Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. DEFINISI
Pengertian keluarga akan berbeda-beda. Hal ini bergantung pada orientasi yang digunakan
dan orang yang mendefinisikannya. Marilyn M. Friedman (1998) mendefinisikan bahwa
keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan
ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
Menurut UU No. 10 1992, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Definisi lain keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota
keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (BKKBN 1999, cit Setyowati 2008).
B. CIRI-CIRI KELUARGA
7. Interaksi
8. Tinggal dalam suatu rumah
C. STRUKTUR KELUARGA
1. Struktur peran keluarga, formal dan informal
2. Nilai/ norma keluarga, norma yg diyakini oleh keluarga. Berhubungan
dengankesehatan
3. Pola komunikasi keluarga, bagaimana komunikasi orangtua anak, ayah
ibu, & anggota lain
4. Struktur
kekuatan Keluarga,
kemampuan Mempengaruhi
dan
E. TIPE KELUARGA
Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi dua, yaitu: (Suprajitno, 2004)
1. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang
masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).
Namun,
dengan
berkembangnya
peran
individu
dan
meningkatnya
rasa
5. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the
single adult living alone). Kecendrungan di Indonesia juga meningkat dengan dalih tidak mau
direpotkan dengan pasangan atau anaknya kelak jika menikah.
6. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital heterosexual cohabiting
family).
7. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (guy and lesbian family).
F. FUNGSI KELUARGA
Friedman (1998) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai berikut:
1. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function)
adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi
dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan/ pemeliharaan kesehatan (the health care function). Keluarga juga
berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk
mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.
Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan
keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari
tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan (Setyowati, 2008).
perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi
pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan
tindakan untuk pertolongan pertama.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
H. TUGAS
PERKEMBANGAN
SESUAI
DENGAN
TAHAP
PERKEMBANGAN (DUVAL)
(SOCIOLOGICAL PERSPECTIVE)
1. Keluarga baru menikah
sosial
I. KELOMPOK KELUARGA
DI
INDONESIA BERDASARKAN
SOSIAL
Indikator : ibadah sesuai agama, makan 2 kali sehari, pakaian berbeda tiap
keperluan, lantai bukan tanah, kesehatan : anak sakit, ber-KB, dibawa
kesarana kesehatan
3. Keluarga Sejahtera II (KS II)
Indikator : belum dapat menabung, ibadah (anggota keluarga ) sesuai agama,
makan 2 kali sehari, pakaian berbeda, lantai bukan tanah, kesehatan (idem),
daging/ telur minimal 1 kali seminggu, Pakaian baru setahun sekali, Luas lantai
8m2 per orang, Sehat 3 bulan terakhir, Anggota yang berumur 15 tahun keatas
punya penghasilan tetap, Umur 10, 60 tahun dapat baca tulis, Umur 7-15 tahun
bersekolah, Anak hidup 2/lebih, keluarga PUS saat ini berkontrasepsi.
4. Keluarga Sejahtera III (KS III)
Indikator : belum berkontribusi pada masyarakat, ibadah sesuai agama,
pakaian berbeda tiap keperluan, lantai bukan tanah, kesehatan idem, anggota
melaksanakan ibadah, daging / telur seminggu sekali, memperoleh pakaian
baru dalam satu tahun terakhir, luas lantai 8 m2 perorang, anggota keluarga
sehat dalam 3 bulan terakhir, keluarga berumur 15 th punya penghasilan
tetap, baca tulis latin 10 60 th,usia 7-15 bersekolah, anak hidup 2/ lebih,
pus
saat
ini
ber
kb, upaya
meningk
agama, keluarga
punya
ada
anggota
umur
15
tahun
berpenghasilan
tetap, Anak sakit/pus ingin kb tak mampu ke yankes, Anak 7-15 tahun tak
berekolah
J. KELUARGA SEBAGAI SISTEM
perkembangan
selama
anak
mengembangkan
: 2 5 tahun
2. Usia sekolah
: 6 12 tahun
: 13 - 18 tahun
Usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti perintah dan lebih dipengaruhi
oleh teman sebaya dari pada orang tua ataupun anggota keluarga lainnya
b. Usia tidak rapi karena anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam penampilan
c.
Usia bertengkar karena banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan membuat suasana
rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga
2. Label yang digunakan pendidik/guru
a.
Usia sekolah dasar : anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap
penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari
perbagai ketrampilan penting tertentu baik kurikuler maupu ekstrakurikuler
b. Periode kritis dalam berprestasi : anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak
sukses, atau sangat sukses yang cenderung menetap sampai dewasa
3. Label yang digunakan oleh ahli psikologi
a.
Usia berkelompok : perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman
sebaya sebagai anggota kelompok
b. Usia penyesuaian diri : anak ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui oleh
kelompok dalam penampilan, berbicara dan berperilaku
c.
Usia kreatif :suatu masa yang akan menentukan apakah anak akan menjadi konformis
(pencipta karya baru) atau tidak
d. Usia bermain : suatu masa yang mempunyai keinginan bermain yang sangat besar karena
adanya minat dan kegiatan untuk bermain
D. PERKEMBANGAN FISIK
1. Tinggi dan berat badan
Laju pertumbuhan selama tahun sekolah awal lebih lambat dari
pada setelah lahir tetapi, meningkat secara terus menerus. Pada anak
tertentu mungkin tidak mengikuti pola secara tepat. Anak usia sekolah lebih
langsing dari pada anak usia prasekolah, sebagai akibat perubahan
distribusi dan kekebalan lemak (Edelmen dan Mandle, 1994)
Sekolah memberi peluang pada anak untuk membandingkan dirinya
dengan kelompok besar anak anak dengan usia yang sama. Pemeriksaan
fisik yang biasanya diperlukan selama kelas 1 merupakan kesempatan
yang baik perawat untuk mendiskusikan dengan anak dan orang tua
tentang pengaruh genetic, nutrisi, dan olah raga terhadap tinggi dan berat
badan. Anak laki laki sedikit labih tinggi dan lebih berat dari pada anak
mereka
untuk
berpartisipasi
dalam
perawatan
dan
kalsium. Anak usia sekolah dapat belajar banyak hal tentang piramida
makanan dan diet yang seimbang dengan membantu menyiapkan
makanan. Perawat harus menganjurkan orang tua untuk menyediakan
makanan dalam jumlah yang adekuat bagi anak untuk mendukung
pertumbuhan dan aktivitas.
E. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Perubahan
kognitif
pada
anak
usia
sekolah
adalah
pada
kemampuan untuk berfikir dengan cara yang logis. Pemikiran anak usia
sekolah tidak lagi di dominasi oleh persepsinya dan sekaligus kemampuan
untuk memahami dunia secara luas. Sekitar 7 tahun, anak memasuki tahap
piaget ketiga yaitu perkembangan kognitif, yang di kenal sebagai
operasional konkret, ketika merewka mampu mengunakan symbol secara
operasional (aktivitas mental) dalam pemikiran bukan kerja Mereka mulai
menggunakan proses pemikiran yang logis dengan materi konkret. Periode
ini
di
tandai
dengan
tiga
kemampuan
atau
kecakapan
yaitu
b. Proses belajar yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk
berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi/
meniru ucapan atau kata-kata yang di dengarnya.
Perkembagan bahasa sangat cepat selama masa kanak-kanak
tengah dan pencapaian berbahasa tidak lagi sesuai dengan usianya. Ratarata anak usia 6 tahun memiliki kosakata sekitar 3000 kata yang cepat
berkembang dengan meluasnya pergaulan dengan teman sebaya dan
orang dewasa serta kemampuannya membaca. Anak meningkatkan
penggunaan berbahasa dan mengembangkan pengetahuan strukturalnya.
Mereka menjadi lebih menyadari aturan sintaksis, aturan merangkai kta
menjadi kalimat.
F. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Selama masa ini anak berjuang untuk mendapatkan kompetensi
dan ketrampilan yang penting bagi mereka yang berfungsi sama sepertu
dewasa. Anak usia sekolah yang mendapatkan keberthasilan positif
merasa adanya perasaan berharga. Anak-anak yang menghadapi
kegagalan dapat merasakan mediokritas (biasa saja ) / perasaan tidak
berharga yang dapat mengakibatkan menarik diri dari sekolah dan teman
sebaya.
1. Perkembangan moral
Kebutuhan kode moral dan aturan social menjadi lebih nyata sesuai
kemampuan kognitif dan pengalaman social anak sekolah, mereka
memandang aturan sebagai prinsip dasar kehidupan, bukan hanya
perintah dari yang memiliki otoritas.
Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan keluarga.
Usaha untuk menanamkan konsep moral sejak dini merupakan hal yang
seharusnya, karena informasi yang di terima anak mengenai benar salah,
baik buruk, akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya.
2. Hubungan sebaya
Anak usia sekolah menyukai sebaya ssejenis dari pada sebaya lain jenis.
Identitas jender yang kuat dapat di lihat pada ikatan yang kuat dengan
teman sejenis yang di pertahankan oleh anak biasa di sebut geng.
PERKEMBANGAN
ORANGTUA
DENGAN
ANAK
USIA
SEKOLAH
Ketika anak memasuki usia sekolah, orangtua sebenarnya merasa bahwa
tahapan ini lebih berkurang kadar sibuknya, karena pekerjaan rumah
sudah dapat berjalan secara rutin. Anak secara umum merasa puas
mengenai hubungannya dengan orangtua dan mulai terlibat dalam aktivitas
rumah tangga.
1. Mensupport perkembangan anak
Mendukung
perkembangan
Anak
dilakukan
dengan
cara
memperluas
pengalaman
dan
untuk
perkembangan
kepribadiannya.
Ketika anak mulai bergabung dengan teman sebaya mereka,
orientasi mereka mulai berkembang kearah peernya. Maka orangtua harus
mendukung hubungan ini, karena penelitian membuktikan bahwa anak
dengan dukungan yang sangat baik dari anggota keluarganya akan
memgang teguh norma, nilai dan identifikasi terhadap keluarganya bahkan
ketika mereka sedang berinteraksi dengan orang lain (Bowerman&Kinch,
1959). Seorang ibu yang memiliki hubungan pertemanan yang hangat akan
lebih mudah untuk membiarkan anaknya bergabung dengan dunia luar.
Anak pada usia ini sering menjadikan orang yang lebih tua sebagai
figur otoritas. Anak akan sering berkata tapi kata bu guru begini pada
orangtuanya. Hal ini mengindikasikan bahwa anak sudah mulai keluar dari
aturan rumahnya. Anak menemukan model baru, sikap baru, dan
pandangan baru melebihi yang didapat di keluarganya. Orangtua yang
dapat berempati terhadap minat anak dan dapat lebih melonggarkan
aturannya pada anak akan lebih mudahuntuk tidak terlalu mengikat anak
tersebut pada masa remajanya.
Orangtua yang menanamkan minat selain dari urusan anaknya
akan lebih mudah untuk membiarkan anaknya bergabung dengan aktivitas
luar rumahnya dibandingkan orangtua yang memusatkan hidupnya hanya
untuk anak mereka. Pada masa ini, suami dan istri lebih sering bekerja
bersama
dalam
sebuah
proyek
disbanding
ketika
usia
anaknya
pernikahan dapat membawa efek yang negatif. Hal ini ditemukan pada
semua ras, agama, level pendidikan, dan status pekerjaan (Davis, 1978).
Sebanyak 6 survey nasional sejak tahun 1973 sampai 1978 menemukan
bahwa kehadiran anak cenderung mengurangi kebahagiaan orangtua,
dalam hal:
1. Ikut campur dalam hubungan pernikahan (marital companionship)
2. Mengurangi spontanitas hubungan seksual antara suami dan istri
3. Meningkatkan potensi kecemburuan dan kompetensi untuk memperoleh
afeksi, waktu dan perhatian,
4. Menjaga pasangan yang tidak bahagia dari perceraian, setidaknya untuk
beberapa saat (Glenn&Mc Lanchan,1982).
Permasalahan pernikahan pada keluarga dengan anak usia
sekolah biasanya lebih sering terjadi dibandingkan momen lainnya.
Biasanya mereka mengalami 4 kali problem lebih sering. Potensi problem
terbesar bisanya mengenai pengaturan anak di rumah, sehingga
mengurangi ekspresi afeksi dari pasangan suami-istri, dan dijadikan nomor
kedua (Swensen&Moore, 1979).
Ekspresi cinta dari pasangan mulai berkurang selama perjalanan
pernikahan. Hal ini biasanya terjadi pada pasangan yang menerapkan
peran gender tradisional dalam berhubungan, dimana hubungan keduanya
kemudian hanya menjadi sebuah kebiasaan yang didasarkan pada
kebutuhan, perasaan, dan harapan dari satu pihak ke pihak lainnya. Model
pernikahan seperti ini lebih baik menggunakan metode diskusi daripada
menghindar
dalam
pentingberusaha
penyelesaian
untuk
konfliknya,
mengekspresikan
dan
cintanya
yang
secara
lebih
spontan
PERKEMBANGAN
KELUARGA
DENGAN
ANAK
USIA
dekat
dengan
sekolah
dan job
security.
Hauenstein
dalam
dengan young
children kebanyakan
menginginkan
mempunyai rumah sendiri. Akan tetapi, biaya untuk memiliki rumah sendiri
selalu meningkat dari waktu ke waktu. Adanya biaya pindah keluarga ratarata meningkat begitu cepat, banyak keluarga yang tetap berada di tempat
tinggalnya tanpa mencoba untuk meningkatkan keadaan tempat tinggal
mereka. Pada waktu biaya untuk tempat tinggal semakin tinggi, beberapa
keluarga muda mampu membeli sebuah rumah tanpa bantuan dari
kerabatnya. Hal itu tidak aneh karena biasanya keluarga muda paling
banyak menerima dukungan dari extended family
Menjaga kesehatan anak usia sekolah memerlukan suntikan untuk
mencegah adanya penyakit menular dan peduli pada anak yang sakit atau
pemulihan dari kecelakaan. Banyak sistem sekolah yang mengharuskan
bukti imunisasi anak sebelum menerima mereka ke sekolah tiap tahun.
Dipteria, tetanus, pertusis, polio, campak, gondok dan rubella (MMR)
adalah imunisasi yang biasanya diperlukan bagi anak dari TK sampai SMA.
Oleh karena itu, adalah tanggung jawab keluarga untuk menemui dokter
keluarga atau melalui Departemen Kesehatan Negara atau klinik.
Kesehatan gigi pada anak dan orang dewasa juga merupakan
tanggung
jawab
keluarga.
rutin
besar
terhadap situasi yang terjadi dalam keluarga seperti ketika anak sakit,
mendapat kecelakaan atau situasi gawat lain yang menimpa keluarga.
Dual career familiesmerupakan keluarga dimana kedua suami dan
istri yang mempunyai karir dengan posisi yang penting, yang meminta
serangkaian perkembangan dan keahlian serta memerlukan kompetensi
dan komitmen yang tinggi. Ketika salah satu dari mereka mempunyai
kesempatan mengambangkan karir di tempat lain, solusi tradisional untuk
istri adalah mendukung karir suaminya, mengorbankan dirinya dengan
tinggal di rumah, mengakhiri pekerjaannya atau memulai lagi semuanya di
lokasi yang baru nanti.
Commuting merupakan jalan keluar yang diambil oleh pasangan
yang keduanya mempunyai karir dimana salah dari mereka tinggal si
rumah sedangkan yang lain pulang pergi kerja selama seminggu, kembali
ke keluarga untuk weekends dan liburan. Keuntungan yang besar adalah
perkembangan yang profesional dengan memisahkan pekerjaan dan waktu
untuk keluarga sehingga tidak akan ada pengaruh negatif pada
perembangan anak atau dalam masalah perkawinan. Ini mungkin terjadi
ketika ada kerja sama yang aktif dan kepercayaan antara suami istri,
komunikasi yang terbuka dalam keluarga, keteguhan hati untuk mengatasi
masalah, fleksibel, dan komitmen yang kuat untuk keluarga dan pekerjaan.
(Farris 1978).
Mengkombinasikan antara peran dalam bekerja dan keluarga perlu
menjaga keseimbangan antara keduanya. Baik bu rumah tangga
sepenuhnya atau istri yang bekerja ditemukansama-sama puas secara
dengan kehidupannya
Anak memberikan ketertarikan pada ibu ketika mereka terlibat
dalam pekerjaan ibu, mengunjungi tempat kerja ibu, bertemu dengan
teman kerja ibu dan melihat apa yang ibu kerjakan. Anak yang bekerja di
samping orang tuanya dalam tugas-tugas rumah tangga sehari-hari
merasa
bahwa
mereka
penting
ketika
dipercaya
untuk
memulai
di
Middletown
1978
menemumukan
perbedaanantara
untuk
tiap
anggota
keluarga
dalam
perasaan realmereka
memunculkan
ekspresi
sama
yang
baiknya
pada
sehat
anak
dari
emosi
anger(marah), dan
cemburu.
Siblings
dapat
maka
cinta
akan
mengalir
dalam
keluarga
tersebut
menggantikan rasa marah atau energi negatif lainnya dengan energi yang
positif.
I. PROMOSI KESEHATAN SELAMA PERIODE USIA SEKOLAH
Periode usia sekolah merupakan periode klinis untuk penerimaan
latihan perilaku dan kesehatan menuju kehidupan dewasa yang sehat. Jika
tingkat kognisi meningkat pada periode ini, pendidikan kesehatan yang
efektif harus dikembangkan dengan tapat. Promosi praktek kesehatan
yang baik merupakan tanggung jawab perawat.
Selama progam ini, perawat berfokus pada pengembangan perilaku
yang secara positif berpengaruh pada status kesehatan anak. Perawat
dapat berperan untuk memenuhi tujuan kebijakan nasional dengan
menigkatkan kebiasaan gaya hidup yang sehat termasuk nutrisi. Anak usia
sekolah
harus
berpartisipasi
dalam
progam
pendidikan
yang
Penyakit
Kecelakaan
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering dianggap sebagai kegagalan dan
anak lebih bersikap hati-hati akan bahayanya bagi psikologisnya sehingga anak merasa takut
dan hal ini dapat berkembang menjadi rasa malu yang akan mempengaruhi hubungan social
d. Kecanggungan
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya bila muncul perasaan
tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri
e.
Kesederhanaan
Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa memandangnya sebagai perilaku
kurang menarik sehingga anak menafsirkannya sebagai penolakan yang dapat mempengaruhi
konsep diri anak
2. Bahaya Psikologis
a.
Kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di sekolah dan menghambat
komunikasi dengan orang lain
Kesalahan dalam berbicara, cacat dalam berbicara (gagap) akan membuat anak jadi sadar diri
sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja
Anak yang kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan dilingkungan sekolah akan
terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah merasa bahwa ia berbeda
Pembicaraan yang bersifat egosentris, mengkritik dan merendahkan orang lain, membual akan
ditentang oleh temannya
b. Bahaya emosi
Anak akan dianggap tidak matang bila menunjukan pola-pola emosi yang kurang
menyenangkan seperti marah yang berlebihan, cemburu masih sangat kuat sehingga kurang
disenangi orang lain.
c.
Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan kesempatan untuk
mempelajari permainandan olah raga untuk menjadi anggota kelompok, anak dilarang
berkhayal, dilarang melakukan kegiatan kreatif dan bermain akan menjadi anak penurut yang
kaku.
Bahaya moral
Bahaya umum diakitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku anak-anak :
Tidak berminat terhadap hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman sebaya
Mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang dapat bernilai bagi dirinya,
misal kesehatan dan sekolah
g. Bahaya hubungan keluarga
Kondisi-kondisi yang menyebabkan merosotnya hubungan keluarga :
Sikap terhadap peran orang tua, orang tua yang kurang menyukai peran orang tua dan merasa
bahwa waktu, usaha dan uang dihabiskan oleh anak cenderung mempunyai hubungan yang
buruk dengan anak-anaknya
Harapan orang tua, kritikan orang tua pada saat anak gagal dalam melaksanakan tugas sekolah
dan harapan-harapan orang tua maka orang tua sering mengkritik, memarahi dan bahkan
menghukum anak
Metode pelatihan anak, disiplin yang otoriter pada keluarga besar dan disiplin lunak pada
keluarga kecil yang keduanya menimbulkan pertentangan dirumah dan meyebabkan
kebencian pada anak. Disiplin yang demokratis biasanya menghasilkan hubungan keluarga
yang baik.
Status sosial ekonomi, bila anak merasa benda dan rumah miliknya lebih buruk dari temannya
maka anak sering menyalahkan orang tua dan orang tua cenderung membenci hal itu
Pekerjaan orang tua, pandangan mengenai pekerjaan ayah mempengaruhi persaan anak dan bila
ibu seorang karyawan sikap terhadap ibu diwarnai oleh pandangan teman-temannya
mengenai wanita karier dan oleh banyaknya beban yang harus dilakukan di rumah.
Perubahan sikap kepada orang tua, bila orang tua tidak sesuai dengan harapan idealnya anak,
anak cenderung bersikap kritis dan membandingkan orang tuanya dengan orang tua temantemannya.
Pertentangan antar saudara, anak-anak yang merasa orang tuanya pilih kasih terhadap saudarasaudaranya maka anak akan menentang orang tua dan saudara yang dianggap kesayangan
orang tua
Perubahan sikap terhadap sanak keluarga, anak-anak tidak menyukai sikap sanak keluarga yang
terlalu memerintah atau terlalu tua dan orang tua akan memarahi anak serta sanak keluarga
membenci sikap sianak
Orang tua tiri, anak yang membenci orang tua tiri karena teringat orang tua kandung yang tidak
serumah akan memperlihatkan sikap kritis, negativitas dan perilaku yang sulit.
PENGKAJIAN
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
juga
diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan seharihari), lugas dan sederhana (Suprajitno: 2004).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan
informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat
pengkajian keluarga , diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman, 1998: 56).
a. Pengumpulan data
1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan tipe keluarga .
2) Riwayat dan Tahap Perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan
anak tertua dari keluarga inti.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan mengenai tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga dalam melakukan
pengobatan dan perawatan pada angota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena
suatu penyakit. Menurut (Effendy,1998) mengemukakan bahwa ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena tidak
seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga .
5) Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga
Menurut Friedmen (1998:125), Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini
termasuk
riwayat
perkembangan
dan
kejadian
serta
pengalaman
kesehatan yang unik atau berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam
kehidupan keluarga
yang
terhadap
Pola aktifitas yang dipilih oleh suatu keluarga dapat berpengaruh terhadap
terjadinya suatu penyakit dan gaya hidup suatu keluarga.
7) Data Lingkungan
a) Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah, penerangan dan
fentilasi yang baik dapat mengurangai faktor penyebab terjadinya suatu penyakit.
b) Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan. Ketenangan
lingkungan sangat mempengaruhi derajat kesehatan.
8) Struktur keluarga
a) Pola komunikasi
Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan pasien adalah berdasarkan
komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik diman usaha mengajak
pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup
ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
b) Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan, kekuasaan yang otoriter
dapat menyebabkan stress psikologik.
c) Struktur peran
Menurut Friedman (1998), anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran yang
dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik dalam
peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan harapan maka
akan mengakibatkan ketegangan dalam keluarga .
9) Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Keluarga harus saling menghargai satu dengan yang lainnya agar tidak menimbulkan suatu
permasalahan maupun stressor tertentu bagi anggota keluarga itu sendiri.
b)
Fungsi sosialisasi
Apakah keluarga mengetahui sifat dan perkembangnan perawatan yang dibutuhkan untuk
menanggulangi masalah kesehatan/ penyakit.
Apakah keluarga mempunyai sumber daya dan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan.
Keterampilan keluarga mengenai macam perawatan yang diperlukan memadai.
Apakah keluarga mempunyai pandangan negatif terhadap perawatan yang diperlukan
Adakah konflik individu dan perilaku mementingkan diri sendiri dalam keluarga
Apakah keluarga kurang dapat memelihara keuntungan dalam memelihara lingkungan dimasa
mendatang.
Apakah keluarga mempunyai upaya penuingkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
Apakah keluarga sadar akan pentingnya fasilitas kesehatan dan bagaimana pandangan keluarga
akan fasilitas tersebut.
Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan (diagnostik, pengobatan dan
rehabilitasi).
Bagaimana falsafah hidup keluarga berkaitan dengan upaya perawatan dan pencegahan.
d) Fungsi reproduksi
1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu kurang dari 6 bulan.
2) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap situasi/stressor.
c.
b. Pemeriksaan Fisik
digunakan
pada
pemeriksaan
fisik
tidak
berbeda
dengan
Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, type rumah, jumlah ruangan,
jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta
denah rumah.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat yang meliputi
kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
3) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan
keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan masyarakat.
5) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk dalam sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang
sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas
mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan
fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.
e.
Harapan keluarga
dengan ketidakmauan
keluarga mengambil
keputusan/tindakan
untuk
peran
dalam
keluarga
(bapak
S)
berhubungan
Menyusun prioritas
Friedman (1998:64), menjelaskan perencanaan perawatan meliputi
seleksi bersama yang dirancang untuk mencapai tujuan. Faktor penetapan
prioritas perasaan peka terhadap klien dan efek terpeutik terhadap
tindakan dimasa mendatang.
Cara membuat skor penentuan prioritas masalah keperawatan
keluarga :
NO
KRITERIA
1
Sifat masalah
Aktual (Tidak/kurang sehat)
Ancaman kesehatan
Keadaan sejahtera
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
Mudah
Sebagian
Tidak dapat
3
Potensi masalah untuk dicegah
Tinggi
Sedang
SKOR
BOBOT
3
2
1
2
1
0
3
2
Rendah
4
Menonjolnya masalah
Masalah berat, harus segera ditangani
Ada masalah, tetapi tidak perlu segera
ditangani
Masalah tidak dirasakan
1
2
1
Skoring :
d. Kriteria 4
Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana
keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor tertinggi yang
terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga .
Menyusun tujuan
Friedman (1998:64) menjelaskan perencanaan meliputi perumusan
tujuan yang berorientasi kepada klien kemungkinan sumber-sumber
penggambaran
pendekatan
alternatif
untuk
memenuhi
tujuan
dan
operasional perencanaan.
Ada 3 kegiatan menurut Friedman (1998:64) yaitu:
a. Tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur langsung dan spesifik
b. Tujuan jangka menengah
c. Tujuan akhir atau jangka panjang yang sifatnya umum dan mempunyai
tujuan
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN KELUARGA
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan,
yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan
kriteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik
tentang
hasil yang
diharapkan
dari
setiap
tindakan
keperawatan
yang
dilakukan
perencanaan
oleh
mengenai
perawat
diagnosa
kepada
yang
keluarga
telah
dibuat
: Analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada tujuan
terkait dengan diagnosa keperawatan.
formatif
dilakukan
selama
proses
asuhan
keperawatan,
DAFTAR PUSTAKA
Arlina. 2012. Keluarga Anak Usia Sekolah. Diakses pada tanggal 12 September
2012 dihttp:/www.scribd
Agustiansyah, Tri A. 2009. Asuhan Keperawatan keluarga Pasangan Baru Menikah
dengan
Masalah
KB.
Dimuat
dalam http://ners86.wordpress.com/2009/03/30/asuhan-keperawatankeluarga/
Friedman, M., Marilyn. 1998. Family Nursing : Research, Theory & Practice. USE :
Appleton And Lange.
_______.com/tika_arlina/d/50136705-Keluarga-Anak-Usia-Sekolah
_______. 2009. Konsep Keluarga. Diakses pada tanggal 12 September 2012
dihttp://lensaprofesi.blogspot.com/2009/01/konsep-keluarga.html
_______. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Stroke. Diakses pada
tanggal 12 September 2012 di http://blog.ilmukeperawatan.com/asuhankeperawatan- keluarga -dengan-stroke.html
Dcolz's Blog
Just Fun With Me,,
Home
ABOUT DCOLZ
KEPERAWATAN
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. LATAR BELAKANG
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional serta individu mempunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman: 1998). Keluarga sebagai pranata
social terkecil dalam masyarakat dan Negara selalu mencuri perhatian baik kalangan
pimpinan atau tokoh informasi maupun pemerintah. Banyak kejadian merisaukan
sekarang ini, seperti kenakalan remaja, kasus gizi kurang, selalu dikaitkan dengan
makin kurang berfungsinya pranata keluarga, antara lain dalam memfasilitsi tumbuh
kembang anak dan menanamkan nilai-nilai luhur seperti saling menghormati, cinta
kasih, toleransi, dan empati.
Anak merupakan bagian dari keluarga, sering dikatakan sebagai potret atau
gambaran dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah demikian karena anak
merupakan individu tersendiri yang tumbuh dan berkembang secara unik dan tidak
dapat diulang setelah usia bertambah.
Pada anak usia prasekolah, anak mengalami lompatan kemajuan yang
menakjubkan. Tidak hanya kemajuan fisik tetapi juga secara sosial dan emosional.
Anak usia prasekolah ini sedang dalamproses awal pencarian jati dirinya. Beberapa
prilaku yang tidak ada, sekarang muncul. Secara fisik dan psikis usia ini adalah usia
yag rentan berbagai penyakitbdan menimbulkan masalah yang dapat mempengaruhi
tumbuh kembang anak jika kondisi kesehatan anak tidak ditangani secara baik oleh
praktisi kesehatan dan juga usaha-usaha pencegahan adalah yang tetap paling baik
dilakukan.
Keperawatan keluarga berkaitan erat dengan upaya keluarga mempunyai
kemampuan dalam menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Perawat
dapat menbantu keluarga dalam memecahkan masalah kesehatannya sehingga
mencapai keadaan keluarga yang optimal.
Suatu peran penting keluarga terkait dengan perawatan anak adalah peran
pengasuhan (parenting role), yang sama dalam menjalankan peran ini keluarga
sangat dipengaruhi oleh faktor usia orang tua, keterlibatan ayah atau suami dala
pengasuhan anak, latar belakang pendidikan orang tua, pengalaman sebelumnya
dalam mengasuh anak, stress yang dialami orang tua, dan hubungan suami istri.
Berkaitan dengan perawatan anak di rumah sakit, keluarga punya tugas adaptif,
yaitu meneriama kondisi anak, mengelola kondisi anak, memnuhi kebutuhan
perkembangan anak, memenuhi kebutuhan perkembangan keluarga, menghadapi
stressor dengan positif, membatu keluarga untuk mengelola perasaanyang
ada,mendidik anggota keluarga yang lain tentang kondisi anak yang sedang sakit,
dan mengembangkan sisitem dukungan social keluarga dengan anak prasekolah.
1. B. TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum :
Mahasiswa mampu menerapkan konsep asuhan keperawatan
keluarga dengan anak prasekolah.
1. Tujuan Instruksional Khusus :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi keluarga.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tahap tumbuh kembang anak usia prasekolah.
1. Perkembangan (Development)
Menurut Whaley dan Wong, perkembangan manitik beratkan pada perubahan yang
terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi
dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran ( Supartini, Yupi: 2004).
Perkembangan adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang
lebih komleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari
proses pematangan ( Soetjiningsih : 1998).
Mencakup aspek-aspek lain dari deferensiasi bentuk termasuk perubahan emosi
atau sosial yang sangat ditentukan oleh interaksi dengan lingkungan
1. Pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah
1. Pertumbuhan
Beberapa aspek pertumbuhan fisik terus menjadi stabil dalam tahun prasekolah.
Waktu rata-rata denyut jantung dan pernapasan menurun hanya sedikit mendekati
90x/menit dan pernapasan 22-24x/menit. TD meningkat sedikit ke nilai rata-rata
95/58mmH. Berat badan anak meningkat kira-kira 2,5 kg per tahun, berat rata-rata
pada usia 5 tahun adalah kira-kira 21 kg, hampir 6 kali berat badan lahir.
Prasekolah bertumbuh 2-3 inci per tahun, panjang mereka menjadi dua kali lipat
panjang lahir pada usia 4 tahun,dan berada pada tinggi rata-rata 43 inci pada ulang
tahun kelima mereka. Perpanjangan tungkai kaki menghasilkan penampilan yang
lebih kurus. Kepala sudah mencapai 90% dari ukuran orang dewasa pada ulang
tahun ke enam. Perbedaan kecil terjadi antara jenis kelamin, walaupun anak lakilaki sedikit lebih besar dengan lebih banyak otot dan kurang jaringan lemak.
Kekurangan nutrisi umunya terjadi pada anak-anak berusia dibawah 6 tahun adalah
kekurangan vitamin A dan C serta zat besi. Konsumsi karbohidrat dan lemak dalam
jumlah yang sangat besar dari makanan yang berlemak bisa menimbulkan
kegemukan dan menjadikan anak prasekolah dalm kondisi sangat lapar. Orang tua
dan penberi pelayanan perlu membuat asaha secara sadar untuk membantu anak
prasekolah mengembangkan kebiasaan makan yang sehat dan mencegah defisiensi
dan kelebihan.
1. Perkembangan
1. Rasa keingintahuan tentang hal-hal yang berada dilingkungan semakin besar dan
dapat mengembangkan pola sosialisasinya.
2. Anak sudah mulai mandiri dalam merawat diri sendiri, seperti mandi, makan,
minum, menggosok gigi, BAK, dan BAB.
3. Mulai memahami waktu.
4. Penggunaan tangan primer terbentuk.
1. Perkembangan psikoseksual ( Sigmund Freud )
Fase berkembangan psikoseksual untuk anak usia sekolah masuk pada fase falik.
Selama fase ini, genitalia menjadi area yang menarik dan area tubuh yang sensitif.
Anak mulai mengetahui perbedaan jenis kelamin dengan mengetahui adanya
perbedaan jenis kelamin.
Negatif : Memegang genetalia
Oedipus compleks
Positif : Egosentris: sosial interaksi
Mempertahankan keinginan
1. Perkembangan psikososial ( Eric Ericson )
Fase perkembangan psikososial pada anak usia prasekolah adalah inisiatf vs rasa
bersalah. Perkembangan ini diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan melalui
kemampuan bereksplorasi terhadap lingkungannya. Anak belajar mengendalikan diri
dan memanipulasi lingkungan. Inisiatif berkembang dengan teman sekelilingnya.
Kemampuan anak berbahasa meningkat. Anak mulai menuntut untuk melakukan
tugas. Hasil akhir yang diperoleh adalah menghasilkan suatu prestasinya.
Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak mampu berpretasi. Rasa
bersalah dapat menyebabkan anak kurang bersosialisasi, lebih marah, mengalami
regresi, yaitu kembali ke perkembangan sebelumnya, misalnya mengompol dan
menghisap jempol.
1. Perkembangan kognitif ( Jean Piaget )
Fase berkembangan kognitif anak usia prasekolah adalah fase praoperasional.
Karakteristik utama perkembangan intelektual tahap ini didasari sifat egosentris.
Pemikiran di dominasi oleh apa yang dilihat, dirasakan dan dengan pengalaman
lainnya.
Fase ini dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Prokonseptual ( 2- 4 tahun )
Anak mengembangkan kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dan
bermasyarakat. Anak mulai mengembangkan sebab-akibat, trial dan error dan
menginterpretasikan benda/kejadian. Anak mulai menggunakan sinbulkata-kata,
mengingat masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
1. Intuitive thuoght ( 4-7 tahun )
Anak mampu bermasyarakat namun masih belum mampu berpikir timbal balik. Anak
biasanya banyak meniru perilaku orangdewasa tetapi sudah bisa memberi alasan
pada tindakan yang dilakukan.
1. Perkembangan Moral ( Kahlberg )
Fase perkembangan moral pada anak usia prasekolah memasuki fase
prekonvensional. Anak belajar baik dan buruk, benar dan salah melalui budaya
sebagai dasra peletakan nilai moral.
Fase ini terdiri dari 3 tahapan yaitu:
1. Didasari adanya rasa egosentris pada anak, yaitu kebaikan
2. Orientasi hukuman dan ketaatan
Baik dan buruk sebagai konsekuensi dari tindakan. Jika anka berbuat salah, orang
tua memberikan hukuman dan jika anak berbuat benar maka orang tua memberikan
hukuman
1. Anak berfokus pad motif yang menyenangkan sebagai suatu kebaikan
Tinggi badan orang Eropa akan berbeda dengan orang Indonesiaatau bangsa
lainnya, dengan demikian postur tubuh tiap bangsa berlainan.
2)
Keluarga
Ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh gemuk atau perawakan pendek
3)
Umur
Masa prenatal, masa bayi, dan masa remaja merupakan tahap yang mengalami
pertumbuhan cepat dibandingkan dengan masa lainnya.
4)
Jenis kelamin
Kelainan kromosom
4)
Kelainan endokrin
5)
6)
Kelainan imunologi
7)
Psikologis ibu
1. Faktor kelahiran
Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forcep dapat menyebabkan trauma
kepala pada bayi sehingga beresiko terjadinya kerusakan jaringan otak.
1. Faktor pascanatal
Seperti lainnya pada masa prenatal, faktor yang berpengaruh terhadap TUMBANG
anak adalah gizi, penyakit kronis/ kelainan konginetal, lingkungan fisik dan kimia,
psikologis, endokrin, sosioekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan obatobatan
1. F. Masalah-masalah pada anak usia prasekolah
1. Masalah kesehatan
Masalah kesehatan yang sering muncul pada anak prasekolah seperti; diare, cacar
air, difteri, dan campak.
No
1.
Masalah/ Penyakit
Diare
(Gastroenterologi)Agen
makanan.
Masa inkubasi: BAB > 3
x 24 jam
MK: anak menangis,
Agen
pembawa:Variacell
Zooster
Sumber: sekresi primer
saluran pernafasan dan
organ terinfeksi, pada
tingkatan lesi kulit yang
lebih rendah
Transmisi:terkontaminasi
oleh objek penularan.
Masa inkubasi: 2-3
minggu/ 13-17 hari
Masa
penularan:biasanya 1
hari setelah erupsi lesi
(masa awal) sampai 5 hari
setelah banyak muncul
Manajemen Teraupetik
Pertimbangan
Dan Komplikasi
Keperawatan
Komplikasi:
Memberikan
Dehidrasi
Renjatan hipovolemik
Hypocalanta
Intoleransi laktosa
sekunder
Kejang
Malnutrisi energi protein
cairan
Diatetik
(pemberian
makanan)
Obat:
Anti sekresi
Anti spasmolitik
Pengeras tinjs
Antibiotik
Kekhususan: biasanya
Lakukan isolasi
ketat di RS
Obat: Diphenhidramin,
hydoklorida, atau anti
histamin untuk
menghilangkan gatal
Perawatan kulit untuk
pencegahan infeksi
Isolasi anak
di rumah
sampai vasikel
mengering
(biasanya 1
minggu setelah
terinfeksi) dan
isolasi anak
yang beresiko
tinggi infeksi
Beri
perawatan kulit:
mandi dan
berganti
pakaian setisp
berkembang menjadi
Difhteria
Manifestasi klinis:
Bervariasi menurut lokasi
anatomi Pseudomembran
Nasal :
Menyerupai flu, nasal
mengeluarkan serosan
guineous mukous purulent
tanpa gejala-gejala pokok:
tampak seperti epitaksis.
Tonsilar pharingeal :
Malaise, anorexia,
tenggorokan sakit, sedikit
demam, pulse meningkat
dari yang diharapkan
selama 24 jam, membran
melembut, putih atau abuabu; timbulnya
limfadenitis jika
penyakitnya parah timbul
bakteri kedua.
Komplikasi:
hari, oleskan
lation .
Mengurangi
gatal-gatal
Antitoksin (biasanya
melalui intravena diawali
dengan test kulit dan
konjungtiva untuk
mengetes sensitifitas
terhadap serum)
Antibiotik (penisillin atau
erythromycin).
Bedrest total (pencegahan
miokarditis)
Tracheostomy untuk
penahambatan jalan
udara.
Perawatan carrier dan
kontak terhadap orang
yang terinfeksi.
Lakukan isolasi
Hindari
mengupas kulit
kerak yang
menggosok dan
membuat iritasi.
ketat di rumah
sakit
Berpartisipasi
pada test
sensitifitas; beri
epineprin jika
ada
Beri
antibiotik, amati
sensitifitas
terhadap
penisilin
Komplikasi :
Miokarditis (minggu ke
2) Neuritis
Gunakan
suction jika
perlu
Beri
perawatan
4.
komplit untuk
memperoleh
bedrest
Lharyngeal :
Demam : serak, batuk,
tanpa ada tanda awal,
potensial penghambatan
jalan udara, gelisah,
cyanosis, retraksi
dyspniec.
Atur
kelembaban
untuk pencairan
optimum
sekresi.
Rubeola (campak)
Agen pembawa :
Virus
Sumber :
Sekresi saluran nafas,
darah dan urine dari orang
yang terinfeksi.
Transisi :
Kontak langsung dengan
orang yang terinfeksi.
Masa inkubasi :
10-20 hari
Periode penularan :
Dari 4-5 hari setelah
ruam-ruam muncul tetapi
terutama selama tahapan
awal (catharal).
Manifestasi klinis :
Fase prodromal:
Tidak dijumpai pada
anak-anak, namun
dijumpai pada orang
remaja dan dewasa yang
ditandai dengan demam
ringan, sakit kepala,
malaise, anorexia,
konjungtivitis ringan,
coryza, sakit
kerongkongan, batuk, dan
limfadenofaty. Paling
Amati
respirasi untuk
tanda-tanda
penghambatan
Tidak ada perawatan lain
Yakinkan
orangtua bahwa
vesikel-vesikel
adalah suatu
Komplikasi :
Jarang terjadi (arthritis,
enchepalitis, atau
purpura); penyakitpanyakit menular yang
sering dijumpai pada
masa anak-anak; bahaya
terbesar adalah efek
teratogenik pada janin.
proses panyakit
yang alami pada
anak-anak yang
terinfeksi.
Gunakan
sentuhan lembut
jika diperlukan.
Jauhkan anak
dari wanita
hamil
tindakan yang perlu dilakukan orang tua adalah menenangkan anak. Tetapi mimpi
buruk yang sering terjadi adalah abnormal dan bisa menunjukkan masalah psikis.
Pengalamam yang menakutkan (termasuk cerita menakutkan atau film tentang
kekerasan di televisi) bisa menyebabkan terjadinya mimpi buruk. Hal ini terutama
sering ditemukan pada anak-anak yang berumur 3-4 th, karena mereka belum bisa
membedakan antara khayalan dan kenyataan. Teror dimalam hari adalah suatu
keadaan dimana sesaat setelah tertidur anak setengah terbangun dengan
kecemasan yang luar biasa. Anak tidak dapat mengingat kembali apa yang atelah
dialaminya.
Tidur sambil berjalan adalah suatu keadaan dimana dalam keadaan tertidur anak
bengkit dsari tempat tidurnya dan berjalan-jalan. Teror dimalam hari dan tidur
sambil berjalan biasanya berlangsung selama tidur dalam (Non REM) dan terjadi
dalam 3 jam pertama setelah anak tertidur. Tiap episode berlangsung dari beberapa
detik sampai beberapa menit. Teror dimalam hari sifatnya dramatis karena nak
menjerit-jerit dan panik, keadaan ini paling sering ditemukan pada anak yang
berumur 3-8 th.
Untuk anak yang susah tidur bisa dilakukan beberapa tindakan berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
atas potty chair selama tidak lebih dari 5-10 mnt. Hal itu dilakukan sambil ibu
memberikan penjelasan bahwa swkarang sudah saatnya anak untuk melakukan
BAB/BAK ditempatnya (maksudnya pada potty chair/kloset) buka di pakaian dalam
atau popok. Jika Anak sudah bisa melakukannya, ibu boleh memberikan pujian
ataupu hadiah. Tetapi jika anak belum bisa melakukannya, ibu sebaiknya tidak
memarahi ataupun menghukum anak. Metode timing efektif untuk anak-anak yang
memiliki jadwal BAB/BAK yang teratur.
Metode toilet training lainnya menggunakan boneka sebagai alat bantu. Kepada
anak yang sudah siap diajarkan cara-cara toilet training dengan menggunakan
boneka sebagai model. Ibu memberikan pujian kepada boneka karena pakaian
dalamnya kering dan telah berhasil melewati setiap proses toilet training. Kemudian
ibu meminta anak untuk menirukan proses toliet training dengan bonekanya secara
berulang-ulang, anak juga diajari untuk memuji bunekanya. Selanjutnya anak
menirukan apa yang telah dilakukan oleh bonekanya dan ibu memberikan pujian
kepada anak. Jika anak tetap bertahan duduk di toilet sebaiknya diangkat dan toilet
training dicoba kembali setelah anak makan. Tetepi jika hal ini berlangsung selama
beberapa hari sebaiknya tolet traing ditunda selama beberapa minggu.
Sangat penting untuk memberika pujian kepada anak yang telah berhasil melakukan
toilet training. Setelah pola BAB/BAK stabil secara perlahan pujian mulai dikurangi.
Memaksa anak untuk BAB/BAK di toilet dengan kekerasan tidak efektif dan bisa
menyebabkan ketegangan pada hubungan ibu-anak.
1. G. Bimbingan selama fase prasekolah
1. Usia 3 tahun
1. Persiapkan orang tua untuk peningkatan ketertarikan anak dalam hubungan yang
lebih luas.
2. Anjurkan orang tua untuk mendaftarkan anak ke play group atau TK.
3. Tekankan tentang pentingnya pengaturan waktu.
4. Anjurkan orang tua untuk menawarkan pilihan-pilihan ketika anak sedang
ragu/bimbang.
5. Perubahan pada anak usia 3.5 th : anak akan menjadi kurang koordinasi, gelisah
dan menunjukkan perubahan tingkah laku, seperti bicara gagap.
6. Orang tua harus memberikan perhatioan yang ekstra sebagai refleksi dari
kegelisahan emosi anak dan rasa takut anak kehilangan kasih sayang orang tua.
7. Ingatkan orang tua tentang keseimbangan yang telah dicapai pada usia 3 th akan
berubah menjadi tingkah laku yang agresif pada usia 4 th.
8. antisipasi tentang adanya perubahan nafsu makan, seleksi makanan anak.
9. Tekankan tentang perlunya perlindungan dan pendidikan untuk mencegah cedera.
10. Usia 4 tahun
1. Persiapkan pada tingkah laku anak yang lebih agresif, termasuk aktifitas motorik
dan penggunaan bahasa-bahasa yang mengejutkan.
2. Eksplorasi perasaan oreng tua berkenaan dengan tingkah laku anak.
3. Masukkan anak ke TK
4. Persiapkan untuk peningkatan keingintahuan anak tentang seks
Perkembangan sensori-motorik
Perkembangan intelektual
Perkembangan sosial
Perkembangan kreativitas
Perkembangan kreasi diri
Perkembangan moral
Bermain sebagai terapi
Tujuan bermain
Melalui fungsi yang terurai diatas pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1)
Untuk melanjutkan tumbang yang normal pada saat sakit anak mengalami
gangguan dalam tumbang.
2)
3)
Mengembangkan kreatrifitas dan kemampuan menyelesaikan masalah.
Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya untuk
menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya pada saat melakukan
permainan anak akan dihadapkan pada masalah dalam konteks permainannya,
semakin lama ia bermain dan semakin tertantang untuk dapat menyelesaikannya
dengan baik.
4)
Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat di
RS. Stress yang dialami anak di RS tidak dapat dihindarkan sebagai mana juga yang
dialami orang tuanya untuk itu yang penting adalah bagaimana menyiapkan anak
dan orang tua untuk dapat beradaptasi denga stresor yang dialaminya di RS secara
efektif.
1. Alat dan jenis permainan yang cocok untuk anak usia prasekolah (>3-6 th)
Sejalan denga tumbangnya anak prasekolah mempunyai kemampuan motorik kasar
dan halus yang lebih matang daripada anak usia toddler. Anak sudah lebih aktif,
kreatif dan imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan berhubungan sosial
dengan temannya semakin meningkat.
Oleh karena itu jenis permainan yang sesuai adalah asosiatif play, dramatik play dan
skill play. Anak melakukan permainan bersama-sama dengan temannya denga
komunikasi yang sesuai dengan kemampuan bahasanya. Anak juga sudah mampu
memainkan peran orang tertentu yang diidentifikasikannya seperti ayah, ibu dan
bapak atau ibu gurunya. Permainan yang menggunakan kemampuan motorik (skill
play) banyak dipilih anak prasekolah. Untuk itu jenis alat pewrmainan yang
diberikan pada anak, misal: sepeda, mobil-mobilan, alat olah raga, berenang dan
permainan balok-balok besar, dll.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A Pengkajian
1. Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga
Identitas
1. Nama pasien
Dimaksudkan agar dapat mengenali klien sehingga mengurangi kekeliruan dengan
pasien lain.
1. Umur
Mengetahui umur pasien sehingga dapat mengklarifikasi adanya faktor resiko pada
epilepsi karena faktor umur dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
penatalaksanaan untuk epilepsi.
1. Agama dan suku bangsa
Mengetahui kepercayaan dan adat istiadat pasien dan keluarga sehingga dapat
mempermudah dalam melaksanakan tindakan sesuai dengan agama dan
kepercayaan dari pasien dan keluarganya.
1. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman dari anggota keluarga
terutama orang tua dalam memberi informasi perencanaan pulang bagi anak
sekolah dengan masalah kesehatan epilepsi.
1. Komposisi keluarga
Dimaksudkan untuk mengetahui silsilah dari beberapa generasi, apakah terdapat
anggota keluarga yang terkena penyakit yang serupa/penyakit turunan.
1. Tipe keluarga
Pengkajian tipe keluarga dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar perhatian
dan peraswatan yang diberikan pada anggota atau anak yang mengalami sakit.
1. Pekerjaan
Mengetahui tingkat ekonomi keluarga pasien. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui
kesanggupan keluarga untuk memodifikasi proses penyembuhan penyakit pada
anak dan pemanfaatan sarana kesehatan bagi anak yang sakit.
1. Alamat
Untuk megetahui pasien tinggal dimana dan untuk menghindari kekeliruan bila ada
dua orang pasien dengan nama yang sama serta untuk keperluan kunjungan rumah
bila diperlukan.
1. Aktivitas rekreasi keluarga
Untuk mengetahui seberapa jauh keluarga memenfaatkan aktifitas rekreasi keluarga
yang digunakan untuk menghilangkan kepenatan dalam kehidupan sehari-harinya.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
DATA FOKUS
MASALAH
ETIOLOGI
Gangguan
diare
keseimbangan cairan
dan elektrolit
Gangguan integritas
Gangguan konsep
kulit
diri/citra tubuh
DIAGNOSA
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada An. T b/d ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal masalah diare
2. Gangguan tumbuh kembang pada An. T berhubungan dengan ketidak mampuan
keluarga mengenal dampak hospitalisasi
SKORING:
DIAG NOSA
NO
KRETRIA
NILAI
BOBOT
Sifat msalah:
Ancaman kesehatan
Keadaan sejahtera
2
Skala: mudah
Sebagian
Tidak dapat
3
cegah:
Skala:
tnggi
Cukup
Rendah
Menonjolnya msalah:
Diagnosa
Intervensi
Gangguan keseimbangan
Intervensi
Evaluasi
1. No comments yet.
Leave a Reply
Website
Chek This
Archives
December 2010
Categories
Just Shared
KEPERAWATAN
December 2010
M
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
More Click
72,669 hits
Top
Blog at WordPress.com. The INove Theme.
Follow