Manusia memiliki empat ekstrimitas, yang terdiri dari 2 ektrimitas atas yaitu tangan dan 2
ekstrimitas bawah yaitu kaki. Ekstrimitas ini berfungsi sebagai alat gerak tubuh manusia.
Mobilitas di bidang transportasi semakin maju belakangan ini namun sifat lalai manusia
masih saja ada. Hal inilah yang menyebabkan banyak sekali kecelakaan yang dapat
menyebabkan fraktur. Penyebab lainnya adalah kecelakaan kerja, olahraga maupun rumah
tangga. Fraktur dapat terjadi pada orang dewasa atau pun anak anak.
Patah tulang antebrachii sering terjadi pada bagian distal yang umumnya disebabkan gaya
tekan sewaktu jatuh, terutama pada posisi tangan hiperekstensi. Hal ini disebabkan karena
gaya refleks tangan yang menahan tubuh ketika jatuh.
ANATOMI
v Articulatio radioulnaris distal yaitu antara incisura ulnaris os radii dengan caput ulna os
ulna. Diperkuat oleh ligamentum radioulnare.
v Articulatio radiocarpalis yaitu antara facies articularis carpalis os radii dengan facies
articularis os scaphoideum et os lunatum.
Os ulna dan os radius dihubungkan oleh articulatio radioulnar yang diperkuat oleh
ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius, dan di distal oleh sendi radioulnar
yang diperkuat oleh ligamen radioulnar, yang mengandung fibrokartilago triangularis.
Membranes interosea memperkuat hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu
kesatuan yang kuat . Oleh karena itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang
terjadi atau bila patahnya hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislokasi sendi
radioulnar
yang
dekat
dengan
patah
tersebut.
Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu otot supinator, m.pronator
teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan pronasi-supinasi. Ketiga otot itu bersama
dengan otot lain yang berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan patah tulang lengan
bawah disertai dislokasi angulasi dan rotasi, terutama pada radius.
Otot otot yang terdapat pada antebrachii ventral superficial: m. Pronator Teres , m. Flexor
Carpi Radialis, m. Palmaris Longus, m. Flexor Digitorum Superficil, m. Flexor Carpi Ulnaris.
Otot otot yang terdapat pada antebrachii ventral profunda: m. Flexor Digitorum Profunda,
m. flexor Pollicis Longus, m. Pronator Quadratus.
Otot otot yang terdapat pada antebrachii lateral: m. Brachioradialis, m. Extensor Carpi
Radialis Longus, m. Extensor Carpi Radialis Brevis.
Otot otot yang terdapat pada antebrachii dorsal superficial : m. ektensor digitorum, m.
Extensor Digiti minimi, m. Ektensor Carpi Ulnaris
Otot otot yang terdapat pada antebrachii dorsal profunda: m. supinator, m. Ektensor
Pollicis Longus, m. Ektensor Indicis, m. Abductor Pollicis Longus, m. Ektensor pollicis
Brevis.
Dari semua otot di antebrachii, otot yang berorigo pada os radii : m. Flexor Digitorum
Superficial, m. Flexor Pollicis Longus, m. Abduktor Pollicis Longus, m. Extensor Pollicis
Brevis.
Dari semua otot di antebrachii, otot yang berinsersi pada os radii : m. Pronator Teres, m.
Pronator Quaratus, m. Brachioradialis, m. Supinator
DEFINISI
Menurut Abraham colles 1814, fraktur colles adalah fraktur metafisis distal radius yang
sudah mengalami osteoporosis, garis fraktur transversal, komplit, jaraknya 2-2,5cm proximal
garis sendi, bagian distal beranjak ke dorsal dan angulasi ke radial serta fraktur avulsi dari
processus styloideus ulna.
Menurut Mansjoer (2000), fraktur colles adalah fraktur antebrachii yang khas , fraktur
metafisis distal radius dengan jarak _+ 2,5 cm dari permukaan sendi distal radius, dislokasi
fragmen distalnya ke arah posterior/dorsal, subluksasi sendi radioulnar distal, avulsi prosesus
stiloideus ulna.
(Frykmann, 1967) Klasifikasi ini berdasarkan biomekanik serta uji klinik, juga memisahkan
antara intra dan ekstra artikular serta ada tidaknya fraktur pada ulna distal. Pada klasifikasi ini
nomor yang lebih besar menunjukkan fase penyembuhan yang lebih rumit dan prognosa yang
lebih jelek.
EPIDEMIOLOGI
Fraktur colles merupakan kira-kira 8-15% dari seluruh fraktur dan 60% dari fraktus radius.
Prevalensi kejadian fraktur colles , umur atas 50 tahun wanita lebih banyak dari pada pria
(5:1), sedang umur sebelum 50 tahun wanita sama dengan pria. Sisi kanan lebih sering dari
sisi kiri. Angka kejadian rata-rata pertahun 0,98%. Usia terbanyak dikenai adalah antara umur
50 59 tahun
ETIOLOGI
Fraktur Colles dapat timbul setelah penderita terjatuh dengan tangan posisi terkadang dan
meyangga badan (Appley, 1995 ; Salter, 1981). Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka
dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka yang
terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi). Pada saat terjatuh sebagian energi
yang timbul diserap oleh jaringan lunak dan persendian tangan, kemudian diteruskan ke distal
radius, hingga dapat menimbulkan patah tulang pada daerah yang lemah yaitu antara batas
tulang kortikal dan tulang spongiosa.
PATOFISIOLOGI
Apabila tulang hidup normal mendapat tekanan yang berlebihan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan tersebut mengakibatkan
jaringan tidak mampu menahan kekuatan yang mengenainya. Maka tulang menjadi patah
sehingga tulang yang mengalami fraktur akan terjadi perubahan posisi tulang, kerusakan
hebat pada struktur jaringan lunak dan jaringan disekitarnya yaitu ligament, otot, tendon,
pembuluh darah dan persyarafan yang mengelilinginya (Long, B.C, 1996).
Periosteum akan terkelupas dari tulang dan robek dari sisi yang berlawanan pada tempat
terjadinya trauma. Ruptur pembuluh darah didalam fraktur, maka akan timbul nyeri. Tulang
pada permukaan fraktur yang tidak mendapat persediaan darah akan mati sepanjang satu atau
dua millimeter.
Setelah fraktur lengkap, fragmen-fragmen biasanya akan bergeser, sebagian oleh karena
kekuatan cidera dan bisa juga gaya berat dan tarikan otot yang melekat. Fraktur dapat tertarik
dan terpisah atau dapat tumpang tindih akibat spasme otot, sehingga terjadi pemendekkan
tulang (Apley, 1995), dan akan menimbulkan derik atau krepitasi karena adanya gesekan
antara fragmen tulang yang patah (Long, B.C, 1996).
MANIFESTASI KLINIK
Terdapat :
Pembengkakan pada pergelangan tangan jika fraktur berat karena terjadi extra vasasi darah
Nyeri pada pergerakan atau penekanan
Terbatasnya gerakan sendi pergelangan tangan
Deformitas yang menyerupai garpu, dikenal sebagai dinner fork deformity (dimana bagian
distal fragmen fraktur beranjak ke arah dorsal dan radial, bagian distal ulna menonjol ke arah
volar, sementara tangan biasanya dalam posisi pronasi)
DIAGNOSIS
Diagnosa awal dilakkan dengan anamnesa pasien : kronologis kejadian yang terjadi pada
pasien, tempat jatuh, penyebab jatuh, posisi jatuh, yang dirasakan pasien setelah jatuh.
Pembengkakan pada pergelangan tangan jika fraktur berat karena terjadi extra vasasi darah
Deformitas yang menyerupai garpu, dikenal sebagai dinner fork deformity (dimana bagian
distal fragmen fraktur beranjak ke arah dorsal dan radial, bagian distal ulna menonjol ke arah
volar, sementara tangan biasanya dalam posisi pronasi)
Pada pemeriksaan foto polos daerah fraktur, dapat dilihat karakteristik gambaran patahan
fraktur ini, yaitu:
Biasanya hanya terdapat dua fragmen patahan tulang, tapi pada keadaan tertentu dapat
terjadi banyak patahan yang dinamakan kominutif
Tidak stabil, terdapat banyak garis patahan (kominutif) dan crushing dari tulang
cancellous
DIAGNOSA BANDING
PENATALAKSANAAN
Pada jenis fraktur yang undisplaced, dapat dilakukan imobilisasi dengan menggunakan
below-elbow cast (pemasangan gips sirkular di bawah siku) selama 4 minggu Pengawasan
pasca pemasangan gips dan komplikasi pemasangannya. Latihan isometrik segera dilakukan
dan oposisi jari. Mengganti gips bila pembengkakan pergelangan tangan telah mereda,
biasanya setelah satu minggu, dan mengganti dengan forearm splint bila telah clinical union.
Pada jenis fraktur yang displaced :
Dilakukan reduksi tertutup
Prinsip
Reposisi seanatomis mungkin, pertahankan hasil reposisi dan cegah komplikasi karena
reposisi yang anatomis akan memberikan fungsi yang baik. Reposisi dapat dilakukan dalam
anestesi lokal, regional blok atau anestesi umum.
Teknik reposisi
Segera dilakukan sebelum adanya edema. Dilakukan dorsofleksi fragmen distal, traksi
kemudian posisi tangan volar fleksi, deviasi ulna (untuk mengoreksi deviasi radial) dan
diputar ke arah pronasio (untuk mengoreksi supinasi). dilakukan selama 2-5 menit. Fungsi
yang baik tercapai jika post reposisi angulasi dorsal < 150pemendekan radius < 3mm.
Perawatan Pasca reduksi tertutup : imobilisasi dengan forearm splint selama 3 minggu.
External fixation, yang dapat digunakan pada fraktur yang sangat tidak
stabil dan pada orang berusia lebih dari 60 tahun
Metode Imobilisasi
Posisi supinasi
Lama imobilisasi
Lamanya pemasangan gip bervariasi 3-6 minggu. Setelah 28 hari fraktur sudah cukup stabil
dan boleh mobilisasi. Pada kasus yang minimal displacement imobilisasi cukup 3-4 minggu.
Fisioterapi
Dimaksudkan agar fungsi tangan kembali normal karena penderita diharapkan bekerja biasa
setelah 3-4 bulan fraktur.
Indikasi Operasi
Disrupsi Intra-artikuler
Osteoporosis massif
PROGNOSIS
Bila fraktur colles menurut klasifikasi Frykman, nomor yang lebih besar menunjukkan fase
penyembuhan yang lebih rumit dan prognosa yang lebih jelek.
KOMPLIKASI
Umumnya akan selalu ada komplikasi, komplikasi yang mungkin terjadi pada fraktur colles:
1. Dini
Kerusakan tendon
Redislokasi
2. Lanjut
Stiff hand
Suddeck atropi