Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Uraian Umum
Oleh karena alkaloid tidak merupakan kelompok yang homogen,
baik ditinjau secara kimia, biokimia, ataupun fisiologi, maka sangat sukar
memberi batasan. Oleh karenanya, kecuali suatu kenyataan bahwa
semua alkaloid merupakan senyawa organik yang mengandung nitrogen,
maka ada syarat-syarat lain yang harus ditambahkan pada setiap
batasan-batasan umum alkaloid. Semua alkaloid dapat dibentuk dengan
tumbuh-tumbuhan, hanya ada beberapa dapat diperoleh dari hewan dan
praktis alkaloid-alkaloid seluruhnya sudah dibuat di dalam laboratorium
dengan cara sintesis kimia. Alkaloid pada umumnya bersifat basa, oleh
karena adanya gugusan nitrogen, amin dan banyak digunakan dalam
bidang farmasi dan kedokteran oleh karena mempunyai aktivitas fisilogi.
Walaupun menemui kesulitan untuk menetapkan batasan yang tepat,
namun istilah tersebut sangat berguna dan umumnya digunakan pada
senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen basa yang berasal dari
tanaman saja. Hal ini disebabkan karena penyelidikan yang telah
dilakukan sekarang belum lengkap. Oleh karenanya, sebelum dapat
ditentukan secara pasti mengenai terdapatnya alkaloid, perlu dilakukan
penelitian yang intensif.
biasanya berupa kristal bentuk maupun sifat kristal ini sering digunakan
untuk identifikasi secara mikroskopik.
Beberapa struktur inti yang menyusun alkaloid
6
5
6 1 2
N
6 1
N
H
1
N
N-43
Purin
1
N
Tropan
Fenantren
3
2
Insokuinalin
6 7
N
1
N
Pirolidin
Kuinolin
1
N
Indol
3 N
Imidancol
Siklopentanon aldehida
Fenantren
lingkaran
fenanthren
dan
akonitin
serta
protoveratrin
BAB II
MORPHIN
Nama Resmi
: Morphinum
Nama lain
: Morphin
RM/BM
Rumus Bangun
:
HO
OH
7,8-didehidro-4,5, epoksi-17-metilmorfman.
Pemerian
: Hablur
mengkilap,
berbentuk
kubus,
tak
Kegunaan
BAB III
ANALISIS KUANTITATIF
A. Metode Analisis
Titrasi bebas air adalah suatu titrasi yang tidak menggunakan
air sebagai pelarut, tetap digunakan pelarut organik, seperti diketahui
dengan menggunakan pemakai pelarut air, asam atau basa dapat
dititrasi dengan basa atau asam baku yang lain. Akan tetapi bila asam
atau basa bersifat lemah seperti halnya asam-asam organik atau
alkoloida-alkolofil, cara titrasi dalam lingkungan berair ini tidak dapat
dilakukan, karena disamping sukar larut dalam air, juga kurang reaktif
dalam air, seperti misalnya garam-garam amina, di mana garam-garam
ini dirombak lebih dahulu menjadi basa bebas yang larut dalam air,
dengan pelarut organik dan direaksikan dan direaksikan dengan asam
baku berlebih yang kemudian pelarutnya diuapkan dan barulah
kelebihan cuaca ditentukan kembali dengan basa baku, sedangkan
senyawa-senyawa
akan
organik
yang
mengandung
nitrogen
Titrasi dalam lingkungan bebas air ini mempunyai keuntungankeuntungna seperti misalnya zat-zat yang tidak dapat larut dalam air,
terutama basa-basa organik dapat dititrasi dalam pelarut di mana zat
itu segera akan larut (baik dengan menggunakan pelarut-pelarut
proteolitis maupun pelarut-pelarut yang tidak bersifat proteolitis.
Senyawa-senyawa yang mempunyai sifat basa yang sangat lemah
yang tidak dapat dititrasi dalam air masih memberikan titik akhir yang
cukup tajam dalam berbagai pelarut organik dan dapat langsung
ditentukan; pelarut-pelarut organik mempunyai tetapan dilektrika yang
rendah di mana tetapan disosiasinya relatif lebih kecil tanpa adanya
gejala pengurangan ketajaman titik akhir titrasi. Dengan memilih
pelarut dan zat pentitrasi yang baik memungkinkan penentuan suatu
molekul amfoter hanya melalui golongan fungsional basanya, dan juga
memungkinkan menentukan suatu baswa dalam campuran dengan
asam yang lemah. Sari-sari larutan yang diperoleh dari sediaansediaan obat-obat langsung dapat dititrasi di mana tidak membutuhkan
isolasi basa dari bahan pelarut organik ke dalam pelarut air. Dan
disamping itu semua, titrimetri bebas air memberi keuntungan yang
besar karena dapat digunakan alat-alat gelas yang dipakai untuk titrasi
biasa disamping itu cara ini sangat sederhana, cepat dan teliti, dan
dengan biaya yang tidak terlalu besar.
titrasi
dengan
menggunakan
pelarut
aprotolitius,
Ib + HB HBIb
HBIb
HI + I
BHI
Azoviolet
Pemberian titik akhir yang tajam dalam pelarut-pelarut basa, dan
paling baik dalam etilendiamina dan dimetilformamida, tidak baik
digunakan dengan memakai pelarut inert seperti benzen dan eter.
Perubahan warna incubator ini dari merah ke biru.
Biru timol
Indikator
ini
tepat
dimetilformamida,
untuk
piridina
pelarut
atau
t-pelarut
pelarut-pelarut
basa
seperti
lain
kecuali
Merah Kuinaldina
Dipakai dalam pelarut asam cuka biang, perubahan warna dari
merah tua (basa) menjadi tak berwarna (asam)
Alfa-naftol benzeina
Dipakai dalam pelarut asam seperti misalnya asam cuka biang
perubahan warna dari kuning (basa) ke hijau)
Ungu Metil
Pelarutnya
dipakai
asam
cuka
biang
atau
klorobenzeina.
Ungu kristal
Dipakai dalam pelarut asam cuka biang, perubahan warna secara
berangsur-angsur, sehingga
dalam
pemakaiannya
diperlukan
Sudan III
Dipakai dalam pelarut asam cuka biang, perubahan warnanya
kuning merah biru - dari kuning ke merah perubahannya jelas,
sedangkan dari merah ke biru berangsur-angsur. Ini disebabkan
karena kebasaan Sudan III dalam suasana asam cuka biang
sangat lemah, karena itu untuk memperoleh perubahan warna yang
tajam harus dipakai larutan titra asam perklorat.
Sudan IV
Seperti Sudan III, pelarut asam cuka biang, titernya asam perklorat.
Perubahan warna dari merah ke biru.
Hijau melasit
Penitroamilina
Metilrosenilina klorida.
D. PROSEDUR
Timbang seksama lebih kurang 350 mg, larutkan dalam 30 ml
Asam Asetat P, panaskan jika perlu. Dinginkan dan tambahkan 6 ml raksa
(II) asetat LP dan kristal violet LP sebagai indikator, titrasi dengan asam
perklorat 0,1 N.
Ditimbang seksama lebih kurang 350 mg, dilarutkan dalam 30 ml
asam asetat, dimana diketahui bahwa metode titrasi bebas air. Pada
golongan alkaloid yang berlangsung dalam suasana asam yang setara.
Adanya pemanasan disini akan mempercepat proses penglarutan.
Sedangkan proses pendinginan dilakukan untuk memudahkan pada saat
titrasi, ditambahkan 6 ml raksa (II) asetat. Dimana raksa (II) Asetat bersifat
basa sehingga jika dicampurkan dengan Asam Asetat yang bersifat Asam
maka akan menghasilkan garam. Ditambahkan kristal violet. Digunakan
kristal violet disini sebagai indikator agar terjadi perubahan warna pada
saat dititrasi dan ditambahkan asam perklorat 0,1 N penitran.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (1978). Card System dan Reaksi Warna. ITB. Bandung
Dirjen POM (1995), Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Dirjen POM (1979), Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
.
Rovani, Siska H. (1986). Alkaloid. Lembaga Penerbitan UNHAS,
Makassar.
Susanti dan Wunas, Y. (2003), Analisis Kimia Farmasi, Universitas Muslim
Indonesia, Makassar.
Tan, Joan.H. 1995. Obat-Obat Penting. PT. Elex Media. Jakarta