangan budaya, serta dapat
memberikan andil dalam hal aglomerasi pluralism budaya yang berdampak positif
dalam hal kesatuan berbangsa dan bernegara.
g) Geografi; dalam hal kependudukan, sistem transportasi berkaitan erat dengan
kebutuhan sarana transportasi pada lingkup area dengan tingkat kependudukan yang
tinggi. Dalam hal topografi, sistem transportasi berhubungan dengan kondisi daerah
(pegunungan, dataran). Dalam hal iklim, dapat berkaitan dengan curah hujan, banjir,
dan struktur konstruksi jalan. Jenis dermaga dan kapal yang digunakan juga
berhubungan erat dengan kondisi iklim dan jenis ombak.
Transportasi bukan suatu tujuan akhir (ends), melainkan timbul akibat adanya
permintaan (derived demand), yaitu permintaan akan pergerakan orang atau barang dari satu
lokasi ke lokasi lain, pusat kegiatan ke pusat kegiatan lain. Permintaan pergerakan tersebut
ditunjang dan dipengaruhi oleh fasilitas dan layanan transportasi. Secara keseluruhan
transportasi sebagai suatu sistem terdiri dari sistem/sub sistem kegiatan, jaringan, dan
pergerakan (Kusbianto, 2005).

Sistem transportasi dapat berperan secara pasif yaitu melayani dinamika permintaan
sistem kegiatan dan berperan secara aktif yaitu mengarahkan secara positif atau negative
perkembangan sistem kegiatan (Kusbiantoro, 2005).
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan moda angkutan dapat dibagi tiga
faktor yaitu:
1. Karakteristik pelaku perjalanan, meliputi: pemilihan kendaraan, pendapatan dan
tingkat sosial.
2. Karakteristik perjalanan, meliputi: tujuan, waktu dan jarak.
3. Karakteristik fasilitas transportasi, yaitu:
- secara kuantitatif, meliputi waktu tunggu, waktu yang diperlukan untuk mengakses
pada moda transportasi lainnya, tarif dan ketersediaan tempat parkir.
- secara kualitatif meliputi kenyamanan, kepercayaan dan keamanan.
2.3. JARINGAN TRANSPORTASI
Menurut Stapleton dan Richards (1982) dalam Liklikwatil (2004), kaitan antara
transportasi, mobilitas, dan pemenuhan kebutuhan dasar adalah :
a. Kebutuhan dasar dapat diperoleh melalui pengembangan mobilitas dan transportasi,
sebagai akses yang baik menuju tempat pelayanan dan penyediaan kebutuhan dasar.
Jaringan jalan dapat memperkuat perekonomian dalam masyarakat, yang secara
umum memperbaiki posisi komunitas tersebut terhadap dunia luarnya.
b. Penanganan jaringan jalan memerlukan proses penentuan prioritas penenganan,
karena besarnya biaya penanganan yang ada.
c. Kebutuhan transport tidak selalu dapat teridentifikasi.
d. Diperlukan upaya penyelarasan penanganan jaringan jalan dan kebutuhan transportasi.
Jadi prioritas penanganan jaringan jalan sangat berkaitan dengan kebutuhan
transportasi karena memerlukan biaya penanganan yang besar.
Kebutuhan transportasi dapat diperkirakan dari permintaan atas jasa transportasi.
Menurut Morlok (2005) permintaan atas jasa transportasi merupakan cerminan kebutuhan
akan transport dari pemakai sistem tersebut, baik untuk angkutan manusia maupun angkutan
barang.

Permintaan atas jasa transportasi diturunkan dari :


1. kebutuhan seseorang untuk berjalan dari satu lokasi ke lokasi lainnya untuk
melakukan kegiatan, dan
2. permintaan akan angkutan barang tertentu agar tersedia ditempat yang diinginkan.

2.3.1. Sejarah
Sejarah struktur jalan raya di Indonesia sangat erat hubungannya dengan era
kolonialisasi oleh Pemerintah Hindia Belanda. Salah satunya yang sangat terkenal adalah
pembangunan jalan pos oleh Daendels yang dibangun dari Anyer (Banten) hingga
Banyuwangi (Jawa Timur) pada akhir abad 18 dengan sistem kerja paksa. Cabang-cabang
jalan pos ini dikenal dengan masa tanam paksa untuk memperlancar pengangkutan hasil
tanaman. Di era setelah kemerdekaan, Indonesia mulai membangun jalan dengan klasifikasi
yang lebih baik pada awal tahun 1970. Jalan tol pertama adalah Jalan Tol Jagorawi yang
menghubungkan Jakarta-Bogor-Ciawi sepanjang 35 km dan diresmikan pada 9 Maret 1978.

2.3.2. Klasifikasi Jaringan Jalan


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 pasal 8, jalan
umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam:
a. Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi malayani angkutan utama dengan
ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara berdaya guna.
b. Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul
atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
c. Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
d. Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Menurut pasal 9 Undang-Undang RI No.38 tahun 2004 tentang Jalan, disebutkan
jalan umum menurut statusnya dikelompokkan menjadi:

a. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkkan antar ibokota provinsi, jalan strategis nasional, serta
jalan tol. Wewenang pembinaannya oleh Pemerintah Pusat.
b. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
c. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak
termasuk jalan nasional dan jalan provinsi, yang mengubungkan ibukota kabupaten
dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kecamatan dengan pusat
kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan
jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
d. Jalan kota, merupakan jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan
dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat
pemukiman yang berada di dalam kota.
e. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antarpemukiman yang berada di dalam kota.
Berdasarkan MTS (Muatan Sumbu Terberat), sistem jaringan jalan diklasifikasikan atas:
a. Jalan kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan lebar 2.50 m dan panjang 18 m dan MST > 10 ton.
b. Jalan kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan lebar 2.50 m dan panjang 18 m dan MST 10 ton.
c. Jalan kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan lebar 2.50 m dan panjang 18 m dan MST 8
ton.
d. Jalan kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan lebar 2.50 m dan panjang 12 m dan MST 8 ton.
e. Jalan kelas III C, yaitu jalan local yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan lebar 2.10 m dan panjang 9 m dan MST 8 ton.

f. Untuk jalan desa ialah jalan yang melayani angkutan pedesaan dan wewenang
pembinaannya oleh masyarakat serta mempunyai MST kurang dari 6 ton belum
dimasukkan dalam UU No. 13 Tahun 1980 maupun PP No.43 Tahun 1993.
Memindahkan barang dari (dari daerah surplus) ke pasar (atau ke daerah minus)
sehingga menjadi barang berguna dan memenuhi suatu kebutuhan merupakan bagian penting
kehidupan sosio ekonomi suatu daerah. Kelancaran mbilitas barang sangat penting artinya
sebagai kelanjutan dari suatu lini pembuatan yang membentuk mata rantai terakhir seluruh
proses produksi (Warponi, 2002).
2.4. FUNGSI JALAN BERKAITAN DENGAN PEMBANGUNAN
Menurut Cornwall (1983) dalam Liklikwatil (2004) secara garis besar terdapat empat
faktor penting yang harus didapatkan dari fungsi sebuah jalan agar dapat mempengaruhi
pembangunan, yaitu :
a. Jalan harus dapat memberikan akses menuju kawasan potensial produksi.
b. Jalan harus dapat memberikan akses menuju pasar dimana produk dari kawasan
tersebut dapat dipasarkan.
c. Jalan harus dapat memberikan keuntungan terhadap harga produksi dan harga
transport.
d. Ukuran pasar harus mampu menyerap suplai barang baru tanpa menyebabkan harga
turun.
Pemasaran diartikan semacam kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau
menyampaikan barang dari produsen ke konsumen (Murbyanto, 1994). Menurut sudiyanto
(2004), secara umum pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang terjadi dalam
pasar. Dalam pemasaran ini barang mengalir dari produsen sampai ke konsumen akhir yang
disertai penambahan guna bentuk melalui proses penyimpanan. Peterson (dalm Sudiyono,
2004) mendefinisikan pemasaran secara tradisional (Traditional Marketing) dan Modern
(Modern Marketing). Pemasaran secara tradisional merupakan aktifitas usaha yang
menunjukkan secara langsung aliran barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Pemasaran
secara modern adalah proses perencanaan, penentuan konsep, penetapan harga, dan distribusi

barang atau jasa yang menimbulkan pertukaran sehingga dapat memenuhi kebutuhan individu
atau organisasi.
2.5 TEORI LOKASI DAN PUSAT PERTUMBUHAN
Teori tempat pemusatan pertama kali dirumuskan oleh Christaller (1933) dan dikenal
sebagai teori pertumbuhan perkotaan yang pada dasarnya menyatakan bahwa pertumbuhan
kota tergantung spesialisasinya dalam fungsi pelayanan perkotaan, sedangkan tingkat
permintaan akan pelayanan perkotaan oleh daerah sekitarnya akan menentukan kecepatan
pertumbuhan kota (tempat pemusatan) tersebut. Terdapat tiga faktor yang menyebabkan
timbulnya pusat-pusat pelayanan : (1) faktor lokasi ekonomi, (2) faktor ketersediaan
sumberdaya, (3) kekuatan aglomerasi, dan (4) faktor investasi pemerintah.
Namun demikian kegagalan teori pusat pertumbuhan karena trickle down effect
(dampak penetesan ke bawah) dan spread effect (dampak penyebaran) tidak terjadi yang
diakibatkan karena aktivitas industri tidak mempunyai hubungan dengan basis sumberdaya di
wilayah hinterland. Selain itu respon pertumbuhan di pusat tidak cukup menjangkau wilayah
hinterland karena hanya untuk melengkapi kepentingan hirarki kota (Mercado, 2002).
2.6. PENGERTIAN, KARAKTERISTIK, DAN TIPOLOGI DESA
2.6.1. Pengertian Dan Karakteristik Desa
Menurut UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah Pasal I, yang dimaksud
dengan desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten.
Menurut UU No. 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintah Daerah, desa adalah suatu
wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum, yang
mempunyai organisasi pemerintah terendah, langsung dibawah camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan Republik
Indonesia.
Menurut C.S. Kansil, desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah
penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Kawasan pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian,


termasuk pengelolaan SDA, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman
pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
2.7 PENGANTAR STATISTIKA
Statistik (statistic) berasal dari kata state yang artinya negara. Disebut Negara karena
sejak dahulu kala statistik hanya digunakan untuk kepentingan-kepentingan negara saja.
Kepentingan negara itu meliputi berbagai bidang kehidupan dan penghidupan, sehingga
lahirlah istilah statistik yang pemakaiannya disesuaikan dengan lingkup datanya.
Ada kalanya data yang dikumpulkan di lapangan disajikan dalam bentuk tabel atau diagram
dengan uraian yang lebih rinci dan di bagian atas atau bawah dari tabel atau diagram
dituliskan judul yang sesuai dengan nama ruang lingkup data yang diperoleh. Statistik yang
fungsinya untuk menyajikan data tertentu dalam bentuk tabel dan diagram ini termasuk
statistik dalam arti sempit atau statistik deskriptif.
Statistik deskriptif ialah susunan angka yang memberikan gambaran tentang data yang
disajikan dalam bentuk-bentuk tabel, diagram, histogram, poligon frekuensi, ozaiv (ogive),
ukuran penempatan (median, kuartil, desil, dan persentil), ukuran gejala pusat (rata-rata
hitung, rata-rata ukur, rata-rata harmonic, dan modus), simpangan baku, angka baku, kurva
normal, korelasi, dan regresi linier. Sebaliknya, statistik dalam arti luas yaitu salah satu alat
untuk mengumpulkan data, mengolah data, menarik kesimpulan dan membuat keputusan
berdasarkan analisis data yang dikumpulkan tadi. Statistik dalam arti luas ini meliputi
penyajian data, yang berarti meliputi statistik dalam arti sempit. Statistik dalam arti luas ini
disebut juga dengan istilah statistika.
Jadi, statistika berperan sebagai alat untuk deskripsi, komparasi, korelasi, regresi, dan
komunikasi.
a. Deskripsi yaitu menggambarkan atau menerangkan data seperti mengukur dampak
dan proses pembangunan melalui indikator-indikator ekonomi, indeksi harga
konsumen, tingkat inflasi, GNP, laporan nota keuangan negara dan sebagainya.
b. Komparasi yaitu membandingkan data pada dua kelompok atau beberapa kelompok.
c. Korelasi yaitu mencari besarnya hubungan data dalam suatu penelitian.

d. Regresi yaitu meramalkan pengaruh data yang satu terhadap data yang lainnya, atau
untuk estimasi terhadap kecenderungan-kecenderungan peristiwa yang akan terjadi di
masa depan.
e. Komunikasi yaitu merupakan alat penghubung antar pihak berupa laporan data
statistik atau analisis statistik sehingga kita maupun pihak lainnya dapat
memanfaatkannya dalam membuat suatu keputusan.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. BAHAN DAN PERALATAN PENELITIAN


Alat dan bahan penelitian ini yaitu diantaranya:
a. Stop watch / jam tangan yang digunakan untuk menghitung waktu setiap kendaraan
yang masuk dan keluar.
b. Meteran digunakan untuk mengukur luas area parkir.
c. Alat tulis (buku, papan alas dan pena), digunakan untuk mencatat dan menulis data
kendaraan.
d. Kamera digunakan untuk melakukan dokumentasi hasil dalam pengambilan data di
lapangan.
e. Kalkulator digunakan untuk menghitung data.
f. Komputer digunakan sebagai alat analisa data.

3.2. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Data merupakan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan yang dikaitkan
dengan tempat dan waktu, yang merupakan dasar suatu perencanaan dan merupakan alat
bantu dalam pengambilan keputusan. Masalah, tujuan, sasaran dan analisis penelitian, untuk
sampai pada suatu kesimpulan harus didukung oleh data-data yang relevan. Relevansi data
dengan variabel-variabel penelitian didasari oleh metode pendekatan masalah yang relefan
(Sumaatmaja, 1998).
Pada suatu proses penelitian, tahapan pengumpulan data merupakan tahapan yang
harus direncanakan untuk mendapatkan suatu hasil yang optimal yang sesuai dengan tujuan
dan sasaran penelitian pada proses-proses selanjutnya. Sumber-sumber data yang dibutuhkan
guna penyusunan studi ini adalah :
1) Data Sekunder

Sumber sekunder merupakan sumber data yang berasal dari instansi yang terkait
dengan studi untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan untuk kegiatan analisis. Di
samping itu, data sekunder lainnya adalah studi literatur untuk mendapatkan literatur yang
berkaitan dengan studi.
Pengumpulan data dilakukan melalui survai pada perumahan Nusa Indah yang
diharapkan dapat maksimal. Waktu pengumpulan data sekunder disesuaikan dengan situasi
dan kondisi di lapangan.
2) Data Primer
Data primer dikumpulkan melalui survai primer yaitu observasi lapangan yang
dilakukan melalui pengamatan dan pengukuran langsung serta wawancara kepada masyarakat
yang mengetahui keadaan dan kondisi secara langsung. Pengamatan Visual Pengamatan ini
dilakukan dalam identifikasi dan observasi pada kawasan studi. Pengukuran ini dilaksanakan
untuk mendapatkan tingkat pengembangan fisik rumah sehingga dapat di tampilkan dalam
bentuk peta ataupun gambar.
Penyerapan aspirasi dilakukan untuk memperoleh informasi permasalahan dan potensi
kebutuhan perumahan pada penghuni rumah tipe kecil pada saat ini serta untuk menggali
riwayat dan proses menghuni rumah tipe kecil serta nilai rumah bagi penghuni. Dalam
memilih informan digunakan metode pemilihan sampel berdasarkan tujuan. Karena tujuannya
mendapatkan informasi tentang dinamika kebutuhan perumahan pada masyarakat penghuni
tipe kecil maka informan yang dipilih adalah penghuni tipe kecil dengan lama menghuni
berfariasi baik itu milik sendiri maupun sewa. Hal ini dilakukan agar mendapatkan gambaran
yang luas tentang dinamika kebutuhan perumahan. Dengan demikian diharapkan bahwa studi
ini dapat dilakukan dengan menggunakan kompilasi data yang didapatkan dari instansi terkait
dan masukan dari masyarakat setempat sehingga data yang diperoleh secara keseluruhan
menjadi lebih akurat.
3.3. TAHAP PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN DATA
Dalam langkah penelitian ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan antara lain:
1) Persiapan
Untuk memulai penelitian harus melakukan persiapan pengumpulan data berupa alat dan
bahan penelitian.

2. Formulasi dan Desain Survey


Adapun format desain survey adalah nama survey, waktu survey (hari, tanggal, jam),
kapasitas parkir, tempat survey, lokasi survey, hasil dari survey, prosedur pengumpulan data
sesungguhnya yang dilaksanakan di lapangan.
3) Pengumpulan Data
Data-data yang diamati di kawasan sepanjang Jalan Kartama adalah data-data sebagai
berikut :
a. Jumlah kendaraan.
b. Tipologi kawasan di sekitar Jalan Kartama.
c. Kepadatan pemukiman di sepanjang Jalan Kartama.
4) Analisa Data
Proses analisa data biasanya terdiri dari sejumlah tahapan yang dilakukan secara
berurutan. Hasil dan pembahasan data yang didapat dari lapangan dan yang telah dianalisa
kemudian dimasukkan kedalam hasildan pembahasan.
5) Kesimpulan
Menyimpulkan semua data dari hasil-hasil yang didapat kemudian diberi kesimpulan dan
saran yang berguna bagi lahan parkirpada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Riau
Pekanbaru.

4.4. DIAGRAM ALIR PENELITIAN


Struktur penelitian dapat dilihat pada gambar 4.1 bagan alir analisa penelitian.
OBSERVASI LAPANGAN

PERSIAPAN
ANALISA DATA

STUDI LITERATUR

( Data Primer )
( Data sekunder )
1.
Akumulasi
kendaraan
FORMULASI DAN DESIGN SURVEY
2. Rata-rata kepadatan
a. Jumlah kendaraan.
1. Buku-buku studi
3. Luas kawasan
b. Tipologi kawasan di sekitar
yangdibutuhkan
Jalan Kartama.
PENGUMPULAN DATA
2. Buku pedoman teknis
c. Kepadatan pemukiman di
Penyelenggaraan fasilitas
sepanjang Jalan Kartama.
parkir ( DJPD, 1996 )
HASIL KESIMPULAN
DAN PEMBAHASAN

SELESAI
JADWAL PENELITIAN
Penulis melakukan penelitian dengan cermat dan seksama agar hasil penelitian nanti
benar-benar bermanfaat dan selesai tepat pada waktunya. Untuk itu penulis menyusun jadwal
dan langkah-langkah untuk penulisan penelitian ini dengan schedule sebagai berikut :

BULAN
No

Kegiatan

II

III

IV

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
1

dan
Orientasi
Lapangan

Survey/
2

Tugas
Lapangan

Analisa
Data
Reverensi
Buku
Penulisan/

5
Pengetikan
6

Persiapan
Seminar

DAFTAR PUSTAKA

Analisis dampak lalu-lintas terhadap lingkungan dan perkembangan perkotaan,Heddy R.


Agah Deskripsi Dokumen: http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?
id=20287831&lokasi=lokal
Dipo Husodo, Istimawan, 1996, Manajemen Proyek Dan Konstruksi, Jilid I Dan Ii, Kanisius
Kertonegoro, Sentanoe, Msc, 1994, Manajemen Organisasi, Widya Press, Jakarta
Ali Tubagus Haedar, 1989, Prinsip-Prinsip Network Planning, Gramedia, Jakata
Reksohadi Projo Sukanto, 1993, Manajemen Proyek, Edisi II, BPPE-YK, Yogyakarta
Sukirno, Purnomo, Ir, DR Dkk, 1996, Tata Laksana Proyek, FT-ITB, Bandung
Dep. Kimpraswil, 2002, Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara, PT.
Mediatama Sapta Karya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai