Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES


2.1
Minyak Kelapa Sawit
2.1.1 Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis) berasal dari Guinea di
pesisir Afrika Barat, kemudian diperkenalkan ke bagian Afrika lainnya, Asia
Tenggara dan Amerika Latin sepanjang garis equator .Kelapa sawit tumbuh
baik pada daerah iklim tropis, dengan suhu antara 24oC 32oC dengan
kelembaban yang tinggi dan curah hujan 200 mm per tahun. Kelapa sawit
mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang dilapisi kulit
yang tipis. Kandungan minyak dalam perikarp sekitar 30% 40%. Kelapa
sawit menghasilkan dua macam minyak yang sangat berlainan sifatnya, yaitu:
1. Minyak sawit (CPO), yaitu minyak yang berasal dari sabut kelapa sawit
2. Minyak inti sawit (CPKO), yaitu minyak yang berasal dari inti kelapa
sawit.
Pada umumnya minyak sawit mengandung lebih banyak asam-asam
palmitat, oleat dan linoleat jika dibandingkan dengan minyak inti sawit.
Minyak sawit merupakan gliserida yang terdiri dari berbagai asam lemak,
sehingga titik lebur dari gliserida tersebut tergantung pada kejenuhan asam
lemaknya. Semakin jenuh asam lemaknya semakin tinggi titik lebur dari
minyak sawit tersebut. Minyak sawit dapat dipergunakan dalam industri
melalui proses penyulingan, penjernihan dan penghilangan bau atau RBDPO
(Refined Bleached and Deodrized Bleached Palm Oil).
Di samping itu, CPO dapat diuraikan untuk produksi minyak sawit
padat (RBD Stearin) dan untuk produksi minyak sawit cair (RBD Olein).
RBD olein terutama digunakan untuk pembuatan minyak goreng. Sedangkan
RBD Stearin terutama digunakan untuk pembuatan margarin atau shortening,
disamping itu juga untuk bahan baku industri sabun dan deterjen (Hantoro,
2009).

Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Komponen-komponen pada Minyak Kelapa Sawit


Komponen penyusun minyak sawit terdiri dari trigliserida dan non
trigliserida. Asam asam lemak penyusun trigliserida terdiri dari asam lemak
jenuh dan asam lemak tak jenuh.
a. Komponen Trigliserida
Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak pada PKO dan CPO
Asam lemak

Rumus
Molekul

Asam Kaprilat
C8H16O2
Asam Kaproat
C10H20O2
Asam Laurat
C12H24O2
Asam Miristat
C14H28O2
Asam Palmitat
C16H32O2
Asam Stearat
C18H36O2
Asam Oleat
C18H34O2
Asam Linoleat
C18H32O2
(Sumber : Bailey,1989)

Minyak Kelapa
Sawit ( % )
1,1-2,5
40-46
3,6-4,7
39-45
7-11

Minyak Inti
Sawit ( % )
PKO
3-4
3-7
46-52
14-17
6,5-9
1-2,5
13-19
0,5-2

b. Komponen non-trigliserida
Komponen non-trigliserida ini merupakan komponen yang menyebabkan
rasa, aroma dan warna kurang baik. Kandungan minyak sawit yang terdapat
dalam jumlah sedikit ini, sering memegang peranan penting dalam
menentukan mutu minyak.
2.1.3 Minyak dan Lemak
Minyak adalah substansi dari tumbuhan dan hewan yang terdiri dari
ester gliseril dari asam lemak atau trigliserida yang tidak dapat larut dalam
air. Trigliserida dapat berwujud padat maupun cair, hal ini tergantung dari
komposisi asam lemak yang menyusunnya. Dalam pemakaian secara umum,
trigliserida yang berbentuk padat atau semipadat pada suhu ruangan disebut
dengan lemaksedangkan yang berbentuk cair pada kondisi yang sama
dikenal dengan minyak. Menurut Bailey (1950), proses pembuatan asam
lemak dari minyak dapat dilakukan dengan cara hidrolisa. Pada proses
hidrolisa minyak (fat splitting), air memecah gugus alkil dalam trigliserida
minyak dan gliserol berdasarkan persamaan reaksi:

Universitas Sumatera Utara

O
CH2 - O - C - R1
O
CH - O - C - R2
O
CH2 - O - C - R3

R1COOH
+

Trigliserida

3H2O

R2COOH

CH2OH
+

R3COOH

Air

Asam Lemak

CHOH
CH2OH

Gliserol

Reaksi hidrolisis minyak dapat dilakukan pada tekanan rendah dan


suhu rendah (Agra dan Warnijati, 1972), akan tetapi reaksinya berlangsung
lambat, sehingga diperlukan katalisator. Katalisator tidak diperlukan jika
hidrolisis dilakukan pada tekanan dan suhu tinggi, hal ini disebabkan
kelarutan air dalam minyak makin meningkat pada suhu yang tinggi sehingga
mampu memecah trigliserida dalam minyak (Groggins, 1958). Proses
pengolahan minyak menjadi asam lemak secara garis besar tahapannya
adalah sebagai berikut:
a. Pemurnian minyak
Caranya dengan membebaskan fosfatida dengan asam fosfat lalu pencucian
untuk menghilangkan kelebihan asam fosfat. Perlu dipergunakan tanah aktif
untuk menyerap logam berat dan menghilangkan kotoran seperti getah (gum),
sabun dan padatan. Untuk bahan olah minyak sawit, minyak inti sawit, dan
minyak stearin sawit tahapan ini sudah tidak diperlukan karena biasanya
sudah diolah di daerah penghasil.
b. Minyak yang sudah dibersihkan kemudian diuraikan menjadi asam lemak
dan gliserol dengan menambahkan air yang sudah di demineralisasi (proses
hidrolisa).

2.1.4. Asam Lemak (Fatty Acid)


Asam lemak merupakan senyawa turunan asam karboksilat yang
diperoleh dari proses hidrolisa lemak (ester trigliserida). Asam lemak
bersama-sama dengan gliserol, merupakan penyusun utama minyak nabati
atau lemak dan merupakan bahan baku untuk semua lipida pada makhluk
hidup. Asam ini mudah dijumpai dalam minyak masak (goreng), margarin,
atau lemak hewan dan menentukan nilai gizinya. Secara alami, asam lemak
bisa berbentuk bebas (karena lemak yang terhidrolisis) maupun terikat

Universitas Sumatera Utara

sebagai gliserida. Asam lemak merupakan salah satu basic oleochemical.


Berdasarkan jumlah atom hidrogen yang terikat kepada atom karbon, maka
asam lemak dapat dibedakan atas :
1. Asam lemak jenuh
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak dimana dua atom hidrogen
terikat pada satu atom karbon. Dikatakan jenuh karena atom karbon telah
mengikat hydrogen secara maksimal.
2. Asam lemak tak jenuh
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang memiliki ikatan
rangkap. Dalam hal ini, atom karbon belum mengikat atom hidrogen secara
maksimal karena adanya ikatan rangkap. Lemak yang mengandung satu saja
asam lemak tak jenuh disebut lemah jenuh. Asam lemak jenuh maupun
asam lemak tak jenuh berbeda dalam energi yang dikandungnya dan titik
leburnya. Karena asam lemak tak jenuh mengandung ikatan carbonhidrogen
yang lebih sedikit dibandingkan dengan asam lemak jenuh pada jumlah atom
karbon yang sama, asam lemak tak jenuh memiliki energi yang lebih sedikit
selama proses metabolisme daripada asam lemak jenuh pada keadaan dimana
jumlah atom karbon sama. Asam lemak jenuh dapat tersusun dalam susunan
yang rapat, sehingga asam lemak jenuh dapat dibekukan dengan mudah dan
berwujud padatan pada temperatur ruangan. Tetapi ikatan rangkap yang kaku
dalam lemak tak jenuh mengubah kimia dari lemak. Asam lemak dengan C
lebih dari 12 tidak dapat larut pada air panas maupun air dingin. Asam lemak
dari C4, C6, C8 dan C10 dapat menguap sedangkan asam lemak C12 dan C14
sedikit menguap. Garam-garam dari asam lemak yang mempunyai berat
molekul rendah dan tak jenuh lebih larut dalam alkohol daripada asam-asam
lemak yang mempunyai berat molekul tinggi dan jenuh (Winarno, 1997).

2.1.5. Macam macam Hidrolisa dan Fraksinasi


A. Proses Hidrolisa minyak (fat splitting)
Proses Hidrolisa minyak (fat splitting), yang saat ini dikenal ada tiga
macam cara yaitu:
a. Twitchell

Universitas Sumatera Utara

Cara ini yang paling tua dalam fat splitting. Splitting dilakukan pada
tangki terbuat dari logam monel yang dioperasikan secara batch dengan
kondisi operasi pada suhu 100-105C dan tekanan atmosferik. Minyak dicuci
terlebih dulu dengan asam kemudian bersama-sama air (20-25% dari berat
minyak) dan katalis (0,1-1,25% dari berat minyak) diumpankan ke dalam
tangki. Katalis (reagent twitchell) yang digunakan adalah asam-asam alkilaril sulfonat atau asam-asam sikloalifatik sulfonat. Hidrolisis dilakukan
dengan menggunakan steam selama 12-48 jam. Pada cara ini dapat diperoleh
konversi sebesar 85- 98%.
b. Autoclave fat splitting
Splitting menggunakan autoklave merupakan proses komersial dalam
pengolahan minyak menjadi asam lemak. Cara ini dilakukan tanpa
menggunakan katalis didalam reaktor autoclave yang dioperasikan secara
kontinyu dengan terbuat dari stainless steel. Kondisi operasi pada suhu 240250C dan tekanan 28-30 atm selama 1-3 jam. Minyak dan air (30-60% berat
minyak) bersama-sama dialirkan ke dalam reaktor kemudian dibiarkan
bereaksi dan dapat diperoleh konversi sebesar 95-98%.

c. Colgate-emery
Cara ini merupakan metode yang baru tetapi beresiko tinggi dan perlu
investasi peralatan yang besar serta skill dan pengalaman yang tinggi untuk
mengoperasikannya. Cara ini dilakukan dengan menggunakan reaktor yang
terbuat dari stainless-steel dan dioperasikan secara kontinyu pada suhu 250260C dan tekanan 45-50 atm selama 1-2 jam. Cara ini dilakukan tanpa
menggunakan katalis dengan konversi yang diperoleh 97-99%.

B. Proses Fraksinasi Asam Lemak


Metode fraksinasi merupakan suatu proses yang menghasilkan Asam
Miristat dan Asam Laurat (Blanded C12-C14) dan Asam Oleat (C18) dengan
cara pemisahan asam lemak menjadi komponen-komponen asam lemak
ringan yang kemudian akan dipisahkan lagi untuk mendapatkan hasil akhir
yaitu asam Oleat. Proses fraksinasi ini terbagi dalam 4 cara . yaitu:

Universitas Sumatera Utara

a. Proses Fraksinasi Kering (Winterization)


Fraksinasi kering adalah suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada
berat molekul dan komposisi dari suatu material. Proses ini lebih murah
dibandingkan dengan proses yang lain, namun hasil kemurnian fraksinasinya
rendah.
b. Proses Fraksinasi Basah (Wet Fractination)
Fraksinasi basah adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan zat
pembasah (Wetting Agent) atau disebut juga proses Hydrophilization atau
detergent proses. Hasil fraksi dari proses ini sama dengan proses fraksinasi
kering.
c.

Proses Fraksinasi dengan menggunakan Solvent (pelarut)/ Solvent


Fractionation
Ini adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan pelarut. Dimana

pelarut yang digunakan adalah aseton. Proses fraksinasi ini lebih mahal
dibandingkan dengan proses fraksinasi lainnya karena menggunakan bahan
pelarut.
d. Proses Fraksinasi dengan Pengembunan (Fractional Condentation)
Proses fraksinasi ini merupakan suatu proses fraksinasi yang didasarkan
pada titik didih dari suatu zat / bahan sehingga dihasilkan suatu produk
dengan kemurnian yang tinggi. Fraksinasi pengembunan ini membutuhkan
biaya yang cukup tinggi namun proses produksi lebih cepat dan
kemurniannya lebih tinggi

2.1.6 Asam Oleat


Asam oleat dapat dihasilkan dari fraksinasi asam lemak yang
diperoleh dari proses pengubahan minyak menjadi asam lemak. Asam oleat
dapat dihasilkan dari fraksinasi asam lemak yang diperoleh dari hidrolisis
lemak. Dalam industri asam oleat banyak digunakan sebagai surface active,
emulsifier, dan dalam produk-produk kosmetika. Kegunaan produk ini (asam
oleat) adalah sebagai berikut :
a. industri minuman, seperti pembuatan susu;
b. industri sabun dan detergen;

Universitas Sumatera Utara

c. industri kosmetik;
d. industri minyak goring, dan
e. industri bahan makanan.

2.1.7 Gliserol
Gliserol atau propana-1,2,3-triol merupakan suatu senyawa dengan
rumus HOCH2CH(OH)CH2OH dengan berat molekul 92,02. Gliserol tidak
berwarna, tidak berbau, bersifat kental, dan merupakan cairan higroskopis
dengan rasa yang manis. Gliserol mempunyai tiga gugus hidroksil alkohol
hidropilik yang menyebabkan gliserol larut dalam air dan mempunyai sifat
yang higroskopis. Gliserol mempunyai tegangan permukaan 64.000 mN/m
pada 20C dan memiliki koefisien temperatur -0.0598 mN/(m K). Gliserol
mempunyai titik leleh 18oC dan titik didih 290oC pada tekanan atmosfer.
Karena terjadi sebagian dekomposisi pada temperatur ini, gliserol didistilasi
pada tekanan yang direduksi. Gliserol anhidrat sangat bersifat higroskopis
dan mampu menyerap air sekitar 50 % dari berat gliserol itu sendiri. Gliserol
larut dalam air, alkohol, dan fenol, tetapi tidak larut pada hidrokarbon
(Fessenden, 1986).
Gliserol membentuk beberapa sistem biner, azeotrop dan nonazeotrop, dan campuran tersier dengan air dan etil alkohol, yang sangat
berguna untuk distilasi etanol anhidrat. Gliserol juga memiliki kemampuan
melarutkan yang baik.
Secara kimia, gliserol dikarakterisasikan dengan adanya dua gugus
hidroksil primer dan satu gugus hidroksil sekunder, yang berbentuk simetris
seperti pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Struktur gliserol

Universitas Sumatera Utara

Gliserol terdapat pada semua minyak dan lemak dari hewan dan
tumbuhan. Biasanya gliserol jarang ditemukan dalam bentuk bebas pada
lemak tersebut, namun biasanya terdapat dalam bentuk trigliserid yang
bergabung dengan asam lemak seperti stearat, oleat, palmitat, dan laurat.
Lemak ini merupakan gabungan dari gliserid dari asam lemak yang berbedabeda. Minyak kelapa, palem, dan zaitun menghasilkan jumlah gliserol yang
lebih tinggi dibandingkan lemak dari gemuk ataupun babi. Gliserol juga
terdapat dalam bentuk trigleserid pada semua sel hewan dan tumbuhan pada
lipid seperti lecitin dan sepalin.
Sebagian besar jumlah gliserol yang diproduksi belakangan ini
merupakan produk samping dari pembuatan sabun dan asam lemak, baik
dengan saponifikasi ataupun hidrolisis. Selain itu gliserol ini juga merupakan
produk samping dari pembuatan biodiesel. Gliserol juga dapat diperoleh
melalui proses fermentasi dari beberapa jenis gula. Namun gliserol yang
diperoleh dari proses fermentasi ini mempunyai kualitas yang rendah. Proses
fermentasi untuk menghasilkan gliserol ini tidak pernah digunakan, kecuali
untuk skala laboratorium.
Pada proses saponifikasi, lemak direaksikan dengan kaustik soda dan
garam. Asam lemak yang terdapat pada lemak akan bergabung dangan
kaustik soda dan membentuk sabun, sedangkan gliserol yang terdapat pada
lemak akan berada pada larutan garam. Gliserol yang mengandung cairan ini
dikenal sebagai spent lye atau air sisa pencucian, yang merupakan sumber
gliserol yang sangat penting.
Cara lain untuk mendapatkan gliserol adalah dengan hidrolisis lemak,
yaitu suatu proses yang biasa disebut fat splitting. Pada proses ini lemak
dipisahkan menjadi gliserol dan asam lemak melalui proses hidrolisis pada
temperatur dan tekanan yang ditingkatkan. Gliserol terlarut ini dikenal
sebagai glycerin sweet water. Cara selanjutnya adalah dengan proses fat
splitting pada tekanan rendah dengan bantuan katalis Twitchell, seperti asam
naftalenstearosulfonik.
Gliserol

mempunyai

banyak

kegunaan,

diantaranya

untuk

mengawetkan makanan, pemberi rasa manis pada makanan (pengganti gula),

Universitas Sumatera Utara

sebagai pelunak pada plastik, sebagai minyak rem, dan sebagai antifreeze.
Gliserol juga digunakan dalam pembuatan nitrogliserin yang dapat digunakan
sebagai bahan peledak. Sekitar sepertiga dari jumlah gliserol digunakan untuk
pelapis resin alkid. Gliserol juga dapat dimanfaatkan sebagai penstabil pada
industri makanan dan kosmetik dalam bentuk mono- dan digliserida, serta
digunakan dalam pembuatan pasta gigi, obat perawatan kulit, obat kumur,
dan lain-lain.
2.2

Spesifikasi Bahan Baku


Bahan baku utama dari proses pembuatan asam lemak blanded C12C14 dan asam oleat ini adalah Palm Kernel Oil (PKO) yang diperoleh dari
proses pengolahan minyak inti sawit. Bahan baku pendukung yang digunakan
yaitu bahan baku pendukung untuk proses hidrolisa Palm Kernel Oil
menghasilkan asam lemak dan gliserol. Bahan baku pendukung untuk proses
hidrolisa Palm Kernel Oil adalah air dan steam.

2.2.1 Minyak Inti Sawit/ PKO (Palm Kernel Oil)


Merupakan buah tanaman kelapa sawit yang telah dipisahkan dari
daging buah dan tempurungnya serta selanjutnya dikeringkan. Kandungan
minyak yang terkandung di dalam inti sekitar 50 % dan kadar FFA-nya
sekitar 5 %. Proses pemecahan/ekstraksi inti sawit akan menghasilkan palm
kernel meal (bungkil) dan palm kernel oil (minyak inti sawit). Melalui cara
yang hampir sama dengan pemecahan kedelai, menghasilkan meal dan
minyak

.Palm kernel oil pengolahannya sedikit

rumit,

tergantung

penggunaannya. Berupa minyak putih kekuning-kuningan yang diperoleh


dari proses ekstraksi inti buah tanaman kelapa sawit.
Adapun sifat-sifat fisika PKO (Palm Kernel Oil), adalah :
1. Titik didih : 251 oC
2. Titik nyala : 242 oC
3. Titik leleh : 25 oC
4. Titik api

: 251 oC

5. Titik asap : 450 oF


6. Density

: 0,952 gr/cm3

Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Air
Air mempunyai sifat-sifat, antara lain:
1. Sifat fisis air
Rumus molekul

: H2O

Berat molekul

: 18 kg/kmol

Kenampakan

: Cairan tak berwarna

Titik didih (1 atm) : 100 oC


Titik beku

: 0oC

Densitas (50 oC) : 1.000 kg/m3


Temperatur kritis : 647,2 K
Tekanan kritis

: 220,60 Bar

2. Sifat kimia Air


Air bersifat normal pada pH 7, merupakan reagent penghidrolisa pada
proses hidrolisa.
2.3

Spesifikasi Produk

2.3.1 Sifat sifat Asam Oleat


Sifat-sifat fisika dan kimia asam oleat adalah sebagai berikut :
Sifat Fisika
1. Berat molekul (kg/mol)

: 280,45

2. Spesifik gravity

: 0,895

3. Melting point (0 oC)

:16,3 oC

4. Boiling point (0 oC)

: 360 oC

5. Tidak larut dalam air


6. Mudah terhidrogenasi
7.

Merupakan asam lemak tak jenuh

8. Tidak berwarna
Sifat Kimia
1. Rumus molekul

: C18H34O2

2. Bilangan asam

: 280,1

3. Larut dalam pelarut organik seperti alkohol

Universitas Sumatera Utara

2.3.2

Sifat sifat Asam Laurat


Sifat-sifat fisika dan kimia asam laurat adalah Sifat fisika:
1. Berwarna putih
2. Berbentuk padatan pada suhu ruangan dengan bau yang khas
3. Rumus molekul

: C12H24O2

4. Titik beku

: 44-46 oC

5. Titik didih

: 225 oC pada tekanan 100mmHg

6. Densitas

: 0,883 pada suhu 50 oC

7. Tekanan uap

: 1mmHg pada suhu 1210C

8. Tekanan kritis

: 6,91

9. Titik flash

: > 1130C (>235 oF)

10. berat molekul

: 200,23 kg/mol

11. Bilangan asam

: 279-282

12. Bilangan iodine

: 0,2 maks

13. Stabil, dapat terbakar


Sifat kimia:
1. Tidak larut dalam air
2. Larut dalam pelarut organik seperti alkohol

2.3.3. Sifat-sifat Gliserol


Gliserol mempunyai sifat-sifat, antara lain:
1. Sifat fisis gliserol
Rumus molekul

: C3H5(OH)3

Berat molekul

: 92 kg/kmol

Titik didih

: 290 oC

Titik lebur

: 17,9 oC

Densitas, (pada 50 oC, 1 atm) : 1.014 kg/m3


2. Sifat kimia gliserol
Mutu gliserol yang dihasilkan dari hidrolisa minyak sawit berkadar
12% dan memiliki pH berkisar 4-5. Rendahnya pH gliserin ini disebabkan
asam lemak terlarut dalam jumlah yang sedikit pada gliserol. Asam lemak
dapat terlarut pada gliserol pada suhu dan tekanan proses hidrolisa.

Universitas Sumatera Utara

2.3.3 Pemilihan Proses


Pada pra rancangan pabrik pembuatan Blanded C12-C14 dan asam
Oleat dari Palm Kernel Oil ini, proses yang dipilih adalah proses fraksinasi
pengembunan dengan pertimbangan kecepatan produksi, kemurnian yang
tinggi dan konsumsi energi yang rendah (Feld and Hanh GMBH,1998).
2.4

Deskripsi Proses
Bahan baku yang digunakan dalam proses ini adalah Palm Kernel Oil
(PKO) yang merupakan produk hasil pengolahan kelapa sawit. PKO dipompa
dengan menggunakan pompa P-102 menuju heater E-102 untuk dipanaskan
dari suhu 27oC menjadi suhu 90oC. Dan pure water dengan mengunakan
pompa P-101 dilewatkan ke dalam heater agar dipanaskan dari suhu air 29oC
menjadi suhu 90oC. PKO dari heater akan menggunakan pompa P-104
dialirkan ke bagian bawah kolom splitting (C-110) sementara air akan
dipompa oleh P-103 menuju ke bagian atas kolom splitting (C-110). Di
kolom splitting (C-110) terjadi proses pemecahan gugus alkil dalam
trigliserida (PKO) dengan air menjadi PKO-FA (asam lemak) dan gliserol
(11,7 %). Proses ini berlangsung pada suhu 255oC dan tekanan 54 Bar.
Pada bagian bawah kolom splitting gliserol dialirkan menuju Flash
Tank I (FT-110). Pada tangki ini terjadi penguapan air yang terkandung
dalam gliserol sehingga gliserol yang keluar akan memiliki kadar 12 %.
Proses ini berlangsung pada suhu 120oC dan tekanan 0,5 atm. Pada bagian
atas kolom splitting dialirkan PKO-FA menuju Flash Tank II (FT-120). Pada
tangki ini terjadi penguapan air yang terkandung dalam PKO-FA sehingga
kadar air pada PKO-FA akan berkurang. Proses ini berlangsung pada suhu
120oC dan tekanan 0,5 atm.
Gliserol 12 % yang dihasilkan akan dialirkan menuju tangki
penyimpanan dan sebelumnya kan dilewatkan pada Cooler I (E-104)
sehingga gliserol didinginkan dari suhu 120oC menjadi suhu 30oC.
Selanjutnya gliserol dialirkan ke tangki penyimpanan (T-103) PKOFA dari FT-120 akan dialirkan menuju Tangki Intermediate (T-110) untuk
ditampung sementara.

Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya dari tangki intermediet akan dipompa dengan P-106


menuju dryer (D-210). Pada dryer terjadi proses penghilangan air. Proses ini
berlangsung pada 20 Kpa dan 150oC. Selanjutnya PKO-FA akan keluar dan
dialirkan ke heater (E-201) untuk menaikkan suhu sampai 202oC dan
selanjutnya dipompa dengan P-202 ke kolom Fraksinasi I.
Pemisahan atau fraksinasi adalah suatu proses yang mengubah fatty
acid menjadi kombinasi tunggal dalam proes ini berdasarkan persen berat.
Proses ini bertujuan untuk memisahkan suatu campuran bahan guna
mendapatkan zat asalnya, dimana fraksi-fraksinya didasarkan perbedaan titik
didihnya (berat atom).Unit fraksinasi terdiri dari 4 kolom fraksinasi. Pada
proses fraksinasi, kondisi temperatur dan kolom divakumkan sesuai dengan
jenis produk yang diinginkan.
Di dalam kolom fraksinasi I (C-210) terdapat struktur packing, pada
kolom ini dihasilkan blanded C8-C10 (99,95 %) akan dilewatkan di bagian
atas kolom dan didinginkan dengan kondensor E-211 dan Cooler E-212
sebelum disimpan pada T-201. Proses ini berlangsung pada 42,055 torr dan
202oC. Dari bagian bawah kolom fraksinasi I PKO-FA destilat (C10-C20)
kemudian dialirkan ke reboiler E-213. Pada reboiler PKO-FA akan direcycle
dan dialirkan ke kolom fraksinasi II.
Di dalam kolom fraksinasi II (C-220) dihasilkan blanded C12-C14
(99,9329 %) akan dilewatkan di bagian atas kolom dan didinginkan dengan
kondensor E-221 dan Cooler E-222 sebelum disimpan pada T-202. Proses ini
berlangsung pada 35,8 torr dan 210oC. Dari bagian bawah kolom fraksinasi II
PKO-FA destilat (C14-C20) kemudian dialirkan ke reboiler E-223. Pada
reboiler PKO-FA akan direcycle dan dialirkan ke kolom fraksinasi III.
Di dalam kolom fraksinasi III (C-230) dihasilkan blanded C16-C18
(99,9238%) akan dilewatkan di bagian atas kolom dan didinginkan dengan
kondensor E-231 dan Cooler E-232 sebelum disimpan pada T-203. Proses ini
berlangsung pada 29,766 torr dan 245oC. Dari bagian bawah kolom fraksinasi
III PKO-FA destilat (C18-C20) kemudian dialirkan ke reboiler E-233. Pada
reboiler PKO-FA akan direcycle dan dialirkan ke kolom fraksinasi IV.

Universitas Sumatera Utara

Di dalam kolom fraksinasi IV (C-230) ini dihasilkan asam oleat


(80,5336 %) sebagai produk utama yang akan dilewatkan di bagian atas
kolom dan didinginkan dengan kondensor E-241 dan Cooler E-242 sebelum
disimpan pada T-204. Proses ini berlangsung pada 24,65 torr dan 245oC. Dari
bagian bawah kolom fraksinasi IV PKO-FA destilat (C18-C20) dimana pada
destilat ini terkandung kadar C20 (15,7335 %), akan dilewatkan pada cooler
E-244 dan selanjunya akan disimpan dalam tangki penyimpanan T-105.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai