Identitas nasional bersifat buatan dan sekunder. Bersifat buatan karena identitas
nasional dibentuk dan dibuat oleh masyarakat yang bermufakat menentukan identitas mereka
sebagai sebuah Negara. Bersifat sekunder karena identitas nasional lahir belakangan setelah
identitas kesukuan yang memang dimiliki sejak lahir.
b. Peri Kemanusiaan;
c. Peri Ketuhanan;
d. Peri Kerakyatan;
e. Kesejahteraan Rakyat.
2. Mr. Soepomo (31 Mei 1945) memaparkan 3 teori, yaitu:
a. Negara Individualistik, atau negara yang disusun atas dasar kontrak
sosial dari warganya dengan mengutamakan kepentingan individu
sebagaimana diajarkan oleh Thomas Hobbes, John Locke, Jean
Jacques Rousseau, Hebert Spencer, dan H.J Laski.
b. Negara Golongan (class theori) yang diajarkan Marx, Engels, dan
Lenin.
c. Negara Integralistik, yaitu negara tidak boleh memihak pada salah satu
golongan, tetapi berdiri di atas semua kepentingan (Spinoza, Adam
Muller, dan Hegel).
Dalam hal ini Soepomo menolak Negara Individualistik dan Negara
Golongan, namun mengusulkan Negara Integralistik (Negara
Persatuan), yaitu megara satu untuk semua orang.
3. Ir. Soekarno (1 Juni 1945) mengusulkan dasar Indonesia yang dimaksud
adalah philosophishe gronslag (filsafat, fundamen, dan pikiran yang sedalamdalamnya yang di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka). Dasar yang
diusulkan yaitu:
a. Kebangsaan atau Nasionalisme;
b. Kemanusiaan (Internasionalisme);
c. Musyawarah, Muafakat, Perwakilan;
d. Kesejahteraan Sosial;
e. Ketuhanan yang berkebudayaan.
Kelima prinsip tersebut diberi nama Pancasila.
Menurut Soekarno, jika yang lima tidak disetujui, dapat diperas
menjadi Trisila (Sosio Nasionalisme, Sosio Demokratis, dan
Ketuhanan). Selanjutnya, jika yang tiga tidak disenangi, dapat diperas
menjadi Ekasila, yaitu Gotong Royong, dan inilah dasar asli bangsa
Indonesia.
b) Pada tanggal 1 Juni 1945 juga dibentuk panitia kecil yang beranggotakan 8 orang.
Anggota 8 meliputi: Ir. Sokarno, Drs. Moh. Hatta, Sutardjo, A. Wachid Hasyim, Ki
Bagus Hadikusumo, Oto Iskandardinata, Moh. Yamin, dan Mr. A.A. Maramis.
Berdasarkan usulan yang masuk diketahui, ada perbedaan usulan tentang dasar
negara. Golongan Islam menghendaki negara berdasar syariat Islam, sedangkan
golongan Nasionalis menghendaki negara tidak berdasarkan hukum agama
tertentu.
c) Untuk mengatasi perbedaan ini, dibentuklah Panitia kecil 9 orang, yang anggotanya
berasal dari golongan Islam dan golongan Nasionalis, yaitu: Ir. Soekarno, Drs. Moh.
Hatta, Mr. Moh Yamin, Mr. A.A. Maramis, Ahmad Soebardjo, Abikusno
Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakkir, A. Wachid Hasyim, dan H. Agus Salim.
d) Panitia Sembilan bersidang tanggal 22 Juni 1945, menghasilkan kesepakatan dasar
negara yang tertuang dalam alinea keempat rancangan Preambule, yaitu Ketuhanan,
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya;
Kemanusiaan yang adil dan beradab; Persatuan Indonesia; Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan; dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat indonesia. Isi selengkapnya kesepatan itu disebut Rancangan
Preambule Hukum Dasar. Mr. Moh. Yamin mempopulerkan kesepakatan tersebut
dengan nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter.
e) Sidang BPUPKI Kedua (10-16 Juli 1945) menghasilkan:
1. Dasar negara yang disepakati, yaitu Pancasila seperti dalam Piagam Jakarta
2. Bentuk negara republik (hasil kesepakatan dari 55 suara dari 64 yang hadir)
3. Wilayah Indonesia disepakati meliputi wilayah Hindia Belanda + Timor Timur +
Malaka (39 Suara)
4. Dibentuk tiga panitia kecil:
a. Panitia Perancang UUD, diketuai Ir. Soekarno;
b. Panitia Ekonomi dan Keuangan, diketua Moh. Hatta;
c. Panitia Pembela Tanah Air, diketuai Abiskusno Tjokrosoejoso.
3. Pengertian Pancasila
Pancasila secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta dari India (bahasa kasta
Brahmana), kata Pancasila terdiri dari dua kata panca berarti lima dan syila (dengan vocal i
pendek) yang berarti batu sendi, alas atau dasar(Kaelan, 2004). Maka secara harfiah Pancasila
dapat diartikan sebagai dasar yang memiliki lima unsur.
5 unsur rumusan Pancasila sebagaimana yang tercantum di Pembukaan UUD 1945
adalah:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pancasila sebagai dasar filsafat dan ideologi bangsa dan Negara Indonesia, bukan
terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang saja sebagaimana
yang terjadi pada ideologi-ideologi lain di dunia. Namun terbentuknya pancasila melalui
proses panjang dalam sejarah bangsa Indonesia. Ideologi pada suatu bangsa hakikatnya
memiliki ciri khas dan karakteristik masing-masing sesuai dengan sifat dan ciri khas bangsa
itu sendiri. Namun demikian dapat juga terjadi bahwa ideologi suatu bangsa tersebut datang
dari luar dan dipaksakan keberlakuannya pada bangsa tersebut sehingga tidak mencerminkan
karakteristik asli dari bangsa tersebut.
Secara kausalitas pancasila sebelum disahkan menjadi dasar Negara Indonesia, nilainilainya telah tertanam dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa adat-istiadat,
kebudayaan, dan nilai-nilai religius. Kemudian para bapak pendiri bangsa Indonesia
mengangkat nilai-nilai tersebut dan dirumuskan secara musyawarah mufakat berdasarkan
moral yang luhur. Dimulai dari sidang-sidang BPUPKI, sidang Panitia Sembilan hingga
akhirnya disempurnakan kembali dan disahkan menjadi dasar negara dalam sidang PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945. Oleh karena itu, ideologi pancasila telah ada pada kehidupan
bangsa dan terlekat pada kelangsungan hidup bangsa dalam rangka bermasyarakat,berbangsa
dan bernegara.