Rumus
Molekul
Asam Kaprilat
C8H16O2
Asam Kaproat
C10H20O2
Asam Laurat
C12H24O2
Asam Miristat
C14H28O2
Asam Palmitat
C16H32O2
Asam Stearat
C18H36O2
Asam Oleat
C18H34O2
Asam Linoleat
C18H32O2
(Sumber : Bailey,1989)
Minyak Kelapa
Sawit ( % )
1,1-2,5
40-46
3,6-4,7
39-45
7-11
Minyak Inti
Sawit ( % )
PKO
3-4
3-7
46-52
14-17
6,5-9
1-2,5
13-19
0,5-2
b. Komponen non-trigliserida
Komponen non-trigliserida ini merupakan komponen yang menyebabkan
rasa, aroma dan warna kurang baik. Kandungan minyak sawit yang terdapat
dalam jumlah sedikit ini, sering memegang peranan penting dalam
menentukan mutu minyak.
2.1.3 Minyak dan Lemak
Minyak adalah substansi dari tumbuhan dan hewan yang terdiri dari
ester gliseril dari asam lemak atau trigliserida yang tidak dapat larut dalam
air. Trigliserida dapat berwujud padat maupun cair, hal ini tergantung dari
komposisi asam lemak yang menyusunnya. Dalam pemakaian secara umum,
trigliserida yang berbentuk padat atau semipadat pada suhu ruangan disebut
dengan lemaksedangkan yang berbentuk cair pada kondisi yang sama
dikenal dengan minyak. Menurut Bailey (1950), proses pembuatan asam
lemak dari minyak dapat dilakukan dengan cara hidrolisa. Pada proses
hidrolisa minyak (fat splitting), air memecah gugus alkil dalam trigliserida
minyak dan gliserol berdasarkan persamaan reaksi:
O
CH2 - O - C - R1
O
CH - O - C - R2
O
CH2 - O - C - R3
R1COOH
+
Trigliserida
3H2O
R2COOH
CH2OH
+
R3COOH
Air
Asam Lemak
CHOH
CH2OH
Gliserol
Cara ini yang paling tua dalam fat splitting. Splitting dilakukan pada
tangki terbuat dari logam monel yang dioperasikan secara batch dengan
kondisi operasi pada suhu 100-105C dan tekanan atmosferik. Minyak dicuci
terlebih dulu dengan asam kemudian bersama-sama air (20-25% dari berat
minyak) dan katalis (0,1-1,25% dari berat minyak) diumpankan ke dalam
tangki. Katalis (reagent twitchell) yang digunakan adalah asam-asam alkilaril sulfonat atau asam-asam sikloalifatik sulfonat. Hidrolisis dilakukan
dengan menggunakan steam selama 12-48 jam. Pada cara ini dapat diperoleh
konversi sebesar 85- 98%.
b. Autoclave fat splitting
Splitting menggunakan autoklave merupakan proses komersial dalam
pengolahan minyak menjadi asam lemak. Cara ini dilakukan tanpa
menggunakan katalis didalam reaktor autoclave yang dioperasikan secara
kontinyu dengan terbuat dari stainless steel. Kondisi operasi pada suhu 240250C dan tekanan 28-30 atm selama 1-3 jam. Minyak dan air (30-60% berat
minyak) bersama-sama dialirkan ke dalam reaktor kemudian dibiarkan
bereaksi dan dapat diperoleh konversi sebesar 95-98%.
c. Colgate-emery
Cara ini merupakan metode yang baru tetapi beresiko tinggi dan perlu
investasi peralatan yang besar serta skill dan pengalaman yang tinggi untuk
mengoperasikannya. Cara ini dilakukan dengan menggunakan reaktor yang
terbuat dari stainless-steel dan dioperasikan secara kontinyu pada suhu 250260C dan tekanan 45-50 atm selama 1-2 jam. Cara ini dilakukan tanpa
menggunakan katalis dengan konversi yang diperoleh 97-99%.
pelarut yang digunakan adalah aseton. Proses fraksinasi ini lebih mahal
dibandingkan dengan proses fraksinasi lainnya karena menggunakan bahan
pelarut.
d. Proses Fraksinasi dengan Pengembunan (Fractional Condentation)
Proses fraksinasi ini merupakan suatu proses fraksinasi yang didasarkan
pada titik didih dari suatu zat / bahan sehingga dihasilkan suatu produk
dengan kemurnian yang tinggi. Fraksinasi pengembunan ini membutuhkan
biaya yang cukup tinggi namun proses produksi lebih cepat dan
kemurniannya lebih tinggi
c. industri kosmetik;
d. industri minyak goring, dan
e. industri bahan makanan.
2.1.7 Gliserol
Gliserol atau propana-1,2,3-triol merupakan suatu senyawa dengan
rumus HOCH2CH(OH)CH2OH dengan berat molekul 92,02. Gliserol tidak
berwarna, tidak berbau, bersifat kental, dan merupakan cairan higroskopis
dengan rasa yang manis. Gliserol mempunyai tiga gugus hidroksil alkohol
hidropilik yang menyebabkan gliserol larut dalam air dan mempunyai sifat
yang higroskopis. Gliserol mempunyai tegangan permukaan 64.000 mN/m
pada 20C dan memiliki koefisien temperatur -0.0598 mN/(m K). Gliserol
mempunyai titik leleh 18oC dan titik didih 290oC pada tekanan atmosfer.
Karena terjadi sebagian dekomposisi pada temperatur ini, gliserol didistilasi
pada tekanan yang direduksi. Gliserol anhidrat sangat bersifat higroskopis
dan mampu menyerap air sekitar 50 % dari berat gliserol itu sendiri. Gliserol
larut dalam air, alkohol, dan fenol, tetapi tidak larut pada hidrokarbon
(Fessenden, 1986).
Gliserol membentuk beberapa sistem biner, azeotrop dan nonazeotrop, dan campuran tersier dengan air dan etil alkohol, yang sangat
berguna untuk distilasi etanol anhidrat. Gliserol juga memiliki kemampuan
melarutkan yang baik.
Secara kimia, gliserol dikarakterisasikan dengan adanya dua gugus
hidroksil primer dan satu gugus hidroksil sekunder, yang berbentuk simetris
seperti pada Gambar 2.1
Gliserol terdapat pada semua minyak dan lemak dari hewan dan
tumbuhan. Biasanya gliserol jarang ditemukan dalam bentuk bebas pada
lemak tersebut, namun biasanya terdapat dalam bentuk trigliserid yang
bergabung dengan asam lemak seperti stearat, oleat, palmitat, dan laurat.
Lemak ini merupakan gabungan dari gliserid dari asam lemak yang berbedabeda. Minyak kelapa, palem, dan zaitun menghasilkan jumlah gliserol yang
lebih tinggi dibandingkan lemak dari gemuk ataupun babi. Gliserol juga
terdapat dalam bentuk trigleserid pada semua sel hewan dan tumbuhan pada
lipid seperti lecitin dan sepalin.
Sebagian besar jumlah gliserol yang diproduksi belakangan ini
merupakan produk samping dari pembuatan sabun dan asam lemak, baik
dengan saponifikasi ataupun hidrolisis. Selain itu gliserol ini juga merupakan
produk samping dari pembuatan biodiesel. Gliserol juga dapat diperoleh
melalui proses fermentasi dari beberapa jenis gula. Namun gliserol yang
diperoleh dari proses fermentasi ini mempunyai kualitas yang rendah. Proses
fermentasi untuk menghasilkan gliserol ini tidak pernah digunakan, kecuali
untuk skala laboratorium.
Pada proses saponifikasi, lemak direaksikan dengan kaustik soda dan
garam. Asam lemak yang terdapat pada lemak akan bergabung dangan
kaustik soda dan membentuk sabun, sedangkan gliserol yang terdapat pada
lemak akan berada pada larutan garam. Gliserol yang mengandung cairan ini
dikenal sebagai spent lye atau air sisa pencucian, yang merupakan sumber
gliserol yang sangat penting.
Cara lain untuk mendapatkan gliserol adalah dengan hidrolisis lemak,
yaitu suatu proses yang biasa disebut fat splitting. Pada proses ini lemak
dipisahkan menjadi gliserol dan asam lemak melalui proses hidrolisis pada
temperatur dan tekanan yang ditingkatkan. Gliserol terlarut ini dikenal
sebagai glycerin sweet water. Cara selanjutnya adalah dengan proses fat
splitting pada tekanan rendah dengan bantuan katalis Twitchell, seperti asam
naftalenstearosulfonik.
Gliserol
mempunyai
banyak
kegunaan,
diantaranya
untuk
sebagai pelunak pada plastik, sebagai minyak rem, dan sebagai antifreeze.
Gliserol juga digunakan dalam pembuatan nitrogliserin yang dapat digunakan
sebagai bahan peledak. Sekitar sepertiga dari jumlah gliserol digunakan untuk
pelapis resin alkid. Gliserol juga dapat dimanfaatkan sebagai penstabil pada
industri makanan dan kosmetik dalam bentuk mono- dan digliserida, serta
digunakan dalam pembuatan pasta gigi, obat perawatan kulit, obat kumur,
dan lain-lain.
2.2
rumit,
tergantung
: 251 oC
: 0,952 gr/cm3
2.2.2 Air
Air mempunyai sifat-sifat, antara lain:
1. Sifat fisis air
Rumus molekul
: H2O
Berat molekul
: 18 kg/kmol
Kenampakan
: 0oC
: 220,60 Bar
Spesifikasi Produk
: 280,45
2. Spesifik gravity
: 0,895
:16,3 oC
: 360 oC
8. Tidak berwarna
Sifat Kimia
1. Rumus molekul
: C18H34O2
2. Bilangan asam
: 280,1
2.3.2
: C12H24O2
4. Titik beku
: 44-46 oC
5. Titik didih
6. Densitas
7. Tekanan uap
8. Tekanan kritis
: 6,91
9. Titik flash
: 200,23 kg/mol
: 279-282
: 0,2 maks
: C3H5(OH)3
Berat molekul
: 92 kg/kmol
Titik didih
: 290 oC
Titik lebur
: 17,9 oC
Deskripsi Proses
Bahan baku yang digunakan dalam proses ini adalah Palm Kernel Oil
(PKO) yang merupakan produk hasil pengolahan kelapa sawit. PKO dipompa
dengan menggunakan pompa P-102 menuju heater E-102 untuk dipanaskan
dari suhu 27oC menjadi suhu 90oC. Dan pure water dengan mengunakan
pompa P-101 dilewatkan ke dalam heater agar dipanaskan dari suhu air 29oC
menjadi suhu 90oC. PKO dari heater akan menggunakan pompa P-104
dialirkan ke bagian bawah kolom splitting (C-110) sementara air akan
dipompa oleh P-103 menuju ke bagian atas kolom splitting (C-110). Di
kolom splitting (C-110) terjadi proses pemecahan gugus alkil dalam
trigliserida (PKO) dengan air menjadi PKO-FA (asam lemak) dan gliserol
(11,7 %). Proses ini berlangsung pada suhu 255oC dan tekanan 54 Bar.
Pada bagian bawah kolom splitting gliserol dialirkan menuju Flash
Tank I (FT-110). Pada tangki ini terjadi penguapan air yang terkandung
dalam gliserol sehingga gliserol yang keluar akan memiliki kadar 12 %.
Proses ini berlangsung pada suhu 120oC dan tekanan 0,5 atm. Pada bagian
atas kolom splitting dialirkan PKO-FA menuju Flash Tank II (FT-120). Pada
tangki ini terjadi penguapan air yang terkandung dalam PKO-FA sehingga
kadar air pada PKO-FA akan berkurang. Proses ini berlangsung pada suhu
120oC dan tekanan 0,5 atm.
Gliserol 12 % yang dihasilkan akan dialirkan menuju tangki
penyimpanan dan sebelumnya kan dilewatkan pada Cooler I (E-104)
sehingga gliserol didinginkan dari suhu 120oC menjadi suhu 30oC.
Selanjutnya gliserol dialirkan ke tangki penyimpanan (T-103) PKOFA dari FT-120 akan dialirkan menuju Tangki Intermediate (T-110) untuk
ditampung sementara.