BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
alat untuk mencapai tujuan. Market (sasaran penduduk), yaitu sasaran berdasarkan
ketepatan jumlah dan persentase penduduk sasaran untuk mencapai tujuan.
Untuk dapat terselenggaranya manajemen yang baik, unsur-unsur tersebut
diproses melalui fungsi-fungsi manajemen. Prinsip manajemen tersebut merupakan
pegangan umum untuk terselenggaranya fungsi-fungsi logistik dengan baik. 3
2.1.2 Pengelolaan Obat
Salah satu upaya yang dilaksanalakan di Puskesmas adalah pengelolaan obat.
Pengelolaan obat akan menjelaskan mengenai pengertian obat, Proses pengelolaan
obat di Puskesmas, Pembiayaan obat, dan Tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI)
penngelola obat di Puskesmas.
2.1.2.1. Pengertian Obat
Obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan
dan kontrasepsi termasuk produk biologi. Obat merupakan komponen yang penting
dalam upaya pelayanan kesehatan di Pusat Pelayanan Kesehatan primer maupun di
tingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Keberadaan obat merupakan kondisi
pokok yang harus terjaga ketersediaannya. Penyediaan obat sesuai dengan tujuan
pembangunan kesehatan yaitu menjamin tersedianya obat dengan mutu terjamin dan
tersedia merata dan teratur sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang
tepat.
Proses pengelolaan obat terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap perencanaan,
tahap pengadaan, penyimpanan, tahap distribusi dan tahap penggunaan.6 Pengadaan
obat adalah salah satu aspek penting dan menentukan dalam pengelolaan obat. Tujuan
pengadaan obat adalah tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai
dengan kebutuhan dengan mutu yang terjamin serta dapat diperoleh pada saat yang
diperlukan. Pengelolaan obat adalah suatu urutan kegiatan yang mencakup
perencanaan, permintaan obat, penerimaan obat, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian obat, pencatatan/pelaporan obat dan pemantauan serta evaluasi
pengelolaan obat.6
2.1.2.2.1 Perencanaan Obat
Perencanaan obat merupakan proses kegiatan seleksi obat untuk menentukan
jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas yang mengacu
pada Daftar Obat esensial Nasional (DOEN). Perencanaan obat di kabupaten
dilakukan oleh tim perencana obat terpadu kabupaten yang dibentuk dengan
keputusan bupati atau pejabat yang mewakilinya. Perencanaan kebutuhan obat di
Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh Ruang Farmasi di Puskesmas. Proses
perencanaan kebutuhan obat pertahun dilakukan secara berjenjang (bottom up).
Puskesmas menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Selanjutnya Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan Obat
Puskesmas di wilayah kerjanya, memperhitungkan waktu kekosongan obat, buffer
semen/tegel/keramik/papan
(bahan
lain)
yang
tidak
memungkinkan
bertumpuknya debu dan kotoran lain, harus diberi alas papan (palet), dinding dibuat
licin dan dicat warna cerah, hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam,
gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat, mempunyai pintu yang
dilengkapi kunci ganda, tersedia lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika
yang selalu terkunci dan terjamin keamanannya, harus ada pengukur suhu dan
higrometer ruangan.7
Pengaturan penyimpanan obat yaitu, Obat di susun secara alfabetis untuk setiap
bentuk sediaan, obat dirotasi dengan sistem FEFO dan FIFO, obat disimpan pada rak,
obat yang disimpan pada lantai harus di letakan diatas palet, tumpukan dus sebaiknya
harus sesuai dengan petunjuk, sediaan obat cairan dipisahkan dari sediaan padatan,
sera, vaksin dan supositoria disimpan dalam lemari pendingin, lisol dan desinfektan
diletakkan terpisah dari obat lainnya.7
Untuk menjaga mutu obat perlu diperhatikan kondisi penyimpanan diantaranya
kelembaban, sinar matahari, temperatur/panas, kerusakan Fisik, kontaminasi, dan
pengotoran.7
Udara lembap dapat mempengaruhi obat-obatan sehingga mempercepat
kerusakan. Untuk menghindari udara lembab tersebut maka perlu dilakukan upayaupaya diantaranya, ventilasi harus baik dengan jendela dibuka, menyimpan obat
ditempat yang kering, wadah harus selalu tertutup rapat jangan dibiarkan terbuka, bila
memungkinkan pasang kipas angin atau AC karena makin panas udara di dalam
ruangan maka udara semakin lembab, biarkan pengering (silica gel) tetap dalam
wadah tablet dan kapsul, apabila ada atap yang bocor harus segera diperbaiki.7
10
Sinar Matahari dapat mempercepat rusaknya sebagian besar cairan, larutan dan
injeksi. Cara mencegah kerusakan karena sinar matahari dengan memberi gorden
pada jendela-jendela, dan kaca jendela dicat putih. Temperatur/Panas dapat
menyebabkan salep, krim dan supositoria dapat meleleh dan dapat mempengaruhi
kualitas. Oleh karena itu hindarkan obat dari udara panas dengan cara ruangan obat
harus sejuk, beberapa jenis obat harus disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu
4 8 oC, seperti : Vaksin, produk darah, antitoksin, insulin, injeksi antibiotika yang
sudah dipakai (sisa), injeksi oksitosin, injeksi Metil Ergometrin. Cara mencegah
kerusakan karena panas antara lain dengan adanya ventilasi/sirkulasi udara yang
memadai, menghindari atap gedung dari bahan metal, jika memungkinkan dipasang
Exhaust Fan atau AC.7
Untuk menghindari kerusakan fisik dapat dilakukan penumpukan dus obat
harus sesuai dengan petunjuk padakarton, jika tidak tertulis pada karton maka
maksimal ketinggian tumpukan delapan dus, karena obat yang ada di dalam dus
bagian tengah ke bawah dapat pecah dan rusak, selain itu akan menyulitkan
pengambilan obat. Hindari kontak dengan benda - benda yang tajam . Sedangkan
untuk menghindari Kontaminasi oleh bakteri atau jamur maka wadah obat harus
selalu tertutup rapat.7
Ruangan yang kotor dapat mengundang tikus dan serangga lain yang kemudian
merusak obat. Etiket dapat menjadi kotor dan sulit terbaca. Oleh karena itu bersihkan
ruangan setiap hari dengan lantai disapu dan dipel, dinding dan rak dibersihkan.7
11
Tata Cara Penyusunan Obat berdasarkan penerapan sistem FEFO (First Expired
First Out) dan FIFO (First In First Out). FEFO artinya obat yang lebih awal
kadaluwarsa harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang kadaluwarsa kemudian
sedangkan FIFO artinya obat yang datang pertama kali harus dikeluarkan lebih
dahulu dari obat yang datang kemudian. Hal ini sangat penting karena obat yang
sudah terlalu lama biasanya kekuatannya atau potensinya berkurang. Beberapa obat
seperti antibiotik mempunyai batas waktu pemakaian artinya batas waktu dimana
obat mulai berkurang efektivitasnya. 7
Setiap pengelola obat, perlu melakukan pengamatan mutu obat secara berkala,
setiap bulan. Pengamatan mutu obat dilakukan secara visual dengan melihat tandatanda pada tablet, kapsul, cairan, salep dan injeksi. Pengamatan pada tablet berupa
terjadi perubahan warna, bau dan rasa, serta lembab; kerusakan fisik seperti pecah,
retak, sumbing, gripis dan rapuh; kaleng atau botol rusak, sehingga dapat
mempengaruhi mutu obat; wadah yang rusak. Pengamatan pada Kapsul berupa
cangkangnya terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan lainnya, wadah rusak,
terjadi perubahan warna baik cangkang ataupun lainnya. Pengamatan pada cairan
berupa cairan jernih menjadi keruh, timbul endapan, cairan suspensi tidak bisa
dikocok, cairan emulsi memisah dan tidak tercampur kembali. Pengamatan pada
salep berupa konsistensi warna dan bau berubah (tengik), pot/tube rusak atau bocor.
Pengamatan pada injeksi berupa adanya kebocoran, terdapat partikel untuk sediaan
injeksi yang seharusnya jernih sehingga keruh atau partikel asing dalam serbuk untuk
injeksi, wadah rusak atau terjadi perubahan warna.7
12
13
14
rutin sesuai jadwal dari Dinas Kesehatan, pengadaan obat khusus bila terjadi
kebutuhan meningkat, menghindari kekosongan, penanganan Kejadian Luar Biasa
(KLB), setiap pengadaan obat petugas harus melakukan pengecekan (jumlah,
kemasan, jenis dan jumlah obat) disesuikan dengan dokumen pengedaan obat,
melakukan penyimpanan obat sesuai dengan memperhatikan: kondisi persyaratan
gudang, pengaturan penyimpanan obat, kondisi penyimpanan (kelembaban, sinar
matahari, temperatur/panas, kerusakan fisik, kontamians bakteri, pengotoran),
memperhatikan tata cara penyimpanan obat, dan pengamatan mutu obat.4
Distribusi merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara merata
dan teratur untuk memenuhi sub-sub unit pelayanan puskesmas. Tugas pengelola obat
dalam tahap distribusi adalah menentukan frekuensi distribusi, menentukan jumlah
dan jenis obat yang diberikan, melaksanakan penyerahan obat, dan melakukan
pengendalian obat untuk menghindari kelebihan dan kekosongan obat di unit
pelayanan. 4
Penggunaan adalah proses kegiatan yang meliputi penerimaan resep dokter
sampai penyerahan obat kepada pasien. Tugas pengelola obat pada tahap penggunaan
ini adalah penetapan ruang pelayanan obat, penyiapan obat, penyerahan obat,
memberikan informasi obat, memperhatikan etika pelayanan, dan membuat daftar
perlengkapan peracikan obat. 4
Tupoksi berdasarkan pengelolaan obat publik dan perbekalan di puskesmas
merupakan pedoman umum untuk seluruh unit pelayanan (puskesmas dan puskesmas
15
16
dan jumlah obat, bentuk sediaan obat sesuai dengan LPLPO yang diberikan.
Puskesmas Tagog Apu selama ini tidak pernah mendapatkan obat-obatan dengan
keadaannya jelek.
2.2.4 Penyimpanan Obat
Puskesmas Tagog Apu dalam penyimpanan obat memperhatikan beberapa hal
yaitu persyaratan gudang, pengaturan penyimpanan obat, tatacara penyusunan obat
dan pengamatan mutu obat.
Sebelum dilakukan renovasi puskesmas, gudang penyimpanan obat hanya
berukuran 1 x 2 m, sehingga sebagian obat yang datang dari UPTD harus disimpan di
beberapa unit, seperti posyandu dan pustu karena kurangnya ruang gudang untuk
penyimpanan obat di puskesmas tersebut.
Ruang penyimpanan obat di puskesmas tagog apu memiliki ukuran 3x3m
dengan lantai memakai tegel berwarna putih dan ruangan kering yang hanya
digunakan untuk penyimpanan obat. Ruangan memiliki 2 kaca ventilasi, dinding
berwarna putih dan terdapat lemari untuk golongan obat narkotik dan psikotropika.
namun ruangan tersebut memiliki beberapa kekurangan yaitu tidak memiliki jendala
untuk masuknya cahaya, lantai tidak dialas papan (palet) dan tidak memiliki
pengukur suhu.
Obat yang disimpan di ruang penyimpanan puskesmas Tagog Apu disusun
secara alfabetis untuk setiap bentuk sediaan dan dimana obat akan dirotasi dari
gudang kebagian ruang racik untuk digunakan dengan melihat tanggal kadaluarsa
yang paling cepat, serta sediaan obat salep mata dengan salep kulit dipisahkan
tempatnya.
Pengamatan mutu obat di Puskesmas Tagog Apu dilakukan dengan skrining
obat yang baru datang dari UPTD dilihat dari tanggal kadaluarsa mya sehingga
17
pemakaian obat dirotasi dengan system FEFO dan FIFO. Bila ada obat yang rusak
atau kadaluarsa, maka petugas farmasi Puskesmas Tagog Apu akan menghubungi
UPTD pusat dan melaporka jumlah dan jesnis obatnya. Obat-obat rusak tersebut
dikumpulkan dan dipisahkan sambil menunggu petugas UPTD mengambil ke
puskesmas.
2.2.5 Pendistribusian Obat
Penyaluran/distribusi di Puskesmas Tagog Apu secara merata dan teratur untuk
memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan kesehatan antara lain :
1. Sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan Puskesmas (kamar obat, laboratorium)
2. Puskesmas Pembantu
3. Posyandu
4. Bidan desa sebanyak 3 orang
Frekuensi distribusi obat dilakukan setiap 2 bulan sekali (bersamaan dengan
pengadaan obat di Puskesmas). Apabila terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) atau
kebutuhan meningkat misal pada Pekan Imunisasi di suatu desa, maka petugas akan
langsung melaporkan ke petugas bagian farmasi di Puskesmas. Petugas Puskesmas
akan membuat pengajuan permintaan obat segera ke UPTD.
2.2.6 Pengendalian Obat
Pengendalian obat di Puskesmas tagog Apu sudah cukup baik karena sasaran
yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga
jarang terjadi kelebihan dan kekurangan/ kekosongan obat.
2.2.7 Pencatatan, Pelaporan, dan Pengarsipan
Pencatatan obat yang keluar dilakukan setiap hari setelah selesai pelayanan di
Puskesmas. Petugas puskesmas akan merekapitulasi daftar obat yang keluat setiap
bulan di akhir bulan. Pelaporan obat ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat
18